You are on page 1of 15

ASUHAN KEPERAWATAN PADA An.

C DENGAN
GANGGUAN SISTEM PERNAPASAN : TB PARU DI RUANG
EDELWEISS RSUD PANDAN ARANG BOYOLALI

NASKAH PUBLIKASI

Disusun oleh :
YOGA WAHYU UTOMO
J200 110 017

PROGRAM STUDI DIPLOMA III KEPERAWATAN


FAKULTAS ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA
2014
1

ASUHAN KEPERAWATAN PADA An. C DENGAN GANGGUAN


SISTEM PERNAPASAN : TB PARU DI RUANG EDELWEISS
RSUD PANDAN ARANG BOYOLALI

(Yoga Wahyu Utomo, 2014, 59 halaman)


ABSTRAK
Latar belakang: Tuberkulosis (TB) adalah penyakit menular yang masih menjadi
perhatian dunia. Angka kematian akibat kuman Mycrobacterium tuberculosisini
pun tinggi. Hal ini dikarenakan ketika penderita TB Paru batuk, bersin, berbicara
atau meludah, mereka memercikkan kuman TB Paru ke udara. Seseorang dapat
terpapar dengan TB Paru hanya dengan menghirup sejumlah kecil kuman TB.
Kemudian data dari Depkes menunjukkan pada tahun 2009 1,7 juta orang
meninggal karena TB sementara ada 9,4 juta kasus baru TB (3,3 juta diantaranya
perempuan).
Tujuan: Mengetahui tentang gambaran asuhan keperawatan dengan TB Paru dan
mampu mengaplikasikannya pada penderita TB Paru meliputi pengkajian,
diagnosa, intervensi, implementasi dan evaluasi keperawatan.
Hasil:Mengacu pada intervensi dan implementasi dari hasil evaluasi, ada 1
diagnosa yang teratasi: ketidakefektifan bersihan jalan napas berhubungan dengan
ketidakmampuan untuk mengeluarkan sekresi pada jalan napas. Disamping itu ada
2 diagnosa yang teratasi sebagian: ketidakseimbangan nutrisi kurang dari
kebutuhan tubuh berhubungan dengan intake nutrisi yang tidak adekuat akibat
mual muntah dan nafsu makan menurun, resiko penyebaran infeksi berhubungan
dengan kurangnya pengetahuan untuk mencegah paparan dari kuman patogen.
Kesimpulan:Untuk perawatan pasien TB Paru, harus ada kerja sama antara
tenaga kesehatan dan keluarga agar selalu memberikan informasi tentang
perkembangan kesehatan pasien dan senantiasa memotivasi pasien dan keluarga
untuk selalu menjaga kesehatan dan pola hidup pasien.
Kata Kunci: Asuhan keperawatan pada tuberkulosis, batuk, sesak napas.
2

NURSING CARE TO Child. C WITH RESPIRATORY SYSTEM


DISORDER : PULMONARY TB AT EDELWEISS ROOM IN THE
PANDAN ARANG HOSPITAL OF BOYOLALI
(Yoga Wahyu Utomo, 2014, 59 pages)
ABSTRACT
Background: Tuberculosis (TB) is an infect disease, that still be the world’s
attention. Mortality due to Mycrobacterium tuberculosis is also high. It caused
when people suspect TBC cough, sneeze, talk or spit, they trow the microbe TB to
air. Someone can be thauched with TB just by inhaling a small amount of TB
bacteria. Then the data from Depkes shows in 2009, 1,7 millions people died of
TB while there are 9,4 millions new cases of TB (3,3 millions among women).
Objectives:Knowing about the study of nursing care with pulmonary TB and able
to apply it in patiens with pulmonary TB includes assessement, diagnosis
intervention, implementation and evaluation of nursing.
Result:Reffering to the intervention and the implementation of the results of the
evaluation, there is one diagnosis that resolved: ineffective airway clearance
related to the inability to remove secretions in the airway. Besides, there are two
partially resolved diagnosis: an imbalance nutrition less than body requirements
related to inadequate nutritional intake due to nausea and vomiting, and appetite
decreased the risk of spread of infection associated with lack of knowledge to
prevent of exposure to pathogens.
Conclusing:For the treatment of patients with pulmonary TB, there must be
cooperation between health workers and family in order to always provide
information about the development of patient health and constantly motivate
patients and families to always keep the health and lifestyle of patients.
Key Words: Nursing care to pulmonary TB, coughing, shortness of breath.
3
4

PENDAHULUAN oleh Mycobacterium tuberculosis.


