You are on page 1of 80

Denny Pratama Djong

405150093
LO 1 : Anatomi
Hidung
• Bagian dr saluran pernafasan superior yg memiliki organ penghidu
perifer
• Terbagi menjadi:
• Hidung luar
• Kavitas nasal
• Terbagi menjadi:
• Kavitas kiri & kanan oleh septum nasal
• Tiap kavitas terbagi lg jd
• Area olfaktorius
• Area respiratorik
Fungsi hidung & kavitas nasal
• Penghidu/olfaktorius
• Bernapas (respirasi)
• Penyaring debu
• Melembabkan udara
• Reseptor & eliminasi sekresi dari mukosa nasal, sinus paranasal,
duktus nasolakrimalis
Hidung luar
Kavitas nasalis

essential-clinical-anatomy-keith-moore-4th/chapter-7/nose
Arteri kavitas nasal
Persyarafan kavitas nasal
Sinus paranasal
LO 3 : HISTOLOGI
Conducting System
• Dimulai dari sistem rongga  rongga hidung, sinus paranasal,
nasofaring, laring, trakea, bronkus, bronkiolus terminalis.
• Dimulai dari membersihkan, menghangatkan dan melembabkan
udara melewati anterior nares (lubang hidung).
• Rongga  dibatasi oleh epitel  punya 2 tipe sel  mengeluarkan
mukus untuk menangkap partikel-partikel, dikelilingi oleh silia.
• Dibawah epitel  pembuluh darah yang banyak  menghangatkan
udara
• Kelenjar mukosa  mukus dan cairan yang melembabkan udara.
• Jaringan limfoid di nasofaring  penjagaan imun melawan antigen.
Conducting System
• Udara masuk ke trakea (single tube) dan nanti akan terbagi secara
berulang ke jalur yang akan berkurang diameternya  primary / main
bronchi, secondary / lobar bronchi, tersier / segmental bronchi.
• Di jalur yang besar  struktur epitelnya sama dengan yang di jalur
respirasi atas.
• Dinding trakea  tetap terbuka  cincin kartilago hyaline.
• Otot polos  kontraksi dan relaksasi untuk memodifikasi diameter
dari jalur.
• Tersier  bronkiolus  tidak punya kartilago tapi punya otot polos.
• Bronkiolus terkecil  bronkiolus terminal.
Respiratory System
• Alveoli  tempat terjadinya pertukaran gas, berbentuk seperti
kantong, disetiap kantong terdapat kapiler pulmonal (pembuluh
darah berdinding tipis).
• Pergantian gas  udara di alveoli dengan darah di kapiler.
Rongga Hidung
Mukosa Hidung
Nasopharynx
Laring
Trakea
Trakea
Main Bronchus
Bronkiolus
Alveolus
Perdarahan Paru
• Di supply oleh 2 pembuluh darah :
• Sistem perdarahan pulmonal.
• Sistem perdarahan bronkial.
• Yang major  pulmonal :
• Deoxygenated blood  dibawa oleh vena dari atr kanan ke ven kanan  ven
kanan memompa darah melewati katup pulmonal  arteri pulmonal kanan
dan kiri.
• Minor  bronkial :
• Memberikan struktur paru seperti bronkus dengan oxygenated blood di
tekanan sistemik.
Arteri Pulmonal Besar
Pleura
• Rongga pleural  dibatasi oleh lapisan tipis yang halus  pleura.
• Pleura dibagi 2 :
• Berbatasan dengan rongga dada bagian dalam  parietal pleura.
• Yang mengelilingi paru-paru bagian luar  visceral pleura.
Visceral Pleura
LO 3 : Fisiologi
Fungsi utama
• Memperoleh O2 u/ sel tubuh
• Mengeluarkan CO2 yg diproduksi sel
• 2 proses respirasi:
• Internal/sel
• Metabolik di mitokondria
• Menggunakan O2 & hasilkan CO2 (energi dari nutrien)
• External
• 4 langkah:
• Ventilasi (mekanis)
• Difusi O2 CO2 antara alveolus & darah dalam kapiler paru
• Transpor O2 & CO2 antara paru & jaringan
• Difusi O2 & CO2 antara jaringan & darah menembus kapiler sistemik (jaringan)
Efek ketinggian
• Tekanan atmosfer progresif menurun (380 mmHg), maka PO2
inspirasi = 80 mmHg
PO2 alveolus = 45 mmHg
% saturasi Hb arteri menurun
• Orang naik scr cepat ke ketinggian 10000 kaki  ACUTE MOUNTAIN
SICKNESS
• Hipoksia hipoksik & alkalosis krn hipokapnia
• Hiperventilasi, shg alkalosis
• Lesu, mual, hilang nafsu makan, nafas terengah2, kecepatan jantung
meningkat, disfgs saraf (pusing goyang, inkoordinasi)
Proses Aklimatisasi
• Respon kompensasi akut scr bertahap diganti dlm bbrp hari oleh
tindakan kompensasi yg muncul lbh lambat shg oksigenasi adekuat
ke jaringan & pemulihan keseimbangan asam-basa normal
• Pembentukan SDM oleh eritropoietin sbg respon O2 yang menurun
ke ginjal  kemampuan angkut O2 meningkat
• Hipoksia  naik sintesis BPG (Biphosphoglycerate) di dlm SDM  O2
lbh mudah dibebaskan ke jaringan dr Hb
• Jlh kapiler di jaringan meningkat  menurun jarak difusi u/ mencapai
sel dr darah
• Jlh mitokondria dlm sel meningkat

