You are on page 1of 47

ADMINISTRASI

TES

ANNISA JULIANTI
BAHASAN:
A. Pelaksanaan Tes
B. Laporan Pemeriksaan Psikologis
C. Norma Tes Psikologis
1. Validitas
2. Reliabilitas
3. Jenis-jenis Norma
4. Standarisasi
D. Metode Kualitatif & Kuantitatif
E. Faktor Biopsikologis sebagai Determinan
Kepribadian
A. PELAKSANAAN TES
Administrasi tes adalah urutan
penyelenggaraan atau pelaksanaan tes dari
awal sampai akhir dengan laporan
tertulis secara lengkap.
Dalam laporan termasuk interpretasi dan
kesimpulan hasil pengetesan, bahkan
disertai rekomendasi.
Administrasi tes pada tes kelompok/klasikal:

1. PERSIAPAN
a. Menetapkan jumlah subjek
yang akan dites
b. Menyiapkan ruangan dan
perlengkapan yang dibutuhkan
c. Menyiapkan buku tes dg
perlengkapannya
2. PELAKSANAAN
a. Subjek masuk ruang tes dan duduk
b. Tester melakukan rapport (sapaan, dan
terimakasih)
c. Asisten membagi lembar jawaban dan subjek
tulis identitas
d. Identitas telah terisi lalu buku soal dibagikan
kepada subjek dalam keadaan tertutup (tidak
boleh dibuka)
e. Buku telah diterima, buka halaman
pertama.Asisten mengawasi subjek.
f. Tester membacakan petunjuk tes dengan
jelas hingga selesai. Lalu tanyakan, apakah
sudah jelas? Apakah ada yang ingin
ditanyakan?
g. Setelah semua jelas, subjek mengerjakan
soal-soal tsb. Stopwatch berjalan.
h. Waktu sudah habis, berikan instruksi
‘Stop’.
i. Asisten mengumpulkan lembar jawaban dan
buku soal.
j. Satu subtes selesai, istirahat bbrp menit.
Teruskan tes berikutnya.
k. Jika buku tes terdiri dari bbrp subtes, harus
dikerjakan secara berurutan. Lembar jawaban
sudah diberikan sebelumnya.
l. Jika subjek terdiri dari beberapa kelompok,
pekerjaan tes perlu dikelompokkan (dipisah-
pisah)
3. SKORING
a. Siapkan kunci jawaban
b. Hasil skoring ditulis di baris tertentu yang
telah ada di lembar jawaban.
c. Seluruh hasil penyekoran dimasukkan dalam
daftar skor menurut kelompoknya masing-
masing
d. Jika ada yang ragu-ragu, perlu dikoreksi ulang
e. Setelah selesai, diproses tahap selanjutnya.
Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam
pelaksanaan tes:
• Rapport
– Membangun hubungan yang baik antara klien
dan psikolog.
– Sangat penting! Dapat meningkatkan skor
pengetesan.
• Keterlibatan ego
– Siatuasi yang melibatkan kepentingan klien,
agar tercipta kerjasama yang baik.
• Motivasi
–Dorongan yang sebaik-baiknya pada
klien.
–Tes kognitif → agar klien berusaha
sungguh-sungguh
–Tes non kognitif → agar klien menjawab
sesuai dg keadaannya → tidak ada yg
benar/salah
B. LAPORAN PEMERIKSAAN
PSIKOLOGIS
 Laporan pemeriksaan psikologis → sarana
untuk mengkomunikasikan data.
 Hasil interpretasi dari masing-masing data
diorganisir dan disistematisir kemudian
disimpulkan → menjadi pemahaman
mengenai klien yang utuh.
Laporan psikologis atau psychological report
harus memenuhi beberapa syarat:
• Kejelasan laporan (clarify of the
report)
– Gunakan istilah dan kalimat yang mudah
dipahami
– Laporan secukupnya yang penting jelas
• Relevan dengan tujuannya (relevance
to goal)
– Sesuai dengan tujuannya → untuk klasifikasi
gangguan, untuk mendeskripsikan klien dsb
• Kemanfaatan laporan (usefulness
of report)
– Manfaat tdk hanya utk klien, namun jg
utk perkembangan ilmu, kesejahteraan
manusia, pendidikan, industri, dsb.
– Sebab laporan psikologis tdk mempunyai
