You are on page 1of 44

1

PERANAN METODE DEMONSTRASI DALAM PEMBELAJARAN


FIQIH DI MAN 2 PAMEKASAN

Proposal Penelitian

Oleh

Nurhalima Dewitawati

(18201401010172)

JURUSAN TARBIYAH

PRODI PENDIDIKAN AGAMA ISLAM

SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM NEGERI (STAIN) PAMEKASAN

2018

DAFTAR ISI
2

HALAMAN SAMPUL ............................................................................................. 1


DAFTAR ISI .............................................................................................................. 2
A. Judul ................................................................................................................. 3
B. Latar Belakang Masalah .................................................................................. 3
C. Rumusan Masalah ............................................................................................. 7
D. Tujuan Penelitian ..............................................................................................
E. Asumsi Penelitian .............................................................................................
F. Hipotesis Penelitian ..........................................................................................
G. Kegunaan Penelitian .........................................................................................
H. Ruang Lingkup Penelitian ................................................................................
I. Definisi Istilah ..................................................................................................
J. Kajian Pustaka ..................................................................................................
1. Kajian Teoritik ........................................................................................
a. Tinjauan Penerapan Metode Demonstrasi ....................................
1. Pengertian penerapan demontrasi ............................................
2. Dasar penerapan metode demontrasi .......................................
3. Kelebihan dan kekurangan penerapan metode demontrasi .....
4. Langkah- langkah pelaksanaan metode demontrasi ................
b. Tinjauan Pembelajaran Fiqih ........................................................
1. Pengertian pembelajaran fiqih .................................................
2. Objek kajian fiqih ....................................................................
3. Tujuan mempelajari fiqih ........................................................
c. Tinjauan metode-metode dalam pembelajaran Fiqih ....................
1. Pengertian metode ...................................................................
2. Macam- macam metode demontrasi ........................................
d. Kajian Penelitian Terdahulu .........................................................
K. Metode Penelitian ...........................................................................................
1. Rancangan Penelitian ..............................................................................
2. Populasi dan Sampel ...............................................................................
3. Instrument Penelitian...............................................................................
3

4. Pengumpulan Data ..................................................................................


5. Analisis Data ...........................................................................................
6. Uji Asumsi Klasik ..................................................................................
L. Daftar Rujukan .................................................................................................
M. Lampiran-Lampiran ..........................................................................................
4

A. Judul penelitian
Peranan Metode Demonstrasi dalam Pembelajaran Fiqih di MAN 2
Pamekasan.

B. Kontek Penelitian
Pendidikan merupakan upaya sadar dan terarah yang untuk
mempersiapakan peserta didik melalui kegiatan pengajaran, bimbingan dan
perannya bagi dimasa yang akan datang. Dalam pengertian yang agak luas,
pendidikan dapat diartikan sebagai sebuah proses dengan metode-metode
tertentu sehingga orang memperoleh pengetahuan, pemahaman, dan cara
bertingkah laku yang sesuai dengan kebutuhan.1 Undang –undang Sisdiknas
No. 20/2003 Bab 1 (1) yang berbunyi “ yang dimkasud dengan pendidikan
adalah usaha sadar dan terencana mewujudkan suasana belajar dan proses
pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensinya
sendiri”.
Metode menurut J.R. David dalam Teaching Strategies for College
Class Room (1976) ialah “ a way in achieving something” (cara untuk
mencapai sesuatu). Untuk melaksanakan strategi digunakan seperangkat
metode pengajaran tertentu. Dalam pengertian demikian maka metode
pengajaran menjadi salah satu unsur dalam strategi pembelajaran. Unsur
sebagai sumber belajar, kemampuan guru dan siswa, media pendidikan,
materi pengajaran, organisasi, waktu tersedia, kondisi kelas, dan lingkungan
merupakan unsur-unsur yang mendukung strategi pembelajaran. Dalam
bahasa arab, metode dikenal dengan istilah at-thoriq (jalan/cara).
Metode pembelajaran adalah seluruh perencanaan dan prosedur
maupun langkah-langkah kegiatan pembelajaran termasuk pilihan cara
penilaian yang akan dilaksanakan.
Metode digunakan oleh guru untuk mengkreasi lingkungan pelajar
dan menghususkan aktivitas dimana guru dan siswa terlibat selama proses
pembelajaran berlangsung. Biasanya metode digunakan melalui salah satu
strategi, tetapi juga tertutup kemungkinan beberapa metode berada dalam
1
Arif rohman, Memahami Pendidikan dan Ilmu Pendidikan, (Yogyakarta: Laks Bang
Mediatama,2009) hlm 10
5

strategi yang bervariasi, artinya penepatan metode dapat divariasikan


melalui strategi yang berbeda tergantung pada tujuan yang dicapai dan
konten proses yang dilakukan dalam kegiatan pembelajaran.2
Metode mengajar yang umum dikenal dalam dunia pendidikan
hingga sekarang adalah metode ceramah, metode diskusi, metode
eksperimen, metode pemberian tugas, metode eksperimen, metode drill,
metode kerja kelompok, metode tanya jawab, metode proyek.
Semua metode ini dapat dipergunakan bedasarkan kepentingan
masing masing, sesuai dengan pertimbangan bahan yang akan diberikan
serta kebaikan dan keburukannya masing-masing. Dengan kata lain,
pemilihan dan penggunaan metode tergantung pada nilai efektivitasnya
masing-masing. Selama tidak bertentangan dengan prinsip-prinsip ajaran
Islam, metode tersebut boleh dipergunakan dalam pendidikan dalam
pendidikan Islam.3
Penetapan tujuan pembelajaran merupakan syarat mutlak bagi guru
dalam memilih metode yang akan digunakan didalam menyajikan materi
pengajaran. Tujuan pembelajaran merupakan sasaran yang hendak dicapai
pada akhir pengajaran, serta kemmpuan yang harus dimilki siswa dan
sasaran tersebut dapat terwujud dengan menggunakan metode-metode
pembelajaran.4
Realitasnya masih terdapat banyak guru yang masih menyepelekan
metode pembelajaran tersebut. Para guru hanya memilih metode ceramah
sebagai strategi didalam proses pembelajaran yang mana hal itu akan
menjadikan peserta didik bosan dan monoton didalam kelas.
Dalam Sikdisnas,menyatakan bahwa pembelajaran proses interaksi
antar peserta didik, antara peserta didik dengan pendidik dan sumber belajar
pada suatu lingkungan belajar. Peserta didik adalah anggota masyarakat
yang berusaha mengembangkan potensi melalui proses pembelajaran yang
tersedia pada jalur, jenjang dan jenis pendidikan tertentu.

2
Abdul Majid, Strategi Pembelajaran,(Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2013) hlm. 21.
3
Bukhari Umar, Ilmu Pendidikan Islam, (Jakarta: Amzah, 2010), hlm 181.
4
Martinis Yamin, Desain Pembelajaran Berbasis Tingkat Satuan Pendidikan,(Jakarta:
Gaung Persada Press, 2008) hlm 147.
6

Jadi dalam pendidikan itu peserta didik harus terlibat didalamnya


dalam menumbuh kembangkan potensi-potensi yang ada pada dirinya dan
tugas seorang guru disini adalah memberi mereka ilmu yang lebih agar apa
yang akan dipelajarinya dapat dimegerti serta dapat dipahami.
Dalam proses pembelajaran yang dapat meningkatkan tingkat
pemahaman siswa tidak terlepas dari metode yang digunakan guru salah
satunya adalah metode demonstrasi, metode demonstrasi merupakan metode
penyajian pelajaran dengan mempergerakkan dan mempertunjukkan kepada
peserta didik tentang suatu proses, situasi atau benda tertentu, baik
sebenarnya atau hanya sekedar tiruan. Demonstrasi merupakan salah satu
metode yang cukup efektif karena membantu siswa untuk mencari jawaban
dengan usaha sendiri berdasarkan fakta atau data yang benar.5
Menurut Saiful Segala (2005) metode demonstrasi adalah petunjuk
tentang proses terjadinya suatu peristiwa atau benda sampai pada
penampilan tingkah laku yang dicontohkan agar dapat diketahui dan
dipahami oleh peserta didik secara nyata.6
Jadi demontrasi adalah suatu metode pembelajaran yang berbeda
dimana metode ini para siswa berperan aktiv dalam memecahkan suatu
peristiwa tertentu dengan memperagakan atau menirukan sesuatu benda,
yang sebelumnya diperagakan oleh seorang guru atau bahkan dapat melalui
alat atau media pembelajaran seperti halnya memperaktekan cara berwudhu,
sholat dan lain sebagainya. Sebagai metode penyajian metode demonstrasi
tidak terlepas dari penjelasan secara lisan oleh guru. Walaupun dalam proses
demonstrasi peran siswa hanya sekedar memerhatikan, tetapi demonstrasi
dapat menyajikan bahan pelajaran yang konkret.
Terdapat metode pembelajaran yang dapat digunakan untuk
mengimplementasi kan strategi pembelajaran diantaranya ceramah,
demonstrasi, diskusi, simulasi dan laboratory. Dalam penelitian ini, peneliti
lebih menekankan pada penggunaan metode demonstrasi dalam tingkat
pemahaman siswa terhadap materi pelajaran yang telah diajarkan oleh guru.

