You are on page 1of 101

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar belakang

Penyakit tuberculosis paru merupakan penyakit infeksi yang masih

menjadi masalah kesehatan dalam masyarakat kita. Penyakit tuberculosis

berarti suatu penyakit infeksi yang disebabkan bakteri berbentuk (basil)

yang dikenal dengan namaMycobacterium tuberculosis. Penularan penyakit

ini melalui perantaraan ludah atau dahak penderita yang mengandung basil

berkulosis paru.Pada saat penderita batuk, butir-butir air ludah bertebangan

di udara dan terhisap oleh orang sehat, sehingga masuk kedalam paru-

parunya, yang kemudian menyebabkan penyakit tuberculosis paru. (Sholeh

S.Naga,2014)

Jika seorang telah terjangkit bakteri penyebab tuberculosis, akan

berakibat buruk, seperti menurunkan daya kerja atau produktivitas kerja,

menularkan kepada orang lain terutama pada keluarga yang tinggal

serumah, dan dapat menyebabkan kematian. Pada penyakit tuberculosis,

jaringan yang paling sering diserang adalah paru-paru.(Sholeh S.Naga,2014)

Menurut WHO Tahun 2015 menyebutkan bahwa pada tahun 2014 terdapat 9,6

juta orang di dunia sakit karena TB dan sebanyak 1,5 juta orang diantaranya

meninggal karena TB. Penderita tuberkulosis paru yang tertinggi berada pada

kelompok usia produktif (15-50 tahun) yaitu berkisar 75%. Seorang pasien

tuberkulosis dewasa diperkirakan akan kehilangan rata-rata waktu kerjanya


2

3-4 bulan sehingga berakibat pada kehilangan pendapatan rumah tangganya

yaitu sekitar 20-30%. Jika seseorang meninggal akibat tuberkulosis, maka

dia akan kehilangan pendapatannya sekitar 15 tahun. Selain merugikan

secara ekonomis, tuberkulosis juga memberikan dampak buruk lainnya,

yaitu dikucilkan oleh masyarakat (stigma) (WHO,

2012).(www.pps.unud.ac.id/2012), karena Begitu ada pasien TBC masuk

rumah sakitatau ,dalam pengobatan di puskesmas hampir bisa dipastikan

bahwa anggota keluarga lainnya juga akan terkena penyakit tersebut dan

selanjutnya akan segera bergiliran anggota keluarga tersebut akan

berdampak tertular dan perlu diadakan pemeriksaan selanjutnya baik di

puskesmas maupun di Rumah Sakit

Di Indonesia berdasarkan Profil Kesehatan Indonesia 2016 Kementrian

Kesehatan Republik Indonesia 2017 bahwapenemuan Semua kasus baru

penderita TB Paru sebanyak 298.128 Orang yang terdiri dari Laki-laki

sebanyak 174.675 Orang dan Perempuan sebanyak123.453 orang sedangkan

data Penemuan penderita kasus Baru TB Paru BTA positip sebanyak

156.723 orang yang terdiri dari laki – laki 95.382 orang (61%) dan

Perempuan 61.341 Orang (39%),

Sedangkan angka keberhasilan dalam sistem pengobatan TB Paru pada

tahun 2016 di Indonesia yaitu Kasus TB Paru BTA positip sebanyak

188.300 Orang yang dinyatakan sembuh sebanyak 130.553 Orang (69,3%)

dan Penderita TB Paru yang dinyatakan Pengobatan Lengkap sebanyak


3

11.427 Orang (6,1 %) dan angka keberhasilan pengobatan penderita TB

Paru adalah 141.980 Orang (75,4 %)

Adapun untuk di Jawa Barat berdasarkan Profil Kesehatan Indonesia

2016 Kementrian Kesehatan Republik Indoinesia 2017 bahwa penemuan

Semua kasus baru penderita TB Paru sebanyak 52.328 Orang yang terdiri

dari Laki-laki sebanyak 29.429 Orang dan Perempuan sebanyak 22.899

orang sedangkan data Penemuan penderita kasus Baru TB Paru BTA positip

sebanyak 23.774 orang yang terdiri dari laki – laki 13.950 orang (59%) dan

Perempuan 9.824 Orang (41%)

Sedangkan angka keberhasilan dalam sistem pengobatan pada tahun

2016 di Jawa Baratyaitu Kasus TB Paru BTA positip sebanyak 31.190

Orang yang dinyatakan sembuh sebanyak 18.551 Orang (59,5 %) dan

Penderita TB Paru yang dinyatakan Pengobatan Lengkap sebanyak 1.502

Orang (4,8 %) dan angka keberhasilan pengobatan penderita TB Paru

adalah 20.053 Orang (64,3 %)

Di Kabupaten Cirebon, berdasarkan data yang diperoleh dari Bidang

Bidang Pencegahan dan Pemberantasan Penyakit Dinas Kesehatan

Kabupaten Cirebon pada tahun 2016 proporsi kasus TB Paru terkonfirmasi

bakteriologi diantara terduga TB (positip rate) mencapai 14,22 % terjadi

peningkatan dari tahun 2015 yang mencapai 12,52 % . Jumlah terduga TB

(suspek) tahun 2016 sebanyak 13.703 orang dan mengalami penurunan dari

tahun 2015 yang mencapai 17.831 orang., sedangkan proporsi kasus TB

Paru dengan hasil BTA positip pada tahun 2016 sebanyak 1.948 dari jumlah
4

seluruh kasus tercatat 3.172 (61,41 %) terjadi penurunan menururt jumlah

dan proporsi dari tahun 2015 yang mencapai 2157 kasus dari 3.508 seluruh

kasus TB yang tercatat (61,52 %). Indikaator ini menggambarkan prioritas

penemuan kasus TBC yang menular di antara seluruh pasien TBC yang di

obati angka ini sebaiknya minimla 65 % , juka lebih rendah dari angka 65

% menunjukkan mutu diagnose masih rendah.

