You are on page 1of 29

PRESENTASI KASUS

DIARE AKUT

Pembimbing :
dr. Lita Farlina, Sp.A, M.Biomed

Disusun oleh :
FIRMANSYAH
1102014103

Kepaniteraan Klinik Ilmu Kesehatan Anak


RS Umum dr. Dradjat Prawiranegara Serang
Periode Juli – September 2018

KATA PENGANTAR
Assalamu’alaikum Wr.Wb.
Alhamdulillah, Puji dan syukur senantiasa saya panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah
melimpahkan rahmat dan karunia-Nya, serta shalawat dan salam kepada Nabi Muhammad
SAW, dan para sahabat serta pengikutnya hingga akhir zaman. Karena atas rahmat dan ridha-
Nya, penulis dapat menyelesaikan presentasi kasus yang berjudul “Diare Akut”. Penulisan
laporan kasus ini dimaksudkan untuk memenuhi tugas dalam menempuh kepanitraan klinik di
bagian departemen ilmu kesehatan anak di RSUD dr. Drajat Prawiranegara.
Penulis menyadari bahwa terselesaikannya penulisan laporan kasus ini tidak terlepas dari
bantuan dan dorongan banyak pihak. Maka dari itu, perkenankanlah penulis menyampaikan
rasa terima kasih yang sebesar-besarnya kepada semua pihak yang membantu, terutama kepada
dr. Lita Farlina, Sp.A yang telah memberikan arahan serta bimbingan ditengah kesibukan dan
padatnya aktivitas beliau.
Penulis menyadari penulisan presentasi kasus ini masih jauh dari sempurna mengingat
keterbatasan ilmu yang penulis miliki. Oleh karena itu penulis mengharapkan saran dan kritik
yang bersifat membangun demi perbaikan penulisan presentasi kasus ini. Akhir kata penulis
berharap penulisan presentasi kasus ini dapat bermanfaat bagi semua pihak yang membacanya.
Wassalamu’alaikum Wr.Wb.

Serang, Juli 2018

Penulis
LAPORAN KASUS
KEPANITERAAN KLINIK ILMU KESEHATAN ANAK
RUMAH SAKIT UMUM DAERAH DR. DRADJAT PRAWIRANEGARA SERANG
FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS YARSI

I. IDENTITAS PASIEN
Nama : An. F
Umur : 1 tahun 5 hari
Jenis Kelamin : Laki-laki
TTL : Serang, 25 Juli 2017
Agama : Islam
Alamat : KP. Panggung Jati
Masuk IGD : 10 July 2018
Masuk Ruangan : 31 Juli 2018
Ruang Rawat : Flamboyan 2 (2 bed 3)

IDENTITAS ORANG TUA PASIEN

Data orang tua Ibu Ayah


Nama Ny. W Tn. M
Agama Islam Islam
Pendidikan Tamat SD Tamat SLTA
Pekerjaan Ibu Rumah Tangga Pekerja Swasta

II. ANAMNESIS
Dilakukan secara alloanamnesis dengan orang tua pasien pada 31 Juli 2018
Keluhan utama :
Mencret
Keluhan tambahan :
Muntah
Riwayat Penyakit Sekarang

Pasien dibawa orangtuanya ke IGD RSDP dengan keluhan mencret sejak 4 hari SMRS.
Hari pertama mencret sebanyak > 10 kali, hari kedua mencret sebanyak > 5 kali, hari ketiga
juga sebanyak > 5 kali, dan hari ke empat mencret 4 kali. BAB berwarna kuning, konsistensi
sedikit cair dan disertai ampas. Tidak ada lendir dan darah.

Pasien juga mengeluh muntah sejak 4 hari SMRS. Pada hari ini pasien muntah sebanyak
4 kali. Muntah berisi susu dan makanan yang dimakan. Muntah setiap habis minum atau
makan.
Riwayat Penyakit Dahulu :
- Riwayat sakit serupa : Pasien berobat saat 3 mingu yang lalu karena diare
- Riwayat alergi obat/makanan : tidak ada
- Riwayat batuk lama : tidak ada
- Riwayat asma : tidak ada

Riwayat Penyakit Keluarga :


- Riwayat keluarga dengan penyakit serupa : tidak ada
- Riwayat alergi : tidak ada
- Riwayat batuk lama : tidak ada
- Riwayat asma : tidak ada

Riwayat Persalinan
Anak ke 4 dari 4 bersaudara
BBL : 4100 gram
PB : 50 cm
Persalinan oleh Dukun
Usia kehamilan : Aterm
Tidak ada kelainan
Lahir tanpa bantuan alat
Langsung menangis

Riwayat imunisasi:
Hb 0 : 0 bulan
BCG, Polio 1 : 1 bulan
DPT/Hb 1, Polio 2 : 2 bulan
DPT/Hb 2, Polio 3 : 3 bulan
DPT/Hb 3, Polio 4 : 4 bulan
Campak : 9 bulan
Kesimpulan : imunisasi lengkap sesuai usia menurut Depkes.

