Professional Documents
Culture Documents
“KEJANG”
OLEH :
KELOMPOK III B
Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT karen atas limpahan rahmat
dan karunianya sehingga kami dapat menyelesaikan makalah “KEPERAWAN
GAWAT DARURAT 1”ini dengan tepat waktu. Taklupa pula hantarkan shalawat dan
taslim kepada baginda Rasulullah Muhammad SAW.
Ucapan terimakasih kami ucapkan kepada semua pihak yang terkait terutama
kepada ibu/bapak yang telah memberikan kami dukungan baik secara moral maupun
moril dan senantiasa memberikan semangat kepada kami untuk dapat menyelesaikan
Kasusini. Walaupun kami memiliki banyak kendala, akan tetapi Kendal aitu kami
jadikan sebagai bahan motivasi kami.
Namun, di samping itu kami menyadari bahwa laporan kami ini jauh dari
kesempurnaan serta masih banyak kekeliruan. Maka dari itu kami sangat
mengharapkan saran dan kritik yang bersifat membangun untuk makalah kami
selanjutnya agar menjadi lebih baik lagi.
Penyusun
MODUL 4 GANGGUAN KESADARAN
SKENARIOM 2:
1. An.R 10 Tahun
2. kejang
3. gangguan kesadaran
4. kekakuan otot skelet
5. kejang ransang
6. kejang spotan yang sifatnya tonik dan umum
7. trismus
8. risus sardonikus
9. kaku kuduk
10. opistotonus
11. perut papan
1. usia 10 Tahun
2. kejang adalah pelepasan elektrik yang mendadak dari abnormal dari otak yang
menyebabkan perubahan sensasi, perilaku gerakan, persepsi, dan kesadaran.
3. gangguan kesadaran adalah peristiwa perubahan pada segenap kondisi
piskis,sehingga pribadi menjadi tidak jernih dan tidak ceria secara psikis.
4. kekakuan otot skelet adalah rasa sakit yang muncul pada bagian otot yang
melibatkan ligmen,tendon dan jaringan ikat
5. trismus adalah suatu gejala ,dimana terjadinya kekakuan sendi yang
menyebabkan gangguan membuka mulut yang tidak permanen
6. risus sardonikus adalah spasme otot muka dengan gambaran alis tertarik
keatas,sudut mulut tertarik keluar dan kebawah,bibir tertekan kuat
7. kaku kuduk adalah suatu kondisis kekakuan pada leher akibat perangsangan
pada selaput otak.
8. opistotonus adalah posisi yang tidak seimbang yang menjadi akibat kontraksi
yang tidak henti-hentinya,jadi semua otot yang berlawanan semuanya,dan
terjadinya kekejangan tubuh dengan ciri khas tulang punggung melengkung
ke belakang,tungkai meregang,dan siku ke belakang
9. perut papan adalah terjadi akibat kontraksi otot dinding abdomen secara
volunteer
CORE PROBLEM
DIAGNOSA KEPERAWATAN
Kejang
PERTANYAAN PENTING
DIAGNOSA BANDING
Otak adalah suatu alat tubuh yang sangat penting karena merupakan
pusat komputer dari semua alat tubuh, bagian dari syaraf sentral yang terletak
di dalam rongga tengkorak (Kranium) yang dibungkus oleh selaput otak yang
kuat.
Bagian-bagian otak :
1) Hipotalamus merupakan bagian ujung depan diesenfalon yang terletak di
bawah sulkus hipotalamik dan di depan nucleus interpundenkuler hipotalamus
terbagi dalam berbagai inti dan daerah inti. Terletak pada anterior dan inferior
thalamus berfungsi mengontrol dan mengatur sistem syaraf autonom juga
bekerja dengan hipofisis untuk mempertahankan keeimbangan cairan,
mempertahankan pengaturan suhu tubuh melalui peningkatan vasokontriksi
atau vasodilatasi dan mempengaruhi sekresi hormonal dengan kelenjar
hipofisis, juga sebagai pusat lapar dan mengontrol berat badan, sebagai
pengatur tidur, tekanan darah, perilaku agresif dan seksual dan pusat respon
emosional.
2. Talamus berada pada salah satu sisi pada sepertiga ventrikel dan aktivitas
primernya sebagai pusat penyambung sensasi bau yang diterima semua
impuls memori, sensasi dan nyeri melalui bagian ini.
3. Traktus Spinotalamus (serabut-serabut segera menyilang kesisi yang
berlawanan dan masuk ke medulla spinulis dan naik). Bagian ini bertugas
mengirim impuls nyeri dan temperatur ke talamus dan kortek serebri.
