Professional Documents
Culture Documents
DISUSUN OLEH :
Kelompok 9
1. Doni Purba Sunarko (201601072)
2. Kiki Silvita Sari ( 201601087)
3. Kristanti Aprilia Sari (201601088 )
4. Muji Lestari ( 201601095)
5.Naila Fitrotul Hidayah ( 201601097)
KELAS 3B
Puji dan syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT. yang telah
memberikan rahmat dan hidayah-Nya sehingga kami dapat menyelesaikan
Final Project : Makalah Asuhan keperawatan ibu hamil “abortus”.
Shalawat serta salam kami sampaikan kepada junjungan kita Nabi
Muhammad SAW, keluarga dan sahabat beliau, serta orang-orang mukmin
yang tetap istiqamah di jalan-Nya.
Makalah ini kami rancang untuk memenuhi tugas kelompok mata kuliah
Keperawatan Maternitas, bertujuan agar pembaca dapat memperluas ilmu
tentang bagaimana memberikan asuhan keperawatan maternitas pada
pasien ibu hamil, yang disajikan berdasarkan pengamatan dari berbagai
sumber.
Kami sangat berterima kasih kepada pihak-pihak yang telah membantu
dalam pembuatan makalah ini. Kami menyadari bahwa penyusunan
makalah ini tidaklah sempurna. Kami mengharapkan adanya sumbangan
pikiran serta masukan yang sifatnya membangun dari pembaca, sehingga
dalam penyusunan makalah yang akan datang menjadi lebih baik.
Terima kasih.
Penyusun
ii
DAFTAR ISI
iii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
1
tidak boleh sama dengan pandangan yang dimiliki oleh tenaga kesehatan,
dalam hal ini adalah perawat setelah membaca pokok bahasan ini.
B. Rumusan Masalah
1. Apa definisi abortus?
2. Bagaimana epidemiologi abortus?
3. Apa saja klasifikasi abortus?
4. Bagaimana etiologi abortus?
5. Bagaimana patofisiologi abortus?
6. Bagaimana pemeriksaan penunjang untuk abortus?
7. Apa saja komplikasi abortus?
8. Bagaimana penatalaksaan abortus?
C. Tujuan
Tujuan Khusus
1. Mengetahui dan memahami definisi abortus
2. Mengetahui dan memahami jenis – jenis abortus beserta tanda dan
gejalanya.
3. Mengetahui dan memahami epidemiologi dari abortus
4. Mengetahui dan memahami etiologi abortus
5. Mengetahui dan memahami komplikasi dari abortus
6. Mengetahui dan memahami patofisiologi abortus
7. Mengetahui dan memahami penatalaksanaan dari abortus
2
BAB II
KONSEP TEORI ABORTUS
A. Konsep Teori
1. Definisi
Abortus adalah pengeluaran atau ekstraksi janin atau embrio yang
berbobot 500 gram atau kurang, dari ibunya yang kira – kira berumur 20
sampai 22 minggu kehamilan (Moore, 2001).
Abortus adalah keluarnya janin sebelum mencapai viabilitas. Dimana
masa gestasi belum mencapai usia 22 minggu dan beratnya kurang dari
500gr (Liewollyn, 2002).
2. Epidemiologi
Frekuensi Abortus sukar ditentukan karena Abortus buatan banyak tidak
dilaporkan, kecuali apabila terjadi komplikasi. Abortus spontan kadang-
kadang hanya disertai gejala dan tanda ringan, sehingga pertolongan medik
tidak diperlukan dan kejadian ini dianggap sebagai terlambat haid.
Diperkirakan frekuensi Abortus spontan berkisar 10-15%. Frekuensi ini
dapat mencapai angka 50% bila diperhitungkan wanita yang hamil sangat
dini, terlambat haid beberapa hari, sehingga seorang wanita tidak
mengetahui kehamilannya. Di Indonesia, diperkirakan ada 5 juta kehamilan
per-tahun, dengan demikian setiap tahun 500.000-750.000 abortus spontan.
Menurut Badan Kesehatan Dunia (WHO) diperkirakan 4,2 juta Abortus
dilakukan setiap tahun di Asia Tenggara, dengan perincian :
1,3 juta dilakukan di Vietnam dan Singapura
antara 750.000 sampai 1,5 juta di Indonesia
antara 155.000 sampai 750.000 di Filipina
antara 300.000 sampai 900.000 di Thailand
Di perkotaan Abortus dilakukan 24-57% oleh dokter,16-28% oleh bidan/
perawat, 19-25% oleh dukun dan 18-24% dilakukan sendiri. Sedangkan di
pedesaan Abortus dilakukan 13-26% oleh dokter, 18-26% oleh
bidan/perawat, 31-47% oleh dukun dan 17-22% dilakukan sendiri.