5
Mulyono, Strategi Pembelajaran Menuju Efektivitas Pembelajaran di Abad Global,
(Malang : UIN Maliki Press,2012), hlm 87.
6
Abdul Majid, Strategi Pembelajaran,hlm 197.
7

Demonstrasi merupakan metode yang cukup praktis untuk membuat siswa


atau peserta didik belajar mengungkapkan gagasan atau argumentasinya.
Dengan metode demonstrasi, proses penerimaan siswa terhadap
pelajaran akan lebih berkesan secara mendalam sehingga membentuk
pengertian dengan baik dan sempurna,serta siswa juga dapat menagamati
dan memperhatikan pada apa yang diperlihatkan guru selama pelajaran
berlangsung. Penggunaan tehnik demonstrasi ini sangat menunjang proses
interaksi belajar mengajar dikelas.7
Salah satu usaha yang tidak pernah ditinggalkan oleh guru adalah
bagaimana memahami kedudukan metode sebagai salah satu komponen
yang ikut ambil bagian dalam keberhasilan kegiatan belajar mengajar.
Sebagai salah satu komponen pengajaran, metode menempati peranan yang
tidak kalah pentingnya dari komponen lain dalam kegiatan belajar mengajar.
Dalam kenyataan sehari hari tidak jarang kita temukan sejumlah
guru yang belum tau atau kurang mampu dalam memilih metode yang tepat
untuk mengajarkan meteri tertentu serta mengaplikasikannya secara baik.
Hal yang demikian ini kurang efektif khususnya pada proses pembelajaran.
Didalam proses belajar mengajar, guru harus memiliki strategi,
agar siswa dapat belajar secara efektif dan efesien, mengena pada tujuan
yang diharapkan.salah satu langkah untuk memilki strategi itu ialah harus
menguasai teknik-teknik penhyajian, atau biasanya disebut dengan metode
mengajar.
Guru sebagai salah satu sumber belajar berkewajiban menyediakan
lingkungan belajar yang kondusif bagi kegiatan belajar anak didik dikelas.
Untuk dapat menyampaikan pelajaran dengan baik agar siswa lebih mudah
memahami pelajaran, seorang guru selain harus menguasai materi, juga
dituntut untuk dapat terampil dalam memilih dan menggunakan metode
mengajar yang tepat untuk situasi dan kondisi yang dihadapinya.
Dalam kajian teori ini diharapkan agar dapat membantu peserta
didik didalam proses pembelajaran khususnya di MAN 2 Pamekasan agar
lebih meningkatkan potensi-potensi serta bakat yang dimilki setiap peserta

7
Roestiyah, Strastegi Belajar Mengajar, (Jakarta: Rineka Cipta, 2012) hlm 83-84.
8

didik serta sebagai interaksi siswa agar tujuan pembelajaran tercapai, juga
dapat membantu pendidik dalam mengajar siswanya guna untuk mengetahui
sejauhmana kemampuan yang dimiliki oleh masing-masig peserta didik.
Tetapi, pada keyataannya masih banyak guru yang kurang atau
tidak memahami pentingnya metode dalam proses pembelajaran. Seperti
halnya di MAN 2 Pamekasan dalam penyampaian materi pelajaran, masih
ada yang menggunakan metode tanya jawab atau metode ceramah yang
mana hal itu akan membosankan peserta didik atau bahkan bisa menjadikan
kelas tidak monoton.
Berdasarkan pemaparan latar belakang diatas, peneliti tertarik
untuk melakukan penelitian terkait judul “Peranan Metode Demontrasi
dalam Pembelajaran Fiqih di MAN 2 Pamekasan”.

C. Fokus Penelitian
Berdasarkan konteks penelitian diatas tentu dalam melaksanakan
penelitian kita pasti ada sebuah permasalahan, dan perlu kiranya perlu
solusi. Maka fokus penelitian dalam penelitian ini adalah:
1. Bagaimana metode demonstrasi dalam pembelajaran Fiqih di MAN 2
Pamekasan ?
2. Apa saja faktor-faktor yang mempengaruhi metode demonstrasi dalam
pembelajaran Fiqih di MAN 2 Pamekasan ?
3. Bagaimana peranan metode demonstrasi dalam pembelajaran Fiqih di
MAN 2 Pamekasan?

D. Kegunaan Penelitian
Secara teoritis, penelitian ini diharapakan mampu menambah
literature keislaman khususnya permasalahan yang ada di sekitar kita
terhadap pengembangan intelektual mahasiswa STAIN Pamekasan.
1. Untuk Mengetahui bagaimana metode demonstrasi dalam
pembelajaran Fiqih di MAN 2 Pamekasan?
2. Untuk Mengetahui apa saja faktor faktor yang mempengaruhi metode
demonstrasi dalam pembelajaran Fiqih di MAN 2 Pamekasan?
9

3. Untuk Mengetahui bagaimana peranan metode demonstrasi dalam


pembelajaran Fiqih di MAN2 Pamkasan?
Adapun secara praktis, hasil penelitian ini memungkinkan untuk
memberikan makna ada beberapa kalangan antara lain:

1. Bagi Sekolah Tinggi Agama Islam Negeri (STAIN).


Bahwasanya hasil penelitian ini memungkinkan untuk
menjadi salah satu sumber masukan dan kajian tentang hal realitas
yang ada di masyarakat atau kebudayaan dan Islam terhadap
pengembangan intelektualitas mahasiswa.
2. Bagi Mahasiswa Stain Pamekasan.
Hasil penelitian ini hendaknya bisa dijadikan sebagai acuan
dan pedoman untuk memahami tentang budaya yang terjadi di
masyarakar dan Mahasiswa juga bisa mengembangkan intelektualistas
yang ada dalam dirinya setelah memahaminya. Dan serta semoga bisa
bermanfaat bagi
3. Bagi peneliti
Hasil penelitian ini akan menjadi satu pengalaman khusus
peneliti yang nanti akan memperluas cakrawala pemikiran dan
wawasan keilmuan peneliti menyangkut proses pelaksanaan dan lebih
mengenal serta memahami peranan metode demonstrasi dalam
pembelajaran fiqh.

E. Definisi Istilah
Ada beberapa istilah yang perlu untuk didefinisikan secara
operasional agar pembaca dapat memahami istilah-istilah yang digunakan
dalam penelitian memiliki persepsi dan pemahaman yang sejalan. Adapun
beberapa istilah tersebut dapat diuraikan seabagai berikut;
1. Peranan
Suatu perbuatan mempraktekkan suatu teori, metode, dan hal
lain untuk mencapai tujuan tertentu dan untuk suatu kepentingan yang
10

diinginkan oleh suatu kelompok atau golongan yang telah terencana


dan tersusun sebelumnya.
2. Metode
Metode mengajar adalah sutu pengetahuan tentang cara-cara
mengajar yang dipergunakan oleh seorang guru atau instruktur.
Pengertian lain ialah teknik penyajian yang dikuasai guru untuk
mengajar atau menyajikan bahan pelajaran atau kepada siswa didalam
kelas, agar pelajaran itu dapat diserap, dipahami dan dimanfaatkan
oleh siswa dengan baik. Makin baik metode mengajar yang digunakan
makin baik efektif pula pencapaian tujuan.8
Metode digunakan oleh guru untuk mengkreasi lingkungan
belajar dan mengkhususkan aktivitas dimana guru dan siswa terlibat
selama proses pembelajaran berlangsung.
3. Metode Demonstrasi
Metode Demonstrasi merupakan salah satu metode yang
cukup efektif karena membantu siswa untuk mencari jawaban dengan
usaha sendiri berdasarkan fakta atau jawaban yang benar. Metode
Demonstrasi merupakan metode penyajian pelajaran dengan
memperagakan dan mempertunjukkan kepada siswa tentang suatu
proses, situasi, atau benda tertentu, baik sebenarnya atau hanya
sekedar tiruan.9
4. Pembelajaran
Pembelajaran berasal dari kata ajar. Sehingga dengan
demikian pembelajaran dapat diartikan sebagai proses, cara,
perbuatan menjadikan orang untuk belajar.10
5. Fiqh
Berasal dari bahasa arab ; fiqh, yang secara etimologi,
mengandung makna: mengerti atau faham secara terminologi terdapat
variasi definisi (ta’rif) fiqh, antara lain, definisi yang dikemukakan

8
Abu Ahmadi, Strategi Belajar Mengajar (Bandung: CV Pustaka Setia. 1997), hlm 52
9
Abdul Majid, Strategi Pembelajaran,hlm 197
10
Novan Ardy Wiyani, Desain pembelajaran Pendidikan, (Yogyakarta: Ar-Ruzz Media,
2013), hlm 19
11

oleh ibnu al-Hajib, yaitu pengetahuan tentang hukum-hukum syara’


yang berkaitan dengan perbuatan manusia yang bersifat parsial yang
berasal dari dalil-dalil yang spesifik, melalui cara penelitian terhadap
dalil.11

F. Kajian Pustaka
1. Kajian Teoritik
a. Tinjauan Penerapan Metode Demonstrasi
1) Pengertian penerapan metode demontrasi
Suatu perbuatan mempraktekkan suatu teori,
metode, dan hal lain untuk mencapai tujuan tertentu dan
untuk suatu kepentingan yang diinginkan oleh suatu
kelompok atau golongan yang telah terencana dan
tersusun sebelumnya.
Metode cara guru menjelaskan konsep, fakta, dan
prinsip kepada peserta didik dengan cara pendekatan
pembelajaran berpusat pada guru dan pembelajaran
berpusat pada peserta didik.
Metode pembelajaran merupakan cara guru untuk
melakukan atau menyajikan, menguraikan, memberi
contoh, dan member latihan isi pelajaran kepada pserta
didik untuk mencapai tujuan tertentu. Guru yang efektif
adalah guru yang mempu menerapkan beragam metode.12
Pengertian metode dalam buku Jamil
Suprihatiningrum yaitu, Metode secara harfiah berasal dari
bahasa Yunani methodos, yang artinya jalan/cara. Metode
pembelajaran diartikan sebagai cara yang berisi prosedur
baku untuk melaksanakan kegiatan pembelajaran,
khususnya kegiatan penyajian materi pelajaran kepada
siswa. Metode dalam mengajar berperan sebagai alat