4. Kelenjar Hipofisis dianggap sebagai masker kelenjar karena sejumlah
hormonhormon dan fungsinya diatur oleh kelenjar ini. Hipofisis merupakan
bagian otak yang tiga kali lebih sering timbul tumor pada orang dewasa.
5. Hipotesis Termostatik : mengajukan bahwa suhu tubuh diatas titik tersebut
akan menghambat nafsu makan.
6. Mekanisme Aferen : empat hipotesis utama tentang mekanisme aferen yang
terlibat dalam pengaturan masukan makanan telah diajukan, dan keempat
hipotesis itu tidak ada hubunganya satu dengan yang lain.
B. Fisiologi
Hipotalamus mempunyai fungsi sebagai pengaturan suhu tubuh dan untuk
mempertahankan keseimbangan cairan dalam tubuh.
a. Pirogen Endogen
Demam yang ditimbulkan oleh Sitokin mungkin disebabkan oleh pelepasan
prostaglandin lokal di hipotalamus. Penyuntikan prostaglandin kedalam
hipotalamus menyebabkan demam. Selain itu efek antipiretik aspirin bekerja
langsung pada hipotalamus, dan aspirin menghambat sintesis prostaglandin.
b. Pengaturan Suhu
Dalam tubuh, panas dihasilkan oleh gerakan otot, asimilasi makanan, dan
oleh semua proses vital yang berperan dalam metabolisme basal. Panas
dikeluarkan dari tubuh melalui radiasi, konduksi (hantaran) dan penguapan
air disaluran nafas dan kulit. Keseimbangan pembentukan pengeluaran panas
menentukan suhu tubuh, karena kecepatan reaksi-reaksi kimia bervariasi
sesuai dengan suhu dank arena sistem enzim dalam tubuh memiliki rentang
suhu normal yang sempit agar berfungsi optimal, fungsi tubuh normal
bergantung pada suhu yang relatif konstan.
Kejang merupakan perubahan fungsi otak mendadak dan sementara
sebagai mengakibatkan akibat dari aktivitas neuronal yang abnormal dan
pelepasan listrik serebral yang berlebihan.(betz & Sowden,2002).
Kejang demam adalah terbebasnya sekelompok neuron secara tiba-tiba yang
suatu kerusakan kesadaran, gerak, sensasi atau memory yang bersifat
sementara. Jadi dapat disimpulkan kejang demam adalah kenaikan suhu
tubuh yang menyebabkan perubahan fungsi otak akibat perubahan potensial
listrik serebral yang berlebihan sehingga mengakibatkan renjatan berupa
kejang.
C. Definisi
Kejang merupakan pelepasan elektrik yang mendadak yang abnormal dari otak
yang menyebabkan perubahan sensasi,perilaku gerakan, persepsi, atau kesadaran.
D. Etiologi
Kejang dapat disebabkan oleh berbagai patologis termasuk tumor otak ,
truma, bekuan darah pada otak, meningitis, ensefalitis, gangguan elektrolit dan
gejala putus alcohol dan gangguan metabolic, uremia, overhidrasi, toksik
subcutan, sabagian kejang merupakanidiopatuk ( tidak diketahui etiologinya )
1. Intrakranial
Asfiksia : Ensefalitis, hipoksia iskemik
Trauma (perdarahan) : Perdarahan sub araknoid, sub dural atau intra
ventricular
Infeksi : Bakteri virus dan parasit
Kelainan bawaan : Disgenesis, korteks serebri
2. Ekstra cranial
Gangguan metabolic :Hipoglikemia, hipokalsemia, hipomagnesimia, gangguan
elektrolit (Na dan K)
Toksik : Intoksikasi anestesi lokal, sindrom putus obat Kelainan yang
diturunkan: Gangguan metabolism asam amino, ketergantungan dan
kekurangan asam amino
3. Idiopatik
Kejang neonates, fanciliel benigna, kejang hari ke 5
E. Patofisiologi
Untuk mempertahankan kelangsungan hidup sel atau organ otak diperlukan
suatu energy yang didapat dari metabolisme. Bahan baku untuk metabolisme otak
yang terpenting adalah glaukosa. Sifat proses itu adalah oksidasi dimana oksigen
disediakan dengan peraataraan fungsi paru dan diteruskan ke otak melalui system
kardiovaskuler. Jadi sumber energi otak adalah glukosa yang melalui proses
oksidasi dipecah menjadi CO2 dan air. Sel dikelilingi oleh suatu membrane yang
terdiri dari permukaan dalam adalah lipoid dan permukaan luar adalah ionic.