Adapun hasil kegiatan program TB Paru menurut data dari UPT

Puskesmas Klangenan Kabupaten Cirebon tahun 2016 proporsi kasus TB

Paru terkonfirmasi bakteriologi diantara terduga TB (positip rate) mencapai

27 Penderita (67,5 %) terjadi penurunan cakupanuntuk tahun 2017 yang

mencapai 29 Penderita (57,44 %) . Jumlah terduga TB (suspek) tahun 2016

sebanyak 131 Orang (42,12%) dan mengalami peningkatan untuk tahun

2017 yang mencapai 143 orang (45,98 %)

Berdasarkan data tersebut diatas maka perlu adanya penanganan yang

sangat serius dikarenakan penyakit TB Paru dapat menjangkiti dan

menularkan kepada orang lain dan yang paling mudah terkena penularan

biasanya berkaitan erat dengan kemiskinan dan status gizi pada masyarakat

serta tempat tinggal yang tidak sehat / rumah yang kumuh, padat, tidak

terkena sinar matahari dan tidak ada ventilasi udara), Kondisi ini

memudahkan penyebaran penyakit TB Paru terutama kepada kelompok

rentan yaitu pada anak – anak dan orang tua, oleh karenanya perlu

mendapatkan perhatian serius dari seluruh pihak terkait dan seluruh

komponen masyarakat di harapkan berkontribusi sesuai dengan


5

kemampuannya agar penyakit TB Paru tidak menularkan ke orang lain dan

untuk segera mengatasi permasalahan tersebut perlu dilakukan intervensi

kepada penderita dan keluarganya dengan cara pencegahanyang bisa

dilakukan antara lain adalah Pola hidup Bersih dan Sehat dalam kehidupan

sehari – hari di lingkungan keluarga maupun masyarakat, melakukan

kunjungan secara rutin ke rumah masyarakat guna memastikan bahwa

tempat tinggal memiliki sanitasi yang baik sesuai dengan standar kesehatan

yang ditetapkan

Adapun cara penanganan penderita TB paru yang dilakukan adalah

hindari kontak langsung dengan Penderita terhadap percikan air liur atau

lendir yang dikeluarkan oleh Penderita TBC, hindari penggunaan sapu

tangan yang digunakan penderita TB, hindari penggunaan perabotan rumah

tangga untuk dipakai bersamaan seperti gelas, piring, sendok, jangan

menghabiskan waktu yang terlalu lama di ruang pengap dan tetutup dengan

Penderita TB Paru, selalu beri makan – makanan yang bergizi dan makanan

menu seimbang dan sehat seperti banyak makan sayur, buah dan ikan

Salah satu permasalahan dalam penanganan penderita TB Paru yang

dilakukan oleh UPT Puskesmas Klangenan Kabupaten Cirebon, masih

belum sesuai dengan asuhan keperawatan..

Berdasarkan uraian tersebut diatas, maka penulis merasa tertarik untuk

melakukan suatu analisa studi kasusmasalah asuhan keperawatan dengan

gangguan Sistem pernapasan akibat Tuberkulosis Paru di UPT Puskesmas

Klangenan Kabupaten Cirebon.


6

B. Ruang lingkup penulisan

Ruang lingkup penulisan Karya Tulis Ilmiah ini , penulis akan

membatasi hanya pada Asuhan Keperawatan dengan Gangguan Sistem

Pernafasan akibat Tuberkulosis Parudi UPT Puskesmas Klangenan

Kabupaten Cirebon

C. Tujuan penulisan

1. Tujuan Umum

Tujuan umum yang ingin dicapai dalam studi kasus ini adalah

mendapatkan pengalaman nyatadan mampu melaksanakan serta

menerapkan secara komprehensif masalah Asuhan Keperawatandengan

gangguan sistem pernapasan akibat Tuberculosis Paru di UPT

Puskesmas Klangenan Kabupaten Cirebon

2.Tujuan khusus

Diperoleh pengalaman nyata dalam :

a. Melakukan pengkajian keperawatan dengan sistematis untuk

pengumpulandata dan menganalisa asuhan keperawatan dengan

gangguan sistempernafasan akibat Tuberkulosis

b. Menegakkan diagnosa keperawatan dari analisa data yang

dilakukan pada asuhan keperawatan dengan gangguan sistem

pernafasan akibat tuberkulosis

c. Menyusun perencanaan tindakan asuhan keperawatan

dengangangguan sistem pernafasan akibat tuberkulosis


7

d. Melakukan tindakan keperawatan sesuai dengan rencana tindakan

Keperawatan yang telah ditentukan berdasarkan kebutuhan dan

masalah klien

e. Melakukan evaluasi hasil tindakan keperawatan yang telah

dilaksanakan sesuai dengan tujuan yang ditetapkan

f. Mendokumentasikan setiap tindakan asuhan keperawatan yang

telah dilakukan

g. Menganalisa kesenjanganantara teori dengan kenyataan di lapangan

D. Manfaat Penulisan

1.Bidang akademik

Sebagai sumber informasi dan bahan bagi Akademik dalam

meningkatkan mutu pendidikan pada masa yang akan datang pada

bidang keperawatan.