BPG inteacts with deoxygenated Hb beta


subunit decreasing affinity for O2
Biokimia Sistem Respirasi
LO 4
Transport CO2
Asidosis
• Suatu proses patologik karena terjadi penambahan asam / kehilangan
HCO3-
• pH lebih kecil dari normal
• Dibagi 2:
- asidosis respiratorik
- asidosis metabolik
Asidosis Respiratorik
• Terjadi jika paru-paru tidak Asidosis Metabolik
dapat mengeluarkan • Terjadi krn penambahan asam
karbondioksida secara kuat / krn kehilangan HCO3- dr
adekuat. cairan ekstraseluler.
• Etiologi:
a. Penambahan asam kuat krn:
• Hal ini dapat terjadi pada: 1. Penambahan asam dr luar
a. Penyakit paru 2. Oksidasi tdk lengkap:
• Lipid  DM
b. Penekanan pusat • Karbohidrat  lactic asidosis ( c/:
pernapasan krn obat / peny olah raga berlebihan)
c. Gangguan saraf / otot  3. Gagal ginjal
mengurangi kemampuan b. Kehilangan HCO3- dpt melalui:
otot pernapasan 1. Ginjal ( Renal Tubular Acidosis)
2. GIT ( Diare )
Kompensasi asidosis respiratorik

• Buffer menyerap tambahan ion H


• Ginjal hemat HCO3- yg difiltrasi & menambahkan HCO3-
ke plasma
Kompensasi asidosis metabolik

• Paru mengurangi CO2- dgn cara hiperventilasi.