11
, ushul Fiqh (Jakarta: Amzah,2010), hlm 4-5
12
Martinis Yamin, Strategi dan Metode Dalam Model Pembelajaran (Jakarta: Press Group,
2013) hlm 8
12

untuk menciptakan proses pembelajaran antara siswa


dengan guru dalam proses pembelajaran. Metode
pembelajaran merupakan cara melakukan atau
menyajikan, menguraikan materi pembelajaran kepada
siswa untuk mencapai tujuan.13
Metode Demonstrasi metode mengajar dimana
guru atau orang lain yang segaja diminta atau murid
sendiri yang memperlihatkan kepada seluruh kelas suatu
proses, misalnya proses cara mengambil wudhu, proses
jalannya sholat dua rakaat dan sebagainya.14
Menurut Mubbin Syah, metode demonstrasi
adalah metode mengajar dengan cara memperagakan
barang, kejadian, aturan dan urutan melakukan suatu
kegiatan, baik secara langsung maupun melalui
penggunaan media pengajran yang relevan dengan pokok
bahasan atau materi yang sedang disajikan. Pandangan ini
menggambarkan bahwa metode demonstrasi
menitikberatkan pada peragaan barang yang dilakukan
secara langsung tanpa menggunakan media maupun
menggunkan media pengajaran.15
Metode demonstari merupakan metode yang
paling sederhana dibandingkan dengan metode-metode
mengajar lainnya. Menurut Syaiful Segala, metode
demonstrasi adalah pertunjukkan tentang proses terjadinya
suatu peristiwa atau benda sampai pada penampilan
tingkah laku yang dicontohkan agar dapat diketahui dan
dipahami oleh peserta didik secara nyata atau tiruannya.16
2) Dasar penerapan metode demonstrasi

13
Jamil Suprihatiningrum, Strategi Pembelajaran ( Jogjakarta: Ar-Ruzz Media, 2014), hlm.
281.
14
Abu Ahmadi, Strategi Belajar Mengajar, (Bandung : CV Pustaka Setia, 1997) hlm 62
15
Syahraini Tambak, 6 Metode Ilmiah dan Inovatif Pendidikan Agama Islam,
(Yogyakarta:Graha Ilmu,2014) hlm 196
16
Ibid,hlm 197
13

Metode Demonstrasi bukanlah sebuah metode


baru dalam kegiatan pembelajaran. Semenjak zaman Nabi
Muhammad SAW, bahkan semenjak awal sejarah
kehidupan manusia, penggunaan demonstrasi dalam
pendidikan sudah ada. Contohnya pada waktu itu, Nabi
Muhammad adalah seorang pendidik yang agung banyak
yang menggunkan metode demonstrasi perilaku
keseharian sebagai seorang muslim, maupun praktek
ibadah seperti mengajarkan sholat, wudhu dan lain-lain.
Semua cara tersebut dipraktekkan atau ditunjukkan oleh
Nabi, lalu kemudian para umat mengikutinya.17
Metode ini telah ada sejak zaman Rasulullah
SAW, dan hal ini pernah dipraktekkan oleh Nabi
Muhammad SAW seperti hadistnya:
“Hadist dari Nabi Muhammad Ibnu Musanna, katanya
hadist dari Abdul Wahhab katanya Ayyub dari Abi
Qilabah katanya hadist dari Malik, kami mendatangi
Rasulullah SAW. Dan pemuda yang sebaya kami
tinggal bersama beliau selama (dua puluh malam) 20
malam. Rasulullah SAW adalah seorang yang
penyayang dan memilki sifat lembut ketika beliau
menduga kami ingin pulang dan rindu pada keluarga,
beliau menanyakan tentang orang-orang yang kami
tinggalkan dan kami memberitahukannya. Beliau
bersabda “kembalilah bersama keluargamu dan
tingallah bersama mereka, maka ajarilah mereka dan
suruhlah mereka. Beliau menyebutkkan hal-hal yang
saya hafal dan yang saya tidak hafal. Dan shalatlah
sebagaimana kalian melihat Aku shalat.”(HR
Bukhori).18
Hadist diatas menggambarkan adanya proses
penyampaian suatu pelajaran yang dilakukan oleh Nabi
Muhammad SAW pada para sahabat melalui metode
demonstrasi. Hanya saja, kata yang menunjukkan secara
ril tentang metode demonstrasi dalam pembelajaran pada
hadist diatas, tidaklah tampak. Hanya saja, bila hadist
17
Ibid, hlm 202
18
Ibid, hlm 202
14

tersebut dikomprasikan dengan pengertian dari metode


demonstrasi tersebut, mka dapat ditelusuri secara lebih
rinci yaitu kata “shallu kama raatimuni ushalli” shalatlah
kamu seperti kamu melihat aku shalat. Kata ini memang
tidak lansung mengarah pada meode demonstrasi tersebut
karena kata “shallu kama raatimuni ushalli” merupakan
bagian yang dilakukan oleh Nabi Muhammad untuk
mengajarkan bagaimana cara atau tata cara shalat yang
harus dilakukan. Kata yang tersusun dalam kalimat
tersebut sudah termasuk pada materi yang diajarkan oleh
Rasulullah SAW yaitu materi tentang tata cara shalat.
Namun pada penggalan hadist tersebut menggambarkan
sebuah peragaan yang dilakukan oleh Nabi Muhammas
SAW pada para sahabat dengan menunjukkan gerakan
secara langsung cara mengerjakan shalat tersebut.19
Peragaan yang dilakukan Nabi Muhammad SAW
tersebut walau hanya terkait dengan tata cara shalat dapat
menggambarkan adanya metode demonstrasi tersebut
dalam suatu pendidikan. Nabi Muhammad SAW tidak
langsung menjelaskan secara lisan tentang bagaimana tata
cara mengerjakan shalat itu pada para sahabat, namun
beliau menyuruh mereka untuk melihat bagaimana Nabi
Muhammad SAW melaksanakan shalat tersebut. Nabi
Muhammad langsung memperagakannya tanpa harus
memberikan penjelasan lisan kepada para sahabat. Hal
inilah yang memberikan makna metode demonstrasi yang
menunjukkan adanya proses memperagakan dimana
materi pembelajaran tersebut dapat dipahami oleh para
sahabat melalui peragaan tersebut.
3) Kelebihan dan kekurangan penerapan metode
demontrasi

19
Ibid, hlm 203
15

Sebagai suatu metode pembelajaran demonstrasi


memiliki kelebihan diantaranya:
 Kelebihan
a) Melalui metode demonstrasi terjadinya
verbalisme akan dapat dihindari, sebab peserta
didik disuruh langsung langsung
memperhatikan bahan pelajaran yang
dijelaskan.
b) Perhatian peserta didik dapat dipusatkan
kepada hal-hal yang dianggap penting oleh
pengajar sehingga peserta didik dapat
menangkap hal-hal yang penting.
c) Proses pembelajaran akan lebih menarik,
sebab peserta didik tidak hanya mendengar,
tetapi juga melihat peristiwa yang terjadi.
d) Dengan cara mengamati secara langsung
peserta didik akan memiliki kesempatan untuk
membandingkan antara teori dan kenyataan.
Dengan demikian peserta didik akan lebih
menyakini kebenaran materi pembelajaran.
e) Dapat mengurani kesalahan-kesalahan bila
dibandingkan dengan hanya membaca atau
mendengarkan keterangan guru. Sebab peserta
didik memperoleh persepsi yang jelas dari
hasil pengamatannya.
f) Bila peserta didik turut aktif melakukan
demonstrasi, maka peseta didik akan
memperoleh pengalaman praktik untuk
mengembangkan kecakapan dan keterampilan.
g) Beberapa masalah yang menimbulkan
pertayaan peserta didik akan dapat dijawab
waktu mengalami proses demonstrasi.
16

 Kelemahan
a) Metode demonstrasi memerlukan persiapan
yang lebih matang, sebab tanpa persiapan yang
menandai demonstrasi bisa gagal sehingga
dapat menyebabkan metode ini tidak efektif
lagi. Bahkan sering terjadi untuk menghasilkan
pertunjukan suatu proses tertentu, guru harus
beberapa kali mencobanya terlebih dahulu,
sehingga dapat memakan waktu yang banyak.
b) Demonstrasi memerlukan peralatan, bahan-
bahan dan tempat yang memadai yang berarti
penggunaan metode ini harus memerlukan
pembiayaan yang lebih mahal disbanding kan
dengan ceramah.
c) Demontrasi memerlukan kemampuan dan
keterampilan guru yang khusus, sehingga guru
dituntut untuk bekerja lebih professional.
Disamping itu demonstrasi juga memerlukan
kemauan dan motivasi guru yang bagus untuk
keberhasilan proses pembelajaran peserta
didik.20
4) Langkah- langkah pelaksanaan metode demontrasi
Langkah-langkah menggunakan metode
demonstrasi Pada persiapan ada beberapa hal yang harus
dilakukan:
 Tahap persiapan
a) Rumuskan tujuan yang harus dicapai oleh
peserta didik setelah proses demonstasri
berakhir.