2.Puskesmas

Sebagai masukan bagi Perawat Puskesmasdalam rangka mengambil

kebijakan untuk meningkatkan mutu pelayanan kesehatan khususnya

pada pasien yang mengalami Gangguan Sistem Pernafasan akibat

Tuberculosis Paru

3. Klien dan Keluarganya

Dapat meningkatkan pengetahuan klien dan keluarga tentang

bagaimana merawat klien dengan gangguan sistem pernafasan

“Tuberkulosis Paru” seperti

a. Untuk Klien :
8

1). Lakukan pemeriksaaan diri ke dokter atau Puskesmas,

jikamengalamigejala gangguan pernapasan,

2). Jangan minum yang mengandung al kohol

3). Selalu beri makan – makanan yang bergizi dan mengandung

vitamin atau makanan menu seimbang dan sehat seperti sayur,

buah dan ikan.

b. Untuk keluarga :

1). Hindari kontak langsung dalam waktu yang lama dan hati-

hatilah terhadap percikan air liur atau lendir yang dikeluarkan

oleh pasien yang menderita TBC, hindari penggunaan sapu

tangan yang sering digunakan penderita TB,

2). Hindari penggunaan perabotan rumah tangga untuk dipakai

bersamaan seperti gelas, piring, sendok, jangan menghabiskan

waktu yang terlalu lama di ruang pengap dan tetutup dengan

siapa saja yang menderita TB Paru,

3). Lakukan pemberian Imunisasi pada bayi yang baru lahir

dengan menggunakan vaksin BCG

4. Penulis

Penulis dapat memperoleh pengetahuan dan pengalaman

dalam memberikan asuhan keperawatan serta mengaplikasikan

ilmu yang telah diperoleh selama kuliah

BAB II
9

TINJAUAN PUSTAKA

A. GANGGUAN SISTEM PERNAFASAN AKIBAT TUBERKULOSIS

1. Pengertian

Tuberkulosis adalah suatu penyakit infeksi menular langsung

yang disebabkan oleh kuman Mycobacterium tuberculosis yang

menyerang jaringan paru, tetapi dapat juga menyerang organ lainnya

(Depkes RI, 2007).

Menurut Tabrani (2010,h.157) Tuberkulosis paru adalah penyakit

yang disebabkan oleh Mycobacterium tuberculosis, yakni kuman aerob

yang dapat hidup terutama di paru atau di berbagai korban tubuh yang

lainnya yang mempunyai tekanan parsial oksigen yang tinggi. Kuman ini

juga mempunyai kandungan lemak yang tinggi pada membran selnya

sehingga menyebabkan bakteri ini menjadi tahan terhadap asam dan

pertumbuhan dari kumannya berlangsung dengan lambat.Bakteri ini tidak

tahan terhadap ultraviolet, karena itu penularannya terutama terjadi pada

malam hari.

Sedangkan menurut Alsagaff & Abdul Mukty (2010,h.73)

Tuberkulosis paru adalah suatu penyakit menular yang disebabkan oleh

basil Mikobakterium Tuberkulosis. Tuberculosis paru merupakan salah

satu penyakit saluran pernapasan bagian bawah.

Jadi penyakit Tuberkulosis yang disebabkan oleh kuman

Mycobacterium Tuberkulosis Sebagian besar basil tersebut masuk ke


10

dalam jaringan paru melalui airborne infection dan selanjutnya

mengalami proses yang dikenal sebagai focus primer dari Ghon. Pada

stadium permulaan, setelah pembentukan focus primer, akan terjadi

beberapa kemungkinan yaitu penyebaran bronkogen, limfogen, dan

hematogen. Keadaan ini hanya berlangsung beberapa saat. Penyebaran

akan berhenti bila jumlah kuman yang masuk dan telah terbentuk daya

tahan tubuh yang spesifik terhadap basil tuberculosis. Tetapi bila jumlah

basil tuberculosis yang masuk ke dalam saluran pernapasan cukup

banyak, maka akan terjadi tuberculosis milier atau tuberculosis

meningitis. Berdasarkan pengertian di atas penulis menarik kesimpulan

bahwa tuberkulosis adalah penyakit infeksi yang disebabkan oleh bakteri

mycobacterium tuberkulosa. penyakit menular yang disebabkan oleh

basil mikrobacterium tuberkolusis yang merupakan salah satu penyakit

saluran pernafasan bagian bawah.

2. Penyebab

Tuberkulosis disebabkan oleh bakteri yang bernama

Mycobacterium tuberculosis., bakteri ini dapat menular melalui udara

(droplet). Ketika penderita TB batuk, tertawa, bernyanyi, bahkan

berbicara, bisa saja bakteri yang menyebabkan TB menyebar melalui

udara. Namun, tidak semudah itu terkena penyakit TB ini. Biasanya,

yang berisiko tertular adalah mereka yang sangat dekat dan terus

menerus kontak langsung dengan penderita TB.