Dalam keadaan normal membrane sel neuron dapat dilalui dengan mudah oleh ion
kalium (K+) dan sangat sulit dilalui oleh ion natrium (NA+) dan elektrolit
lainnya, kecuali ion klorida (Cl-). Akibatnya konsentrasi K+ dalam sel neuron
tinggi dan konsentrasi Na+ rendah, sedangkan diluar sel neuron terdapat keadaan
sebaliknya. Karena perbedaan jenis dan konsentrasi ion di dalam dan di luar sel,
maka terdapat perbedaan yang disebut potensial membrane dari sel neuron. Untuk
menjaga keseimbangan potensial membrane ini diperlukan energi dan bantuan
enzim Na-K-ATPase yang terdapat pada permukaan sel, Keseimbangan potensial
membrane ini dapat dirubah oleh adanya :
1. perubahan konsentrasi ion di ruang ekstraseluler.
2. rangsangan yang datangnya mendadak misalnya mekanis, kimiawi atau
aliran listrik dari sekitarnya.
3. perubahan patofisiologi dari membran sendiri karena penyakit atau
keturunan.
Pada keadaan demam kenaikan suhu 10C akan mengakibatkan
kenaikan metabolisme basal10%-15% dan kebutuhan oksigen akan
meningkat 20%. Pada seorang anak berumur 3 tahun sirkulasi otak mencapai
65% dari seluruh tubu, dibandingkan dengan orang dewasa yang hanya 15%.
Jadi pada kenaikan suhu tubuh tertentu dapat terjadi perubahan
keseimbangan
dari membran sel neuron dan dalam waktu yang singkat terjadi difusi
dari ion kalium maupun ion Natrium melalui membran tadi, dengan akibat
terjadinya lepas muatan listrik. Lepas muatan ini demikian besarnya sehingga
dapat meluas keseluruh sel maupun ke membran sel tetangganya dengan
bantuan bahan yang disebut neurotransmiter dan terjadilah kejang. Tiap anak
mempunyai ambang kejang yang berbeda dan tergantung dari tinggi
rendahnya ambang kejang seseorang anak menderita kejang pada kenaikan
suhu tertentu. Pada anak dengan ambang kejang yang rendah, kejang terjadi
pada suhu 380C sedangkan pada anak dengan ambang kejang yang tinggi,
kejang baru terjadi pada suhu 400C atau lebih.
Dari kenyataan ini dapatlah disimpulkan bahwa terulangnya kejang
demam lebih sering terjadi pada ambang kejang yang rendah sehingga dalam
penanggulangannya perlu diperhatikan pada tingkat suhu berapa penderita
kejang. Kejang demam yang berlangsung singkat pada umumnya tidak
berbahaya dan tidak menimbulkan gejala sisa. Tetapi pada kejang yang
berlangsung lama ( lebih dari 15 menit) biasanya disertai terjadinya apnea,
meningkatnya kebutuhan oksigen dan energi untuk kontraksi otot skelet yang
akhirnya terjadi hipoksemia, hiperkapnia, asidosis laktat disebabkan oleh
metabolisme anaerob,hipotensi arterial disertai denyut jantung yang tidak
teratur dan suhu tubuh makin meningkat disebabkan meningkatnya aktivitas
otot dan selanjutnya menyebabkan metabolisme otakmeningkat. Rangkaian
kejadian diatas adalah faktor penyebab hingga terjadinya kerusakan neuron
otak selama berlangsungnya kejang lama. Faktor terpenting adalah gangguan
peredaran darah yang mengakibatkan hipoksia sehingga meninggikan
permeabilitas kapiler dan timbul edema otak yang mengakibatkan kerusakan
sel neuron otak. Kerusakan pada daerah mesial lobus temporalis setelah
mendapat serangan kejang yang berlangsung lama dapat menjadi “matang”
di kemudian hari, sehingga terjadi serangan epilepsi yang spontan. Jadi
kejang demam yang berlangsung lama dapat menyebabkan kelainan
anatomis di otak hingga terjadi epilepsi.(FKUI, 2007).