20
Mulyono, Strategi Pembelajaran, hlm 88-89.
17

b) Persiapkan garis besar langkah-langkah


demonstrasi yang akan dilakukan.
c) Lalukan uji coba demonstrasi.
 Tahap Pelaksanaan
a) Langkah pembukaan
Sebelum demonstrasi dilakukan ada
beberapa hal yang harus diperhatikan, ialah:
 Aturlah tempat duduk yang
memungkinkan semua peserta didik
dapat memperhatikan dengan jelas apa
yang didemonstrasikan.
 Kemukakan tujuan apa yang harus
dicapai oleh peserta didik.
 Kemukakan tugas-tugas apa yang harus
dilakukan oleh peserta didik, misalnya
peserta ditugaskan untuk mencatat hal-
hal yang dianggap penting dari
pelaksanaan demonstrasi.
b) Langkah Pelaksanaan Demonstrasi
 Mulailah demonstrasi dengan kegiatan-
kegiatan yang merangsang peserta didik
untuk berpikir, misalnya melalui
pertayaan-pertayaan yang mengandung
teka-teki sehingga mendorong peserta
didik untuk tertarik memperhatikan
demonstrasi.
 Ciptakan suasana yang menyejukkan
dengan menghindari suasana yang
menegangkan.
 Berikan kesempatan kepada peserta
didik untuk secara aktif memikirkan
18

lebih lanjut sesuai apa yang dilihat dari


proses demonstrasi itu.
c) Langkah mengakhiri demonstrasi
Apabila demonstrasi selesai
dilakukan, proses pembelajaran perlu diakhiri
dengan memberikan tugas-tugas tertentu yang
ada kaitannya dengan pelaksanaan demonstrasi
dan proses pencapaian tujuan pembelajaran.
Hal ini diperlukan untuk menyakinkan apakah
peserta didik memahami proses demonstrasi
itu atau tidak. Selain memberikan tugas yang
relevan, ada baiknya guru dan peserta didik
melakukan evaluasi bersama tentang jalannya
proses demonstrasi itu untuk perbaikan
selanjutnnya.21
Jadi metode demonstrasi adalah suatu proses
pembelajaran yang aman pada penyajian pembelajarannya
itu dilakukan dengan cara memperagakan dan
mempertunjukkan kepada peserta didik tentang suatu
proses, situasi baik sebenarnya atau sekedar tiruan. Namun
dalam hal ini ttidak akan terlepas dari tanggung jawab
penjelasan secara lisan. Walaupun peran peserta didik
hanya sekedar menyimak atau memerhatikan, akan teteapi
hal ini akan lebih mudah dan akan kebih efektif dalam
suatu proses pembelajaran.
b. Tinjauan Pembelajaran Fiqih
1) Pengertian pembelajaran Fiqh
Pembelajaran adalah sutau perubahan prilaku
yang relatif tetap dan merupakan hasil praktik yang
diulang-ulang. Selain itu, Rombepajung juga berpendapat
bahwa pembelajaran adalah pemerolehan suatu mata

21
Mulyono, Strategi Pembelajaran, hlm 89-90.
19

pelajaran atau pemerolehan suatu keterampilan melalui


pelajaran, pengalaman, atau pengajaran. Brown memerinci
karakteristik pembelajaran sebagai berikut:
a) Belajar adalah menguasai atau memperoleh.
b) Belajar adalah mengingat-ingat informasi atau
keterampilan.
c) Proses meningat-ingat melibatkan sistem
penyimpanan, memori, dan organisasi kognitif.
d) Belajar melibatkan aktif melibatkan perhatian aktif
sadar dan bertindak menurut peristiwa –peristiwa
diluar serta didalam organisme.
e) Belajar itu bersifat permanen, tetapi tunduk terhadap
pada lupa.
f) Belajar melibatkan berbagai bentuk latihan,
mungkin latihan yang dipotong dengan imbalan dan
hokum.
g) Belajar adalah suatu perubahan dalam prilaku.
Pembelajaran membutuhkan sebuah proses yang
didasari yang cenderung bersifat permanen dan mengubah
perilaku. Pada proses tersebut terjadi pengingatsn
informasi yang kemudian disimpan dalam memori dan
organisasi kognitif. Selanjutnya, keterampilan tersebut
diwujudkan secara praktis pada keaktifan siswa dalam
merespons dan bereaksi terhadap peristiwa-peristiwa yang
terjadi pada diri siswa ataupun lingkungannya.22
Kemudian untuk memahami lebih lanjut
mengenai fiqih, berikut ini akan dijabarkan pengertian
fiqih menurut arti bahasa sampai pada pengertian istilah.
Kata fiqh secara bahasa memiliki pengertian al-
fahm atau faham. Dengan demikian, fiqh menurut
pengertian bahasa menyangkut pemahaman yang
22
M. Thobroni. Belajar dan Pembelajaran Teori dan Praktik, (Yogyakarta: R-RUZZ MEDIA,
2015), hlm. 16-17
20

diperoleh melalui proses berfikir yang mendalam, bukan


sekedar tahu atau mengerti. Tidak semua proses berfikir
adalah memahami karena memahami adalah tingkatan
tertinggi dalam berfikir. Jadi, fiqh adalah hasil berfikir
yang mendalam. 23
Dilihat dari sudut bahasa, fiqih berasal dari kata
faqaha ( ‫ )فقه‬yang berarti “Memahami” dan “Mengerti”.
Dalam peristilahan syar’i, ilmu fiqih
dimaksudkan sebagai ilmu yang berbicara tentang hukum-
hukum syar’i amali (praktis) yang penetapannya
diupayakan melalui pemahaman yang mendalam terhadap
dalil-dalilnya yang terperinci dalam nash (al-quran dan
hadist). Lengkapnya definisi itu berbunyi:24

‫االحكام الشر عية العملية المكسب من أدلتها التفصيلية‬


Hukum syar’i yang dimaksud dalam definisi diatas
adalah segala perbuatan yang diberi hukumnya itu sendiri
dan diambil dari syariat yang dibawa oleh nabi
Muhammad Saw. Adapun kata Amali dalam definisi itu
dimaksudkan sebagai penjelasan bahwa yang menjadi
lapangan pengkajian ilmu ini hanya yang berkaitan dengan
perbuatan (amaliyah) mukallaf itu. Sedangkan dalili-dalil
yang terdapat dan terpapar dalam nash di mana satu
persatunya menunjuk pada satu hukum tertentu.
Menurut pengertian yang dipahami umat islam saat
ini, fiqh adalah:25

‫العلم باالحكام الشرعية العملية التي طريقها االجتهاد من‬


‫الكتاب والسنة‬
“Mengetahui hukum-hukum syar’i yang bersifat
amaliyah (praktik) yang sarannya adalah ijtihada dari al-
quran dan sunnah.”

23
Imam Hanafi, Pengantar Ushul Fiqih dan ilmu Fiqih, hlm.5
24
Alaiddin Koto, Ilmu Fiqih dan ushul Fiqih (Jakarta: PT RajaGrafindo Persada, 2006), hlm. 2
25
Imam Hanafi, pengantar ushul fiqih dan ilmu fiqih, hlm. 5
21

Atau sebagaimana dikatakan oleh imam al-


Baidhawi:

‫العلم باالحكام الشرعية العملية الكتسب من ادلتها التفصلية‬


“Mengetahui hukum-hukum syar’i yang bersifat
amaliyah yang diperoleh dari dalil-dalil yang rinci”
Berdasarkan dua pengertian di atas, tampak
bahwa fiqh memiliki beberapa ciri khas:26
a) Pengetahuan mengenai hukum-hukum syar’i, bukan
hukum aqli (hukum akal) atau hukum addi (hukum
adat). Hukum syar’i adalah hukum yang sumbernya
Al-quran dan sunnah. Sementara itu, hukum aqli
bersumber dari akal dan hukum addi bersumber dari
adat.
b) Bersifat amaliyah atau menyangkut perbuatan
lahiriyah, bukan bersifat perasaan, hati atau pikiran.
Jadi, yang diatur oleh oleh fiqih adalah amalan
lahiriyah. Sebagai perkecualian, ada satu bahasan
dalam fiqih yang bersifat hati, tentang niat.
c) Diperoleh melalui ijtihad, yaitu dari upaya ahli
hukum (mujtahid) melakukan kerja ilmiah untuk
menggali hukum dari ayat-ayat al-quran dan
sunnah. Karena berasal dari ijtihad, fiqh dzanni
(prasangka yang didukung bukti. Hal itulah yang
membedakan antara fiqgh dan syariat, yaitu hukum-
hukum yang diperoleh dari dalil-dalil qathi, seperti
wajibnya sholat, zakat , puasa, dan haji. adapun
ketentuan mengenai iftitah, qunut, dan rincian sholat
bersifat dzanni.
d) Berasal dari dalil-dalil rinci dari al-quran dan
sunnah. Dalil-dalil rinci adalah dalil-dalil yang
membahas perkasus mengenai suatu persoalan.

26
Ibid: hlm.6-7
22

Ulama fiqih sendiri mendefinisikan fiqih sebagai


sekupulan hukum amaliyah (yang akan dikerjakan) yang
disyariatkan islam. Dalam hal ini kalangan fuqaha
membaginya menjadi pengertian, yakni : pertama,
memelihara hukum furu’ (hukum keagamaan yang tidak
pokok) secara mutlak (seluruhnya) atau sebagiannya.
Kedua, materi hukum itu sendiri, baik yang bersifat qat’I
maupun yang bersifat dzanni.27
Dari uraian diatas dapat disimpulkan bahwa mata
pelajaran fiqih di Madrasah tsanawiyah merupakan mata
pelajaran bermuatan pendidikan agama islam yang
memberikan pengetahuan tentang ajaran islam dalam segi
hukum syara’ dan membimbing peserta didik dalam hal ini
anak usia madrasah tsanawiyah agar memiliki keyakinan
dan mengetahui hukum-hukum dalam islam dengan benar
serta membentuk kebiasaan untuk melaksanakannya
dalam kehidupan sehari-hari. Pembelajaran fiqih berarti
proses belajar mengajar tentang ajaran islam dalam segi
hukum syara’ yang dilaksanakan di dalam kelas antara
guru dan peserta didik dengan materi dan strategi
pembelajaran yang telah direncanakan.
2) Objek kajian Ilmu Fiqih
Kajian mengenai sistematika pembahasan fiqih,
secara rinci sesungguhnya telah dibahas tersendiri oleh
disiplin ilmu yang bersangkutan, misalnya sudah banyak
buku-buku fiqih ibadah, fiqh muamalah, fiqih munakahah,
fiqih mawaris, fiqh jinayah, dan fiqh siyasah yang secara
khusus dan detail mengkaji fiqh berdasarkan
konsentrasinya tersebut.
Pada pokoknya, yang menjadi objek pembahasan
dalam ilmu fiqih adalah perbuatan mukallaf dilihat dari