Riwayat Perkembangan :
Berguling : 6 bulan
Duduk : 7 bulan
Merangkak : 8 bulan
Berdiri : 11 bulan

III. Pemeriksaan Fisik


Keadaan umum : tampak sakit sedang
Kesadaran : composmentis
Tanda Vital
- Nadi : 115 x/menit
- Pernafasan : 30 x/menit
- Suhu : 36,2 oC (axilla)
Antropometri
- Berat Badan : 9,2 kg
- Panjang Badan : 78 cm
- Lingkar Kepala : 45 cm
- Status gizi : Gizi baik

Status Generalis:
Kepala Bentuk : Normocephali (Lingkar Kepala : 45 cm)
Mata : Konjungtiva anemis (-), Sklera ikterik (-), edema
palpebra (-/-)
Hidung : PCH (-), POC (-), epistaksis (-)
Mulut : Bentuk normal, labioschisis (-)
:

Inspeksi : Bentuk normal, deviasi trakea (-)


Palpasi : Tidak ada pembesaram KGB

Thoraks Pulmo
Inspeksi : Bentuk simetris kanan dan kiri, retraksi (-)
Auskultasi : Vesikuler (+/+), rhonki (-/-), wheezing (-/-)

Jantung
Inspeksi : Tidak tampak ictus kordis
Palpasi : Teraba ictus cordis di sekitar papilla mammae sinistra
Auskultasi : Bunyi jantung I & II regular, Murmur (-), Gallop (-)

Abdomen Inspeksi : Datar, pelebaran vena (-), sikatrik (-)


Palpasi : Supel, defans muscular (-), turgor baik

Auskultasi : Bising usus (+)


Ekstremitas Superior : deformitas (-), edema (-/-), CRT < 2 detik
Inferior : deformitas (-), edema (-/-), CRT < 2 detik

Kulit Inspeksi : Ikterik (-), sianosis (-)


Palpasi : Supel

IV. PEMERIKSAAN PENUNJANG


Pemeriksaan H2TL 31/7/2018

PARAMETER HASIL SATUAN NILAI RUJUKAN


Hemoglobin 10,8 g/dL 11,0-16,5
Leukosit 8.300 /µL 4.500-13.500
Hematokrit 32,80 % 35-52
Trombosit 326.000 /µL 150.000-450.000
V. DIAGNOSIS KERJA
Diare akut
VI. DIAGNOSIS TAMBAHAN
Anemia
Intake sulit
VII. PENATALAKSANAAN
IVFD KAEN 3B 6 tpm
Cefotaxime 3 x 300 mg IV
Ranitidine 2 x 20 mg IV
Ondansetron 1 mg prn
L. Bio 2 x 1 sachet
Zinkid 2 x1 cth
Paracetamol 3 x 1 cth
Apyalis 1 x 1 cth
Nasi tim 3x

VIII. PROGNOSIS
Quo ad vitam : ad bonam
Quo ad functionam : ad bonam
Quo ad sanactionam : ad bonam
IX. FOLLOW UP
Tanggal Follow up
12/07/2018 S/ mencret 4 kali, muntah 4 kali
O/
Hari ke 1 KU : TSS KS : Compos Mentis
TD : - HR : 115 x/menit
T : 36,6 ºC RR : 30 x/menit
Kepala : normocephale
Mata : CA: -/- , SI: -/- ,
THT : PCH (-), POC (-)
Thorax : simetris, retraksi -
Cor : S1S2 reguler , Gallop - , Murmur –
Pulmo : Ves +/+, Rh -/- ,Wh -/-
Abdomen : BU +, NT (-)
Ekstermitas : Akral hangat
A/ Diare akut tanpa dehidrasi
Anemia
P/ IVFD KaEn 3B 6 tpm
Cefotaxime 3 x 300 mg IV
Ranitidine 2 x 10 mg IV
Ondansetron 1 mg prn
L. Bio 2 x 1 sachet
Zinkid 2 x1 sachet
Paracetamol 3 x 1 cth
Apyalis 1 x 1 cth
Nasi tim 3 x
Instruksi/ Cek feses
Tanggal Follow Up
1/08/2018 S/ Mencret 7 kali, muntah -
O/
Hari ke 2 KU : TSS KS : Compos Mentis
TD : HR : 129 x/menit
T : 37 ºC RR : 32 x/menit
Kepala : normocephale
Mata : CA: -/- , SI: -/- ,
THT : PCH-/- ,POC -, oral thrush
Thorax : simetris, retraksi -
Cor : S1S2 reguler , Gallop - , Murmur –
Pulmo : Ves +/+, Rh -/-, Wh -/-
Abdomen : BU +, supel
Anus : eriteme disekitar anus
Ekstermitas : Akral hangat
A/ Diare akut tanpa dehidrasi
Anemia
Diaper rash
Candidiasis

P/ IVFD KaEn 3B 6 tpm


Cefotaxime 3 x 400 mg IV
Ranitidine 2 x 10 mg IV
Ondansetron 1 mg prn
L. Bio 2 x 1 sachet
Zinkid 2 x1 cth
Paracetamol 3 x 1 cth
Apyalis 1 x 1 cth
Nystatin drop 4 x 1,2 ml
Myco z 1 x 1 (oles)
Nasi tim 3 x
-
Tanggal Follow Up
2/07/2018 S/ mencret -
O/
Hari ke 3 KU : TSS KS : Compos Mentis
TD : 100/65 HR : 77 x/menit
mmHg
T : 36 ºC RR : 24 x/menit
Kepala : normocephale
Mata : CA: -/- , SI: -/- ,
THT : PCH -/-, POC-
Thorax : simetris, retraksi -
Cor : S1S2 reguler , Gallop - , Murmur –
Pulmo : Ves +/+, Rh -/-, Wh -/-
Abdomen : BU +
Ekstermitas : Akral hangat
A/ Diare akut tanpa dehidrasi
Anemia
Diaper rash
Candidiasis
P/ IVFD KaEn 3B 6 tpm
Cefotaxime 3 x 400 mg IV
Ranitidine 2 x 10 mg IV
Ondansetron 1 mg prn
L. Bio 2 x 1 sachet
Zinkid 2 x1 sachet
Paracetamol 3 x 1 cth
Apyalis 1 x 1 cth
Nystatin drop 4 x 1,2 ml
Myco z 1 x 1 (oles)
Nasi tim 3 x

Obat Pulang
Cefixime 2 x setengah cth
Apyalis 1 x 1 cth

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Diare Akut


2.1.1 Definisi

Diare akut pada anak adalah diare yang terjadi secara mendadak dan berlangsung
kurang dari 14 hari (kebanyakan kurang dari 7 hari) pada bayi atau anak yang sebelumnya
sehat. Ada juga yang memberi batasan diare akut pada anak yaitu buang air besar lebih dari
3 kali dalam 24 jam dengan konsistensi cair dan berlangsung kurang dari 1 minggu .Nguyen,
David G. 2005. Pediatrics, Rotavirus. Available at http://www.emedicine.com/ diakses tanggal 31 juli 2018.