11

Penyakit Tuberkulosis disebabkan oleh kuman Mycobacterium

tuberculosis yang berbentuk batang (basil) dan tahan terhadap asam

berukuran kira-kira 0,5 - 4 mikron x 0,3 – 0,6 mikron, kuman ini terdapat

dalam butir-butir percikan dahak yang disebut Droplet Nuclei dan

melayang di udara untuk waktu yang cukup lama sampai terhisap oleh

atau mati dengan sendirinya terkena sinar matahari (Depkes RI, 2001).

Menurut Wim de Jong et al 2005 (dikutip dalam Nurarif &

Hardhi Kusuma, 2015.h.210).Penyebab tuberculosis adalah

Mycobacterium tuberculosis.Basil ini tidak berspora sehingga mudah

dibasmi dengan pemanasan, sinar matahari, dan sinar ultraviolet.Ada dua

macam mikobakteria tuberculosis yaitu tipe human dan tipe bovin. Basil

tipe bovin berada dalam susu sapi yang menderita mastitis tuberculosis

usus. Basil tipe human bias berada di bercak ludah (droplet) di udara

yang berasal dari penderita TBC terbuka dan orang yang rentan terinfeksi

TBC ini bila menghirup bercak ini.Perjalanan TBC setelah infeksi

melalui udara.

3. Patofisiologi

Tuberkulosis adalah suatu penyakit menular yang disebabkan oleh

kuman darikelompok Mycobacterium yaitu Mycobacterium

Tuberkulosisis yang bisa menimbulkan gangguan pada saluran nafas.

Kebanyakan infeksi terjadi melalui udara, (air bone), yaitu melalui

inhalasi droplet yang mengandung kuman-kuman basil tuberkel yang

terinfeksi.Basil tuberkel yang mencapai alveolus dan diinhalasi biasanya


12

terdiri atas satu sampai tiga gumpalan.Basil yang lebih besar cenderung

bertahan di saluran hidung dan cabang besar bronkus, sehingga tidak

menyebabkan penyakit. Setelah berada dalam ruang alveolus, kuman

akan mulai mengakibatkan peradangan. Leukosit polimorfonuklear

tampak

Secara umum sifat kuman mycobacterium Tuberkulosis antar lain

sebagai berikut :

a. Berbentuk batang dengan panjang 1-10 mikron, lebar 0,2 0,6 mikron

b. Bersifat tahan asma dalam perwarnaan dengan metode Ziehl Neelsen.

c. Kuman Nampak berbentung batang berwarna merah dalam

pemeriksaanmikroskopis

d Tahan terhadap suhu rendah sehingga bertahan hidup dalam jangka

waktu lama pada suhu antara 4 derajat Celcius sampai minus 70

derajat Celcius.

e. Kuman sangat peka terhadap panas, sinar matahari dan sinar

ultraviolet.

f. Paparan langsung terhadap sinar ultraviolet sebagian besar kuman

akan mati dalam waktu beberapa menit.

g. Dalam dahak pada suhu antar 30 – 37 derajat Celcius akan mati

dalam waktu lebih kurang 1 minggu.

h. Kuman dapat bersifat dormant (tidur / tidak berkembang).

Skema Patofisiologi Tuberkulosis Paru


13

4. Gejala Penyakit Tuberkulosis

Umumnya bakteri TB berkembangbiak di paru-paru. Gejala

yang dapat ditimbulkan antara lain :

a. Gejala Umum

Batuk terus menerus dan berdahak selama 3 (tiga) minggu atau

lebih

b. Gejala lain yang sering dijumpai


14

1) Dahak bercampur darah

2) Batuk yang disertai dahak atau darah.

3) Sesak nafas dan disertai nyeri dada

4) Demam

5) keluar keringat malam (bukan karena udara Panas)

6) Berat Badan turun secara tiba-tiba

7) Badan lemah, nafsu makan menurun, demam lebih dari sebulan

c. Gambaran Klinis

1). Sistemik : malaise, anoreksia, berat badan menurun, dan

keluar keringat malam.

2). Akut : demam tinggi, seperti flu dan menggigil.

3). Milier : demam akut, sesak napas, dan sianosis (kulit

kuning).

4). Respiratorik : batuk lama lebih dari dua minggu, sputum yang

Mukoid atau mukopurulen, nyeri dada, batuk

darah, dan gejala lain. Bila ada tandatanda

penyebaran ke organ lain, sepertipleura, akan

terjadi nyeri pleura, sesak napas ataupun gejala

meningeal (nyeri kepala, kaku kuduk, danlain

sebagainya (Ardiansyah, 2012. h. 301).

Kegiatan penemuan pasien terdiri dari

penjaringan suspek, diagnosis, penentuan

klasifikasi penyakit dan tipe pasien.Penemuan


15

pasien merupakan langkah pertama dalam

kegiatan program penanggulangan TB.

Penemuan dan penyembuhan pasien TB

menular, secara bermakna akan dapat

menurunkan kesakitan dan kematian akibat TB,

penularan TB di masyarakat dan sekaligus

merupakan kegiatan pencegahan penularan TB

yang paling efektif di masyarakat.

Adapun strategi penemuan pada Pasien tuberkulosis adalah:

1) Penemuan pasien TB dilakukan secara intensif yang didukung

dengan kegiatan promosi yang aktif sehingga semua terduga TB

dapat ditemukan secara dini.