• Buffer menyerap tambahan ion H.
• Ginjal menghemat HCO3- & mengeluarkan ion H lebih byk.
ASIDOSIS RESPIRATORIK
• Akut : ASIDOSIS METABOLIK
• pCO2 ↑ • Akut :
• HCO3- normal - pCO2 normal
• PH darah < • HCO3- ↓
• Kompensasi tidak sempurna : • PH darah <
• pCO2 ↑ • Kompensasi tidak sempurna :
• HCO3- ↑ • pCO2 ↓
• PH darah < • HCO3- ↓
• Kompensasi sempurna : • PH darah <
• pCO2 ↑ • Kompensasi sempurna :
• HCO3- ↑ • pCO2 ↓
• PH darah normal • HCO3- ↓
• PH darah normal
Alkalosis
• Suatu proses proses patologik krn terjadi penambahan basa /
kehilangan asam.
• pH lebih besar dari normal
• Dibagi 2:
- alkalosis respiratorik
- alkalosis metabolik
Alkalosis Respiratorik Alkalosis
• Terjadi Metabolik
karena reduksi ion H plasma
• Terjadi krn pengeluaran berlebihan yg disebabkan o/ defisiensi relatif
CO2 dr tubuh akibat hiperventilasi. asam non karbonat.
• Ventilasi paru meningkat melebihi • Etiologi:
kecepatan produksi CO2.
1. Kehilangan asam dr cairan
Akibatnya: ekstrasel
a. H2CO3 berkurang a. Kehilangan HCl ( muntah )
b. Ion H menurun b. Peningkatan keasaman
urin: diuretik
• Etiologi:
2. Intake berlebihan alkali
a. Rangsangan langsung pusat
pernapasan di SSP Penyalahgunaan alkali (c/:
antasid)
b. Rangsangan refleks pusat
pernapasan 3. Defisiensi K
 demam, cemas, hiperventilasi
Kompensasi alkalosis respiratorik
• Buffer membebaskan ion H
• Ginjal menahan ion H & mengeluarkan HCO3-
Kompensasi alkalosis metabolik

• Buffer membebaskan ion H


• Ventilasi menurun  CO2 penghasil ion H meningkat
• Pada keadaan berat:
• Ginjal akan hemat ion H & ekskresi HCO3-
ALKALOSIS RESPIRATORIK
• Akut : ALKALOSIS METABOLIK
• pCO2 ↓ • Akut :
• HCO3- normal • pCO2 normal
• PH darah > • HCO3- ↑
• Kompensasi tidak sempurna : • PH darah >
• pCO2 ↓ • Kompensasi tidak sempurna :
• HCO3- ↓ • pCO2 ↑
• PH darah > • HCO3- ↑
• Kompensasi sempurna : • PH darah >
• pCO2 ↓ • Kompensasi sempurna :
• HCO3- ↓ • pCO2 ↑
• PH darah normal • HCO3- ↑
• PH darah normal
LO 5 : PEMERIKSAAN PENUNJANG
Spirometri merupakan suatu alat sederhana yang digunakan
untuk mengukur volume udara dalam paru. Alat ini juga dapat
digunakan untuk mengukur volume statik dan volume dinamik
paru.
Volume statik terdiri atas volume tidal (VT), volume cadangan
inspirasi (VCI), volume cadangan ekspirasi (VCE), volume
residu (VR), kapasitas vital (KV), kapasitas vital paksa
(KVP), kapasitas residu fungsional (KRF) dan kapasitas paru
total (KPT).
INDIKASI SPIROMETRI
Diagnostik
- mengevaluasi hasil pemeriksaan yang abnormal
- mengukur efek penyakit terhadap fungsi paru
- menyaring individu dengan risiko penyakit paru
- menilai risiko prabedah
- menilai prognosis
- menilai status kesehatan sebelum masuk program dengan aktivitas fisik berat
Memantau
- Menilai hasil pengobatan
- Menjelaskan perjalanan penyakit yang mempengaruhi fungsi paru
- Memonitor individu yang pekerjaannya terpajan zat berbahaya
- Memonitor reaksi obat yang mempunyai efek toksis terhadap paru
Evaluasi gangguan / ketidakmampuan
- Menilai pasien sebagai bagian program rehabilitasi
- Menilai risiko sebagai bagian evaluasi asuransi
- Menilai individu untuk alasan legal
PERSIAPAN PEMERIKSAAN SPIROMETRI
Spirometri merupakan pemeriksaan yang relative mudah namun sering kali hasilnya
tidak dapat digunakan. Karena itu perlu beberapa persiapan sebagai berikut:
-Operator, harus memiliki pengetahuan yang memadai , tahu tujuan pemeriksaan
dan mampu melakukan instruksi kepada subjek dengan manuver yang benar
-Persiapan alat, spirometer harus telah dikalibrasi untuk volume dan arus udara
minimal 1 kali seminggu
-Persiapan subjek, selama pemeriksaan subjek harus merasa nyaman. Sebelum
pemeriksaan subjek sudah tahu tentang tujuan pemeriksaan dan manuver yang
akan dilakukan. Subjek bebas rokok minimal 2 jam sebelumnya, tidak makan terlalu
kenyang, tidak berpakaian terlalu ketat, penggunaan obat pelega napas terakhir 8
jam sebelumnya untuk aksi singkat dan 24 jam untuk aksi panjang.
-Kondisi lingkungan, ruang pemeriksaan harus mempunyai sistem ventilasi yang baik
dan suhu udara berkisar antara 17 – 40 0C
MANUVER SPIROMETRI
Hasil spirometri berupa spirogram yaitu kurva volume paru terhadap waktu akibat manuver yang
dilakukan subjek. Usaha subjek diobservasi di layar monitor untuk meyakinkan bahwa usaha yang
dilakukan subjek benar dan maksimal.
-Manuver KV, subjek menghirup udara sebanyak mungkin dan kemudian udara dikeluarkan sebanyak
mungkin tanpa manuver paksa.
-Manuver KVP, subjek menghirup udara sebanyak mungkin dan kemudian udara dikeluarkan dengan
dihentakkan serta melanjutkannya sampai ekspirasi maksimal. Apabila subjek merasa pusing maka
manuver segera dihentikan karena dapat menyebabkan subjek pingsan. Keadaan ini disebabkan oleh
gangguan venous return ke rongga dada.
-Manuver VEP1 (volume ekspirasi paksa detik pertama). Nilai VEP1 adalah volume udara yang
dikeluarkan selama 1 detik pertama pemeriksaan KVP. Manuver VEP1 seperti manuver KVP.
-Manuver APE (arus puncak ekspirasi). APE adalah kecepatan arus ekpirasi maksimal yang dapat
dicapai saat ekspirasi paksa. Tarik napas semaksimal mungkin, hembuskan dengan kekuatan maksimal
segera setelah kedua bibir dirapatkan pada mouthpiece.
-Manuver MVV (maximum voluntary ventilation). MVV adalah volume udara maksimal yang dapat
dihirup subjek. Subjek bernapas melalui spirometri dengan sangat cepat, kuat dan sedalam mungkin
selama minimal 10-15 detik
HASIL SPIROMETRI