3
Cara Abortus yang dilakukan oleh dokter dan bidan/perawat adalah
berturut-turut: kuret isap (91%), dilatasi dan kuretase (30%) sertas
prostaglandin / suntikan (4%). Abortus yang dilakukan sendiri atau dukun
memakai obat/hormon (8%), jamu/obat tradisional (33%), alat lain (17%)
dan pemijatan (79%).
Data dan lapangan menunjukkan bahwa ternyata sekitar 70-80% wanita
yang meminta tindakan aborsi legal ternyata dalam status menikah, karena
tidak menginginkan kehamilannya. Sisanya antara lain dan kalangan remaja
puteri, yang walaupun lebih sedikit namun menunjukkan kecenderungan
meningkat, terutama di kota besar atau di daerah tertentu seperti di Sulawesi
Utara dan Bali. Bila ditinjaulebih lanjut, penyebab kehamilan yang tidak
diinginkan antara lain meliputi kegagalan KB, alasan ekonomi, kehamilan di
luar nikah atau kehamilan akibat perkosaan dan insest.
Abortus terkomplikasi berkontribusi terhadap kematian ibu sekitar 15%.
Data tersebut seringkali tersembunyi di balik data kematian ibu akibat
perdarahan atau sepsis. Data lapangan menunjukkan bahwa sekitar 60-70%
kematian ibu disebabkan oleh perdarahan, dan sekitar 60% kematian akibat
perdarahan tersebut, atau sekitar 35-40% dan seluruh kematian ibu,
disebabkan oleh perdarahan postpartum. Sekitar15-20% kematian ibu
disebabkan oleh sepsis. Manajemen aktif kala III dalam persalinan normal
dikatakan dapat mencegah sekitar 50% perdarahan postpartum,atau sekitar
17-20% kematian ibu. Dengan demikian, paket intervensi berupa pelayanan
paska keguguran dan pertolongan persalinan yang bersih dengan manajemen
aktif kala III dapat berkontribusi dalam mencegah kematian ibu sampai
sekitar 50%.
3. Klasifikasi Abortus.
a. Abortus spontanea
Abortus spontanea adalah abortus yang terjadi tanpa tindakan atau
terjadi dengan sendirinya. Aborsi ini sebagian besar terjadi pada gestasi
bulan kedua dan ketiga. Abortus spontan terdiri dari beberapa jenis yaitu:
4
1. Abortus Imminens
Abortus Imminens adalah peristiwa terjadinya perdarahan dari uterus
pada kehamilan sebelum 20 minggu, dimana hasil konsepsi masih dalam
uterus, dan tanpa adanya dilatasi serviks.
Gejala-gejala abortus imminens antara lalin :
a) perdarahan pervagina pada paruh pertama kehamilan. Perdarahan
biasanya terjadi beberapa jam sampai beberapa hari. Kadang-
kadang terjadi perdarahan ringan selama beberapa minggu.
b) nyeri kram perut. Nyeri di anterior dan jelas bersifat ritmis, nyeri
dapat berupa nyeri punggung bawah yang menetap disertai
perasaan tertekan di panggul, atau rasa tidak nyaman atau nyeri
tumpul di garis tengah suprapubis.
Untuk pemeriksaan penunjang abortus imminen digunakan
Sonografi vagina, pemeriksaan kuantitatif serial kadar gonadotropin
korionik (HCG) serum, dan kadar progesteron serum, yang diperiksa
tersendiri atau dalam berbagai kombinasi, untuk memastikan apakah
terdapat janin hidup intrauterus. Selain itu, juga digunakan tekhnik
pencitraan colour and pulsed Doppler flow per vaginam dalam
mengidentifikasi gestasi intrauterus hidup.
Jika konseptus meninggal, uterus harus dikosongkan. Semua jaringan
yang keluar harus diperiksa untuk menentukan apakah abortusnya telah
lengkap. Kecuali apabila janin dan plasenta dapat didentifikasi secara pasti,
mungkin diperlukan kuretase. Ultrasonografi abdomen atau probe vagina
dapat membantu dalam proses pengambilan keputusan ini. Apabila di
dalam rongga uterus terdapat jaringan dalam jumlah signifikan, maka
dianjurkan dilakukan kuretase.
Penanganan abortus imminens meliputi :
a) Istirahat baring.
Tidur berbaring merupakan unsur penting dalam pengobatan,
karena cara ini menyebabkan bertambahnya aliran darah ke
uterus dan berkurangnya rangsang mekanik.