F. Klasifikasi Kejang
Kejang yang merupakan pergerakan abnormal atau perubahan tonus badan
dan tungkai dapat diklasifikasikan menjadi 3 bagian yaitu : kejang, klonik, kejang
tonik dan kejang mioklonik.
a. Kejang Tonik
Kejang ini biasanya terdapat pada bayi baru lahir dengan berat badan rendah
dengan masa kehamilan kurang dari 34 minggu dan bayi dengan komplikasi
prenatal berat. Bentuk klinis kejang ini yaitu berupa pergerakan tonik satu
ekstrimitas atau pergerakan tonik umum dengan ekstensi lengan dan tungkai
yang menyerupai deserebrasi atau ekstensi tungkai dan fleksi lengan bawah
dengan bentuk dekortikasi. Bentuk kejang tonik yang menyerupai deserebrasi
harus di bedakan dengan sikap epistotonus yang disebabkan oleh rangsang
meningkat karena infeksi selaput otak atau kernicterus
b. Kejang Klonik
Kejang Klonik dapat berbentuk fokal, unilateral, bilateral dengan pemulaan
fokaldan multifokal yang berpindah-pindah. Bentuk klinis kejang klonik fokal
berlangsung 1 –3 detik, terlokalisasi dengan baik, tidak disertai gangguan
kesadaran dan biasanya tidak diikuti oleh fase tonik. Bentuk kejang ini dapat
disebabkan oleh kontusio cerebri akibat trauma fokal pada bayi besar dan
cukup bulan atau oleh ensepalopati metabolik.
c. Kejang Mioklonik
Gambaran klinis yang terlihat adalah gerakan ekstensi dan fleksi lengan atau
keempat anggota gerak yang berulang dan terjadinya cepat. Gerakan tersebut
menyerupaireflek moro. Kejang ini merupakan pertanda kerusakan susunan
saraf pusat yang luas dan hebat. Gambaran EEG pada kejang mioklonik pada
bayi tidak spesifik
G. Manifestasi Klinik
1. Kejang parsial ( fokal, lokal )
a. Kejang parsial sederhana :
Kesadaran tidak terganggu, dapat mencakup satu atau lebih hal berikut
ini:
Tanda – tanda motoris, kedutan pada wajah, atau salah satu sisi
Tanda atau gejala otonomik: muntah, berkeringat, muka merah,
dilatasi pupil
Gejala somatosensoris atau sensoris khusus : mendengar musik,
merasa seakan ajtuh dari udara, parestesia.
Gejala psikis : dejavu, rasa takut, visi panoramik.
Kejang tubuh; umumnya gerakan setipa kejang sama.
b. parsial kompleks
Terdapat gangguankesadaran, walaupun pada awalnya sebagai
kejang parsial simpleks
Dapat mencakup otomatisme atau gerakan otomatik : mengecap –
ngecapkan bibir,mengunyah, gerakan menongkel yang berulang
ulang pada tangan dan gerakan tangan lainnya. Dapat tanpa
otomatisme : tatapan terpaku
2. Kejang umum ( konvulsi atau non konvulsi )
a. Kejang absens
Gangguan kewaspadaan dan responsivitas
Ditandai dengan tatapan terpaku yang umumnya berlangsung kurang
dari 15 detik
Awitan dan akhiran cepat, setelah itu kempali waspada dan
konsentrasi penuh
b. Kejang mioklonik
Kedutan – kedutan involunter pada otot atau sekelompok otot yang
terjadi secara mendadak.
Sering terlihat pada orang sehat selaam tidur tetapi bila patologik
berupa kedutan, kedutan sinkron dari bahu, leher, lengan atas dan
kaki.
Umumnya berlangsung kurang dari 5 detik dan terjadi dalam
kelompok
Kehilangan kesadaran hanya sesaat.
c. Kejang tonik klonik
Diawali dengan kehilangan kesadaran dan saat tonik, kaku umum
pada otot ekstremitas, batang tubuh dan wajah yang berlangsung
kurang dari 1 menit
Dapat disertai hilangnya kontrol usus dan kandung kemih
Saat tonik diikuti klonik pada ekstrenitas atas dan bawah.
Letargi, konvulsi, dan tidur dalam fase postictal
d. Kejang atonik
Hilngnya tonus secara mendadak sehingga dapat menyebabkan
kelopak mata turun, kepala menunduk,atau jatuh ke tanah.
Singkat dan terjadi tanpa peringatan.