Latar Belakang Penyakit ini juga dapat menyebar
Penyakit tuberkulosis masih kebagian tubuh lain seperti
menjadi masalah kesehatan dunia meningen, ginjal, tulang dan nodus
dimana WHO melaporkan bahwa limfe.(Somantri,2008)
0,5% dari penduduk dunia terserang Tuberkulosis merupakan infeksi
penyakit ini, sebagian besar berada di batang tahan asam – alkohol (acid-
negara berkembang sekitar 75%, alcohol-fast bacillus/AAFB)
diantaranya di Indonesia setiap tahun Mycobacterium tuberculosis
ditemukan 539.000 kasus baru terutama mengenai paru, kelenjar
Tuberkulosis (TB) positif dengan getah bening dan usus. Ditemukan
kematian 101.000.(Depkes, 2010) beberapa tanda penyakit yang
Indonesia sendiri menempati beragam disertai sensitivitaspasien
peringkat ke-3 setelah India dan Cina terhadap tuberkulin.(David
yang menjadi negara dengan kasus Rubenstein,2008)
TB tertinggi. Hasil survey prevalensi 2. Etiologi
TB di Indonesia pada tahun 2009, 1,7 Penyebab tuberkulosis adalah
juta orang meninggal karena TB (600 Mycobacterium tuberculosis. Ada
ribu diantaranya perempuan) dua macam mikobakteria
sementara ada 9,4 juta kasus baru TB tuberculosis yaitu tipe human dan
(3,3 juta diantaranya tipe bovin. Basil tipe bovin berada
perempuan).(Depkes, 2011) dalam susu sapi yang menderita
Tuberkulosisditularkan melalui mastitis tuberkulosis usus. Basil tipe
udara (melalui percikan dahak sang human bisa berada di bercak ludah
penderita). Ketika penderita TB Paru (droplet) di udara yang berasal dari
batuk, bersin, berbicara atau penderita TBC terbuka dan orang
meludah, mereka memercikkan yang rentan terinfeksi TBC ini bila
kuman TB Paru atau bacillike udara. menghirup bercak ini. (Wim de
(Amin dan Asril, 2007) Jong,2005)
Tujuan 3. Penularan
1. Tujuan Umum Pada waktu batuk atau bersin
Mengetahui tentang gambaran penderita menyebarkan kuman
asuhan keperawatan dengan TB keudara dalam bentuk droplet
Paru dan mampu (percikan dahak). Orang dapat
mengaplikasikannya pada terinfeksi jika droplet tersebut
penderita TB Paru. terhirup kedalam saluran pernapasan.
2. Tujuan khusus Selama kuman TB masuk kedalam
Melaksanakan pengkajian, tubuh manusia melalui pernapasan,
merumuskan diagnosa, menyusun kuman TB tersebut dapat menyebar
intervensi, melaksanakan dari paru kebagian tubuh
implementasi, melakukan evaluasi lainya.(Akhsin Zulkoni,2010)
TINJAUAN PUSTAKA 4. Pathofisiology
1. Pengertian Menurut Somantri (2008), Infeksi
Tuberkulosis (TB) adalah diawali karena seseorang menghirup
penyakit infeksi yang menyerang basil Micobacterium tuberculosis.
parenkim paru-paru yang disebabkan Bakteri menyebar melalui jalan
5

napas menuju alveoli lalu (berkembang secara perlahan selama


berkembang baik dan berminggu-minggu sampai berbulan-
terlihatbertumpuk. Perkembangan bulan), peningkatan frekuensi napas,
Micobacterium tuberculosis juga ekspansi paruburuk pada tempat
dapat menjangkau sampai ke area yang sakit, bunyi napas hilang dan
lain dari paru-paru (lobus atas). Basil ronki kasar, pekak pada saat perkusi,
juga menyebar melalui sistem limfe demam persisten, pucat, anemia,
dan aliran darah ke bagian tubuh lain kelemahan, dan penurunan berat
(ginjal, tulang dan korteks serebri) badan.
dan area lain dari paru-paru (lobus 6. Pencegahan
atas). Selanjutnya sistem kekebalan Menurut Brunner & Suddart (2013),
tubuh memberikan respons dengan pencegahan tuberkulosis yaitu:
melakukan reaksi inflamasi. a. Jelaskan tentang tindakan
Neutrofil dan makrofag melakukan kebersihan yang penting
aksi fagositosis (menelan bakteri), dilakukan.
sementara limfosit spesifik- b. Laporkan setiap kasus TB ke
tuberkulosis menghancurkan departemen kesehatan.
(melisisikan) basil dan jaringan c. Informasikan pasien dan keluarga
normal. Reaksi jaringan ini mengenai risiko menularkan TB.
mengakibatkan terakumulasinya d. Pantau pasiaen secara cermat
eksudat dalam alveoli yang untuk mengetahui adanya TB
menyebabkan bronkopneumonia. miliar.
Infeksiawal biasanya timbul dalam TINJAUAN KEPERAWATAN
waktu 2- 10 minggu setelah terpapar 1. Pengkajian
bakteri.Interaksi antara Menurut Soemantri (2008),
Mycobacterium tuberculosis dan pengkajian keperawatan pada
sistem kekebalan tubuh pada masa tuberkulosis adalah:
awal infeksi membentuk sebuah 1. Data pasien: Penyakit tuberkulosis
massa jaringan baru yang disebut (TB) biasanya banyak ditemukan
granuloma. Granuloma selanjutnya pada pasien yang tinggal di daerah
berubah bentuk menjadi massa dengan tingkat kepadatan tinggi.
jaringan fibrosa. Bagian tengah dari 2. Riwayat kesehatan
massa tersebut disebut ghon tubercle. Keluhan yang sering muncul
Materi yang terdiri atas makrofag antara lain:Demam, sesak napas,
dan bakteri yang menjadi nekrotik nyeri dada, malais, perlu
yang selanjutnya membentuk materi ditanyakan dengan siapa pasien
yang penampakannya seperti keju tinggal, karena biasanya penyakit
(necrotizing caseosa). Hal ini akan ini muncul karena infeksi
menjadi klasifikasi dan akhirnya menular.
membentuk jaringan kolagen, 3. Pemeriksaan Fisik: Pada tahapan
kemudian bakteri menjadi nonaktif. dini sulit diketahui, ronchi basah
5. Manifestasi Klinis kasar, hipersonor/timpani.
Menurut Wong (2008), tanda dan 2. Diagnosa dan Intervensi
gejala tuberkulosis adalah: Demam, Keperawatan
malaise, anoreksia, penurunan berat a. Ketidakefektifan bersihan jalan
badan, batuk ada atau tidak napas b.d ketidakmampuan untuk
6