nilai praktis:
• Informasi yang disajikan terlalu sedikit
• Pernyataan-pernyataan yang dipakai tidak
tepat.
FORMAT LAPORAN PSIKOLOGIS
(GROTH-MARNAT, 2010)
Tidak ada format laporan tunggal yang disepakati
namun setiap laporan harus mengintegrasikan
informasi lama dan perspektif baru dan unik ttg klien.
Isi dari laporan psikologis, sbb:
• Informasi lama mengenai informasi pengidentifikasi (nama,
tanggal lahir, dll), pertanyaan rujukan, riwayat yang relevan.
• Informasi baru mengenai hasil-hasil asesmen, kesan-kesan,
rangkuman/kesimpulan, dan rekomendasi
• Dibagian atas laporan, harus menyebutkan ttg kerahasiaan
dg menuliskan “Evaluasi Psikologis Rahasia”.
Nama:
Umur (tanggal lahir):
Jenis Kelamin:
Etnis:
Tanggal Laporan:
Nama Pemeriksa:
Dirujuk oleh:
I. Pertanyaan Rujukan
II. Prosedur Evaluasi
III. Observasi Perilaku
IV. Informasi Latar Belakang (riwayat yang relevan)
V. Hasil-hasil Tes
VI. Kesan-kesan dan Interpretasi
VII. Rangkuman dan Rekomendasi
I. PERTANYAAN RUJUKAN
• Memberikan deskripsi singkat
tentang klien dan sebuah
pernyataan tentang alasan
umum untuk melaksanakan
evaluasi psikologis.
• Secara khusus, bagian ini
memasukkan sebuah deskripsi
singkat tentang masalahnya.
II. PROSEDUR EVALUASI
• Menyebutkan tes-tes
yang akan diberikan dan
prosedur-prosedur
evaluasi lainnya, tetapi
tidak termasuk hasil-hasil
tesnya.
III. OBSERVASI PERILAKU
• Deskripsi tentang perilaku klien
dapat memberikan insight
tentang masalahnya dan bisa
menjadi sumber data.
• Observasi berhubungan dengan
penampilan klien, observasi
perilaku secara umum, atau
interaksi antara pemeriksa-
klien.
IV. INFORMASI LATAR
BELAKANG (RIWAYAT YANG
RELEVAN)
• Berisi aspek-aspek riwayat yang
relevan dengan masalah yang
dihadapinya dan interpretasi hasil-
hasil tes.
• Informasi latar belakang dibuat
seringkas mungkin.
• Riwayat pribadi klien bisa termasuk
informasi dari masa bayi, masa kanak-
kanak, remaja, dan dewasa
V. HASIL-HASIL TES
• Skor tes tidak perlu
diperinci, kecuali
laporan psikologis
diberikan untuk
kalangan yang
memang paham akan
skor-skor dalam hasil
tes.
VI. KESAN-KESAN DAN
INTERPRETASI
• Bagian ini sering disebut dengan ‘Diskusi’
• Sebagai bagian utama dari laporan
• Isi: temuan-temuan evaluasi disuguhkan dalam
bentuk hipotesis-hipotesis yang terintegrasi
• Disusun berdasarkan pada pengintegrasian
data tes, observasi perilaku, riawayat yang
relevan , dan data lain yang tersedia
• Kesimpulan dan diskusi dapat berkaitan dengan
bidang lainnya seperti kekuatan dan kelemahan
kognitif, kesulitan emosional, konsep disi, coping
style, hubungan interpersonal, dan kekuatan-
kekuatan klien.
VII. RANGKUMAN DAN
REKOMENDASI
• Bagian rangkuman adalah untuk menyatakan
kembali secara ringkas temuan-temuan dan
kesimpulan-kesimpulan pokok laporan.
• Dipilih bahasan yang paling penting.
• Disarankan berdasarkan pada pertanyaan-
pertanyaan rujukan dengan memberikan jawaban-
jawaban singkat bernomor sesuai dengan
pertanyaan rujukan (jika bernomor).
• Bagian rekomendasi merupakan tujuan
praktis pokok laporan karena
menyebutkan langkah-langkah apa yang
dapat diambil untuk menyelesaikan
masalahnya.
• Harus memahami jelas masalahnya,
alternatif-alternatif terbaik untuk
menyelesaikan masalah, dan sumber daya
yang tersedia di masyarakat.
• Contoh laporan
C. NORMA TES PSIKOLOGIS