5
b) Terapi hormon progesteron intramuskular atau dengan berbagai zat
progestasional sintetik peroral atau secara intramuskular.
Walaupun bukti efektivitasnya tidak diketahui secara pasti.
c) Pemeriksaan ultrasonografi
2. Abortus Insipiens
6
c). Pastikan untuk tetap memantau kondisi ibu setelah penanganan
3. Abortus Inkompletus
Abortus Inkompletus merupakan pengeluaran sebagian hasil
konsepsi pada kehamilan sebelum 20 minggu dengan masih ada sisa
tertinggal dalam uterus. Apabila plasenta (seluruhnya atau sebagian)
tertahan di uterus, cepat atau lambat akan terjadi perdarahan yang
merupakan tanda utama abortus inkompletus. Pada abortus yang lebih
lanjut, perdarahan kadang-kadang sedemikian masif sehingga
menyebabkan hipovolemia berat.
Gejala-gejala yang terpenting adalah:
a) Setelah terjadi abortus dengan pengeluaran jaringan, perdarahan
berlangsung terus.
b) Servux sering tetap terbuka karena masih ada benda di dalam
rahim yang dianggap corpus allienum, maka uterus akan berusaha
mengeluarkannya dengan kontraksi. Tetapi setelah dibiarkan lama,
cervix akan menutup.
Penanganan abortus inkomplit :
1. Jika perdarahan tidak seberapa banyak dan kehamilan kurang 16
minggu, evaluasi dapat dilakukan secara digital atau dengan
cunam ovum untuk mengeluarkan hasil konsepsi yang keluar
melalui serviks. Jika perdarahan berhenti, beri ergometrin 0,2 mg
intramuskuler atau misoprostol 400 mcg per oral.
2. Jika perdarahan banyak atau terus berlangsung dan usia
kehamilan kurang 16 minggu, evaluasi hasil konsepsi dengan :
a. Aspirasi vakum manual merupakan metode evaluasi yang
terpilih. Evakuasi dengan kuret tajam sebaiknya hanya
dilakukan jika aspirasi vakum manual tidak tersedia.
b. Jika evakuasi belum dapat dilakukan segera beri
ergometrin 0,2 mg intramuskuler (diulang setelah 15 menit
bila perlu) atau misoprostol 400 mcg peroral (dapat diulang
setelah 4 jam bila perlu).
3. Jika kehamilan lebih dari 16 minggu:
7
a. Berikan infus oksitosin 20 unit dalam 500 ml cairan intravena
(garam fisiologik atau ringer laktat) dengan kecepatan 40 tetes
permenit sampai terjadi ekspulsi hasil konsepsi
b. Jika perlu berikan misoprostol 200 mcg per vaginam setiap 4
jam sampai terjadi ekspulsi hasil konsepsi (maksimal 800 mcg)
c. Evaluasi sisa hasil konsepsi yang tertinggal dalam uterus.
d. Pastikan untuk tetap memantau kondisi ibu setelah
penanganan.
4. Abortus kompletus
Pada jenis abortus ini, semua hasil konsepsi sudah dikeluarkan.
Pada penderita ditemukan perdarahan sedikit, ostium uteri telah menutup,
dan uterus sudah banyak mengecil. Diagnosis dapat dipermudah apabila
hasil konsepsi dapat diperiksa dan dapat dinyatakan bahwa semuanya
sudah keluar dengan lengkap.
Klien dengan abortus kompletus tidak memerlukan pengobatan
khusus, hanya apabila penderita anemia perlu diberikan tablet sulfas
ferrosus 600 mg perhari atau jika anemia berat maka perlu diberikan
transfusi darah.
1. Missed abortion
8
Gejala missed abortion adalah :
2. Abortus Habitualis
Abortus habitualis adalah abortus spontan yang terjadi 3 kali atau
lebih berturut turut. Pada umumnya penderita tidak sukar menjadi hamil,
tetapi kehamilannya berakhir sebelum 28 minggu.
9
4. Etiologi
1. Faktor Janin
Perkembangan zigot abnormal. Kondisi ini menyebabkan kelainan
pertumbuhan yang sedemikian rupa sehingga janin tidak mungkin hidup
terus. Abortus spontan yang disebabkan oleh karena kelainan dari ovum
berkurang kemungkinannya kalau kehamilan sudah lebih dari satu bulan,
artinya makin muda kehamilan saat terjadinya abortus makin besar
kemungkinan disebabkan oleh kelainan ovum. Beberapa sebab abortus
adalah :
a. Kelainan kromosom
Pada umumnya kelainan kromosom yang terbanyak
mempengaruhi terjadinya aborsi adalah Trisomi dan Monosomi X.