mengeluarkan sekresi pada jalan pernapasan, mendemonstrasikan


napas.(NANDA, 2013) batuk efektif dan suara napas yang
Tujuan: Setelah dilakukan tindakan bersih, tidak ada sianosis dan
asuhan keperawatan selama 3 x 24 dispneu.
jam di harapkan kebersihan jalan Intervensi (NIC):
napas kembali a) Kaji dispnea, tarkipnea, bunyi
normal.KH:Mendemonstrasikan pernapasan abnormal,
batuk efektif dan suara napas yang peningkatan upaya respirasi,
bersih, tidak ada sianosis dan dispneu keterbatasan ekspansi dada dan
Menunjukkan jalan napas yang paten kelemahan.R/: TB paru dapat
Intervinsi (NIC): menyebabkan meluasnya
a) Monitor respirasi dan status jangkauan paru-paru.
oksigenasi. R/: Penurunan bunyi b) Berikan oksigenasi dengan nasal.
napas dapat menunjukkan R/: Memfasilitasi suction
atelektasis. nasotrakeal.
b) Keluarkan sekret dengan batuk c) Monitor respirasi dan status
atau suction. R/: Pengeluaran sulit oksigenasi. R/: Penurunan bunyi
bila sekret sangat kental. napas dapat menunjukkan
c) Posisikan pasien untuk atelektasis.
memaksimalkan ventilasi dengan d) Anjurkan untuk bedrest, batasi
cara semi fowler. R/: Posisi dan bantu aktivitas sesuai
membantu memaksimalkan kebutuhan.R/: Mengurangi
ekspansi paru dan menurunkan konsumsi oksigen pada periode
upaya pernapasan. respirasi.
d) Aukskultasi suara napas. R/: e) Keluarkan sekret dengan batuk
Mencatat adanya suara tambahan. atau suction. R/: Pengeluaran sulit
e) Berikan oksigenasi dengan nasal. bila sekret sangat kental.
R/: Memenuhi kebutuhan oksigen. f) Aukskultasi suara napas. R/:
f) Kolaborasi dalam pemberian obat Mencatat adanya suara tambahan.
dengan tim medis. R/: Untuk c. Ketidakseimbangan nutrisi kurang
pemberian terapi medis. dari kebutuhan b.d intake nutrisi
b. Gangguan pertukaran gas b.d yang tidak adekuat akibat mual
kongesti paru, hipertensi dan nafsu makan yang
pulmonal, penurunan perifer yang menurun.(NANDA, 2013)
mengakibatkan asidosis laktat dan Tujuan: setelah dilakukan asuhan
penurunan curah keperawatan selama 3 x 24 jam
jantung.(NANDA, 2013) diharapkan nutrisi pasien
Tujuan: Setelan dilakukan asuhan terpenuhi dan adanya peningkatan
keperaweatan selama 3 x 24 jam berat badan.KH:Adanya
diharapkan pertukaran gas peningkatan berat badan, berat
kembali badan ideal sesuai dengan tinggi
normal.KH:Mendemonstrasikan badan, mampu mengidentifikasi
peningkatan ventilasi dan oksigen kebutuhan nutrisi.
yang adekuat, memelihara Intervensi (NIC):
kebersihan paru-paru dan bebas
dari tanda-tanda distress
7