27
Ahmad Alfan,Ahmad Taufik ,Buku Siswa Fikih, (Jakarta:2014,) hlm 7
23

sudut hukum syara’. Perbuatan tersebut dapat


dikelompokkan dalam tiga kelompok besar :ibadah,
muamalah, dan uqubah.28
Pada bagian ibadah tercakup segala persoalan
yang pada pokoknya berkaitan dengan urusan akhirat.
Artinya, segala perbuatan yang dikerjakan dengan maksud
mendekatkan diri kepada Allah, seperti shalat, puasa, haji
dan lain-lain.
Pada bagian muamalah mencakup hal-hal yang
berhubungan dengan harta, seperti jual beli, sewa
menyewa, pinjam meminjam, amanah, dan harta
peninggalan. Pada bagian ini juga dimasukkan persoalan
munakahat dan siyasah.
Pada bagian uqubah mencakup segala persoalan
yang menyangkut tindak pidana, seperti pembunuhan,
pencurian, perampokan, pemberontakan, dan lain-lain.
Bagian ini juga membicarakan hukuman –hukuman seperti
qisas, had, dan ta’zir.
3) Tujuan mempelajari Fiqh
Tujuan mempelajari fiqh menurut Wahbah al-
Zuhaili adalah:29
a) Untuk mengetahui apa saja yang diperintahkan
Allah swt. Dan apa saja yang dilarang-Nya, apa saja
yang dibolehkan dan apa saja yang tidak dibolehkan.
b) Untuk mengetahui cara-cara beribadah yang benar
kepada Allah swt.
c) Untuk mengetahui aturan-aturan hidup terkait
dengan masalah ubudiyah, muamalah, munakahah,
mawaris, uqubah (jinayah) dan siyasah.
c. Tinjauan Metode-Metode dalam Pembelajaran Fiqih

28
Alaiddin Koto, ilmu fiqih dan ushul fiqih, hlm.5
29
Imam Hanafi, Pengantar ushul fiqih dan ilmu fiqih, hlm.23.
24

Terdapat beberapa metode dalam pembelajaran fiqih


yang dapat digunakan untuk mengimplemintasikan strategi
pembelajaran agar pencapaian ketuntasan belajar lebih afektif
dan efisien.
1) Metode ceramah
a) Pengertian metode ceramah
Metode ceramah adalah penuturan bahan
pelajaran secara lisan. Metode ceramah merupakan
salah satu cara yang digunakan untuk
mengimplemintasikan strategi pembelajaran
ekspositori. Metode ceramah merupakan metode
yang sampai saat ini sering digunakan oleh setiap
guru atau instruktur. Hal ini disebabkan oleh
beberapa pertimbangan tertentu, juga adanya faktor
kebiasaan baik dari guru ataupun peserta didik.30
Dalam buku Bunai, Ceramah merupakan
metode yang paling umum dilakukan dalam
pembelajaran. Hal yang harus dipersiapkan oleh
guru adalah: 1) merumuskan tujuan intruksional
khusus, yaitu mengembangkan pokok-pokok materi
belajar mengajar dan mengkajinya. 2) apabila akan
divariasikan dengan metode lain, pikiran apa yang
disampaikan melalui ceramah dan apa yang akan
disampaikan melalui metode lainnya. 3) buat garis
besar bahan yang akan diceramahkan.31
b) Kelebihan dan kekurangan metode ceramah32
Adapun beberapa kelebihan sebagai alasan
mengapa ceramah sering digunakan, antara lain:
 Ceramah dapat menyajikan materi pelajaran
yang luas. Artinya, materi pelajaran yang

30
Mulyono, Strategi Pembelajaran, hlm. 82
31
Bunai’i, Perencanaan Pembelajaran PAI (Surabaya: Pena Salsabila, 2013),hlm. 80
32
Mulyono, Strategi Pembelajaran, hlm. 83-84.
25

banyak dapat dirangkum atau dijelaskan


pokok-pokoknya oleh guru dalam wakti yang
singkat.
 Ceramah merupakan metode yang mudah dan
murah untuk dilakukan.
 Melalui ceramah, guru dapat mengontrol
keadaan kelas, oleh karena sepenuhnya kelas
merupakan tanggung jawab guru yang
memberikan ceramah.
Di samping beberapa kelebihan diatas
ceramah juga memliki beberapa kelemahan,
diantaranya:
 Peserta didik cenderung pasif.
 Kurang cocok untuk pembentukan
keterampilan dan sikap.
 Melalui ceramah, sangat sulit untuk
mengetahui apakah seluruh peserta didik
sudah mengerti apa yang dijelaskan atau
belum.
2) Metode Demonstrasi
a) Pengertian metode demonstrasi
Demonstrasi merupakan metode yang
sangat efektif, sebab membantu peserta didik untuk
mencari jawaban dengan usaha sendiri berdasarkan
fakta atau data yang benar. Dalam strategi
pembelajaran, demonstrasi dapat digunakan untuk
mendukung keberhasilan strategi pembelajaran
ekspositori dan inkuiri.
Metode demonstrasi merupakan metode
penyajian pelajaran dengan memeragakan dan
mempertunjukkan kepada peserta didik tentang
26

suatu proses, situasi atau benda tertentu, baik


sebenarnya atau hanya sekedar tiruan.33
Melalui metode demonstrasi, guru
memperlihatkan suatu proses, peristiwa, atau cara
kerja suatu alat kepada siswa. Langkah yang harus
diperhatikan dalam menggunakan metode ini adalah
sebagai berikut: 1) lakukan perencanaan yang
matang sebelum pembelajaran dimulai. 2)
rumuskanlah tujuan pembelajaran dengan metode
demonstrasi. 3) buatlah garis besar langkah-langkah
demonstrasi. 4) tetapkanlah apakah demonstrasi
tersebut akan dilakukan oleh guru atau siswa atau
dilakukan oleh guru kemudian diikuti oleh siswa.34
Untuk memantapkan hasil pembelajaran
melalui metode demonstrasi, pada akhir pertemuan
dapat diberikan tugas-tugas yang sesuai dengan
kegiatan yang telah dilaksanakan.35
b) Kelebihan dan kelemahan metode demonstrasi36
Sebagai metode pembelajaran demonstrasi
memiliki beberapa kelebihan, diantaranya:
 Perhatian peserta didik dapat dipusatkan
kepada hal-hal yang dianggap penting oleh
pengajar sehingga peserta didik dapat
menangkap hal-hal yang penting.
 Proses pembelajaran akan lebih menarik,
sebab peserta didik tanya mendengar, tetapi
juga melihat peristiwa yang terjadi.

33
Ibid; hlm. 86
34
Bunai’i, Perencanaan Pembelajaran Pai, hlm. 78

36
Mulyono, Strategi Pembelajaran, hlm. 87-88.
27

 Dengan cara mengamati secara langsung


peserta didik akan memiliki kesempatan untuk
membandingkan antara teori dan kenyataan.
Dengan demikian peserta didik akanlebih
meyakini kebenaran materi pembelajaran.
Disamping beberapa kelebihan, Metode
demonstrasi juga memiliki beberapa kelemahan,
diantaranya:
 Metode demonstrasi memerlukan persiapan
yang lebih matang, sebab tanpa persiapan yang
memadai demonstrasi bisa gagal sehingga
dapat menyebabkan metode ini tidak efektif
lagi.
 Demonstrasi memerlukan peralatan, bahan-
bahan, dan tempat yang memadai yang berarti
penggunaan metode ini memerlukan
pembiayaan yang lebih mahal dibandingkan
dengan ceramah.
 Demonstrasi memerlukan kemampuan dan
keterampilan guru yang khusus, sehingga guru
dituntut untuk bekerja labih profesional.
3) Metode diskusi
a) Pengertian metode diskusi
Diskusi adalah suatu proses pertemuan dua
atau lebih individu yang berinteraksi secara verbal
dan saling berhadapan muka mengenai tujuan atau
sasaran yang sudah tertentu melalui cara tukar
menukar informasi, mempertahankan pendapat, atau
pemecahan masalah.
Secara umum ada dua jenis diskusi yang
biasa dilakukan dalam proses pembelajaran.
Pertama, diskusi kelompok. Diskusi ini dinamakan
28

juga diskusi kelas. Pada diskusi ini permasalahan


yang disajikan oleh guru dipecahkan oleh kelas
secara keseluruhan. Pengatur jalannya diskusi adalah
guru. Kedua, diskius kelompok kecil. Pada diskusi
ini peserta didik dibagi dalam beberapa kelompok.
Setiap kelompok terdiri dari 3-7 orang. 37
b) Kelebihan dan kelemahan metode diskusi:38
Ada beberapa kelebihan metode diskusi,
manakala diterapkan dalam kegiatan belajar
mengajar.
 Metode diskusi dapat merangsang peserta
didik untuk lebih kreatif, khususnya dalam
memberikan gagasan dan ide-ide.
 Dapat melatih untuk membiasakan diri
bertukar pikiran dalam mengatasi setiap
permasalahan.
 Dapat melatih peserta didik untuk dapat
mengemukakan pendapat atau gagasan secara
verbal.
Selain beberapa kelebihan, diskusi juga
memiliki beberapa kelemahan, diantaranya:
 Sering terjadi pembicaraan dalam diskusi
dikuasai oleh 2 atau 3 orang peserta didik yang
memeliki keterampilan berbicara.
 Kadang-kadang pembahasan dalam diskusi
meluas, sehingga kesimpulan menjadi kabur.
 Memerlukan waktu yang cukup panjang, yang
kadang tidak sesuai dengan apa yang
direncanakan.
4) Metode Simulasi