Trisomi autosom terjadi pada abortus trisemester pertama yang
disebabkan oleh nondisjuntion atau inversi kromosom. Sedangkan pada
monosomi X (45, X) merupakan kelainan kromosom tersering dan
memungkinkan lahirnya bayi perempuan hidup (sindrom Turner).
b. Mutasi atau faktor poligenik
Dari kelainan janin ini dapat dibedakan dua jenis aborsi, yaitu
aborsi aneuploid dan aborsi euploid. Aborsi aneuploid terjadi karena
adanya kelainan kromosom baik kelainan struktural kromosom atau pun
komposisi kromosom. Sedangkan pada abortus euploid, pada
umumnyanya tidak diketahuai penyebabnya. Namun faktor pendukung
aborsi mungkin disebabkan oleh : kelainan genetik, faktor ibu, dan
beberapa faktor ayah serta kondisi lingkungan
(Williams,2006)
10
2. Faktor ibu
Berbagai penyakit ibu dapat menimbulkan abortus misalnya :
a) Infeksi yang terdiri dari :
1. Infeksi akut
a. Virus, misalnya cacar, rubella, dan hepatitis.
b. Infeksi bakteri, misalnya streptokokus.
c. Parasit, misalnya malaria.
2 Infeksi kronis
a. Sifilis, biasanya menyebabkan abortus pada trimester kedua.
b. Tuberkulosis paru aktif.
b) Keracunan, misalnya keracunan tembaga, timah, air raksa, dll.
c) Penyakit kronis, misalnya :
hipertensi jarang menyebabkan abortus di bawah 80 minggu,
nephritis
diabetes angka abortus dan malformasi congenital meningkat
pada wanita dengan diabetes. Resiko ini berkaitan dengan
derajat control metabolic pada trisemester pertama.
anemia berat
penyakit jantung
toxemia gravidarum yang berat dapat menyebabkan gangguan
sirkulasi pada plasenta
d) Trauma, misalnya laparatomi atau kecelakaan dapat menimbulkan
abortus
e) Kelainan alat kandungan hipolansia, tumor uterus, serviks yang pendek,
retro flexio utero incarcereta, kelainan endometriala, selama ini dapat
menimbulkan abortus.
f) Hubungan seksual yang berlebihan sewaktu hamil, sehingga
menyebabkan hiperemia dan abortus
g) Uterus terlalu cepat meregang (kehamilan ganda,mola)
11
2. Pemakainan obat dan faktor lingkungan
a. Tembakau
merokok dapat meningkatkan resiko abortus euploid. Wanita yang
merokok lebih dari 14 batang per hari memiliki resiko 2 kali lipat
dobandingkan wanita yang tidak merokok.
b. Alkohol
abortus spontan dapat terjadi akibat sering mengkonsumsi alkohol
selama 8 minggu pertama kehamilan.
c. Kafein
konsumsi kopi dalam jumlah lebih daari empat cangkir per hari tampak
sedikit meningkatkan abortus spontan
d. Radiasi
e. Kontrasepsi
alat kontrasepsi dalam rahim berkaitan dengan peningkatan insiden
abortus septik setelah kegagalan kontasepsi.
f. Toxin lingkungan
pada sebagian besar kasus, tidak banyak informasi yang menunjukkan
bahan tertentu di lingkungan sebagai penyebab. Namun terdapat
buktibahwa arsen, timbal, formaldehida, benzena dan etilen oksida
dapat menyebabkan abortus (barlow, 1982)
3. Faktor Imunologis
a) Autoimun
b) Alloimun
4. Faktor ayah
a.Translokasi kromosom pada sperma dapat mnyebabkan
abortus.(william,2006)
b.Etiologi non-patologis misalnya : aborsi karena permintaan wanita yang
bersangkutan
12
5. Patofisiologi
Patofisiologi abortus dimulai dari perdarahan pada desidua yang
menyebabkan necrose dari jaringan sekitarnya. Selanjutnya sebagian /
seluruh janin akan terlepas dari dinding rahim. Keadaan ini merupakan
benda asing bagi rahim, sehingga merangsang kontraksi rahim untuk
terjadi eksplusi seringkali fatus tak tampak dan ini disebut “Bligrted
Ovum”.
Pada awal abortus terjadi perdarahan desiduabasalis, diikuti dengan
nerkrosis jaringan sekitar yang menyebabkan hasil konsepsi terlepas dan
dianggap benda asing dalam uterus. Kemudian uterus berkontraksi untuk
mengeluarkan benda asing tersebut.