a) Kaji adanya alergi makanan. R/: b) Batasi pengunjung bila perlu. R/:
Menghindari makanan yang Mengidentifikasi resiko penularan
membuat alergi. kepada orang lain.
b) Kolaborasi dengan ahli gizi untuk c) Gunakan alat pelindung untuk
menentukan jumlah kalori dan batuk/bersin. R/: Mencegah
nutrisi yang dibutuhkan pasien. terjadinya penularan infeksi.
R/: Takaran gizi yang sesuai. d) Instruksikan pasien untuk minium
c) Monitor adanya mual dan muntah obat antibiotik sesuai resep dan
R/: Mengidentifikasi intervensi pentingnya tidak
yang diperlukan oleh pasien. menghentikan/tidak putus obat.
d) Monitor jumlah nutrisi dan R/: Mempercepat proses
kandungan kalori. R/: Mengetahui penyembuhan.
intake yang masuk kedalam e) Kaji pentingnya mengikuti dan
tubuh. kultur ulang secara periodik
e) Monitor adanya penurunan berat terhadap sputum. R/: Mengawasi
badan. R/: Mengetahui apakah ada keefektifan obat dan efek serta
perubahan dalam pemenuhan respon pasien terhadap terapi.
nutrisi. f) Pertahankan teknik isolasi. R/:
f) Berikan makanan sedikit tapi Mengurangi resiko penularan
sering selagi masih hangat. R/: pada orang lain.
Memenuhi kebutuhan nutrisi e. Hipertemia b.d dehidrasi
pasien. Tujuan: Setelah dilakukan
g) Modifikasi makanan. R/: tindakan keperawatan selama 3 x
Memberikan daya tarik pasien 24 jam diharapkan suhu tubuh
terhadap makanan. dalam batas normal.KH:Suhu
d. Resiko penyebaran infeksi b.d tubuh dalam rentang normal.
kurangnya pengetahuan untuk Intervensi (NIC):
mencegah paparan dari kuman a) Monitor suhu lingkungan sesering
patogen.(soemantri, 2008) mungkin. R/: Mengidentifikasi
1) Tujuan dan kriteria hasil seberapa besar derajat demam
(Soemantri, 2008) pasien.
Tujuan: Setelah dilakukan asuhan b) Monitor tekanan darah, nadi dan
keperawatan selama 3 x 24 jam pernapasan. R/: Mengetahui
diharapkan tidak terjadi keadaan umum pasien.
penyebaran infeksi.KH:Pasien c) Berikan kompres hangat.
dapat memperlihatkan perilaku R/:Menyebabkan vasodilatasi
sehat, tidak muncul tanda-tanda sehingga terjadi perpindahan
infeksi lanjutan, tidak ada anggota panas.
keluarga yang tertular TB. d) Monitor warna dan suhu kulit. R/:
Intervensi (NANDA, 2013): Untuk mengetahui suhu kulit.
a) Bersihkan lingkungan setelah e) Kolaborasi dengan dokter dalam
dipakai pasien lain. R/: memberikan cairan intravena. R/:
Mengurangi resiko penyebaran Dapat menyeimbangkan
infeksi. pengeluaran yang adekuat.
8

TINJAUAN KASUS dan juga tidak mempunyai penyakit


Biodata keturunan maupun penyakit menular.
Nama pasien An.C berumur 11 Riwayat Pediatri
bulan, jenis kelamin perempuan, a. Prenatal: Ibu pasien mengatakan
Islam,tinggal di Boyolali. Diagnosa sejak usia kehamilan memasuki
medis TB Paru. Penanggungjawab bulan pertama sampai usia bulan
Tn. M sebagai ayah, alamat Boyolali, ke tujuh Ibu rutin memeriksakan
agama Islam. kandungannya 2 bulan sekali di
Pengkajian puskesmas setempat. Kemudian
Keluhan Utama memasuki usia kehamilan 8 bulan
Sesak nafas, batuk berdahak selama Ibu rutin memeriksakan
3 bulan kandungannya 1 minggu sekali di
Riwayat Kesehatan Sekarang puskesmas setempat juga.
Ibu pasien mengatakan anaknya b. Natal: Ibu pasien mengatakan
sesak napas, batuk berdahak sudah 3 melahirkan anaknya spontan
bulan, kemudian oleh Ibunya Puskesmas setempat. Anak lahir
diperiksakan di Poliklinik RSUD langsung nangis spontan dengan
Pandan Arang Boyolali, menurut berat badan 3400 gram dan
hasil dari pemeriksaan dokter anak panjang 52 cm.
(mantoux test positif) di diagnosa TB c. Post Natal: Ibu pasien
Paru. Setelah pengobatan berjalan 1 mengatakan setelah lahir anak
bulan Ibunya tidak melanjutkan langsung di beri imunisasi
kembali pengobatan TB Paru karena Hepatitis B-1 dan BCG kemudian
Ibu beranggapan anaknya sudah dilanjutkan imunisasi di
sembuh. Satu bulan kemudian, anak Puskesmas setempat. Anak
sesak nafas dan batuk berdahak lagi, diberikan ASI eksklusif selama 6
oleh orang tuanya dibawa ke IGD bulan, kemudian setelah usia lebih
RSUD Pandan Arang Boyolali dari 6 bulan anak diberi makanan
karena anak mengalami sesak nafas tambahan seperti bubur tim, bubur
RR: 55x/menit,terpasang O2 2 sun, buah pisang, buah pepaya.
liter/menit, infus: D ½NS 10 Tpm. d. Penyakit trauma dan operasi: Ibu
Kemudian dirawat di Ruang pasien mengatakan anaknya tidak
Edelweiss RSUD Pandan Arang pernah memiliki trauma/operasi.
Boyolali. e. Alergi: Ibu pasien mengatakan
Riwayat Kesehatan Dahulu anaknya tidak memiliki alergi
Ibu pasien mengatakan anaknya tidak makanan, minuman ataupun obat
mempunyai riwayat penyakit seperti – obatan.
yang dialami anaknya saat ini f. Imunisasi: Ibu pasien mengatakan
maupun riwayat penyakit lainnya. anaknya mendapat imunisasi
Riwayat Kesehatan Keluarga dasar lengkap sampai umur 1
Ibu pasien mengatakan nenek pernah tahun.
di rawat di rumah sakit dengan Pola Fungsional Menurut Gordon
penyakit TB Paru. Ayah dan Ibu a. Persepsi Kesehatan: Persepsi
pasien tidak ada yang mempunyai kesehatan anak masih bergantung
penyakit seperti yang dialami pasien pada orang tuanya.
b. Pola Nutrisi dan Cairan
9