-Minimal terdapat 3 hasil acceptable


•Inspirasi penuh sebelum pemeriksaan dimulai
•Memenuhi syarat awal ekspirasi yaitu dengan usaha maksimal dan tidak ragu-ragu
•Tidak batuk atau glottis menutup selama detik pertama
•Memenuhi lama pemeriksaan yaitu minimal 6 detik atau sampai 15 detik pada subjek
dengan kelainan obstruksi
•Tidak terjadi kebocoran
•Tidak terjadi obstruksi pada mouthpiece
-Hasil yang reproducible
•Nilai KVP dan VEP1, diambil dua nilai terbesar dengan perbedaan diantaranya kurang dari 5% atau 0,1 liter
•Jika tidak memenuhi kriteria ulangi pemeriksaan
•Jika tidak didapat setelah 8 kali pemeriksaan maka pemeriksaan dihentikan dan
interpretasi hasil yang didapat dengan menggunakan 3 hasil terbaik yang acceptable
-Seleksi nilai untuk interpretasi
•Pilih hasil yang acceptable dan reproducible
•Pilih nilai KVP dan VEP1 yang terbesar tanpa memperhatikan pemeriksaan yang digunakan
•Untuk indeks rerata kecepatan aliran menggunakan nilai pemeriksaan dengan nilai
terbesar kombinasi KVP dan VEP1.
FOTO TORAKS