2.1.2 Epidemiologi
Berdasarkan data World Health Organization(WHO) ada 2 milyar kasus diare pada
orang dewasa di seluruh dunia setiap tahun. Di Amerika Serikat, insidens kasus diare
mencapai 200 juta hingga 300 juta kasus per tahun. Sekitar 900.000 kasus diare perlu
perawatan di rumah sakit. Di seluruh dunia, sekitar 2,5 juta kasus kematian karena diare
per tahun. Di Amerika Serikat, diare terkait mortalitas tinggi pada lanjut usia. Satu studi
data mortalitas nasional melaporkan lebih dari 28.000 kematian akibat diare dalam waktu
9 tahun, 51% kematian terjadi pada lanjut usia. Selain itu, diare masih merupa kan
penyebab kematian anak di seluruh dunia, meskipun tatalaksana sudah maju.Zein U. Diare akut
infeksius pada dewasa. e-USU Repository [Internet]. 2004. Available from:

http://repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/3388/1/penydalam-umar4.pdf

Diare akut merupakan salah satu penyebab utama morbiditas dan mortalitas anak-anak
di berbagai negara berkembang termasuk di Indonesia. Terdapat 60 juta episode diare akut
setiap tahunnya di Indonesia dimana 1-5 % daripadanya akan menjadi diare kronik dan
bila sampai terjadi dehidrasi berat yang tidak segera ditolong, 50-60% diantaranya dapat
meninggal dunia.

Berbagai faktor yang mempengaruhi kejadian diare antara lain :


 Faktor lingkungan
 Gizi
 Kependudukan
 Pendidikan
 Keadaan sosial ekonomi
 Perilaku masyarakat
Faktor lingkungan yang dimaksud adalah kebersihan lingkungan dan perorangan
seperti kebersihan puting susu, kebersihan botol dan dot susu, maupun kebersihan air yang
digunakan untuk mengolah susu dan makanan. Faktor gizi misalnya adalah tidak
diberikannya makanan tambahan meskipun anak telah berusia 4-6 bulan. Faktor pendidikan
yang utama adalah pengetahuan ibu tentang masalah kesehatan. Faktor kependudukan
menunjukkan bahwa insiden diare lebih tinggi pada penduduk perkotaan yang padat dan
miskin atau kumuh. Sedangkan faktor perilaku orangtua dan masyarakat misalnya adalah
kebiasaan ibu yang tidak mencuci tangan sebelum menyiapkan makanan, setelah buang air
besar atau membuang tinja anak. Faktor-faktor di atas terkait erat dengan faktor ekonomi
Irwanto, 2002. Ilmu Penyalit Anak; Diagnosa dan Penatalaksanaan. Salemba Medika. Jakarta,
masing-masing keluarga.
hal : 73 – 79

2.1.3 Etiologi

Penyebab infeksi utama timbulnya diare umumnya adalah golongan virus, bakteri dan
parasit. Dua tipe dasar dari diare akut karena infeksi adalah non-inflammatory dan
inflammatory. Enteropatogen menimbulkan diare non-inflammatory melalui produksi
enterotoksin oleh bakteri, destruksi sel permukaan vili oleh virus, perlekatan oleh parasit,
perlekatan dan/atau translokasi dari bakteri. Sebaliknya diare inflammatory biasanya
disebabkan oleh bakteri yang menginvasi usus secara langsung atau memproduksi
sitotoksin.Alfa, Yasmar. 2010. Diare Akut Pada Anak. Bandung : SMF Ilmu Kesehatan Anak FK UNPAD/RSHS.

GOLONGAN BAKTERI GOLONGAN VIRUS GOLONGAN PARASIT


Aeromonas Astrovirus Balantidium coli
Bacillus cereus Calcivirus (Norovirus, Sapovirus) Blastocystis homonis
Canpilobacter jejuni Enteric adenovirus Crytosporidium parvum
Clostridium perfringens Coronavirus Entamoeba histolytica
Clostridium defficile Rotavirus Giardia lamblia
Escherichia coli Norwalk virus Isospora belli
Plesiomonas shigeloides Herpes simpleks virus Strongyloides stercoralis
Salmonella Cytomegalovirus Trichuris trichiura
Shigella
Staphylococcus aureus
Vibrio cholera
Vibrio parahaemolyticus
Yersinia enterocolitica

Tabel 1. Penyebab diare akut pada manusia


Tabel 2. Enteropatogen penyebab diare yang tersering berdasarkan umurWHO, 2004. Diarrhoea :
Water, Sanitation and Hygiene Links to Health.

Di samping itu penyebab diare noninfeksi yang dapat menimbulkan diare pada anak
antara lain alergi makanan, neoplasma, defek anatomis (seperti atrofi mikrovilli, malrotasi, dan
penyakit Hirschsprung), malabsorbsi, keracunan makanan, dan penyebab lain seperti infeksi
non-gastrointestinal, alergi susu sapi, keracunan makanan, dan defisiensi imun.