Pada kehamilan kurang dari 8 minggu, villi korialis belum
menembus desidua secara dalam jadi hasil konsepsi dapat dikeluarkan
seluruhnya. Pada kehamilan 8 sampai 14 minggu, penembusan sudah lebih
dalam hingga plasenta tidak dilepaskan sempurna dan menimbulkan
banyak perdarahan. Pada kehamilan lebih dari 14 minggu janin
dikeluarkan terlebih dahulu daripada plasenta hasil konsepsi keluar dalam
bentuk seperti kantong kosong amnion atau benda kecil yang tidak jelas
bentuknya (blightes ovum),janin lahir mati, janin masih hidup, mola
kruenta, fetus kompresus, maserasi atau fetus papiraseus.
6. Pemeriksaan ginekologi :
1. Inspeksi Vulva
Perdarahan pervaginam ada atau tidak jaringan hasil konsepsi, tercium
bau busuk dari vulva.
2. Inspekulo
Perdarahan dari cavum uteri, osteum uteri terbuka atau sudah tertutup,
ada atau tidak jaringan keluar dari ostium, ada atau tidak cairan atau
jaringan berbau busuk dari ostium.
3. Colok vagina
Porsio masih terbuka atau sudah tertutup, teraba atau tidak jaringan dalam
cavum uteri, besar uterus sesuai atau lebih kecil dari usia kehamilan, tidak
13
nyeri saat porsio digoyang, tidak nyeri pada perabaan adneksa, cavum
douglas tidak menonjol dan tidak nyeri.
7. Komplikasi
a. Perdarahan (haemorrogie)
b. Perforasi
c. Infeksi dan tetanus
d. Payah ginjal akut
e. Syok, yang disebabkan oleh syok hemoreagrie (perdarahan yang banyak)
dan syok septik atau endoseptik (infeksi berat atau septis)
f. Pada missed abortion dengan retensi lama hasil konsepsi dapat terjadi
kelainan pembekuan darah
8. Pemeriksaan penunjang
a. Tes Kehamilan
Positif bila janin masih hidup, bahkan 2-3 minggu setelah abortus
9. Penatalaksanaan Abortus
Teknik aborsi dibedakan menjadi dua jenis yaitu:
1. Teknik bedah
1) Kuretose / dilatasi
Kurotase ( kerokan ) adalah cara menimbulkan hasil konsepsi
memakai alat kuretase (sendok kerokan) sebelum melakukan kuratase,
penolong harus melakukan pemeriksaan dalam untuk menentukan letak
uterus, keadaan serviks. Mengan isi uterus dengan mengerok isinya
disebut kuretase tajam sedangang mengosongkan uterus dengan vakum
disebut kuretase isap .
14
2) Aspirasi haid
Aspirasi rongga endometrium menggunakan sebuah kanula karman
5 atau 6 mm fleksibel dan tabung suntik, dalam 1 sampai 3 minggu
setelah keterlambatan haid disebut juga induksi haid, haid instan dan
mini abortus.
3) Laporotomi
Pada beberapa kasus, histerotomi atau histerektomi abdomen untuk
abortus lebih disukai daripada kuretase atau induksi medis. Apabila ada
penyakit yang cukup significanpada uterus, histerektomi mungkin
merupakan terpa ideal.
2. Teknik medis
1) Tentang Oksitosin
Golongan Hormon sintetis
Kategori Obat resep
Memicu kontraksi pada rahim secara teratur
Manfaat
selama akhir masa kehamilan
Digunakan oleh Dewasa
Kategori X: Studi pada binatang percobaan dan
manusia telah memperlihatkan adanya
Kategori
abnormalitas terhadap janin atau adanya risiko
kehamilan dan
terhadap janin. Obat dalam kategori ini
menyusui
dikontraindikasikan pada wanita yang sedang
atau memiliki kemungkinan untuk hamil.
Bentuk obat Suntik dan nasal spray
15
Dosis Oksitosin
Rincian dosis penggunaan oksitosin secara umum dapat dilihat pada tabel
berikut:
Tujuan Bentuk
Dosis
pemberian Obat
Mengatasi Injeksi
10-40 mg, diberikan dalam
perdarahan intraven
infus 1 liter.
pasca persalinan a
1-2 miliunit/menit yang dapat
ditambah dengan interval
minimum 30 menit sehingga
tercapai kontraksi 3-4 kali
Injeksi
Induksi dalam 10 menit. Dosis
intraven
persalinan maksimum tidak boleh
a
melebihi 32 miliunit/menit.
Dosis dikurangi secara perlahan
pada saat proses persalinan
sudah berlangsung.
1 semprotan kurang lebih 4 unit
Induksi air susu Nasal
melalui hidung 5 menit sebelum
ibu spray
menyusui.