1) Sebelum sakit:Ibu pasien jam 20.00 – 05.00 pagi, tidak ada


mengatakan anaknya makan 3 x kesulitan dalam tidur.
sehari dengan bubur tim/bubur f. Pola Kognitif:Anak pada tahapan
sun (selang-seling), serta minum pra operasional, dapat mengetahui
±800-1000 cc/hari (ASI dan air dasar mereka melakukan
putih). aktivitas/kegiatan.
2) Selama sakit:Anak makan sedikit- 1) Sebelum sakit:Ibu mengatakan
sedikit (2-3 sendok) tapi sering anaknya sudah mulai belajar
dimuntahkan, dengan menu yang mengungkapkan kata-kata.
disediakan rumah sakit, serta 2) Selama sakit:Anak sering
minum air putih dan ASI ±500- menangis dan rewel.
700 cc/hari. g. Pola Perspsi dan Konsep Diri:
c. Pola Eliminasi Identitas diri: Pasien belum bisa
1) Sebelum sakit:Ibu pasien menyebutkan namanya, harga
mengatakan anaknya BAB 1-2 diri: tidak terkaji, gambaran diri:
x/hari dengan konsistensi lembek, tidak terkaji, ideal diri: tidak
bau khas, dan tidak adak kesulitan terkaji.
dalam BAB. BAK 5-6 x/hari h. Pola Peran dan Hubungan: Pasien
dengan warna urine kekuningan, tinggal bersama dengan kedua
bau khas urine, dan tidak ada orang tua, kakak, dan neneknya.
kesulitan dalam BAK. i. Pola Seksual: Pasien berjenis
2) Selama sakit:Ibu pasien kelamin perempuan, berpakaian
mengatakan anaknya BAB 2 selayaknya perempuan
x/hari dengan konsistensi lembek, j. Pola Kopping dan stress: Anak
bau khas, dan tidak ada kesulitan sering menangis dan rewel
dalam BAB. BAK 6 x/hari dengan k. Pola Nilai dan Keyakinan:
warna urine kekuningan, bau khas Keluarga pasien beragama Islam,
urine, dan tidak ada kesulitan anak belum bisa melakukan
dalam BAK. ibadah.
d. Pola Aktivitas dan Latihan Diagnosa Keperawatan
1) Sebelum sakit:Ibu pasien 1. Ketidakefektifan bersihan jalan
mengatakan anaknya sering napas b.d ketidakmampuan untuk
bermain dengan kakaknya mengeluarkan sekresi pada jalan
terkadang juga bermain dengan napas.
neneknya. 2. Ketidakseimbangan nutrisi kurang
2) Selama sakit:Pasien lemas dan dari kebutuhan b.d intake nutrisi
hanya istirahat ditempat tidur. yang tidak adekuat akibat mual
e. Pola Istirahat dan Tidur dan nafsu makan yang menurun.
1) Sebelum sakit:Ibu pasien 3. Resiko penyebaran infeksi b.d
mengatakan anaknya biasa tidur kurangnya pengetahuan untuk
siang jam 13.30 - 15.00 dan tidur mencegah paparan dari kuman
malam jam 19.00 - 05.00 pagi, patogen.
tidak ada kesulitan dalam tidur. PEMBAHASAN
2) Selama sakit:Ibu pasien A. Diagnosa Keperawatan yang
mengatakan jam tidur siang Muncul di Kasus
anaknya tidak tentu, tidur malam
10