2.1.4 Cara Penularan


Cara penularan diare umumnya melalui cara fekal – oral yaitu melalui makanan atau
minuman yang tercemar oleh enteropatogen, atau kontak langsung tangan dengan penderita
atau barang – barang yang telah tercemar tinja penderita atau tidak langsung melalui lalat
(melalui 4 F = finger, flies, fluid, field).

2.1.5 Patogenesis

Virus

 Beberapa jenis virus seperti Rotavirus, berkembang biak dalam epitel vili usus halus,
menyebabkan kerusakan sel epitel dan pemendekan vili. Hilangnya sel-sel vili yang
secara normal mempunyai fungsi absorbsi dan penggantian sementara oleh sel epitel
berbentuk kripta yang belum matang, menyebabkan usus mensekresi air dan elekrolit.
Kerusakan vili dapat juga dihubungkan dengan hilangnya enzim disakaridase terutama
laktase. Penyembuhan terjadi bila vili mengalami regenerasi dan epitel vilinya menjadi
matang.

Bakteri
 Penempelan di mukosa. Bakteri yang berkembang biak dalam usus halus pertama-tama
harus menempel mukosa untuk menghindarkan diri dari penyapuan. Penempelan terjadi
melalui antigen yang menyerupai rambut getar, disebut pili atau fimbria yang melekat
pada reseptor di permukaan usus. Hal ini terjadi misalnya pada E. coli enterotoksigenik
dan V. Cholera. Pada beberapa keadaan, penempelan di mukosa dihubungkan dengan
perubahan epitel usus yang menyebabkan pengurangan kapasitas penyerapan atau
menyebabkan sekresi cairan.
 Toksin yang menyebabkan sekresi. E. coli enterotoksigenik, V. cholerae dan beberapa
bakteri lain mengeluarkan toksin yang menghambat fungsi sel epitel. Toksin ini
mengurangi absorbsi natrium melalui vili dan mungkin meningkatkan sekresi chlorida
dari kripta, yang menyebabkan sekresi air dan elektrolit. Penyembuhan terjadi bila sel
yang sakit diganti dengan sel yang sehat setelah 2-4 hari.
 Invasi mukosa. Shigella, C. Jejuni, E. coli enteroinvasife dan Salmonella dapat
menyebabkan diare berdarah melalui invasi dan perusakan sel epitel mukosa. Ini terjadi
sebagian besar di colon dan bagian distal ileum. Invasi mungkin diikuti dengan
pembentukan mikroabses dan ulkus superfisial yang menyebabkan adanya sel darah
merah dan sel darah putih atau terlihat adanya darah dalam tinja. Toksin yang
dihasilkan oleh kuman ini menyebabkan kerusakan jaringan dan kemungkinan juga
sekresi air dan elektrolit dari mukosa.

Parasit

 Penempelan mukosa. G. Lamblia dan Cryptosporodium menempel pada epitel usus


halus dan menyebabkan pemendekan vili yang kemungkinan menyebabkan diare.
Invasi mukosa. E. histolytica menyebabkan diare dengan cara menginvasi epitel mukosa di
kolon atau ileum yang menyebabkan mikroabses dan ulkus. Namun hal ini baru terjadi bila
strainnya sangat ganas. Irwanto, 2002. Ilmu Penyalit Anak; Diagnosa dan Penatalaksanaan. Salemba Medika. Jakarta, hal :
73 – 79

2.1.6 PATOFISIOLOGI
Ada 3 prinsip meaknisme terjadinya diare cair, yaitu sekretorik, osmotik dan invasif.
Meskipun dapat melalui ketiga mekanisme tersebut, diare sekretorik lebih sering ditemukan
pada infeksi saluran cerna.

1. Diare Osmotik
Mukosa usus halus adalah epitel berpori, yang dapat dilalui oleh air dan elektrolit
dengan cepat untuk mempertahankan tekanan osmotik antara lumen usus dengan cairan
ekstrasel. Adanya bahan yang tidak diserap, menyebabkan bahan intraluminal pada usus halus
bagian proksimal tersebut bersifat hipertoni dan menyebabkan hiperosmolaritas. Akibat
perbedaan tekanan osmose antara lumen usus dan darah maka pada segmen usus jejunum yang
bersifat permeable, air akan mengalir kea rah jejunum, sehingga akan banyak terkumpul air
dalam lumen usus. Na akan mengikuti masuk ke dalam lumen, dengan demikian akan
terkumpul cairan intraluminal yang besar dengan kadar Na normal. Sebagian kecil cairan ini
akan dibawa kembali, akan tetapi lainya akan tetap tinggal di lumen oleh karena ada bahan
yang tidak dapat diserap seperti Mg, glukosa, sucrose, lactose, maltose di segmen ileum dan
melebihi kemampuan absorbs kolon, sehinga terjadi diare. Bahan-bahan seperti karbohidrat
dan jus buah, atau bahan yang mengandung sorbitol dalam jumlah berlabihan akan memberikan
dampak yang sama.Panduan Praktek Klinin (PPK) Divisi Gastrohepatologi.Departemen Kesehatan Anak. RSUP Dr.Mohammad
Hoesin Palembang.2014

2. Diare Sekretorik

Diare sektorik disebabkan oleh sekresi air dan elektrolit ke dalam usus halus yang
terjadi akibat gangguan absorbs natrium oleh vilus saluran cerna, sedangkan sekresi klorida
tetap berlangsung atau meningkat. Keadaan ini menyebabkan air dan elektrolit keluar dari
tubuh sebagai tinja cair. Diare sekretorik ditemukan diare yang disebabkan oleh infeksi bakteri
akbat rangsangan pada mukosa usus halus oleh toksin E.coli atau V. cholera.01.Pickering LK and

Snyder JD. Gastroenteritis in Nelson Textbook ofPediatric,17Edition. 2003. page1272-1276