H. Komplikasi
Walaupun kejang demam menyebabkan rasa cemas yang amat sangat pada
orang tua, sebagian kejang demam tidak mempengaruhi kesehatan jangka
panjang, kejang demam tidak mengakibatkan kerusakan otak, keterbelakangan
mental atau kesulitan belajar / ataupun epiksi Epilepsy pada anak di artikan
sebagai kejang berulang tanpa adanya demam kecil kemungkinan epilepsy
timbul setelah kejng demam. Sekitar 2 – 4 anak kejang demam dapat
menimbulkan epilepsy, tetapi bukan karena kejang demam itu sendiri kejang
pertama kadang di alami oleh anak dengan epilepsy pada saat mereka mengalami
demam. Namun begitu antara 95 – 98 % anak yang mengalami kejang demam
tidak menimbulkan epilepsy. Komplikasi yang paling umum dari kejang demam
adalah adanya kejang demam berulang. Sekitar 33% anaka akan mengalami
kejang berulang jika ,ereka demam kembali. Sekitar 33% anka akan mengalami
kejang berulang jika mereka demam kembali resiko terulangnya kejang demam
akan lebih tinggi jika :
1. Pada kejang yang pertama, anak hanya mengalami demam yang tidak
terlalu tinggi
2. Jarak waktu antara mulainya demam dengan kejang yang sempit
3. Ada faktor turunan dari ayah ibunya
Risiko yang akan dihadapi seorang anak sesudah menderita kejang demam
tergantung dari Factor.
1. riwayat penyakit kejang tanpa demam dalam keluarga
2. kelainan dalam perkembangan atau kelainan saraf sebelum anak menderita
kejang demam.
3. kejang yang berlangsung lama atau kejang fokal.
Namun begitu faktor terbesar adanya kejang demam berulang ini adalah
usia. Semakin muda usia anak saat mengalami kejang demam, akan
semakin besar kemungkinan mengalami kejang berulang
I. Pemeriksaan Penunjang
1. Elektroensefalogram ( EEG ) : dipakai unutk membantu menetapkan jenis
dan fokus dari kejang.
2. Pemindaian CT : menggunakan kajian sinar X yang lebih sensitif dri
biasanya untuk mendeteksi perbedaan kerapatan jaringan.
3. Magneti resonance imaging ( MRI ) : menghasilkan bayangan dengan
menggunakan lapanganmagnetik dan gelombang radio, berguna untuk
memperlihatkan daerah – daerah otak yang itdak jelas terliht bila
menggunakan pemindaian CT
4. Pemindaian positron emission tomography ( PET ) : untuk mengevaluasi
kejang yang membandel dan membantu menetapkan lokasi lesi, perubahan
metabolik atau alirann darah dalam otak.
5. Uji laboratorium
a. Pungsi lumbal : menganalisis cairan serebrovaskuler
b. Hitung darah lengkap : mengevaluasi trombosit dan hematokrit
c. Panel elektrolit
d. Skrining toksik dari serum dan urin
e. GDA
f. Kadar kalsium darah
g. Kadar natrium darah
h. Kadar magnesium darah
J. Penatalaksanaan
1. Pengobatan fase akut
Dalam penanganan kejang demam, orang tua harus mengupayakan diri
setenang mungkin dalam mengobservasi anak. Beberapa hal yang harus di
perhatikan adalah sebagai berikut :
a) Anak harus di baringkan di tempat yang datar dengan posisi
menyamping, bukan terlentang, untuk menghindari bahaya tersedak.
b) Jangan meletakkan benda apapun dalam mulut sianak seperti sendok
atau penggaris, karena justru benda tersebut dapat menyumbat jalan
nafas.
c) Jangan memegangi anak untuk melawan kejang.
d) Sebagian besar kejang berlangsung singkat &dan tidak memerlukan
penanganan khusus.
e) Jika kejang terus berlanjut selama 10 menit, anak harus segera di bawa
ke fasilitas kesehatan terdekat. Sumber lain menganjurkan anak untuk
di bawa ke fasilitas kesehatan jika kejang masih berlanjut setelah 5
menit. Ada pula sumber yang menyatakan bahwa penanganan lebih
baik di lakukan secepat mungkin tanpa menyatakan batasan menit.