2) Penjaringan tersangka pasien TB dilakukan di unit pelayanan

kesehatan; didukung dengan penyuluhan secara aktif, baik oleh

petugas kesehatan maupun masyarakat, untuk meningkatkan

cakupan penemuan tersangka pasien TB.

3) Pemeriksaan terhadap kontak pasien TB, terutama mereka yang

BTA positif dan pada keluarga anak yang menderita TB yang

menunjukkan gejala sama, harus diperiksa dahaknya.

4) Penemuan secara aktif dapat dilakukan terhadap kelompok

khusus yang rentan atau beresiko tinggi sakit TB seperti pada

pasien dengan HIV, Diabetus Mellitus dan Malnutrisi


16

5) Pada kelompok yang rentan dilingkungan yang beresiko tinggi

terjadinya penularan penyakit TB seperti daerah kawasan kumuh

dan padat penduduk, tempat penampungan pengungsi, tempat

kerja, asrama, pantai jompo dan lembaga permasyarakatan.

6) Pada anak dibawah lima tahun yang kontak erat dengan

penderita TB Paru aktif dan Pasien TB resisten Obat.

7) Penemuan pasien secara aktif yang dating dan berkunjung ke

Fasilitas Kesehatan (Puskesmas, Rumah Sakit, Klinik swasta,

dokter praktek swasta)

5. Diagnosa Tuberkulosis Paru

Sebelum dokter menentukan apakah Anda terinfeksi

tuberkulosis atau tidak, umumnya akan dilakukan pemeriksaan, yaitu :

a. Pemeriksaan dahak

Tenaga medis akan memeriksa dahak dengan cara mengambil

sampelnya sebanyak 3 kali (Sewaktu, Pagi, Sewaktu), yaitu :

1). Pemeriksaan dahak sewaktu kunjungan (Sewaktu),

2) Pemeriksaan dahak esok paginya (Pagi), serta

3).Pemeriksaan saat mengantarkan dahak pagi (Sewaktu)

Semua suspek TB diperiksa 3 spesimen dahak dalam waktu

2 hari, yaitu sewaktu pagi sewaktu (SPS).Diagnosis TB paru pada

orang dewasa ditegakkan dengan ditemukannya kuman TB (BTA).


17

Pada program TB nasional, penemuan BTA melalui

pemeriksaan dahak mikroskopis merupakan diagnosis utama.

b. Pemeriksaan radiologi

Pemeriksaan yang biasa dilakukan adalah rontgen dada.Hal

ini dilakukan untuk melihat apakah ada gambaran radiologi yang

dicurigai sebagai lesi TB, baik lesi TB aktif maupun lesi TB

nonaktif.Pemeriksaan lain seperti foto toraks, biakan dan uji

kepekaan dapat digunakan sebagai penunjang diagnosis sepanjang

sesuai dengan indikasinya dan tidak dibenarkan mendiagnosis TB

hanya berdasarkan pemeriksaan foto toraks saja. Foto toraks tidak

selalu memberikan gambaran yang khas pada TB paru, sehingga

sering terjadi overdiagnosis, dikarenakan gambaran kelainan

radiologik paru tidak selalu menunjukkan aktifitas penyakit TB

Paru

c. Uji tuberkulin (Tes Mantoux)

Umumnya, uji tuberkulin (yang lebih dikenal dengan istilah

tes mantoux) dilakukan pada anak-anak dengan cara penyuntikkan

intra kutan dengan semprit tuberculin 1 cc jarum nomor 26. Tes ini

dikatakan positif apabila dalam 48-72 jam muncul bula (benjolan

kecil) dengan diameter lebih dari 5 mili meter, dan bila uji

tuberculin positip menunjukkan adanya infeksi Tuber kulosis.


18

6. Cara Penularan

Sumber penularan adalah pasien tuberkulosis Basil Tahan Asam

(TBC BTA) positif.Pada waktu batuk atau bersin, pasien menyebarkan

kuman ke udara dalam bentuk percikan dahak yang

dikeluarkannya.Umumnya penularan terjadi dalam ruangan dimana

percikan dahak berada dalam waktu yang lama.Ventilasi dapat

mengurangi jumlah percikan, sementara sinar matahari langsung dapat

membunuh kuman. Percikan dapat bertahan selama beberapa jam dalam

keadaan yang gelap dan lembab.

Daya penularan seorang pasien ditentukan oleh banyaknya kuman

yang dikeluarkan dari parunya.Makin tinggi derajat kepositipan hasil

pemeriksaan dahak, makin menular pasien tersebut.Infeksi akan terjadi

apabila orang lain menghirup udara yang mengandung percikan dahak

yang infeksius tersebut dan pada waktu batuk atau bersin, pasien

menyebarkan kuman ke udara dalam bentuk percikan dahak (droplet

nuclei / percikan renik) sekali batuk dapat menghasilkan sekitar 3000

percikan dahak. Droplet yang mengandung kuman ini dapat terhisap oleh

orang lain, jika kuman tersebut sudah menetap dalam paru dari orang

yang menghirupnya, mulailah membela diri / berkembang biak dan

tejadilah infeksi.

Faktor yang memungkinkan seseorang tertular kuman tuberkulosis

ditentukan oleh konsentrasi percikan dalam udara dan lamanya

menghirup udara tersebut (Kemenkes RI , 2014).