Osmolaritas tinja diare sekretorik isoosmolar terhadap plasma. beda osmotik dapat
dihitung dengan mengukur kadar elektrolit tinja. Karena Natrium ( Na+) dan kalium (K+)
merupakan kation utama dalam tinja, osmolalitas diperkirakan dengan mengalikan jumlah
kadar Na + dan K+ dalam tinja dengan angka 2. Jika diasumsikan osmolalitas tinja konstan
290 mOsm/L pada tinja diare, maka perbedaan osmotic 290-2 (Na++K+). Pada diare osmotik,
tinja mempunyai kadar Na+ rendah (<50 mEq/L)dan beda osmotiknya bertambah besar (>160
mOsm/L). Pada diare sekretorik tinja diare mempunyai kadar Na tinggi (>90 mEq/L), dan
perbedaan osmotiknya kurang dari 20 mOsm/L.Alfa, Yasmar. 2010. Diare Akut Pada Anak. Bandung : SMF Ilmu
Kesehatan Anak FK UNPAD/RSHS

Karakteristik Osmotik Sekretorik


Volume tinja <200 ml/hari >200 ml/hari
Puasa Diare berhenti Diare berlanjut
Na+ tinja <70 mEq/L >70 mEq/L
Reduksi (+) (-)
pH tinja <5 >6
Tabel 3. Perbedaan Diare Osmotik dan Sekretorik

Dikenal bahan-bahan yang menstimulasi sekresi lumen yaitu enterotoksin bakteri dan
bahan kimia yang dapat menstimulasi seperti laksansia, garam empedu bentuk dihidroxy, serta
asam lemak rantai panjang. Toksin penyebab diare ini terutama bekerja dengan cara
meningkatkan konsentrasi intrasel cAMP, cGMP, atau Ca++ yang selanjutnya akan
mengaktifasi protein kinasi. Pengaktifan protein kinase akan menyebabkan fosforilase
membrane protein sehingga mengakibatkan perubahan saluran ion, akan menyebabkan Cl- di
kripta keluar. Di sisi lain terjadi peningkatan aktivitas pompa natrium, dan natrium masuk ke
dalam lumen usus bersama Cl-. Panduan Praktek Klinin (PPK) Dvisi Gastrohepatologi.Departemen Kesehatan Anak. RSUP
Dr.Mohammad Hoesin Palembang.2014

3. Diare Invasif
Akibat kehilangan sel epitel dan kerusakan tight junction, tekanan hidrostatik dalam
pembuluh darah dan limfatik menyebabkan air, elektrolit, mucus, protein dan seringkali sel
darah merah dan sel darah putih menumpuk dalam lumen. Biasanya diare akibat inflamasi ini
berhubungan dengan tipe diare lain seperti diare osmotik dan sekretorik.Panduan Praktek Klinin (PPK)
Dvisi Gastrohepatologi.Departemen Kesehatan Anak. RSUP Dr.Mohammad Hoesin Palembang.2014

2.1.6 Manifestasi Klinis

Infeksi usus menimbulkan tanda dan gejala gastrointestinal serta gejala lainya bila
terjadi komplikasi ekstraintestinal termasuk manifestasi neurologik. Gejala gastrointestinal
bias berupa diare, kram perut, dan muntah. Sedangkan manifestasi sistemik bervariasi
tergantung pada penyebabnya.1
Awalnya anak menjadi cengeng, gelisah, suhu badan meningkat, nafsu makan berkurang
atau tidak ada, kemudian timbul diare. Gejala muntah dapat terjadi sebelum dan atau sesudah
diare. Bila telah banyak kehilangan air dan elektrolit terjadilah dehidrasi. Berat badan turun.
Pada bayi, ubun-ubun besar cekung. Tonus dan turgor kulit berkurang. Selaput lendir bibir dan
mulut kering 4

 Diare cair akut (termasuk kolera) yang berlangsung beberapa jam sampai dengan
beberapa hari. Pada diare ini perlu diwaspadai bahaya terjadinya dehidrasi, juga dapat
terjadi penurunan berat badan apabila intake makanan kurang.
 Diare akut dengan pendarahan (disentri) , dimana pada diare ini bahaya utamanya adalah
kerusakan usus, sepsis, dan malnutrisi serta dehidrasi.
 Diare dengan malnutisi berat (marasmus atau kwashiorkor) dengan bahaya utamanya
antara lain infeksi sistemik berat, dehidrasi, gagal jantung, dan defisiensi mineral dan
vitamin 7
Gejala klinis Rotavirus Shigella Salmonella ETEC EIEC Kolera
Masa Tunas 17-72 jam 24-48 jam 6-72 jam 6-72 jam 6-72 jam 48-72 jam
Panas + ++ ++ - ++ -
Mual, muntah Sering Jarang Sering + - Sering
Nyeri perut Tenesmus Tenesmus, Tenesmus,kolik - Tenesmus, Kramp
kramp kramp
Nyeri kepala - + + - - -
lamanya sakit 5-7 hari >7hari 3-7 hari 2-3 hari variasi 3 hari

Sifat tinja:
Volume Sedang Sedikit Sedikit Banyak Sedikit Banyak
Frekuensi 5-10x/hari >10x/hari Sering Sering Sering Terus
menerus
Konsistensi Cair Lembek Lembek Cair Lembek Cair
Darah - + Kadang - + -
Bau Langu - Busuk - - Amis khas
Warna Kuning Merah- Kehijauan Tak Merah- Seperti air
hijau hijau berwarna hijau cucian beras
Leukosit - + + - - -
Lain-lain anorexia Kejang+ Sepsis + Meteorismus Infeksi -
sistemik+

