Professional Documents
Culture Documents
Laparaskopi
=============================================================
Pendahuluan
1
prosedur ini sering dilakukan pada pasien-pasien usia lanjut dan penyakit berat.
Teknik ini memang menyebabkan gangguan pada sistem kardiovaskuler dan respirasi,
namun juga merupakan suatu teknik pembedahan yang aman dan sederhana yang
dapat dilakukan pada pasien rawat jalan yang menuntut perhatian lebih pada teknik
anestesi.
Perubahan Kardiovaskuler
2
pneumoperitoneum. Hiperkarbia memberikan efek stimulasi pada simpatoadrenal
langsung dan tidak langsung terhadap fungsi kardiovaskuler. Efek ini tidak terjadi
pada hiperkarbia ringan ( PaCO2 45 – 55 mmHg ) dan hanya terjadi pada hiperkarbia
sedang maupun berat karena bersifat depresan terhadap miokardium dan memberikan
efek vasodilator secara langsung.
3
dapat menyebabkan terjadinya hipertensi intrakrnial. Ketika keadaan dipertahankan
dalam kondisi normokarbia, pneumoperitoneum yang dikombinasi dengan posisi
head down tidak menimbulkan perubahan hemodinamis intracranial yang
membahayakan.
Dengan posisi head-up, penurunan curah jantung dan tekanan arteri rata-rata
dihasilkan dari pengurangan aliran darah balik vena. Penurunan curah jantung ini
bersamaan dengan perubahan yang dipicu oleh pnemoperitoneum. Semakin curam
kemiringan semakin besar penurunan curah jantungnya. Stasis pada tungkai yang
terjadi selama posisi head-up dapat diperburuk dengan posisi litotomi dengan fleksi
4
pada lutut. Tungkai harus disangga secara bebas dan tekanan pada rongga poplitea
harus dihindarkan.
3. Posisi pasien
5
deflasi terjadi, CO2 yang terakumulasi di pembuluh darah peritoneal yang kolaps akan
mencapai sirkulasi sistemik dan menimbulkan kenaikan PaCO2 yang singkat.
Komplikasi Laparaskopik
6
dapat terjadi secara sekunder akibat sobekan pleura ketika dilakukan laparaskopi pada
gastroesophagel junction.
Intubasi Endobronkial
Emboli Udara
7
pembedahan abdominal sebelumnya. Gas CO2 merupakan gas penyebab paling sering
pada laparoskopi karena CO2 lebih larut dalam darah dibandingkan dengan udara,
oksigen, atau N2O.
Penanganan emboli udara terdiri dari penghentian insuflasi yang cepat dan
pelepasan pneumoperitoneum. Pasien diletakkan pada posisi head-down dan posisi
left lateral decubitus. Penghentian penggunaan N2O kemudian mengganti ventilasi
dengan O2 100% untuk mengkoreksi hipoksemia serta mengurangi emboli udara dan
komplikasinya. Hiperventilasi akan meningkatkan ekskresi CO2 dan hal itu penting
dilakukan karena adanya peningkatan dead space fisiologis. Pijat jantung luar dapat
membantu untuk fragmentasi emboli CO2 menjadi gelembung-gelembung. By pass
kardiopulmoner juga digunakan untuk mengatasi emboli CO2 yang massif.
Pengobatan O2 hiperbarik perlu dipikirkan apabila ada dugaan terjadi emboli udara
pada sirkulasi serebral.
Pemeriksaan Pre-operatif
8
Premedikasi
Teknik Anestesi
9
intratorakal dan memliki efek samping pada fungsi jantung. Penggunaan PEEP akan
meningkatan FRC intraoperatif, menurunkan resiko hipoksemia, dan membantu
menurunkan resiko atelektasis post operatif. Namun, PEEP juga dapat menurunkan
cardiac output terutama jika dengan pneumoperitoneum sehingga penggunaannya
harus berhati – hati.
Ventilasi spontan dengan LMA dapat digunakan pada pasien tanpa riwayat
refluks dan tidak obese dengan prosedur laparoskopi berdurasi pendek dengan IAP
yang rendah dan pengangkatan kepala derajat kecil. Namun LMA tidak memberikan
proteksi jalan napas dari kemungkinan aspirasi isi lambung dan juga tidak mengontrol
respirasi untuk menjaga kadar PaCO2.
10
Absorbsi insuflasi CO2 memerlukan pemantauan dari tidal akhir CO2 untuk
menyesuaikan ventilasi permenit dan menjaga normokapnea. Dengan gangguan
fungsi kardiopulmoner, perbedaan antara tidal akhir dan PaCO2 menjadi besar dan
tidak dapat diprediksi, sehingga memerlukan pengukuran langsung dari analisis gas
darah. Pemantauan tekanan darah arterial yang invasif dapat digunakan pada pasien
dengan gangguan kardiovaskuler. Selain itu dilakukan pemantauan produksi urin,
cardiac output, dan ekokardiografi transesophageal.
Regional Anestesi
Lokal Anestesi
Teknik ini digunakan pada laparoskopi diagnostik, biopsi hepar atau staging
dari suatu metastasis. Kelebihan teknik ini sama dengan kelebihan pada regional
anestesi. Kekurangannya antara lain pasien jadi mudah cemas dan nyeri. Sedasi dapat
diberikan, namun agen ini dapat menimbulkan komplikasi berupa depresi napas.
Pemulihan Post-Operatif
11
gas menjadi lebih baik. Nyeri juga lebih minimal karena luka yang dihasilkan lebih
kecil dan trauma otot juga lebih sedikit. Selain itu juga terdapat penurunan insidensi
ileus post-operatif dan mobilisasi yang lebih cepat. Keseluruhan faktor ini,
mengakibatkan rawat inap pasien yang lebih singkat dan segera kembali beraktifitas.
12
Daftar Pustaka
13