1. Ketidakefektifan bersihan jalan 2008). 2) Memposiosisikan pasien


napas b.d ketidakmampuan untuk memaksimalkan ventilasi
mengeluarkan sekresi pada jalan dengan cara semi fowler. R/: Posisi
nafas. (NANDA, 2013). membantu memaksimalkan ekspansi
Ketidakefektifan bersihan jalan paru dan menurunkan upaya
napas adalah ketidakmampuan untuk pernapasan. (Doenges, 2008). 3)
membersihkan sekresi/obstruksi Mengaukskultasi suara napas. R/:
saluran pernafasan guna Untuk mencatat adanya suara
mempertahankan jalan napas yang tambahan.(Doenges, 2008). 4)
bersih. (Wilkinson, 2007). Memberikan oksigenasi dengan
Batasan karakteristik antara lain: nasal. R/: Untuk memenuhi
Tidak ada batuk, suara napas kebutuhan oksigen.(Doenges, 2008).
tambahan, perubahan frekwensi 5) Berkolaborasi dalam pemberian
napas, perubahan irama napas, obat dengan tim medis. R/: Untuk
sianosis, kesulitan berbicara atau pemberian terapi medis. (Doenges,
mengeluarkan suara, penurunan 2008).
bunyi napas, dispneu, sputum dalam Penulis merencanakan enam
jumlah yang berlebihan, batuk yang intervensi tetapi dalam
tidak efektif, gelisah. pelaksanaannya hanya lima
Pada pasien ditemukan data intervensi yang dilakukan dan satu
subjektif: Ibu pasien mengatakan intervensi yang tidak dilakukan,
anak sesak napas dan susah yaitu: Keluarkan sekret dengan batuk
mengeluarkan dahak. Data objektif: atau suction karena tindakan suction
Pasien sesak napas, susah digantikan dengan tindakan terapi
mengeluarkan dahak, RR: 55 inhalasi nebulizer (ventolin 2,5 mg
x/menit, terpasang oksigenasi 2 2x1 = 1,25/12 jam) yang sesauai
liter/menit. dengan indikasi dokter.
Penulis menegakkan diagnosa Dari hasil evaluasi penulis,
ketidakefektifan pola napas b.d masalah ketidakefektifan pola napas
ketidakmampuan mengeluarkan berhubungan dengan
sekresi pada jalan nafas sebagai ketidakmampuan mengeluarkan
diagnosa pertama karena berdasarkan sekresi pada jalan nafas diharapkan
teori kebutuhan dasar Maslow setelah dilakukan tindakan
(Potter, dkk, 2009) yang keperawatan selama 3 hari masalah
menyebutkan kebutuhan fisiologis ketidakefektifan bersihan jalan
manusia merupakan kebutuhan napas dapat diatasi dengan kriteria
utama, yaitu makan, minum, hasil yang telah dicapai adalah suhu
bernapas, dan lain-lain. 370C, RR: 30 x/menit, nadi: 85
Implementasi dan rasional sesuai x/menit tidak ada bunyi napas
teori NANDA (2013) yang tambahan, sekret dapat keluardan
menyebutkan bahwa prioritas napas kembali normal. Masalah
intervensi ketidakefektifan bersihan teratasi anjurkan keluarga untuk
jalan napas adalah:1) Memonitor memberikan lingkungan yang bersih
respirasi dan status oksigenasi. R/: pada pasien.
Penurunan bunyi napas dapat Faktor pendukung dalam
menunjukkan atelektasis. (Doenges, pelaksanaan tindakan adalah pasien
11

dan keluarga pasien cukup menyebutkan bahwa prioritas


kooperatif. Sehingga tindakan intervensi ketidakseimbangan nutrisi
mandiri perawat dan kolaborasi dapat kurang dari kebutuhan tubuh
di laksanakan dengan baik. adalah:1) Mengkaji adanya alergi
Faktor penghambat yang makanan. R/: Menghindari makanan
ditemukan adalah pasien sering yang membuat alergi. (Doenges,
melepas selang oksigen. 2008). 2) Memonitor adanya mual
2. Ketidakseimbangan nutrisi kurang muntah. R/: Untuk mengidentifikasi
dari kebutuhan tubuh b.d intake intervensi yang diperlukan oleh
nutrisi yang tidak adekuat akibat pasien. (Doenges, 2008). 3)
mual dan napsu makan yang Memonitor adanya penurunan berat
menurun. (NANDA, 2013) badan. R/: Dengan menimbang berat
Ketidakseimbangan nutrisi kurang badan dapat mengetahui apakah ada
dari kebutuhan tubuh adalah suatu perubahan dalam pemenuhan nutrisi.
keadaan individu yang mengalami (Doenges, 2008). 4) Memberikan
kekurangan asupan nutrisi untuk makanan sedikit tapi sering selagi
memenuhi kebutuhan metabolic. masih hangat. R/: Untuk memenuhi
(Wilkinson, 2007). kebutuhan nutrisi pasien. (Doenges,
Batasan karakteristik: Kram 2008). 5)Kolaborasi dengan ahli gizi
abdomen, nyeri abdoment, untuk menentukan jumlah kalori dan
menghindari makanan, berat badan nutrisi yang dibutuhkan pasien. R/:
20% atau lebih dibawah berat badan untuk takaran gizi yang diperlukan.
ideal, penurunan berat badan dengan (Doenges, 2008).
asupan makanan adekuat. Penulis merencanakan tujuh
Pada pasien ditemukan data intervensi tetapi dalam
subjektif: ibu pasien mengatakan pelaksanaannya hanya lima
napsu makan anaknya menurun, serta intervensi yang dilakukan dan dua
mual muntah saat makan, data intervensi yang tidak dilakukan,
obyektif: pasien tamapak lemas, yaitu: 1) Monitor jumlah nutrisi dan
rewel, makanan habis 2-3 sendok kandungan kalori. Karena tindakan
makan dari porsi yang disediakan tersebut harus berkolaborasi dengan
rumah sakit, muntah 2 kali/ hari ahli gizi sedangkan penulis kurang
dengan konsistensi cair, BB: 8,2 kg. memahami dalam menghitung
Penulis menegakkan diagnosa kandungan kalori. 2) Modifikasi
ketidakseimbangan nutrisi kurang makanan. Karena dalam modifikasi
dari kebutuhan tubuh berhubungan makanan dilakukan oleh ahli gizi.
dengan intake nutrisi yang tidak Dari hasil evaluasi penulis,
adekuat akibat mual dan napsu masalah ketidakseimbangan nutrisi
makan yang menurun sebagai kurang dari kebutuhan tubuh
diagnosa ke dua karena menurut berhubungan dengan intake nutrisi
Perry dan Potter (2009) jika tidak yang tidak adekuat akibat mual dan
diatasi akan menimbulkan gizi buruk napsu makan yang menurun
karena nutrisi tidak cukup untuk diharapkan setelah dilakukan
memenuhi kebutuhan metabolik. . tindakan keperawatan 3 hari masalah
Implementasi dan rasional sesuai nutrisi dapat terpenuhi dan adanya
teori NANDA (2013) yang peningkatan berat badan dengan
12