Tabel 4. Gejala klinis diare akut oleh berbagai penyebab

2.1.7 Diagnosis dan Diagnosis Banding

1. Anamnesis
A. Riwayat diare sekarang :
- Sudah berapa lama diare berlangsung
- Total diare dalam 24 jam, diperkirakan dari frekuensi diare dan jumlah tinja
- Keadaan klinis tinja (warna, konsistensi, ada lendir atau darah tidak)
- Muntah (frekuensi dan jumlah)
- Demam
- Buang air kecil terakhir
- Anak lemah, rewel, rasa haus, kesadaran menurun
- Jumlah cairan yang masuk selama diare
- Tindakan yang telah diambil (diberi cairan, ASI, makanan, obat, oralit)
- Apakah ada yang menderita diare di sekitarnya
- Riwayat bepergian ke daerah yang sedang terkena wabah diare
- Kontak dengan orang yang sakit
- Penggunaan antibiotik
b. Riwayat diare sebelumnya : kapan, berapa lama
c. Riwayat penyakit penyerta saat ini
d. Riwayat imunisasi : lengkap atau tidak.
e. Riwayat makanan sebelum diare : ASI, susu formula, makan makanan yang tidak
biasa 6

2. Pemeriksaan fisik

Pada pemeriksaan fisik harus diperhatikan tanda utama yaitu, kesadaran, rasa
haus, turgor kulit abdomen. Perhatikan juga tanda tambahan, yaitu ubun-ubun besar
cekung atau tidak, mata cekung atau tidak, ada atau tidaknya air mata, kering atau
tidaknya mukosa mulut, bibir dan lidah. Jangan lupa menimbang berat badan.
Perhatikan pula ada tidaknya pernafasan cuping hidung, retraksi interkostal, akral
dingin, perfusi jaringan serta derajat dehidrasinya.

Penilaian derajat dehidrasi dilakukan sesuai dengan kriteria berikut Aswitha, dkk, 2000. Kapita
Selekta Kedokteran; Gastroenterologi Anak. Media Aesculapius. Jakarta, hal : 470 –471. dan Buku saku “Lintas Diare” oleh

depkes RI tahun 2011

a. Tanpa dehidrasi (kehilangan caiaran < 5% berat badan)


- Tidak ditemukan tanda utama dan tanda tambahan
- Keadaan umum baik baik dan sadar
- Tanda vital dalam batas normal
- Ubun-ubun besar tidak cekung, mata tidak cekung, air mata ada, mukosa mulut
dan bibir basah
- Turgor abdomen baik, bising usus normal
- Akral hangat
Pasien dapat dirawat di rumah, kecuali apabila terdapat komplikasi lain (tidak mau
minum, muntah terus menerus, diare yang frekuen).
b. Dehidarasi ringan sedang (kehilangan cairan 5-10% berat badan)
Apabila di dapatkan dua tanda atau lebih
- Keadaan umum gelisah dan cengeng
- Ubun-ubun besar sedikit cekung, mata sedikit cekung, air mata kurang, mukosa
mulut dan bibir sedikit kering
- Turgor kurang
- Akral hangat
- Minum dengan lahap, haus
c. Dehidrasi berat (kehilangan cairan > 10% berat badan)
Apabila di dapatkan dua tanda atau lebih
- Keadaan umum lemah, letargi atau koma
- Ubun-ubun besar sangat cekung, mata sangat cekung, air mata tidak ada,
mukosa mulut dan bibir sangat kering
- Turgor buruk
- Akral dingin
- Tidak bisa minum/malas minum

3. Pemeriksaan Penunjang
a. Pemeriksaaan tinja
- Makroskopis : bau, warna, lendir, darah , konsistensi
- Mikroskopis: eritrosit, lekosit, bakteri, parasit
- Kimia : PH, elektrolit (Na, K, HCO3)
- Biakan dan uji sensitivitas
b. Pemeriksaan darah : Darah lengkap, analisis gas darah dan elektrolit (terutama Na,
K, Ca, dan P serum pada diare yang disertai kejang), kadar
uerum dan kreatinin darah.
c. Pemeriksaan urin : urin rutin

2.1.8 Tatalakasana
Terdapat lima pilar penting dalam tatalaksana diare yaitu rehidrasi/oralit, berikan tablet
Zinc selama 10 hari berturut-turut, dukungan nutrisi, pemberian obat sesuai indikasi dan
edukasi pada orang tua.5
1. Atasi dehidrasi
 Tanpa dehidrasi
Cairan rumah tangga dan ASI diberikan semaunya, oralit diberikan sesuai
usia setiap kali buang air besar atau muntah dengan dosis:

- < 1 tahun: 50-100 cc


- 1-5 tahun : 100-200 cc
- 5 tahun : semaunya.
 Dehidrasi ringan sedang
Rehidrasi dengan oralit 75 cc/kgBB dalam 3 jam pertama dilanjutkan
pemberian kehilangan cairan yang sedang berlangsung sesuai umur seperti di
atas setiap kali buang air besar.

 Dehidrasi berat
Rehidrasi parenteral dengan cairan ringer laktat atau ringer asetat 100
cc/kgBB. Cara pemberian :

- < 1 tahun 30cc/kgBB dalam 1 jam pertama dilanjutkan 70 cc/kgBB dalam


5 jam berikutnya.
- 1 tahun : 30 cc/kgBB dalam ½ jam pertama dilanjutkan 70 cc/kgBB dalam
2 ½ jam berikutnya.
Minum diberikan jika pasien sudah mau minum 5 cc/kgBB selama proses
rehidrasi.