19

Menurut buku tutor Fakultas kedokteran Universitas Riau ( 2006),

penularan TB dapat terjadi jika seseorang penderita TB berbicara,

meludah, batuk, atau bersin, maka kuman-kuman TB berbentuk batang

(panjang 1-4 mikron, diameter 0,3-0,6 mikron) yang berada di dalam paru-

parunya akan menyebar ke udara sebagai partikulat melayang (suspended

particulate matter) dan menimbulkan droplet infection. Basil TB tersebut

dapat terhirup oleh orang lain yang berada di sekitar penderita. Basil TB

dapat menular pada orang-orang yang secara tak sengaja

menghirupnya.Dalam waktu satu tahun, 1 orang penderita TB dapat

menularkan penyakitnya pada 10 sampai 15 orang disekitarnya.


20

Skema Penularan Tuberkulosis 1


21

Skema Penularan Tuberkulosis 2


22

Skema Tuberkulosis 3

7. Komplikasi

Pada pasien TB, dapat terjadi beberapa komplikasi.Hal ini dapat

terjadi sebelum penanganan, dalam masa penanganan maupun setelah

selesai penanganan. Beberapa komplikasi yang dapat terjadi pada

penderita TB Paru adalah batuk darah (haemoptysis), Pneumothoraks,

Bronchiectasis, Fibrosis pada Paru ini merupakan akibat penyakit Paru

yang luas dan efusi pleura., gagal napas, pneumotoraks, dan lain-lain.
23

8. Penanganan

Yang harus kita pahami bahwa penyakit ini dapat ditangani dan

juga disembuhkan.Namun, kesembuhan ini juga memerlukan kepatuhan

penderita TB dalam mengkonsumsi obat yang diberikan oleh dokter.

Apabila tidak patuh, bakteri yang ada di dalam tubuh akan segera menjadi

kebal terhadap obat TB (Multidrug resistant tuberculosis-MDR TB).

Hasilnya, tenaga medis kemudian akan mempertimbangkan untuk

menambah/mengganti jenis obat sehingga masa pengobatan pun menjadi

lebih lama.

Sejatinya, terdapat beberapa obat yang digunakan untuk

penanganan Tuberkulosis. Obat – Obatan tersebut dikenal dengan nama

Obat Anti Tuberkulosis (OAT), yang terdiri atas Isoniazid, Rifampisin,

Piranizamid, Etambutol. Tentu saja untuk mendapatkan obat-obat ini

perlu berkonsultasi terlebih dahulu dengan petugas kesehatan agar dosis

dan aturan minum dari obat ini sesuai dengan yang dianjurkan.Obat-

obatan ini tersedia dalam kemasan tunggaldan juga kemasan kombinasi

(Fixed Dose Combination-FDC).

Pengobatan dengan cara ini terbagi menjadi 2 fase, yaitu fase

intensif (berlangsung 2-3 bulan) dan fase lanjutan (berlangsung 4 atau 7

bulan). Saat menggunakan obat-obatan tersebut, Anda tidak akan terlepas

dari efek samping, berupa mual, nyeri sendi, kesemutan, warna

kemerahan pada air seni.


24

Sesuai dengan strategi yang direkomendasikan oleh WHO, saat

ini fasilitas kesehatan sudah menerapkan sistem DOTS (Directly

Observed Treatment Short-course) dalam penanganan TB.Dengan

adanya strategi ini, diharapkan TB dapat diatasi dengan tepat.

Berdasarkan data WHO, sejak tahun 2000 sampai dengan tahun 2015,

sekitar 49 juta jiwa dapat di “selamatkan” karena diagnosis dan

pengobatan TB.

9. Pencegahan

Mencegah penularan penyakit Tuberkulosis menjadi kewajiban

kita untuk mencegahnya agar tidak terjadi penularan pada diri kita seperti

penggunaan alat pelindung diri (Masker) oleh petugas Kesehatan di

tempat pelayanan untuk menghiindari resiko penularan.

Adapun Penderita TB pun perlu memperhatikan beberapa hal agar

tidak mudah menularkan penyakitnya, sebagai tindakan antisipasi

pencegahan dan penanganan penderita TB paru yang dilakukan adalah

Penderita agar menggunakan masker/menutup mulut dengan tisu saat

batuk/bersin serta jangan meludah atau membuang dahak sembarangan

tempat. Selain itu, sebisa mungkin hindari pula kontak dekat dan terus-

menerus dengan orang lain atau hindari kontak langsung dalam waktu

yang lama dan hati-hatilah terhadap percikan air liur atau lendir yang

dikeluarkan oleh pasien yang menderita TBC, hindari penggunaan sapu

tangan yang sering digunakan penderita TB, hindari penggunaan


25

perabotan rumah tangga untuk dipakai bersamaan seperti gelas, piring,

sendok, jangan menghabiskan waktu yang terlalu lama di ruang pengap

dan tetutup dengan siapa saja yang menderita TB Paru, selalu beri

makan – makanan yang bergizi dan makanan menu seimbang dan sehat

seperti banyak makan sayur, buah dan ikan, Hal lain yang harus

diperhatikan oleh penderita TB dan keluarga adalah sirkulasi udara

dalam ruangan tempat tinggalnya agar tidak lembap dengan cara

membuka jendela pada pagi hingga sore hari agar sinar matahari masuk

kedalam rumah dan kamar agar mendapat cahaya dan udara yang

cukup, lakukan olah raga ringan dan istirahat yang cukup di malam

hari, biasakan dalam kehidupan sehari – hari dengan pola hidup bersih

dan sehat (PHBS) dalam tatanan kehidupan rumah tangga. Segera obati

penderita TB paru secara rutin dan terus menerus dan beri motivasi

serta dukungan moral agar mau minum obat sesuai dengan anjuran

petugas kesehatan agar tidak terjadi penularan ke orang lain.