Beberapa efek samping yang mungkin terjadi pada ibu hamil saat
diberikan obat ini meliputi:
Mual
Muntah
Sakit kepala
Kontraksi rahim yang berlebihan.
Takikardia.
Perdarahan uterus.
16
Sedangkan beberapa efek samping yang dapat muncul pada bayi adalah:
2) Prostaglandin
Prostaglandin dan oksitosik digunakan untuk merangsang atau
meningkatkan kontraksi uterus atau menginduksi persalinan dan
meminimalkan perdarahan dari plasenta. Kelompok ini terdiri dari
oksitosin, ergometrin, dan prostaglandin. Semuanya menginduksi kontraksi
uterus dengan derajat nyeri yang bervariasi tergantung pada kekuatan
induksinya.induksi aborsi. Dinoproston ekstra amniotik dan pervagina
untuk aborsi terapeutik. Untuk pemberian ekstra-amniotik diperlukan
sediaan berbentuk pesarium. Tetapi sekarang sudah jarang digunakan.
17
Untuk mencegah perdarahan pasca persalinan, ergometrin 500 mcg
dan oksitosin 5 unit rutin disuntikkan intramuskular pada kala III (setelah
bahu keluar) atau segera setelah bayi keluar. Pada preeklamsia hanya
diberikan oksitosin. Pada pasien berisiko tinggi perdarahan karena obat
oksitosik atonia uterus, dianjurkan pemberian:
18
10. Pathway Abortus
Kelainan kromosom,
lingkungan, teratogenik,
kongenital, penyakit pada
ibu
hubungan
Gangguan
seksual yang Kelainan kelainan pada
sirkulasi
berlebihan ,tra ovum ibu
plasenta
uma.
Psikologi
MK : Lepasny ABORTUS s ibu
Risti a PD
infeksi dan kecemas
plasenta Rangsangan
an
ibu pada uterus
perdarahan
MK: anxietas
Prostaglandin
anemia
Hipovolemik
Dilatasi
kelemahan serviks
MK : Resiko
nyeri
syok
MK :
hemorrhagic
Gangguan
MK : Gangguan
aktivitas
rasa nyaman :
nyeri
19
Konsep Dasar Asuhan Keperawatan
1. Pengkajian
20
h. Riwayat kehamilan , persalinan dan nifas : Kaji bagaimana keadaan
anak klien mulai dari dalam kandungan hingga saat ini, bagaimana
keadaan kesehatan anaknya.
i. Riwayat seksual : Kaji mengenai aktivitas seksual klien, jenis kontrasepsi
yang digunakan serta keluahn yang menyertainya.
j. Riwayat pemakaian obat : Kaji riwayat pemakaian obat-
obatankontrasepsi oral, obat digitalis dan jenis obat lainnya.
k. Pola aktivitas sehari-hari : Kaji mengenai nutrisi, cairan dan elektrolit,
eliminasi (BAB dan BAK), istirahat tidur, hygiene, ketergantungan, baik
sebelum dan saat sakit.
l. Pemeriksaan fisik, meliputi :
Inspeksi adalah proses observasi yang sistematis yang tidak hanya terbatas
pada penglihatan tetapi juga meliputi indera pendengaran dan penghidung.
21
Menggunakan jari : ketuk lutut dan dada dan dengarkan bunyi yang
menunjukkan ada tidaknya cairan , massa atau konsolidasi.