f) Setelah kejang berakhir ( jika< 10 menit ), anak perlu di bawa
menemui dokter untuk meneliti sumber demam, terutama jika ada
kakakuan leher, muntah-muntah yang berat,atau anak terus tampak
lemas. Jika anak di bawa kefasilitas kesehatan ,penanganan yang akan
di lakukan selain point-point di atas adalah sebagai berikut :
2. Memastikan jalan nafas anak tidak tersumbat
3. Pemberian oksigen melalui face mask
4. Pemberian diazepam 0.5 mg / kg berat badan per rectal (melalui) atau jika
terpasang selang infuse 0.2 mg / kg per infuse
5. Pengawasan tanda-tanda depresi pernafasan Berikut ini table dosis diazepam
yang di berikan :
Usia Dosis IV
(infuse) (0,2mg/kg) Dosis per rectal ( 0.5 mg / kg ) < 1 tahun 1-2
mg 2.5 – 5 mg, 1 – 5 tahun 3 mg 7.5 Mg, 5-10 tahun 5 mg 10 mg
>10 tahun 5-10 mg 10 – 15 mg Jika kejang masih berlanjut :
1. Pemberian diazepam 0.2 mg / kg per infuse diulangi. Jika
belum terpasang selang infuse 0.5 mg / kg per rectal
2. Pengawasan tanda – tanda depresi pernapasan .
3. Pemberian fenobarbital 20 – 30 mg / kg per infuse dalam 30
menit atau fenitoin 15 –40 mg / kg per infuse dalam 30 menit .
4. Pemberian Fenitoin hendaknya di sertai dengan monitor EKG
(rekam jantung) Jika kejang masih berlajut, diperlukan
penanganan lebih lanjut di ruang perawatan intensif dengan
thiopentone, dan alat bantu pernafasan
PENGKAJIAN KEPERAWATAN
A. Pengakajian
1. Identitas
Nama : anak R
Umur : 10 tahun.
2. Pengkajian
a. Airway
Look : dapat terjadi penumpukan lendir/air liur akibat Spame otot
yang dapat menutup jalan napas
Listen: dapat terjadi bunyi napas seperti :
Feel : ketika di palpasi dapat ditemukan adanya lendir/air liur di jalan
napas
b. Breathing
Look : dyspneu, asfiksia dan sianosis akibat kontraksi otot pernapasan
terdapat penggunaan otot bantu pernapasan
Listen : tidak terdapat bunyi napas tambahan
Feel : terdapat napas yang cepat dan terengah-engah
c. Circulation
Look : kondisi pucat dan sianosis
Feel : peningkatan nadi, peningkatan tekanan darah, akral biasanya
teraba dingin
d. Disability
Kesadaran : composmentis
e. Exposure
Terjadi Trismus, Kaku kuduk sampai epistotonus (karena ketegangan
otot-otot erector trunki), Ketegangan otot dinding perut , Kejang tonik,
Risus sardonikus, Kesukaran menelan kekakuan otot Skelet
B1 (Breathing), inspeksi pada klien tidak batuk, dapat mengalami sesak
nafas akibat spasme otot.
B. analisa data
DO DS
adanya lender/air liur di jalan keluarga pasien mengatakan
nafas pasien mengalami kejang di
pasien terlihat sesak sertai dengan gangguan
pasien tidak batuk kesadaran
terlihat pola napas pasien keluarga pasien mangatakan
abnormal pasien mengalami sesak
pasien terlihat menggunakan
otot bantu pernafasan
pasien terlihat kejang
daan saat kejang postur tubuh
abnormal
kekakuan otot skelet
pasien mengalami kejang
rangsang
pasien mengalami kejang pontan
yang sifatnya tonik dan umum
terlihat pasien mengalami
kekakuan otot skelet berupa
trismus
pasien terlihat risus sardonikus
pasien terlihat kaku kuduk
pasien terlihat opistotonus
pasien terlihat perut papan
C. masalah keperawatan
Data Masalah keperawatan
DS:
keluarga pasien mangatakan
pasien mengalami sesak
DO:
adanya lender/air liur di jalan
nafas
pasien terlihat sesak
pasien tidak batuk Ketidakefektifan bersihan jalan nafas
00031
DO:
pasien terlihat kejang
daan saat kejang postur tubuh
abnormal
kekakuan otot skelet
pasien mengalami kejang
rangsang
pasien mengalami kejang
pontan yang sifatnya tonik dan
umum
terlihat pasien mengalami
kekakuan otot skelet berupa
trismus
pasien terlihat risus sardonikus
pasien terlihat kaku kuduk
pasien terlihat opistotonus
pasien terlihat perut papan
D. diagnose keperawatan
1. ketidakefektifan bersihan jalan nafas berhubungan dengan spasme jalan
nafas
2. ketidakefektivan pola nafas berhubungan dengan gangguan neorologis
(gangguan kejang)
3. Hipertermia berhubungan dengan peningkatan laju metabolisme
E. itervensi
NANDA NOC NIC