You are on page 1of 5

ANALISA SINTESA JURNAL KEPERAWATAN

DI RUANG PICU (PEDIATRIC INTENSIVE CARE UNIT)


RSUD Dr. MOEWARDI SURAKARTA

DISUSUN OLEH :
NIA NUR AZIZAH
070117B055

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN PROFESI NERS


FAKULTAS KEPERAWATAN
UNIVERSITAS NFGUDI WALUYO
2018

Pengaruh Mobilisasi Dan Fisioterapi Dada Terhadap Kejadian Ventilator Associated


Pneumonia Di Unit Perawatan Intensif

1. Kata kunci : Mobilisasi, fisioterapi dada, Ventilator Associated Pneumonia (VAP),


ventilasi mekanik.
2. Tujuan : Mengetahui pengaruh fisioterapi dada terhadap kejadian pneumonia
3. Desain : Quasi eksperimen
4. Teknik sampling : Posttest only control group design
5. Formulasi analisa PICO :
a. Problem :
Pengaruh fisioterapi dada terhadap pencegahan pneumonia pada pasien yang
terpasang ventilator di Intensive Care Unit.
b. Intervension :
Kelompok eksperimen menerima perlakuan sesuai dengan SOP, sedangkan
kelompok pembanding diberikan perlakuan sesuai dengan kebiasaan ruangan. Sampel
dalam penelitian ini adalah 20 pasien yang terpasang ventilasi mekanik, minimal 2
hari setelah dilakukan intubasi di Unit Perawatan Intensif yang dibagi menjadi 10
orang pada masing-masing kelompok intervensi dan kelompok pembanding. Semua
responden adalah pasien yang terpasang ventilator hari pertama dan sebelumnya tidak
ada kelainan/infeksi paru yang ditandai saat auskultasi tidak ada ronkhi, serta hasil
pemeriksaan leukosit darah dalam rentang normal. Pasien yang mengalami penyakit
paru seperti; PPOK, kanker paru, TB paru dan trauma pada paru tidak menjadi
responden dalam penelitian ini.
Fisioterapi dada adalah tindakan yang dilakukan pada pasien dengan cara
menepuk dinding dada atau punggung dengan tangan dibentuk seperti mangkok
dilanjutkan vibrasi dengan cara menggetarkan dinding dada atau punggung pada
waktu pasien mengeluarkan napas. Kejadian VAP ditandai dengan adanya infeksi
pada paru terutama Lobus paru bagian bawah yang terjadi akibat pemasangan
ventilasi mekanik dan setelah >48 jam intubasi. Positif bila pada pemeriksaan fisik
fungsi pernapasan ditemukan ronkhi (+) dan frekuensi napas meningkat, hasil
radiology ditemukan infiltrat (+) lobus paru bagian bawah dan hasil pemeriksaan
laboratorium pada leukosit darah >10.000. Kritaria terakhir adalah hasil kultur
sputum terinfeksi. Kejadian VAP dinilai pada hari ketiga pemasangan ventilasi
mekanik.
Fisioterapi dada dilakukan pada waktu pertukaran dinas pagi ketika
memandikan pasien seperti; penepukkan, menggetarkan, posisi drainase, dan
penghisapan. Penepukkan dada meliputi pengetokan dinding dada dengan kedua
tangan yang dibentuk seperti mangkok dengan memfleksikan jari tangan dan
meletakkan ibu jari bersentuhan dengan jari telunjuk. Penepukkan dinding dada
secara mekanis melepaskan sekret yang ada pada segmen paru. Posisi pasien
tergantung pada segmen paru yang akan dilakukan penepukkan. Penepukkan
dilakukan selama 3-5 menit setiap posisi. Menggetarkan merupakan tindakan yang
dilakukan dengan cara meletakkan tangan bertumpang tindih pada dada dengan
dorongan bergetar dan dilakukan hanya pada waktu pasien mengeluarkan nafas atau
saat ekspirasi. Tujuannya untuk mendorong keluar sekresi yang tertimbun dengan
bantuan menggetarkan dinding thorak pada waktu batuk dan merangsang terjadinya
batuk. Postural drainase (PD) merupakan salah satu intervensi untuk melepaskan
sekresi dari berbagai segmen paru dengan menggunakan pengaruh gaya gravitasi.
Tujuan dari posisi drainase ini supaya tidak terjadi penimbunan sekresi didalam paru-
paru dan mencegah terjadinya collaps dari alveoli karena broncheolus tertutup sekresi.
c. Comporation :
Telah dilakukan perbandingan dengan beberapa jurnal lain yaitu :
1. Pelaksanaan Fisioterapi Dada Terhadap Pencegahan Pneumonia Pada
Pasien Terpasang Ventilator Di Intensive Care Unit Rumah Sakit Santa
Elisabeth Medan
Studi kasus ini dalam penelitian ini yaitu desain deskriptif dengan
menggunakan 20 responden yaitu perawat di ruang ICU menggunakan lembar
evaluasi dan menggunakan lembar informed consent sebagai bentuk persetujuan.
Pada hasil studi kasus, fisioterapi dada yang dilakukan di ruangan intensif
Rumah Sakit Santa Elisabeth Medan kategori baik 13 orang (65%) dan cukup
sebanyak 5 orang (25%) serta kurang baik sebanyak 2 orang (10%) Kesimpulan