B. DIAGNOSA KEPERAWATAN
22
C. INTERVENSI KEPERAWATAN
1. Gangguan Rasa Nyaman
23
7. Efek samping terkait terapi 10. Bantu pasien
(mis.medikasi, radiasi) mengenal
situasi yang
menimbulkan
kecemasan
11. Dorong pasien
untuk
mengungkapka
n perasaan,
ketakutan,
persepsi
12. Instruksikan
pasien
menggunakan
teknik relaksasi
13. Berikan obat
untuk
mengurangi
kecemasan
2. Resiko Infeksi
TUJUAN DAN
KRITERIA INTERVENSI RASIONAL
HASIL
Setelah diberikan NIC label : NIC label : Wound
asuhan keperawatan Wound Care Care
selama 3 x 2 jam
diharapkan pasien dapat 1. Monitor 1. Untuk mengetahui
terhindar dari risiko karakteristik, keadaan luka dan
infeksi, dengan kriteria warna, ukuran, perkembangannya
hasil : cairan dan bau 2. Normal salin
luka merupakan cairan
NOC label : Tissue 2. Bersihkan luka isotonis yang sesuai
Integrity: Skin and dengan normal dengan cairan di
Mucous membranes salin tubuh
3. Rawat luka 3. Agar tidak terjadi
1. Integritas kulit dengan konsep infeksi dan terpapar
klien normal steril oleh kuman atau
2. Temperatur kulit 4. Ajarkan klien dan bakteri
klien normal keluarga untuk 4. Memandirikan
3. Tidak adanya lesi melakukan pasien dan keluarga
pada kulit perawatan luka 5. Agar keluarga
5. Berikan pasien mengetahui
NOC label: penjelasan tanda dan gejala
24
Wound healing: kepada klien dan dari infeksi
primary and keluarga 6. Pemberian
secondary mengenai tanda antibiotic untuk
jaringan: dan gejala dari mencegah
infeksi timbulnya infeksi
1. Tidak ada tanda- 6. Kolaborasi
tanda infeksi pemberian NIC label :
2. menunjukkan antibiotik Infection Control
pemahaman dalam
proses perbaikan NIC label : 1. Meminimalkan
kulit dan mencegah Infection Control risiko infeksi
terjadinya cidera 2. meminimalkan
berulang 1. Bersihkan patogen yang ada di
3. menunjukkan lingkungan sekeliling pasien
terjadinya proses setelah dipakai 3. mengurangi
penyembuhan luka klien lain mikroba bakteri
2. Instruksikan yang dapat
pengunjung menyebabkan
untuk mencuci infeksi
tangan saat
berkunjung dan
setelah
berkunjung
3. Gunakan sabun
anti mikroba
untuk cuci tangan
4. Cuci tangan
sebelum dan
sesudah tindakan
keperawatan
5. Gunakan
universal
precaution dan
gunakan sarung
tangan selma
kontak dengan
kulit yang tidak
utuh
6. Berikan terapi
antibiotik bila
perlu
7. Observasi dan
laporkan tanda
dan gejal infeksi
seperti
kemerahan,
panas, nyeri,
tumor
25
8. Kaji temperatur
tiap 4 jam
9. Catat dan
laporkan hasil
laboratorium,
WBC
10. Kaji warna kulit,
turgor dan
tekstur, cuci kulit
dengan hati-hati
11. Ajarkan keluarga
bagaimana
mencegah infeksi
3. Intoleransi Aktifitas
26
6. Dipsnea setelah psikomotor bantuan aktivitas
beraktivitas 5. Level kelemahan seperti kursi roda, krek
7. Menyatakan merasa 6. Mampu 6. Bantu untuk
letih berpindah: dengan mengidentifikasi
8. Menyatakan merasa atau tanpa aktivitas yang disukai
lemah bantuan alat 7. Bantu klien untuk
7. Status membuat jadwal
Faktor Yang kardiopulmunari latihan diwaktu luang
Berhubungan : adekuat 8. Bantu pasien/keluarga
1. Tirah Baring atau 8. Sirkulasi status untuk mengidentifikasi
imobilisasi baik kekurangan dalam
2. Kelemahan umum 9. Status respirasi : beraktivitas
3. Ketidakseimbangan pertukaran gas 9. Sediakan penguatan
antara suplai dan dan ventilasi positif bagi yang aktif
kebutuhan oksigen adekuat beraktivitas
4. Imobilitas 10. Bantu pasien untuk
5. Gaya hidup monoton mengembangkan
motivasi diri dan
penguatan
11. Monitor respon fisik,
emosi, social dan
spiritual
4. RESIKO SYOK
27
Bleeding reduction:
antepartum uterus
Bleeding reduction:
postpartum uterus
1. Lakukan pemeriksaan
fundus uteri
2. Evaluasi untuk distensi
bladder
3. Observasi karakteristik
lochia
4. Adanya peningkatan
frekuensi dari pemeriksaan
fundus uteri
5. Monitoring TTV setiap 15
menit
6. Berikan terapi oksigen
menggunakan masker
dengan aliran 6-8 L
5. Ansietas
TUJUAN DAN
KRITERIA INTERVENSI RASIONAL
HASIL
Setelah diberikan Anxiety Reduction Anxiety
asuhan keperawatan Reduction
selama …x 24 jam 1. Mendengarkan
diharapkan klien penyebab kecemasan 1. Rasional : Klien
tidak mengalami klien dengan penuh dapat
kecemasan, dengan perhatian mengungkapkan
kriteria hasil : 2. Observasi tanda verbal penyebab
dan non verbal dari kecemasannya
sehingga
28
NOC: anxiety level kecemasan klien perawat dapat
menentukan
1. Kecemasan pada tingkat
klien berkurang kecemasan klien
dari skala 3 Calming Technique dan menentukan
menjadi skala 4 intervensi untuk
1. Menganjurkan klien
keluarga untuk tetap selanjutnya.
mendampingi klien 2. Rasional :
2. Mengurangi atau mengobservasi
menghilangkan tanda verbal dan
rangsangan yang non verbal dari
menyebabkan kecemasan klien
kecemasan pada klien dapat
mengetahui
tingkat
kecemasan yang
Coping enhancement klien alami.