Pemeriksaan Radiografi thorax atau sering disebut


chest x-ray (CXR) bertujuan menggambarkan
secara radiografi organ pernafasan yang terdapat
di dalam rongga dada. Teknik radiografi thorax
terdiri dari bermacam-macam posisi yang harus
dipilih disesuaikan dengan inidikasi pemeriksaan
Secara umum kegunaan Foto thorax/CXR adalah :
– untuk melihat abnormalitas congenital (jantung,
vaskuler)
– untuk melihat adanya trauma (pneumothorax,
haemothorax)
– untuk melihat adanya infeksi (umumnya
tuberculosis/TB)
– untuk memeriksa keadaan jantung
– untuk memeriksa keadaan paru-paru
Abnormalitas atau kelainan gambaran yang biasa terlihat dari CXR adalah :
1. Nodule (daerah buram yang khas pada paru)
Biasanya disebabkan oleh neoplasma benign/malignan, granuloma (tuberculosis),
infeksi (pneumoniae), vascular infarct, varix, wegener’s granulomatosis, rheumatoid
arthritis. Kecepatan pertumbuhan, kalsifikasi, bentuk dan tempat nodul bisa
membantu dalam diagnosis. Nodul juga dapat multiple.
2. Kavitas
Yaitu struktur lubang berdinding di dalam paru. Biasanya disebabkan oleh kanker,
emboli paru, infeksi Staphyllococcus. aureus, tuberculosis, Klebsiella pneumoniae,
bakteri anaerob dan jamur, dan wegener’s granulomatosis.
3. Abnormalitas pleura.
Pleural adalah cairan yang berada diantara paru dan dinding thorax. Efusi pleura
dapat terjadi pada kanker, sarcoid, connective tissue diseases dan
lymphangioleiomyomatosis.
POSISI PEMERIKSAAN
1. Posisi PA (Postero Anterior)
Pada posisi ini film diletakkan di depan dada, siku ditarik kedepan supaya scapula
tidak menutupi parenkim paru
2. Posisi AP (Antero Posterior)
Dilakukan pada anak-anak atau pada apsien yang tidak
kooperatif. Film diletakkan dibawah punggung, biasanya
scapula menutupi parenkim paru. Jantung juga terlihat lebih
besar dari posisi PA.

3. Posisi Lateral Dextra & Sinistra


Posisi ini hendaknya dibuat setelah posisi PA diperiksa. Buatlah
proyeksi lateral kiri kecuali semua tanda dan gejala klinis
terdapat di sebelah kanan, maka dibuat proyeksi lateral
kanan,berarti sebelah kanan terletak pada film. Foto juga
dibuat dalam posisi berdiri.
4. Posisi Lateral Dekubitus
Foto ini hanya dibuat pada keadaan tertentu,yaitu bila klinis diduga ada
cairan bebas dalam cavum pleura tetapi tidak terlihat pada foto PA atau
lateral. Penderita berbaring pada satu sisi (kiri atau kanan). Film
diletakkan di muka dada penderita dan diberikan sinar dari belakang
arah horizontal.

5. Posisi Apikal (Lordotik)


Hanya dibuat bila pada foto PA menunjukkan kemungkinan adanya
kelainan pada daerah apex kedua paru. Proyeksi tambahan ini
hendaknya hanya dibuat setelah foto rutin diperiksa dan bila ada
kesulitan menginterpretasikan suatu lesi di apex.
6. Posisi Oblique Iga
Hanya dibuat untuk kelainan-kelainan pada iga (misal pembengkakan
lokal) atau bila terdapat nyeri lokal pada dada yang tidak bisa
diterangkan sebabnya, dan hanya dibuat setelah foto rutin diperiksa.
Bahkan dengan foto oblique yang bagus pun, fraktur iga bisa tidak
terlihat.
7. Posisi Ekspirasi
Adalah foto toraks PA atau AP yang diambil pada waktu penderita dalam
keadaan ekspirasi penuh. Hanya dibuat bila foto rutin gagal
menunjukkan adanya pneumothorax yang diduga secara klinis atau
suatu benda asing yang terinhalasi.

You might also like