10. Resiko Penularan Tuberkulosis

Resiko tertular tergantung dari tingkat perjalanan dengan percikan

dahak.Pasien TB dengan BTA positif memberikan kemungkinan resiko

penularan lebih besar dari pasien TB dengan BTA negatif.Resiko

penularan setiap tahunnya ditunjukkan dengan Annual Risk of

Tuberculosis Infection (ARTI) yaitu proporsi penduduk yang beresiko

terinfeksi TBC selama satu tahun.ARTI sebesar 1%, berarti 10 (sepuluh)


26

orang diantara 1000 penduduk terinfeksi setiap tahun.Infeksi TB

dibuktikan dengan perubahan reaksi tuberkulin negatif menjadi positif

(Depkes RI., 2007).

Jadi Pasien Tuber Kulosis dengan Basil Tahan Asam (BTA)

positip memberikan resiko penularan lebih besar dari pasien Tuber

kulosis dengan Pasien BTA negatip.

Resiko seseorang terpapar kuman Tuber kulosis ditentukan oleh

jumlah percikan dahak dalam udara dan lamanya menghirup udara

tersebut,

11. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Tuberkulosis

Adapun faktor yang memengaruhi kejadian tuberkulosis

diantaranya :

a. Faktor ekonomi

Keadaan sosial ekonomi yang rendah pada umumnya

berkaitan erat dengan berbagai masalah kesehatan karena

ketidakmampuan dalam mengatasi masalah kesehatan. Masalah

kemiskinan akan sangat mengurangi kemampuan masyarakat

untuk memenuhi kebutuhan gizi, pemukiman dan lingkungan

sehat, jelas semua ini akan mudah menumbuhkan penyakit

tuberculosis
27

b. Status gizi

Merupakan faktor yang penting dalam timbulnya penyakit

tuberkulosis.Berdasarkan hasil penelitian kejadian tuberkulosis

menunjukakan bahwa penyakit yang bergizi normal ditemukan

kasus lebih kecil daripada status gizi kurang dan buruk.

c. Status pendidikan

Latar belakang pendidikan mempengaruhi penyebaran

penyakit menular khususnya tuberkulosis.Berdasarkan hasil

penelitian mengatakan semakin rendah latar belakang

pendidikan kecenderungan terjadi kasus tuberkulosis, hal ini

faktor terpenting dari kejadian TBC.

B. KONSEP MASALAH KEPERAWATAN

1. Definisi atau batasan

Asuhan keperawatan adalah suatu proses atau rangkaian kegiatan

pada praktik keperawatan yang langsung diberikan kepada klien/pasien

pada berbagai tatanan layanan kesehatan. Asuhan keperawatan

dilaksanakan dengan mengunakan metode proses keperawatan,

berpedoman pada standar keperawatan, dilandasi etik dan etika

keperawatan dalam lingkup wewenang serta tanggung jawabnya

(Kusnanto, 2004).

Menurut Yura dan Wals (1983), asuhan keperawatan adalah suatu

metode yang sistematis dan ilmiah yang digunakan perawat dalam


28

mencapai atau mempertahankan keadaan bio-psiko-sosio-spiritual yang

optimal melalui tahap pengkajian, identifikasi diagnosis keperawatan,

penuntunan rencana keperawatan, implementasi tindakan keperawatan,

serta evaluasi.

Menurut Carol V.A, dalam buku Asmadi (2008), asuhan

keperawatan adalah suatu metode yang sistematis untuk mengkaji respons

manusia terhadap masalah kesehatan dan membuat rencana keperawatan

yang bertujuan mengatasi masalah tersebut. Proses keperawatan

mendokumentasikan kontribusi perawat dalam mengurangi atau

mengatasi masalah kesehatan klien.

Menurut DPP PPNI, 1999 Asuhan Keperawatan adalah Suatu

proses atau rangkaian kegiatan pada praktek keperawatan yang langsung

diberikan kepada klien pada berbagai tatanan pelayanan kesehatan, dalam

upaya pemenuhan KDM, dengan menggunakan metodologi proses

keperawatan, berpedoman pada standar keperawatan, dilandasi etik dan

etika keperawatan, dalam lingkup wewenang serta tanggung jawab

keperawatan.

Proses keperawatan adalah suatu metoda di mana suatu konsep

diterapkan dalam praktek keperawatan. Hal ini bisa disebut sebagai suatu

pendekatan problem solving yang memerlukan ilmu, tehnik dan

ketrampilan interpersonal dan ditujukan untuk memenuhi kebutuhan klien

/ keluarga. Proses keperawatan terdiri dari lima tahap yang sequensial dan
29

berhubungan : pengkajian, diagnosis, perencanaan, pelaksanaan dan

evaluasi (Iyer et al, 1996)

Proses keperawatan merupakan cara yang sistematis yang

dilakukan oleh perawat bersama klien dalam menentukan kebutuhan

asuhan keperawatan dengan melakukan pengkajian, menentukan

diagnosis, merencanakan tindakan yang akan dilakukan, melaksanakan

tindakan serta mengevaluasi hasil asuhan yang telah diberikan dengan

berfokus pasa klien, berorentasi pada tujuan pada setiap tahap saling

terjadi ketergantungan dan saling berhubungan. ( Hidayat, 2004. 95).