kriteria hasil yang telah dicapai proteksi diri seperti (masker, tissue)
adalah napsu makan pasien bagi keluarga dan pasien. Jika tidak
meningkat dapat menghabiskan 5 diatasi akan menimbulkan penularan
sendok makan dari porsi yang pada orang lain.
disediakan rumah sakit, tidak terjadi Penulis menegakkan diagnosa
mual muntah, BB: 8,3 kg, tidak ada resiko penyebaran infeksi
tanda-tanda malnutrisi. berhubungan dengan kurangnya
Faktor pendukung dalam pengetahuan untuk mencegah
pelaksanaan tindakan adalah pasien paparan dari kuman patogen sebagai
dan keluarga pasien cukup diagnosa ke tiga karena menurut
kooperatif, menghindarkan makanan Potter (2009) jika tidak diatasi akan
yang merangsang mual muntah bagi meningkatkan resiko anggota
pasien. keluarga/orang lain untuk tertular
Faktor penghambat yang penyakit yang sama dengan pasien.
ditemukan adalah terkadang pasien Implementasi dan rasional sesuai
menolak makanan yang diberikan, teori NANDA (2013) yang
penulis tidak selalu memantau menyebutkan bahwa prioritas
makanan apa saja yang di berikan intervensi resiko penyebaran infeksi
kepada pasien. adalah:1) Membersihkan lingkungan
3. Resiko penyebaran infeksi b.d setelah dipakai pasien lain. R/: Untuk
kurangnya pengetahuan untuk mengurangi resiko penebaran infeksi.
mencegah paparan dari kuman (Doenges, 2008). 2)Membatasi
patogen.(Somantri, 2008) pengunjung bila perlu. R/: Untuk
Resiko penyebaran infeksi adalah mengidentifikasi resiko penularan
suatu kondisi dimana individu kepada orang lain. (Doenges, 2008).
beresiko terkena agen oportunitis 3) Menggunakan sarung tangan,
atau patogenis (virus, jamur, bakteri, tissue, alat pelindung untuk
protozoa, atau parasit lain), dari batuk/bersin. R/: kebiasaan ini untuk
berbagai sumber dari dalam atau dari mencegah terjadinya penularan
luar. (Doenges, 2005). infeksi.(Doenges, 2008). 4)
Faktor resiko menurut NANDA Menginstruksikan pada keluarga
(2013) antara lain: penyakit kronis, untuk memberikan minum obat
pengetahuan yang tidak cukup untuk antibiotik pada pasien sesuai resep
menghindari pemajanan patogen, dan pentingnya tidak putus obat. R/:
pertahanan tubuh yang tidak adekuat, Untuk mempercepat proses
ketidak adekuatan pertahanan penyembuhan. (Doenges, 2008). 5)
sekunder, vaksinasi tidak adekuat, Mempertahankan teknik isolasi. R/:
pemajanan terhadap patogen Untuk mengurangi resiko penularan
lingkungan meningkat, prosedur pada orang lain. (Doenges, 2008).
infasif, malnutrisi. Penulis merencanakan enam
Pada ditemukan data subyektif intervensi tetapi dalam
yaitu : Ibu pasien mengatakan tidak pelaksanaannya hanya lima
mengetahui cara penularan dan intervensi yang dilakukan dan satu
pencegahan TB paru, data intervensi yang tidak dilakukan,
obyektinya: pasien terlihat batuk yaitu: Kaji pentingnya mengikuti dan
tanpa ditutupi, tidak adanya alat kultur ulang secara periodik terhadap
13