Syarat tes yang baik:


1. Validitas
2. Reliabilitas
3. Jenis-jenis Norma
4. Standarisasi
1. VALIDITAS

• Valid dapat diartikan sebagai kesahihan


atau keabsahan
• Tes harus benar-benar mengukur apa
yang seharusnya diukur.
• Valid = mampu mengukur apa yang
mau diukur
• Suatu alat ukur dikatakan valid apabila
alat ukur tersebut dapat menjalankan
fungsi ukurnya
–Contoh: hendak mengukur kecemasan,
maka alat ukur kecemasan yang valid
adalah yang benar-benar dapat
mengungkap kecemasan yang dialami
oleh individu.
2. RELIABILITAS
• Keajegan, konsisten, keterandalan,
kepercayaan.
• Reliabel yaitu sejauhmana hasil suatu
pengukuran itu dapat dipercaya
• Suatu tes yang baik harus memiliki
reliabilitas yang tinggi
• Ingin mengukur panjang meja, bagaimana?
• Panjang meja akan diukur dengan
menggunakan jengkal tangan, maka hasil
pengukuran bisa valid tetapi tidak
reliabel.
• Mengukur panjang dengan
menggunakan meteran maka hasil
pengukurannya valid dan reliabel.
• Oleh karena itu dalam alat ukur harus
memenuhi syarat valid dan reliabel.
Test-retest Reliability
• Mengulang tes yang sama, pada orang yang
sama, di kesempatan yang berbeda
• Kesalahan/eror bisa terjadi dari kondisi tes
yang tidak terkontrol, mis: cuaca, kebisingan,
kecemasan
• Menunjukkan sejauhmana skor tes dapat
digeneralisasikan untuk berbagai
kesempatan yang berbeda
3. JENIS-JENIS NORMA
• Norma adalah penyebaran skor-skor dari
suatu kelompok yang digunakan sebagai
patokan untuk memberi makna pada skor-
skor individu.
• Skor yang diperoleh itu memberikan suatu
dasar untuk melakukan interpretasi skor
individu yang satu dengan yang lain.
JENIS NORMA
• Norma perkembangan
– Nilai rata-rata yang diperoleh kelompok
umur tertentu
• Norma kelompok
– Skor subjek dibandingkan dengan skor
kelompok.
– Cth: tes IST (raw score ditransformasikan ke
dalam scale score)
• Skala ordinal
– Norma yang digunakan untuk mengidentifikasi
tahap yang dicapai dalam perkembangan fungsi-
fungsi perilaku tertentu
• Norma persentil
– Norma yang menggambarkan posisi relatif
seseorang dalam sampel standarisasi
• Standard score (Z-score)
– Skor yang mengungkapkan jarak individu dari
nilai rata-rata (mean) dalam suatu simpang
baku/standar deviasi (SD)
4. STANDARISASI
• Test yang baik haruslah yang sudah
distandartkan (dibakukan)
• Tujuan: agar setiap testee mendapat perlakuan
yang benar-benar sama
• Hal-hal yang perlu distandarisasi yaitu:
– Materi tes
– Penyelenggaraan tes
– Skoring tes
– Interpretasi hasil tes
• Diperlukan keseragaman yang meliputi
jumlah materi yang digunakan, batas
waktu, instruksi-instruksi lisan.
• Instruksi lisan seperti:
–Isi instruksi (cara penyampaian)
–Perubahan suara
–Jeda waktu
–Ekspresi wajah
–Cara menjawab soal test
D. METODE KUALITATIF &
KUANTITATIF
• Dalam psikodiagnostik, metode kualitatif dan kuantitatif
dapat digunakan bersama, saling melengkapi.
• Data kuantitatif berupa angka.
– Skor IQ, skor tes prestasi dsb
• Data kualitatif berupa informasi-informasi kategorisasi,
dalam pernyataan-pernyataan semantik (kalimat-
kalimat).
– Nilai tesnya sangat tinggi, baik, atau kurang.
– Aspek-aspek lain yang memengaruhi data kuantitatif
Kuantitatif Kualitatif
 Metode kualitatif, subjek
 Dalam metode kuantitatif, diikutsertakan, misalnya tes
misalnya tes kecerdasan, WAIS, subjek mendapatkan nilai
subjek tidak diikutsertakan, rendah pada subtes aritmatika,
hanya hasil skor yang dilihat. maka dalam pemeriksaan
 Metode kuantitatif, hanya kualitatif, muncul pertanyaan,
memperhatikan benar atau “mengapa ia mendapat skor
salah, cukup atau tidak rendah dalam aritmatik?”
prestasi seseorang.  Metode kualitatif mempunyai
 Kuantitatif hanya mengenal sifat probing, yaitu selalu
satu kemungkinan, disebut dipertanyakan mengapa dan
sifat monovalensi. bagaimana.
 Kualitatif memberi banyak
kemungkinan, disebut sifat
polivalensi.
 Kedua metode tersebut merupakan
satu kesatuan, karena dalam
psikodiagnostik pada hakikatnya
menuju diagnostik kepribadian,
karena manusia merupakan suatu
kesatuan.
 Mengukur kecerdasan tidak hanya
sekedar angka saja.
E. FAKTOR BIOPSIKOLOGIS SEBAGAI
DETERMINAN KEPRIBADIAN
• Faktor biopsikologis adalah faktor-faktor internal
manusia yang berupa sistem-sistem organis
jasmaniah dan neurofisiologis, serta sistem-sistem
fungsional kejiwaan, sebagai penentu atau
determinan internal kepribadian, yang
kemudian berinteraksi dengan faktor-faktor
eksternal, yaitu lingkungan, sehingga
terbentuklah tingkah laku individu yang
kemudian secara teknis disebut kepribadian.
SEKIAN
TERIMA K ASIH

You might also like