dalam penelitian, fisioterapi dada adalah salah satu intervensi keperawatan untuk
mencegah terjadinya VAP.
2. Ventilator-Associated Pneumonia Dan Pencegahannya
Laporan ini merupakan suatu literature review. Pencarian kompre-hensif
dilakukan pada literatur ke-dokteran dan keperawataan, terutamaliteratur
mengenai pernafasan, kedok-teran kritis dan keperawatan kritis. Pencairan
literatur dilakukan untuk mencari informasi sesuai dengan per-tanyaan dan tujuan
penulisan. Sumber data pencarian dilakukan melalui data-base computer melalui
EBCOHOST (Medline dan CINAHL), ProQuest Research Librarydan pencarian
mela-lui Google cendikia. Beberapa penelitian terkait penerapan bundle VAP
cukup banyak dilakukan, pada penelitian di Uni Emirat Arab oleh Shibu, et al
(2011), peneliti menggunakan VAP bundle dengan 8 komponen salah satunya
yaitu fisioterapi dada, peneliti menggunakan komponen lainnya yaitu hand
hygiene, elevasi kepala, pengkajian harian untuk kesiapan weaning dan sedation
vacation, profilaksis ulkus lambung, profilaksis DVT, perawatan mulut, dan
perubahan posisi.
3. Chest Physiotherapy In Paediatric Patients Hospitalised With Community-
Acquired Pneumonia: A Randomised Clinical Trial
Metode penelitian ini anak (usia 1–12 tahun) dengan klinis pneumonia secara
berurutan dimasukkan ke rumah sakit untuk penelitian ini. Para peserta secara
acak dipilih untuk menerima intervensi pernapasan standar fisioterapi (posisi,
getaran dada, kompresi dada, tekanan ekspirasi positif, latihan pernapasan dan
memaksa pernafasan dengan glotis terbuka atau‘Huffing’) tiga kali sehari di ‘grup
intervensi’, dan di 'kelompok kontrol' dipilih untuk menerima intervensi bernapas
dalam-dalam, melebar dahak dan mempertahankan posisi tubuh lateral sehari
sekali. Hasil utama adalah pengurangan tingkat pernapasan dan skor keparahan
(tingkat pernapasan, resesi, demam, saturasi oksigen dan rontgen dada) dari awal
sampai pulang. Hasil sekunder adalah durasi rawat inap. Hasilnya 72 pasien
secara acak dialokasikan untuk kelompok intervensi (n = 35) atau kontrol (n =
37). Tidak ada perbedaan saat masuk pada tingkat keparahan pneumonia antar
kelompok. Tingkat pernapasan dan tingkat keparahan secara signifikan menurun
antara dalam setiap kelompok. Tidak ada perbedaan yang signifikan dalam durasi
rawat inap antara kelompok kontrol dan intervensi (6 dan 8 hari, masing-masing
nilai p = 0,11). Kesimpulan percobaan klinis ini menunjukkan bahwa, pada anak-
anak dirawat di rumah sakit dengan pneumonia moderat, fisioterapi dada tidak
memiliki klinis manfaat dibandingkan dengan kelompok kontrol.
4. Effects Of Postural Drainage Physical Therapy Techniques On Management
Of Pneumonia
Penelitian dilakukan dengan membandingkan pasien rawat inap di rumah sakit
dengan pneumonia, dengan dan tanpa fisioterapi dada dengan teknik postural
drainase dan mengukur jumlah dahak yang diproduksi sebelum dan sesudah
terapi. Sampel 87 secara acak ditempatkan ke dalam dua kelompok, kelompok A
45 pasien, 24 perempuan dan 21 laki-laki. Manajemen terapi kelompok A adalah
teknik mobilisasi dada dua kali sehari. Grup B 42 pasien, 25 wanita dan 17 pria.
Manajemen terapi dalam kelompok B termasuk postural drainase di posisi yang
berbeda dengan teknik mobilisasi dada dua kali sehari. Hasil penelitian rata-rata
rawat inap di rumah sakit kelompok A adalah 7 hari dan pada kelompok B adalah
5 hari. Jumlah sputum menurun secara signifikan pada kelompok B dibandingkan
dengan kelompok A (p <0,003). Kesimpulannya postural drainase dikombinasikan
dengan teknik mobilisasi dada lebih efektif daripada teknik mobilisasi dada saja.
Postural drainase juga berkhasiat dalam mengurangi jumlah dahak pada pasien
dengan pneumonia dikombinasikan dengan teknik lain.

d. Outcome :
Kejadian VAP pada pasien yang terpasang ventilasi mekanik yang dilakukan
mobilisasi dan fisioterapi dada sesuai dengan kebiasaan ruangan yaitu sebesar (70%)
lebih tinggi dari kejadian VAP pada pasien yang terpasang ventilasi mekanik yang
dilakukan mobilisasi dan fisioterapi dada sesuai dengan SOP yaitu sebesar 40%.
Namun tidak terdapat perbedaan yang signifikan antara mobilisasi (ambulasi) dan
fisioterapi dada yang dilakukan sesuai kebiasaan ruangan dengan mobilisasi dan
fisioterapi dada sesuai dengan SOP (p >0,05).

You might also like