37
Abdul Majid, Strategi Pembelajaran, hlm. 201
38
Jamil Suprihatiningrum, Strategi Pembelajaran, hlm. 288.
29

a) Pengertian metode simulasi


Simulasi berasala dari kata simulate yang
artinya berpura-pura atau berbuat seakan-akan.
Metode simulasi merupakan salah satu metode yang
diturunkan daari stategi pembelajaran bermain peran
(Role Playing).
Sebagai metode mengajar, simulasi dapat
diartikan cara penyajian pengalaman belajar dengan
menggunakan situasi tiruan untuk memahami
tentang konsep, prinsip, atau keterampilan-
keterampilan tertentu.39
b) Kelebihan dan kekurangan metode simulasi:40
Terdapat beberapa kelebihan dengan
menggunakan simulasi sebagai metode mengajar.
diantaranya adalah:
 Simulasi dapat dijadikan sebagai bekal bagi
peserta didik dalam menghadapi situasi yang
sebenarnya kelak, baik dalamkehidupan
keluarga, masyarakat, maupun mengahadapi
dunia kerja.
 Simulasi dapat mengembangkan kreativitas
peserta didik, karena melalui simulasi peserta
didik diberi kesempatan untuk
mengekspresikan kemampuannya.
 Simulasi dapat meningkatkan gairah peserta
didik dalam proses pembelajaran.
Disamping memiliki kelebihan ,simulasi
juga mempunyai kelemahan, diantaranya:

39
Mulyono, Strategi Pembelajaran , hlm. 98-99.
40
Ibid: hlm, 99-100.
30

 Pengalaman yang diperoleh melalui simulasi


tidak selalu tepat dan sesuai dengan kenyataan
dilapangan.
 Pengelolaan yang kurang baik, sering simulasi
dijadikan sebagai alat hiburan , sehingga
tujuan pembelajaran menjadi terabaikan.
 Faktor psikologis seperti rasa malu dan takut
sering memengaruhi peserta diidk dalam
melakukan simulasi.
5) Metode Tanya Jawab
a) Pengertian metode tanya jawab
Metode tanya jawab adalah metode
mengajar yang memungkinkan terjadinya
komunikasi langsung yang bersifat two way traffic
sebab pada saat yang sama terjadi dialog antara guru
dan peserta didik. Guru bertanya peserta didik
menjawab atau peserta didik bertanya guru
menjawab. Dalam komunikasi ini terlihat adanya
hubungan timbal balik secara langsung antara guru.
Metode tanya jawab merupakan salah satu dari
implementasi strategi pembelajaran partisipatif
(Partisipative Teaching and Learning ) dan atau
strategi pembelajaran ekspositori.41
b) Tujuan metode tanya jawab
Dalam proses belajar mengajar, bertanya
memegang peranan yang penting, sebab pertanyaan
yang tersusun baik dengan tekhnik pengajuan yang
tepat maka akan:42
 Meningkatkan prestasi peserta didik dalam
kegiatan belajar mengajar.

41
Ibid: hlm,104.
42
Ibid:hlm, 104-105.
31

 Membangkitkan minat dan rasa ingin tahu


peserta didik terhadap masalah yang sedang
dibicarakan.
 Merangsang dan mengembangkan pola
berfikir dan belajar aktif peserta didik, sebab
berfikir iti sendiri adalah bertanya.
2. Kajian Penelitian Terdahulu
Berdasarkan penelusuran peneliti, kajian tentang menerapkan
metode demonstrasi dalam pembelajaran fiqih yang sudah pernah di
teliti antara lain sebagai berikut:
a. Abdul Basid, Jurusan Tarbiyah Prodi Pendidikan Agama Islam
dengan judul “Penerapan Metode Demonstrasi dalam
Meningkatkan Keaktifan Siswa pada Mata Pelajaran PAI di MI
Mambaul Ulum Bandungan Pakong Pamekasan.
b. Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif dengan jenis
penelitian deskriptif, karena penelitian ini bertujuan untuk
memberikan informasi, pemahaman serta gambaran mengenai
isi dan kualitas isi dari sasaran atau objek penelitian.
Berdasarkan hasil penelitian diatas, maka penerapan metode
demontrasi adalah bersifat teknis dan nonteknis. Hal ini ditunjukkan
dengan data hasil penelitian yang cukup siqnifikan. Dan juga dengan
cara observasi dukumentasi dari berbagai narasumber di dalamnya di
perlukan. Untuk itu dalam rangka mengoptimalkan program ini perlu
adanya koordinasi antar pihak yang terkait seperti kepala madrasah,
guru dan murid.43
Persamaan penelitian terdahulu dengan penelitian ini ialah
sama-sama meneliti penerapan metode demonstrasi, sedangkan
perbedaannya ialah, Pada penelitian terdahulu meneliti penerapan
metode demonstrasi dalam meningkatkan keaktifan siswa pada mata
pelajaran pendidikan agama islam sedangkan penelitian sekarang

43
Abdul basid, penerapan metode demonstrasi dalam meningkatkan keaktifan siswa pada mata
pelajaran pendidikan agama islam di MI Mabaul Ulum Bandungan Pakong Pamekasan”
skripsi (pamekasan: STAIN Pamekasan, 2013).
32

meneliti penerapan metode demonstrasi dalam pembelajaran fiqih,


lokasi penelitian terdahulu ialah di MI Mambaul Ulum Bandungan
Pakong Pamekasan. sedangkan penelitian ini dilakukan MAN 2
Pamekasan. Analisis data pada penelitian terdahulu menggunakan
tehnik porpossive sampling ( sampel bertujuan), sedangkan penelitian
ini dengan cara reduksi data, penyajian data dan penarikan
kesimpulan.

G. Metode Penelitian
1. Pendekatan dan Jenis Penelitian
Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan pendekatan
kualitatif. Pendekatan kualitatif sebagaimana dikemukakan oleh
Bogdan dan Taylor yaitu prosedur penelitian yang menghasilkan data
diskriptif berupa kata-kata tertulis atau lisan dari orang-orang dan
perilaku yang diamati.44 Sejalan dengan hal tersebut Denzin dan
Lincoln menyatakan bahwa penelitian kualitatif adalah penelitian
yang menggunakan latar alamiah, dengan maksud menafsirkan
fenomena yang terjadi dan dilakukan dengan jalan melibatkan
berbagai metode.45
Pendekatan kualitatif seringkali digunakan dengan beberapa
istilah diantaranya adalah inkuiri naturalistik atau alamiah,
fenomenologis, studi kasus dll. Pendekatan kualitatif merupakan
penelitian yang bermaksud untuk memahami fenomena tentang apa
yang dialami oleh subjek penelitian. Misalnya perilaku, persepsi,
motivasi, tindakan dan lain-lain secara holistik dan dengan cara
diskripsi dalam bentuk kata-kata dan bahasa pada suatu konteks
khusus yang alamiah dan dengan memanfaatkan sebagai metode
alamiah.46

44
Andi prastowo, metode penelitian kualitatif dalam perspektif rancangan penelitian (Jogjakarta:
Ar-Ruzz Media, 2014), hlm. 22.
45
Lexy J. Moleong, Metodologi Penelitian Kualitatif (Bandung: Remaja Rosdakarya, 2014), hlm.
5
46
Ibid: hlm.6
33

Peneliti menggunakan pendekatan kualitatif karena sesuai


dengan kriteria judul ini, memungkinkan untuk diadakan pemaparan
data secara deskriptif tanpa melalui pendekatan statistik. Apa yang
peneliti temukan dalam penelitian lapangan merupakan informasi
fakta yang akan dianalisis dengan metode pengelompokan,
kategorisasi seluruh unsur-unsur yang menjadi persoalan.
Adapun Jenis penelitian yang diambil oleh peneliti adalah
jenis penelitian ingkuiri naturalistik. Dengan alasan bahwa dalam
kegiatan ini peneliti tidak menggunakan angka dalam mengumpulkan
data dan dalam memberikan penafsiran.47 Jenis penelitian inkuiri
naturalistik ini merupakan penelitian kualitatif yang bersifat deskriptif.
Istilah “deskriptif “ bearsal dari istilah bahasa inggris to
describe yang bearrti memaparkan atau menggambarkan sesuatu hal,
misalnya keadaan, kondisi, situasi, peristiwa, kegiatan, dan lain-lain.
Dengan demikian yang dimaksud dengan penelitian deskriptif adalah
penelitian yang dimaksudkan untuk menyelidiki keadaan, kondisi atau
hal lain-lain yang sudah disebutkan, yang hasilnya dipaparkan dalam
bentuk laporan penelitian.48
Sudah disinggung bahwa di dalam penelitian deskriptif tidak
diperlukan administrasi dan pengontrolan terhadap perlakuan.
Penelitian deskriptif tidak dimaksudkan untuk menguji hipotesis
tertentu, tetapi hanya menggambarkan “apa adanya” tentang sesuatu
variabel, gejala atau kedaan. Memang ada kalanya dalam penelitian
ingin juga membuktikan dugaan tetapi tidak terlalu lazim. Yang
umum adalah bahwa penelitian deskriptif tidak dimaksudkan untuk
menguji hipotesis.49
2. Kehadiran Peneliti
Kehadiran peneliti di lapangan sangat penting dan mutlak
dilakukan dalam pendekatan kualitatif. Karena Kehadiran peneliti

