You are on page 1of 3

Suatu hari di suatu desa entah berantah sedang mengadakan masa kampanye pemilihan

kepala desa di desa tersebut.

Caleg : Ayo semua, saudara-saudaraku ayo kumpul


Caleg : Dukung saya, Papa Zola nomor urut satu setengah! Agar menjadi kepala desa,
insyaallah saya akan mensejahterahkan tempat ini
pedagang : cius pak!!
Caleg : iya, kalau bisa saya akan menjadikan tempat ini pusat jual beli dan wisata. Tapi
ingat jangan pilih Adu du.
Pedagang : Kenapa pak?
Caleg : coba lo liat dia sudah agak pikun, pelit!!
Pedagang : Oke pak kita dukung Bapak! (meninggalkan si caleg)
Hari – sampai hari telah berlalu berganti minggu dan sampailah pada pemilu. Akhirnya si
caleg tadi berhasil maju menjadi anggota legislatif. Wargapun semua pada gembira karena
tidak lama lagi tempatnya akan menjadi lebih sejahtera, namun bagaikan peribahasa.
Bukannya malah untung malah buntung. Bukannya malah sejahtera malah sengsara. Itulah
yang mereka rasakan sekarang.
------------------------------------------------------------------------
Setelah itu pedagang pergi ke latar dua yaitu warteg.
Pedagang :ampun ,pun pun pun!
Jarjit : Ada apa?
Pedagang : Itu, janjinya mau sejahterahkan. Malah sekarang apa apa serba mahal ,harga
hero aja mahal apalagi harga bahan baku
Jarjit : Ya namanya juga sekarang. Apa apa serba mahal ,cintanya dia aja mahal
Pedagang : yang sabar cinta sekarang gak bisa dibayar pake hati namun pake uang ,
sekarang kan serba uang
Jarjit : ya gitulah dah nasibku
Pedagang :gpp kan masih ada sahabat yang menemanimu.(lagu sahabat)
Jarjit : yoi wes
Aktivis : he he he lo udah pada liat tv belom
Jarjit : Kamu ini datang tiba-tiba, untung ae aku gak meriang (lagu meriang) ,emang e
ada apa di tv
Aktivis : tau gak kepala desa kita
Pedagang : iya tau ,emang e kenapa
Aktivis : dia tu koruptor ternyata
Pedagang : apa….
Jarjit : masak se gak percaya aku (sambil menyalakan tv)
Aktivis : Bener katanya bung pedagang, walaupun tempat kita kumuh, kotor, tetapi kita
sebagai rakyat bawah tidak terima dengan apa yang telah dilakukan orang atas. Kita malah
ditindas.
Coba deh, sebenarnya kita lebih berwibawa dari orang atas sana.
Jarjit : Loh kok bisa?
Aktivis : Bapak lebih milih mana, pakai bawahan tapi gak pakai atasan. Apa pakai atasan
tapi gak pakai bawahan?

Reporter : Assalamualaikum
Serempak : ( Menyela) Walaikumsalam
Reporter : Warohmatullahhi Wabarokatuh. Belum selesai keles
Reporter : Jumpa lagi dengan saya, Jeremy Tetanus di Lipatan 6. Singkat, tajam, setajam
golok!
Berita pertama, Banyak terjadi kecelakaan membuat polisi membuat peraturan baru. Dimulai
dari menyalakan lampu besar pada sepeda motor, hingga menyalakan lampu senter bagi
pengendara sepeda. Tetapi bukannya malah berkurang malah tingkat kecelakaan menjadi
tinggi.
Akhirnya ditemukan penyebabnya. Ternyata adalah debu berkeliaran, sehingga pengendara
kelilipan, mengantisipasi hal itu. Polisi menghimbau untuk tidak menyetel “lagu butiran
debu” (lagu butiran debu)
Reporter : Berikutnya seorang narapidana Koruptor kepala desa dari desa entah berantah.
Telah diketahui jalan-jalan di sungai. Membawa segebok uang di celana.
Reporter : Sekian dari saya, tetap saksikan kami setelah jeda berikut ini.
Pedagang : Wah, gila tuh orang! (sambil melemparkan sandal ke reporter)
Aktivis : (teriak) Setuju!
reporter : he kok aku dilempar sandal ? liat tuh disana koruptornya
(Disini Koruptor datang, duduk. Mengaduk minuman dengan uang. )

Aktivis : Wah, maestronya dateng bang


Pedagang : Ya tuh, bang, masuk tipi
Jarjit : Bang, emang enak jadi koruptor?
Koruptor : Enak lah.
Pedagang : Tapi kan kayak maling gitu
Koruptor : Loh, heh. Hehehehe, hulala, saya gak setuju, koruptor sama maling beda.
Aktivis : Apanya yang beda!
Koruptor : Kalau maling ketahuan, pasti dihajar. Tapi koruptor mah, malah masuk tipi.
Aktivis : Iya juga ya pak.
Koruptor : Wah, pentolan jam saya udah jam 8. Udah dulu yang bang, ane mau ke bangkrut
Aktivis : Oke deh, semoga sukses jadi koruptor.
Kpk : stop jangan bergerak kau mencuri hatiku ,hartaku ,stop kau mencuri cintaku
Koruptor : cintaku ndk dalam berangkas bang, aku mau lari dulu (menabrak tiang)
Kpk : tertangkap lah kau
Koruptor : loh aku kenapa ini , aku ndk mana ini ,kamu siapa ,lah aku siapa.(pura* lupa
ingatan )
Kpk : kmu itu koruptor yang sedang kami tangkap
Koruptor : koruptor itu jenis makanan apa pak
Kpk : makanan hati yang telah ditinggalkan (lagu lungset) ,oke kmu saya bawa ke kantor
Koruptor : oke pak
Jarjit : Waduh negara kita ini pemerintahannya udah gila semua.
Aktivis : Setuju bang, uanglah yang di Tuhankan. Janji dipalsukan.

Semua berkumpul di panggung dan mengucapkan terima kasih sambil membungkuk

You might also like