2. Beri Zinc
Beri zinc 10 hari berturut-turut walaupun diare sudah berhenti. Umur < 6 bulan diberi
10 mg (1/2 tablet) perhari dan umur > 6 bulan diberi 20 mg (1tablet) perhari.
3. Pemakaian antibiotik
Antibiotika pada umumnya tidak diperlukan pada semua diare akut oleh karena sebagian
besar diare infeksi disebabkan oleh Rotavirus yang sifatnya self limited dan tidak dapat
dibunuh dengan antibiotika. Namun, apabila diare disebabkan oleh infeksi bakteri,
diberikan antibiotika sesuai dengan bakteri penyebab.
Penyebab Antibiotik pilihan Alternatif
Kolera Tetracycline 12,5 Erythromycin
mg/kgBB 12,5 mg/kgBB
4x sehari selama 3 4x sehari selama
hari 3 hari
Shigella Ciprofloxacin 15 Pivmecillinam
Disentri mg/kgBB 20 mg/kg BB
2x sehari selama 3 4x sehari selama
hari 3 hari
Ceftriaxone 50-
100 mg/kgBB
1x sehari IM
selama 2-5 hari
Amoebiasis Metronidazole 10
mg/kgBB
3xs ehari selama 5
hari (10 hari pada
kasus berat)
Giadiasis Metronidazole
5mg/kgBB
3x sehari selama 5
hari
Tabel 7. Pilihan Antibiotika Sesuai Etiologi Diare

4. Diet
Anak tidak boleh dipuasakan, makanan diberikan sedikit-sedikit tapi sering, rendah
serat, buah-buahan diberikan terutama pisang.

5. Nasihati orangtua
penyuluhan tentang penanganan diare dan cara-cara pencegahan diare

2.1.9 Pencegahan
Patogen penyebab diare umumnya disebarkan secara fekal-oral. Pemutusan penyebaran
kuman penyebab diare perlu difokuskan pada cara penyebaran ini. Upaya pencegahan diare
yang terbukti efektif meliputi pemberian ASI yang benar, memperbaiki penyiapan dan
penyimpanan makanan pendamping ASI, menggunakan air bersih yang cukup, membudayakan
kebiasaan mencuci tangan dengan sabun sehabis buang air besar dan sebelum makan,
penggunaan jamban yang bersih dan higienis oleh seluruh anggota keluarga, serta membuang
tinja bayi yang benar. Selain itu, diperlukan upaya-upaya untuk memperbaiki daya tahan tubuh
pejamu. Cara-cara yang dapat dilakukan untuk meningkatkan daya tahan tubuh anak dan dapat
juga mengurangi resiko diare antara lain memberi ASI paling tidak sampai usia 2 tahun,
Meningkatkan nilai gizi makanan pendamping ASI dan memberi makan dalam jumlah yang
cukup untuk memperbaiki status gizi anak, dan imunisasi campak.
Pada balita 1-7% kejadian diare berhubungan dengan campak, dan diare yang etrjadi
umunya lebih berat dan lebih lama (susah diobati, cenderung menjadi kronis) karena adanya
kelainan pada epitel usus. Diperkirakan imunisasi campak yang mencakup 45-90% bayi
berumur 9-11 bulan dapat mencegah 40-60% kasus campak, 0,6-3,8% kejadian diare dan 6-
25% kematian karena diare pada balita.
Selain imunisasi campak, dapat juga diberikan vaksin rotavirus apabila tersedia. Di
dunia telah beredar 2 vaksin rotavirus oral yang diberikan sebelum usia 6 bulan dalam 2-3 kali
pemberiian dengan interval 4-6 minggu. 1,2

2.1.10 Komplikasi

Kehilangan cairan dan kelainan elektrolit merupakan komplikasi utama, terutama pada
lanjut usia dan anak-anak. Pada diare akut karena kolera, kehilangan cairan terjadi secara
mendadak sehingga cepat terjadi syok hipovolemik. Kehilangan elektrolit melalui feses dapat
mengarah terjadinya hipokalemia dan asidosis metabolik. Pada kasus-kasus yang terlambat
mendapat pertolongan medis, syok hipovolemik sudah tidak dapat diatasi lagi, dapat timbul
nekrosis tubular akut ginjal dan selanjutnya terjadi gagal multi organ. Komplikasi ini dapat
juga terjadi bila penanganan pemberian cairan tidak adekuat, sehingga rehidrasi optimal tidak
tercapai. Haemolityc Uremic Syndrome (HUS) adalah komplikasi terutama oleh EHEC. Pasien
HUS menderita gagal ginjal, anemia hemolisis, dan trombositopeni 12-14 hari setelah diare.
Risiko HUS meningkat setelah infeksi EHEC dengan penggunaan obat anti-diare, tetapi
hubungannya dengan penggunaan antibiotik
masih kontroversial.Farthing M, Salam MA, Lindberg G, Dite P, Khalif I, Salazar-Lindo E, et al. Acute diarrhea in adults
and children: A global perspective. World Gastroenterology Organisation Global Guidelines. J Clin Gastroenterol. 2013; 47(1): 12-20.

2.1.9 Prognosis

Bila kita menatalaksana diare sesuai dengan 4 pilar diare, sebagian besar (90%) kasus
diare pada anak akan sembuh dalam waktu kurang dari 7 hari, sebagian kecil (5%) akan
melanjut dan sembuh dalam kurang dari 7 hari, sebagian kecil (5%) akan menjadi diare
persisten.2
BAB III
ANALISA KASUS
1. Anamnesis
 Pasien datang dengan keluhan mencret 4 hari SMRS
 Pasien mengeluh muntah

Manifestasi klinik yang timbul pertama kali oleh pasien adalah mencret > 10 kali.
Keluhan mencret juga disertai muntah

2. Pemeriksaan Fisik
Pemeriksaan Fisik ditemukan:
 Mulut : oral trush
 Anus : eriteme
3. Pemeriksaan laboratorium
Dari anamnesis dan pemeriksaan fisik perlu dilakukan pemeriksaan penunjang
berupa tes yang mendukung untuk menegakkan diagnosis.