47
Suharsimi Arikunto, Prosedur Penelitian; Suatu Pendekatan Praktek (Jakarta: Rineka
Cipta,2013, hlm., 11
48
Ibid: hlm.3.
49
Suharsimi Arikunto, Manajemen Penelitian (Jakarta: Rineka Cipta, 2013), hlm. 234.
34

selain bertujuan menjalin komunikasi dengan Informen yaitu juga


untuk memperoleh data dan informasi terkait dengan masalah yang
diteliti. Sehingga dengan kehadiran peneliti akan lebih tahu situasi dan
kondisi dilapangan.
Peneliti dalam hal ini bertindak sebagai instrument atau
pengumpul data, sekaligus pengamat serta merupakan perencana,
pelaksana pengumpulan data, analisis, penafsir data, dan pada
akhirnya ia menjadi pelopor hasil penelitiannya. Pengertian instrumen
atau alat penelitian disini tepat karena menjadi segalanya dari
keseluruhan proses penelitian.50
3. Lokasi Penelitian
Lokasi penelitian dilaksanakan di MAN 2 Pamekasan .
Peneliti menganggap layak mengadakan sebuah penelitian di sana
karena lokasi yang dekat dengan peneliti dan juga adanya persoalan
seperti kurangnya keterampilan seorang guru dalam menyampaikan
bahan pelajaran (materi) atau kurang menarik dalam penggunaan
metode pembelajaran terutama di mata pembelajaran fiqih.
Terjadinya pembelajaran yang kurang menarik karena guru lebih
sering menggunakan metode ceramah dan tanya jawab, sehingga
siswa merasa bosan dan kurang bersemangat mengikuti kegiatan
pembelajaran.
Menurut Lexi J. Moleong cara terbaik yang perlu ditempuh
dalam menetukan lapangan penelitian adalah dengan
mempertimbangkan teori substantif dan mempelajari serta mendalami
fokus serta rumusan masalah penelitian, untuk itulah “Pergilah dan
jajakilah lapangan untuk melihat apakah terdapat kesesuaian dengan
kenyataan yang ada dilapangan”. Keterbatasan geografis dan praktis
seperti waktu, biaya, tenaga, perlu dipertimbangkan dalam penentuan
Lokasi penelitian.51
4. Sumber Data

50
Lexy J. Moleong, Metodologi Penelitian Kualitatif , hlm. 168,
51
Ibid: hlm. 128.
35

Menurut Lofland dan Lofland, sebagaimana dikutip dalam


buku Memahami Penelitian Kualitatif. Sumber data utama dalam
penelitian kualitatif ialah kata-kata dan tindakan selebihnya adalah
data tambahan seperti dokumentasi dan lain-lain.52 Suharsimi
Arikunto mengartikan sumber data sebagai subjek dimana data dapat
diperoleh. Lebih lanjut ia juga mengklasifikasikan sumber data
menjadi tiga macam yaitu: orang (Person), tempat (Place) dan
simbol (Paper).53 Terkait dengan penelitian, yaitu: “ Penerapan
Metode Demonstrasi dalam Pembelajaran Fiqih di Man 2
Pamekasan” dengan identifikasi sebagai berikut:
a. Orang (Person) yaitu sumber data yang bisa memberikan data
berupa jawaban lisan maupun wawancara atau tertulis melalui
angket. Sumber data person dalam penelitian ini adalah guru
mata pelajaran fiqih dan siswa.
b. Tempat (Place) yaitu sumber data yang menyajikan tampilan
berupa keadaan diam (kelengkapan alat, ruangan) dan bergerak
(aktivitas, kinerja, kegiatan belajar mengajar). yang termasuk
dalam dalam sumber data place dalam penelitian ini adalah :
Limgkungan sekolah, ruang kelas, dan yang bergerak adalah
sarana pembelajaran.
c. Simbol (Paper) yaitu sumber data yang menyajikan tanda-tanda
berupa huruf, angka, gambar, atau simbol-simbol lain. Sumber
data paper ini antara lain adalah data jenis literatur seperti buku
dan dokumentasi seperti peta lokasi, jadwal kegiatan dan lain-
lain.
5. Prosedur Pengumpulan Data
Prosedur pengumpulan data merupakan hal yang paling
penting dalam sebuah penelitian, karena tujuan utama dari penelitian
yaitu mendapatkan data.

52
Basrowi dan Suwandi, Memahami Penelitian Kualitatif, (Jakarta: PT. Rineka Cipta, 2008), hlm.
169..
53
Suharsimi Arikunto, Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek , hlm., 172
36

Menurut Buna’i dalam bukunya, Pengumpulan data dalam


penelitian kualitatif ada 3 (tiga) cara, yaitu: wawancara (intervieu),
observasi (pengamatan), dan analisis dokumen.54
a. Observasi
Menurut Purwanto observasi yang dikutip oleh Buna’i
adalah “Metode atau cara-cara menganalisis dan mengadakan
pencatatan secara sistematis mengenai tingkah laku dengan
melihat atau mengamati individu atau kelompok.”55
Teknik pengumpulan data dengan observasi digunakan
apabila penelitian berkenaan dengan perilaku manusia, proses
kerja, gejala-gejala alam dan bila responden yang diamati tidak
terlalu besar. Dari segi proses pelaksanaan pengumpulan data,
observasi dapat dibedakan menjadi Participant observation
(observasi berperan serta) dan non participant observation.56
1) Observasi berperan serta (Participant Observation)
Observasi berperan serta mengharuskan peneliti
terlibat dalam kegiatan sehari-hari orang-orang yang
sedang diamati atau yang digunakan sebagai sumber data
penelitian. Dengan observasi participant ini, maka data
yang diperoleh akan lebih lengkap.
2) Observasi non participant
Peneliti dalam observasi non participant ini tidak
terlibat langsung dengan aktivitas orang yang diamati dan
hanya sebagai pengamat independen, ini yang menjadi
pembeda antara participant dan non participant.
Pada jenis observasi ini, peneliti mencatat,
menganalisis dan selanjutnya dapat membuat kesimpulan
tentang perilaku orang-orang yang diteliti.57

54
Buna’i, Metodologi penelitian pendidikan (Pamekasan Stain Pamekasan Press, 2006), hlm. 101
55
Ibid: 104.
56
Sugiyono, Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif dan R&D (Bandung: Alfabeta, 2010), hlm.
145.
57
Ibid: hlm. 145.
37

Observasi yang dilaksanakan oleh peneliti untuk


mengumpulkan data yang sesuai dengan sifat penelitian
yakni dengan menggunakan observasi non participant. Hal
ini dikarenakan peneliti tidak menjadi bagian dari
masyarakat di MAN 2 Pamekasan.
Objek observasi dari penelitian ini ialah guru
mata pelajaran fiqih beserta seluruh siswa.
a) Metode wawancara (interviu)
Secara umum yang dimaksud dengan
wawancara adalah cara menghimpun bahan-bahan
keterangan yang dilaksanakan dengan melakukan
tanya jawab lisan secara sepihak, berhadapan muka,
dan dengan arah serta tujuan yang telah ditentukan.
Dalam melakukan wawancara dibutuhkan
keterampilan yang memadai agar informasi dapat
diperoleh secara menyeluruh.58
Menurut burhan dalam bukunya
Wawancara secara umum adalah proses memperoleh
keterangan untuk tujuan penelitian dengan cara
tanya jawab sambil bertatap muka antara
pewawancara dengan informan atau orang yang
diwawancarai, dengan atau tanpa menggunakan
pedoman (guide) wawancara, dimana pewawancara
dan informan terlibat dalam kehidupan sosial yang
relatif lama.59
Jenis wawancara ada dua yaitu terstruktur
dan tidak terstruktur: Wawancara terstruktur adalah
wawancara yang pewawancaranya menetapkan
sendiri masalah dan pertanyaan-pertanyaan yang
akan diajukan. Sedangkan wawancara tidak
terstruktur adalah pedoman wawancara yang hanya
58
Bunai, metodelogi penelitian pendidikan, hlm.101
59
Burhan, Penelitian Kualitatif (Jakarta: Kencana, 2007), hlm. 111.
38

memuat garis besar yang mau ditanyakan,


wawancara disini dituntut untuk lebih berkreatifitas
agar dapat memperoleh hasil wawancara yang
bagus.60 Penelitian ini akan menggunakan
wawancara terstruktur.
b) Metode Dokumentasi
Menurut Buna’i dalam bukunya Analisis
dokumen atau dokumentasi berarti cara
pengumpulan data dengan mencatat data yang sudah
ada. Metode dokumentasi diantara kegiatannya
mencari data mengenai hal-hal atau variabel yang
berupa catatan transkip, buku, surat kabar, majalah,
notulen, rapat, lengger, agenda dan sebagainya.61
Dokumentasi merupakan data yang berasal
dari sumber data benda yang berupa bahan-bahan
tertulis seperti buku catatan, buku, agenda dan
berkas-berkas lain. Dalam hal ini metode yang
diamati dan dipelajari adalah bukan benda hidup.
Dengan demikian dokumen dapat dijadikan
penafsiran atau bahan analisis terhadap hal-hal yang
diteliti.
Dokumentasi merupakan bahan tertulis
yang juga dibentuk oleh peneliti, pencarian serta
pengumpulan data yang akan dijadikan dokumentasi
dalam penelitian ini tidak akan keluar/lepas dari apa
yang menjadi fokus penelitian, yaitu data-data yang
berkenaan dengan metode pembelajaran fiqih dalam
meningkatkan minat belajar siswa di Man
Pamekasan, baik berupa gambar, rekaman,
dokumen, data-data dari guru dan siswa dan lain
sebagainya. Data-data tersebut diperoleh dari
60
Lexy J. Moleong, Metodologi Penelitian Kualitatif, hlm. 190.
61
Bunai, metodelogi penelitian pendidikan, hlm.107
39