Meningkatkan Calming
pengetahuan klien Technique
mengenai glaucoma.
Menginstruksikan 1. Rasional :
klien untuk Dukungan
menggunakan tekhnik keluarga dapat
relaksasi memperkuat
mekanisme
koping klien
sehingga tingkat
ansietasnya
berkurang
2. Rasional :
Pengurangan
atau
penghilangan
rangsang
penyebab
kecemasan dapat
meningkatkan
ketenangan pada
klien dan
mengurangi
tingkat
kecemasannya
Coping
enhancement
29
1. Rasional :
Peningkatan
pengetahuan
tentang penyakit
yang dialami
klien dapat
membangun
mekanisme
koping klien
terhadap
kecemasan yang
dialaminya
2. Rasional :
tekhnik relaksasi
yang diberikan
pada klien dapat
mengurangi
ansietas
30
situasional saat ini penyesuaian dengan diri, jika
tenhadap harga diri kehilangan aktual diperlukan
6. Ekspresi atau kehilangan yang 5. Buat statement
ketidakberdayaan akan terjadi positif terhadap
7. Ekspresi 3. Penyesuaian pasien
ketidakbergunaan psikososial : 6. Monitor
8. Verbalisasi perubahan hidup : frekuensi
meniadakan diri respon psikososial komunikasi
adaptiv individu verbal pasien
Faktor Yang terhadap perubahan yang negative
Berhubungan bermakna dalam 7. Dukung pasien
1. Perilaku tidak selaras hidup untuk menerima
dengan nilai 4. Menunjukkan tantangan baru
2. Perubahan Penilaian pribadi 8. Kaji alasan-
perkembangan tentang harga diri alasan untuk
3. Gangguan citra tubuh 5. Mengungkapkan mengkritik atau
4. Kegagalan penerimaan diri menyalahkan diri
5. Gangguan fungsional 6. Komunikasi terbuka sendiri
6. Kurang penghargaan 7. Mengatakan 9. Kolaborasi
7. Kehilangan optimisme tentang dengan sumber-
masa depan sumber lain
8. Menggunakan (petugas dinas
strategi koping efektif social, perawat
spesialis klinis,
dan layanan
keagamaan)
Counseling
10. Menggunakan
proses
pertolongan
interakftif yang
berfokus pada
kebutuhan,
masalah, atau
perasaan pasien
dan orang
terdekat untuk
meningkatkan
atau mendukung
koping
pemecahan
masalah
Coping
Enhancement
Body Image
enhancement
31
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Ada beberapa kesimpulan yang kami temukan dalam melaksanakan
asuhan keperawatan pada ibu hamil dengan kasus abortus yaitu:
1) Pemantauan secara teratur pada ibu hamil pertama (primigravidarum),
terutama pada trimester I kehamilan sangatlah penting. Mengingat ibu
primigravida cenderung mengalami gangguan dalam proses kehamilannya
seperti misalnya abortus dalam kehamilan yang akan sangat berpengaruh
terhadap psikologis ibu yang tentunya sangat berharap keselamatan
bayinya dapat dipertahankan.
2) Asuhan keperawatan pada ibu hamil dengan abortus hendaknya dilakukan
secara komprehensif meliputi seluruh aspek bio – psiko – sosial dan
spiritual karena kenyamanan psikologis ibu sangat berpengaruh terhadap
kondisi janin yang dikandungnya.
3) Dalam masa kehamilan sebaiknya Ibu selalu melakukan konsultasi kepada
dokter kandungan terkait dengan perkembangan janin dan nutrisi serta
aktifitas yang boleh dan tidak boleh dilakukan selama masa kehamilan.
Hal ini bisa mengurangi terjadinya abortus.
B. Saran
1) Sebagai seorang perawat hendaknya memberikan asuhan keperawatan
dengan baik dan benar sesuai dengan konsep teori keperawatan.
2) Penuhi asupan gizi dan nutrisi yang dibutuhkan pada masa kehamilan
karena nutrisi berperan penting dalm pembentukan dan perkembangan
janin.
3) Berikan edukasi yang benar tentang abortus kepada masyarakat, sehingga
bisa memperkecil angka terjadinya abortus
32
DAFTAR PUSTAKA
33
34
35