Pemeriksaan H2TL pada tanggal 31/7/2018

PARAMETER HASIL SATUAN NILAI RUJUKAN


Hemoglobin 10,8 g/dL 10,80 – 15,60
Leukosit 8.300 /µL 4.500 – 13.500
Hematokrit 32 % 33,00 – 45,00
Trombosit 326.000 /µL 1500.000 – 440.000

Hasil feses pada tanggal 31/7/2018

PARAMETER HASIL SATUAN NILAI RUJUKAN


warna Kunig kehijauan coklat
bau khas khas
darah negatif negatif
konsistensi Agak cair Padat/lunak
lendir positif negatif
pH -
PARAMETER HASIL SATUAN NILAI RUJUKAN
leukosit 5-6 /LPB 0-2
eritrosit 1-2 /LPB negatif
makrofag -
Sisa makanan positif /LPB positif
Telur cacing - /LPB negatif
Amuba - /LPB negatif
Amilum - negatif
lemak positif /LPB negatif
Lain lain -
Dari hasil anamnesis, pemeriksaan fisik, dan pemeriksaan penunjang dapat ditegakkan
diagnosis diare akut, diaper rush, anemia dan candidiasis.

PENATALAKSANAAN

 Diit Saluran Pencernaan : Nasi tim 3x


Kausal
Cefotaxime 3 x 300 mg i.v. selama
Simptomatis
IVFD KAEN 3B 6 tpm
Ranitidine 2 x 9,5 mg
Ondansetron 1 mg jika mual
Paracetamol 3 x 1 cth prn
Apyalis 1x 1 cth
L Bio 2 x 1 sachet
Zinkid 2 x1 cth
Kebutuhan cairan :
9,2 kg jadi 9,2 x 70 = 644 cc
15 x 644 = 6 tpm
60 x 24
BAB IV

PENUTUP

Kesimpulan

Diare adalah penyakit yang banyak menyebabkan kematian jika tidak di tangani dengan
baik. Diare akut adalah buang air besar lebih dari 3 kali dalam 24 jam dengan konsistensi cair
dan berlangsung kurang dari 2 minggu. Diare akut pada anak lebih sering disebabkan oleh virus
dibandingkan oleh bakteri. Virus yang paling sering menginfeksi saat diare adalah rotavirus,
sedangkan bakteri yang paling sering adalah E. Coli. Diare akut dibagi menjadi 3 yaitu diare
akut tanpa dehidrasi berat, diare akut dengan dehidrasi ringan sedang, dan diare akut dengan
dehidrasi berat. Diare berhaya saat tidak diobati karena menyebabkan dehidrasi berat sehingga
terjadi syok hipovolemik. hal menyebabkan kematian. Manifestasi klinis berupa mencret yang
dapat di ikuti mual, muntah, maupun nyeri perut dan demam. Anamnesis dan pemeriksaan fisik
yang baik sangat membantu dalam menegakkan diagnosis diare.

Pada pasien terdapat mencret selama beberapa hari dengan frekuensi lebih dari 3 kali
selama 4 hari. Pasien juga mengalami muntah. Pada pemeriksaan fisik tidak didapatkan mata
cekung, maupun konjungtiva anemis . Pasien diterapi dengan LINTAS Diare (Lima Langkah
Tuntaskan Diare) sesuai derajad dehidrasi. Terapi LINTAS diare adalah pemberian
oralit/rehidrasi, pemberian zinc selama 10 hari, meneruskan ASI/makanan, pemberian
antibiotik selektif, serta nasihat pada orang/pengasuh mengenai tanda-tanda bahaya diare dan
pencegahan diare.

.
DAFTAR PUSTAKA

1. Nguyen, David G. 2005. Pediatrics, Rotavirus. Available at http://www.emedicine.com/


diakses tanggal 31 juli 2018.
2. Staf pengajar Ilmu Kesehatan Anak FK UI. Gastroenterologi. Bagian Ilmu Kesehatan
Anak Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia. Jakarta.1998. hal 283-293.
3. Farthing M, Salam MA, Lindberg G, Dite P, Khalif I, Salazar-Lindo E, et al. Acute
diarrhea in adults and children: A global perspective. World Gastroenterology
Organisation Global Guidelines. J Clin Gastroenterol. 2013; 47(1): 12-20.
4. Aswitha, dkk, 2000. Kapita Selekta Kedokteran; Gastroenterologi Anak. Media
Aesculapius. Jakarta, hal : 470 –471.

5. Buku saku “Lintas Diare” oleh depkes RI tahun 2011

6. Subagyo, 2004. Standar Pelayanan Medis Kelompok Staf Medis Fungsional Anak RSUD
Dr. Moewardi Surakarta. Surakarta, hal : 58-63

7. WHO, 2004. Diarrhoea : Water, Sanitation and Hygiene Links to Health.

8. Irwanto, 2002. Ilmu Penyalit Anak; Diagnosa dan Penatalaksanaan. Salemba Medika.
Jakarta, hal : 73 – 79

9. Alfa, Yasmar. 2010. Diare Akut Pada Anak. Bandung : SMF Ilmu Kesehatan Anak FK
UNPAD/RSHS.

10. Pickering LK and Snyder JD. Gastroenteritis in Nelson Textbook of Pediatric,17Edition.


2003. page1272-1276

11. Zein U. Diare akut infeksius pada dewasa. e-USU Repository [Internet]. 2004. Available
from: http://repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/3388/1/penydalam-umar4.pdf

12. IDAI, 2010. Pedoman Pelayanan Medis. Badan Penerbit IDAI. Jakarta, hal : 58-62.

You might also like