pelaksanaan ketika kegiatan observasi dan


wawancara berlangsung

6. Analisis Data
Analisis data kualitatif adalah upaya yang dilakukan dengan
jalan bekerja menggunakan data, mengorganisasikan data, memilah-
milahnya menjadi satu yang dapat dikelola, menemukan apa yang
penting, dan apa yang dipelajari, dan memutuskan apa yang dapat
diceritakan kepada orang lain.62
Data yang diperoleh dari penelitian tersebut akan dianalisis
menggunakan metode deskripsi analisis. Dalam penelitian ini data
yang dianalisis adalah data yang terhimpun yang diperoleh dari
lapangan, hasil wawancara, dan dokumentasi. Adapun tahapan-
tahapan dalam analisis data adalah:
a. Reduksi data
Yaitu merangkum, memilih hal-hal yang pokok,
menfokuskan pada hal-hal yang penting, dicari tema dan
polanya. Dengan demikian data yang telah direduksi akan
memberikan gambaran yang lebih jelas, dan mempermudah
peneliti untuk melakukan pengumpulan data selanjutnya, dan
mencarinya bila diperlukan.
b. Penyajian data
Setelah data direduksi, maka langkah selanjutnya
adalah mendisplaykan data. Dalam penelitian kualitatif ,
penyajian data bisa dilakukan dalam bentuk uraian singkat,
bagan, hubungan antar kategori, flowchart dan sejenisnya. Yang
paling sering digunakan untuk menyajikan data dalam penelitian
kualitatif adalah dengan teks yang bersifat naratif. Dengan
mendisplaykan data, maka akan memudahkan untuk memahami
apa yang terjadi, merencanakan kerja.63
7. Pengecekan keabsahan data
62
Lexy J. Moleong, Metodologi penelitian Kualitatif, hlm. 248.
63
Sugiono, Metode penelitian kuantitatif kualitatif dan R&D, hlm. 247-249.
40

Untuk megecek data yang sudah terkumpul dan mengetahui


apakah data yang diperoleh sudah valid dan bisa dipertanggung
jawabkan, maka peneliti melakukan peninjauan kembali secara cermat
dan teliti (Crosceek) agar sumber data dari temuan-temuan ini tidak
terkesan mengambang dan Validitas data lebih terjamin. Oleh
karenanya peneliti menggunakan langkah-langkah sebagai berikut.
a. Perpanjangan keikutsertaan
Keikutsertaan peneliti sangat menentukan dalam
pengumpulan data. Keikutsertaan tersebut tidak hanya dilakukan
dalam waktu singkat, tetapimemerlukan perpanjangan
keikutsertaan pada latar penelitian. Perpanjangan keikutsertaan
juga menuntut peneliti terjun kelokasi dan dalam waktu yang
cukup panjang guna mendeteksi dan memperhitungkan distorsi
yang mungkin mengotori data.64
Jika waktu yang telah disepakati ternyata belum cukup,
maka diperlukan perpanjangan sekitar satu sampai dua minggu.
b. Ketekunan pengamatan
Ketekunan pengamatan berarti mencari secara
konsisten interpretasi dengan berbagai cara dalam kaitannya
dengan proses analisis yang konstan atau tentatif. Ketekunan
pengamatan bermaksud untuk menemukan ciri-ciri dan unsur-
unsur dalam situasi yang sangat relevan dengan persoalan atau
isu yang sedang dicari dan kemudian memusatkan diri pada hal-
hal tersebut secara rinci.65
8. Triangulasi
Triangulasi merupakan teknik keabsahan data yang
memanfaatkan sesuatu yang lain. Di luar data itu untuk keperluan
pengecekan atau sebagai pembanding terhadap data itu.66
Mengacu pada pendapat Denzim yang dikutip oleh Burhan
Bugin menjelaskan bahwa pelaksanaan pengujian keabsahan data

64
Lexy J. Moleong, metodelogi penelitian, hlm.327-328.
65
Ibid; hlm. 329.
66
Ibid: hlm. 330.
41

dengan metode triangulasi terbagi menjadi empat, yaitu peneliti,


metode, sumber, dan teori.67
Teknik triangulasi yang paling banyak digunakan adalah
pemeriksaan melalui triangulasi sumber.68 Triangulasi sumber adalah
menggali kebenaran informasi dari berbagai sumber yang digunakan
sebagai teknik pengumpul data.69 Mengetahui alasan dalam
perbandingan data tersebut merupakan hal terpenting dalam evaluasi
ini. Dengan demikian triangulasi sumber memiliki arti
membandingkan atau mengecek ulang kevalidan informasi yang
didapatkan.70
Contohnya membandingkan hasil pengamatan dengan
wawancara, membandingkan apa yang dikatakan didepan umum
dengan yang diucapkan dalam wawancara, membandingkan hasil
wawancara dengan dokumen yang ada.71
9. Tahap-tahap Penelitian
Tahap-tahap yang ditempuh oleh peneliti dalam penelitian
ada tiga tahapan, yaitu: tahap pra penelitian, proses penelitian dan
tahap penyusunan laporan.
1) Pra penelitian
a) Membuat judul penelitian
b) Membuat dan menentukan konteks penelitian
c) Membuat usulan proposal.
d) Mengurus perijinan penelitian
2) Proses penelitian
Proses penelitian diawali dengan memasuki lapangan.
Peneliti terjun ke lokasi untuk mengumpulkan data baik primer
maupun sekunder melalui informasi-informasi yang didapatkan.
a) Tahap analisis data

67
Burhan, Metode Penelitian Kualitatif, hlm. 264.
68
Lexy J. Moleong, Metodologi Penelitian kualitatif, hlm. 330.
69
Imam Gunawan, Metode Penelitian Kualitatif (Jakarta: Bumi Aksara, 2014), hlm. 219.
70
Ibid, hlm. 219
71
Lexy J. Moleong, Metodologi Penelitian kualitatif , hlm. 331.
42

Dalam tahap ini, setelah peneliti berhasil


mendapatkan data atau informasi dari objek yang diteliti,
langkah yang diambil adalah menganalisis data yang
diperoleh dan kemudian menyajikannya secara utuh tanpa
melakukan penambahan maupun pengurangan informasi
yang peneliti peroleh dari lokasi penelitian dalam bentuk
karya ilmiah.72
b) Penyusunan laporan
Penyusunan laporan ini berisi tentang kerangka
dan isi laporan penelitian. Adapun mekanisme yang
diambil dari penyusunan laporan ini disesuaikan dengan
buku panduan tentang penulisan karya ilmiah yang diatur
oleh STAIN Pamekasan.

72
ibid, hlm. 148.
43

DAFTAR PUSTAKA

Arif rohman, Memahami Pendidikan dan Ilmu Pendidikan, (Yogyakarta:


Laks Bang Mediatama,2009) hlm 10
Abd Rahman Dahlan, ushul Fiqh (Jakarta: Amzah,2010), hlm 4-5
Abdul basid, penerapan metode demonstrasi dalam meningkatkan keaktifan
siswa pada mata pelajaran pendidikan agama islam di MI Mabaul Ulum
Bandungan Pakong Pamekasan” skripsi (pamekasan: STAIN Pamekasan,
2013).
Abdul Majid, Strategi Pembelajaran,(Bandung: PT Remaja Rosdakarya,
2013) hlm. 21.
Abu Ahmadi, Strategi Belajar Mengajar (Bandung: CV Pustaka Setia. 1997),
hlm 52
Ahmad Alfan,Ahmad Taufik ,Buku Siswa Fikih, (Jakarta:2014,) hlm 7
Alaiddin Koto, Ilmu Fiqih dan ushul Fiqih (Jakarta: PT RajaGrafindo Persada,
2006), hlm. 2
Andi prastowo, metode penelitian kualitatif dalam perspektif rancangan
penelitian (Jogjakarta: Ar-Ruzz Media, 2014), hlm. 22.
Basrowi dan Suwandi, Memahami Penelitian Kualitatif, (Jakarta: PT. Rineka
Cipta, 2008), hlm. 169..
Bukhari Umar, Ilmu Pendidikan Islam, (Jakarta: Amzah, 2010), hlm 181.
Buna’i, Metodologi penelitian pendidikan (Pamekasan Stain Pamekasan Press,
2006), hlm. 101
Bunai’i, Perencanaan Pembelajaran PAI (Surabaya: Pena Salsabila, 2013),hlm.
80
Burhan, Penelitian Kualitatif (Jakarta: Kencana, 2007), hlm. 111.
Imam Gunawan, Metode Penelitian Kualitatif (Jakarta: Bumi Aksara, 2014), hlm.
219.
.
Jamil Suprihatiningrum, Strategi Pembelajaran ( Jogjakarta: Ar-Ruzz Media,
2014), hlm. 281.
44

Lexy J. Moleong, Metodologi Penelitian Kualitatif (Bandung: Remaja


Rosdakarya, 2014), hlm. 5
M. Thobroni. Belajar dan Pembelajaran Teori dan Praktik, (Yogyakarta: R-
RUZZ MEDIA, 2015), hlm. 16-17
Martinis Yamin, Desain Pembelajaran Berbasis Tingkat Satuan
Pendidikan,(Jakarta: Gaung Persada Press, 2008) hlm 147.

Mulyono, Strategi Pembelajaran Menuju Efektivitas Pembelajaran di Abad


Global, (Malang : UIN Maliki Press,2012), hlm 87.
Roestiyah, Strastegi Belajar Mengajar, (Jakarta: Rineka Cipta, 2012) hlm 83-
84.
Syahraini Tambak, 6 Metode Ilmiah dan Inovatif Pendidikan Agama Islam,
(Yogyakarta:Graha Ilmu,2014) hlm 196
.
Sugiyono, Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif dan R&D (Bandung:
Alfabeta, 2010), hlm. 145.
Suharsimi Arikunto, Manajemen Penelitian (Jakarta: Rineka Cipta, 2013), hlm.
234.
Suharsimi Arikunto, Prosedur Penelitian; Suatu Pendekatan Praktek (Jakarta:
Rineka Cipta,2013, hlm., 11

You might also like