sputum karena tindakan tersebut karbondioksida pada membran


yang menangani adalah tim alveolarkapiler.(NANDA, 2013).
laboratorium. Sedangkan penulis Batasan karakteristik pada pasien
hanya memberikan tempat sputum dengan gangguan pertukaran gas
untuk pasien. menurut NANDA, 2013 meliputi :
Dari hasil evaluasi penulis, Ph darah arteri abnormal, warna kulit
masalah resiko penyebaran infeksi abnormal, konfusi, sianosis,
berhubungan dengan kurangnya penurunan karbondioksida,
pengetahuan untuk mencegah diaforesis, sakit kepala saat bangun.
paparan dari kuman patogen Penulis tidak menemukan data-
diharapkan setelah dilakukan data yang mendukung berdasarkan
tindakan keperawatan 3 hari tidak batasan karakteristik diatas, sehingga
terjadi penyebaran infeksi dengan penulis tidak menegakkan diagnosa
kriteria hasil yang telah dicapai tersebut.
adalah keluarga sudah mulai tahu 2. Hipertemia b.d dehidrasi
cara penularan dan cara pencegahan (NANDA, 2013)
TB Paru, pasien dan keluarga pasien Hipertermia adalah suatu keadaan
dapat memperlihatkan perilaku sehat dimana seseorang/individu
(menutup mulut ketika batuk/bersin), mengalami kenaikan suhu tubuh
tidak muncul tanda-tanda infeksi terus menerus lebih tinggi dari
lanjutan, tidak ada anggota keluarga 37,80C.(Wilkinson, 2007)
atau orang terdekat yang tertular Batasan karakteristik pada pasien
penyakit seperti penderita. dengan hipertermia menurut
Faktor pendukung dalam NANDA, 2013 meliputi: Konvulsi,
pelaksanaan tindakan adalah pasien kulit kemerahan, peningkatan suhu
dan keluarga pasien cukup tubuh diatas kisaran normal, kejang,
kooperatif. Sehingga tindakan takikardi, takipnea, kulit teraba
mandiri perawat dan kolaborasi dapat hangat.
di laksanakan dengan baik. Dari penjelasan batasan
Faktor penghambat yang karakteristik diatas penulis tidak
ditemukan adalah pasien masih perlu menemukan data-data mendukung
di bujuk saat minum Obat TB paru yang ada pada pasien. Sehingga
(OAT), keluarga tidak mempunyai penulis tidak mengangkat diagnosa
masker. tersebut.
B. Diagnosa Keperawatan yang PENUTUP
Tidak Muncul di Kasus A. Kesimpulan
1. Gangguan pertukaran gas b.d Asuhan keperawatan pada An. C
kongesti paru, hipertensi dengan TB Paru sangatlah penting
pulmonal, penurunan perifer yang diberikan informasi kepada keluarga.
mengakibatkan asidosis laktat dan Pada keluarga An. C ada anggota
penurunan curah jantung. yang terkena TB Paru yaitu
(NANDA, 2013) neneknya yang sering berkontak
Gangguan pertukaran gas adalah langsung dengan An. C sehingga An.
kelebihan atau defisit pada C tertular dari neneknya. Untuk
oksigenasi dan/atau eliminasi menangani masalah TB Paru
senantiasa untuk menggunakan
14

masker/alat pelindung serta FKUI. 2005. Buku Kuliah Ilmu


pengobatan secara rutin sampai Kesehatan Anak. Jakarta: Infomedika
dengan 6 bulan tidak putus obat. Allen, dan Marotz . 2010. Profil
B. Saran perkembangan Anak. PT. Indeks:
1. Pasien dan keluarga Jakarta
Diharapkan keluarga selalu Menkokesra. 2011. Lembar Fakta
menggunakan masker apabila Tuberkulosis.
berpaparan langsung dengan http://data.menkokesra.go.id.
pasien TB Paru. Tanggal diakses: 24 Maret 2011.
2. Perawat NANDA NIC-NOC. 2013. Aplikasi
Diharapkan perawat berperan Asuhan Keperawatan
aktif dalam peningkatan Berdasarkan Diagnosa Medis.
pengobatan bagi pasien TB Paru. Jilid 2. Diterjemahkan oleh Amin
3. Rumah sakit Huda. N, Hardhi
Memberikan pengetahuan dan Kusuma.Yogyakarta
keterampilan agar mampu Potter, Perry. 2009. Buku Ajar
merawat pasien secara Fundamental Keperawatan. Edisi
komperhensif dan optimal untuk 7. Vol. 2. Salemba Medika.
meningkatkan mutu pelayanan Jakarata: EGC
rumah sakit. Rubenstein, David. 2008.
4. Instansi Pendidikan Kedokteran Klinis. Jakarta: Erlangga
Memberikan kemudahan dalam Soetjiningsih. 2005. Tumbuh
pemakaian sarana prasarana Kembang Anak. Jakarta: EGC
mengembangkan ilmu Somantri Irman. 2008. Keperawatan
pengetahuan dalam praktik klinik Medikal Bedah: Asuhan
dan pembuatan laporan. Keperawatan pada Pasien dengan
5. Penulis Gangguan Sistem Pernapasan.
Diharapkan penulis dapat Jakarta: Salemba Medika
memanfaatkan waktu seefektif Suddarth, Brunner. 2013.
mungkin, sehingga dapat Keperawatan Medikal Bedah.
memberikan asuhan keperawatan Alih bahasa: Devi Yulianti,
pada pasien secara optimal. Amelia Kimin. Jakarta: EGC
DAFTAR PUSTAKA Widagdo. 2011. Masalah dan
Depkes RI. 2011. TBC Masalah Tatalaksana Penyakit Infeksi pada
Kesehatan Dunia. Anak. Jakarta: Sagung Seto
www.bppsdmk.depkes.go.id. Wilkinson, Judith M. 2007. Buku
Tanggal diaskses: 20 Maret 2011. Saku Diagnosa Keperawatan. Alih
Deswani. 2009. Proses Keperawatan bahasa: Esty Wahyuningsih, editor
dan Berfikir Kritis. Salemba bahasa Indonesia, Dwi Widarti.
Medika. Jakarta: EGC Jakarta: EGC
Doenges, Marilyn, E. 2008. Nursing Wong donna L. 2008. Buku Ajar
Diaognosis Manual Lanning, Keperawatan Pediatrik Edisi 6. Alih
Individualizing, and Documenting bahasa: Andry Hartono. Jakarta:
Client Care. 2nd ed. America: F. EGC
A. Davis Company. Zulkoni Akhsin. 2010. Parasitologi.
Yogyakarta: Nuha Medika

You might also like