Berdasarkan pengertian di atas maka dapat disimpulkan bahwa

asuhan keperawatan merupakan serangkaian proses yang sistematis mulai

dari tahap pengkajian sampai dengan evaluasi yang bertujuan untuk

memberikan pelayanan kepada pasien dalam usaha memperbaiki ataupun

memelihara derajat kesehatan pasien yang didasari pada teori

keperawatan.

Asuhan keperawatan dilaksanakan dalam bentuk proses

keperawatan yang meliputi tahap:

– pengkajian

– diagnosa keperawatan

– perencanaan (intervensi)

– pelaksanaan (implementasi)

– evaluasi (formatif/proses dan sumatif)


30

Proses keperawatan sebagai salah satu pendekatan utama dalam

pemberian asuhan keperawatan, pada dasarnya suatu proses pengambilan

keputusan dan penyelesaian masalah (Nursalam, 2001:6).

2. Kriteria masalah

Kriteria masalah penentuan diagnostik TB paru pada asuhan

Keperawatan meliputi

a. Pemeriksaan dahak spesimen dahak SPS

b. Foto toraks abnormal menunjukkan gambaran TB paru.

c. TB paru BTA positif. Sekurang-kurangnya 2 dari 3 spesimen dahak

SPS hasilnya BTA positif

d. .spesimen dahak SPS hasilnya BTA positif dan foto toraks dada

e. menunjukkan gambaran TB paru.

f. 1 atau lebih spesimen dahak hasilnya positif setelah 3 spesimen

dahak SPS pada TB paru BTA negatif. Kasus yang tidak memenuhi

definisi pada TB paru BTA positif

3. Factor-faktor yang berhubungan dengan asuhan Keperawatan pada

Tuberkulosis.

Adapun standar dalam asuhan keperawatan yaitu

pemberiankeperawatan yang terencana secara komprehenship, yang

meliputi pengkajian, diagnosa keperawatan, perencanaan

(intervensi), pelaksanaan (implementasi) dan evaluasi (formatif/proses dan

sumatif) sebagai aspek dalam penerapan asuhan keperawatan berdasarkan

kebutuhan dasar manusia yang meliputi kebutuhan bio, psiko dan sosial
31

serta sebagai alat dokumentasi, untuk mengetahui perkembangan pasien

dan.

Sebagai alat pertanggung jawaban perawat dalam menjalankan tugas

sebagai tenaga professional pada asuhan keperawatan.

C. KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN

Konsep keperawatan Tuberkulosis paru menurut Arif Muttaqin,

2009meliputi :

1. Pengkajian

a. Anamnesis

1). Keluhan utama

Keluhan yang sering menyebabkan klien dengan TB paru

meminta pertolongan pada tenaga medis dibagi menjadi 2

keluhan yaitu :

a). Batuk

Keluhan batuk timbul paling awal dan paling sering

dikeluhkan, apakah batuk besifat

produktif/nonproduktif, sputum bercampur darah

b). Batuk darah

Seberapa banyak darah yang keluar atau hanya

blood streak, berupa garis, atau bercak-bercak darah


32

c). Sesak napas

Keluhan ini ditemukan bila kerusakan parenkim

paru sudah luas atau karena atau ada hal-hal yang

menyertai seperti efusi pleura, pneumotoraks,

anemia dll

d) Demam

Keluhan ini sering dijumpai yang biasanya timbul

pada sore hari atau pada malam hari mirip dengan

influenza

e). Keluhan sistematis lain

Keluhan yang timbul antra lain : keringat malam,

anoreksia,penurunan berat badan, dan malaise

2). Riwayat kesehatan

a) Riwayat kesehatan sekarang :

Keadaan pernapasan (napas pendek)

(1). Nyeri dada

(2). Batuk, dan Sputum

b) Kesehatan dahulu :

Jenis gangguan kesehatan yang baru saja dialami,

sering Punya batuk batuk lebih dari 3 minggu disertai

nafsu makan yangberkurang

c) Kesehatan keluarga

Tidak ada anggota keluarga yang menderita


33

penyakit TBParu atau penyakit asma di anggota keluarga

b. Pemeriksaan fisik

1) Keadaan umum dan tanda-tanda vital

Hasil pemeriksaan tanda-tanda vital klien

biasanya didapatkan peningkatan suhu tubuh secara

signifikan, frekuensi napas meningkat disertai sesak napas,

denyut nadi meningkat seirama dengan peningkatan suhu

tubuh dan frekuensi pernapasan, dan tekanan darah

biasanya sesuai dengan adanya penyakit penyulit seperti

hipertensi

2).Pemeriksaan Fisik (B1-B6) (Arif Muttaqin, 2008 : 87)


a). Breathing (B1)
Pemeriksaan fisik pada klien dengan TB paru
merupakan pemeriksaan fokus yang terdiri atas
inspeksi, palpasi, perkusi, dan auskultasi.

(1). Inspeksi :
Bentuk dada dan pergerakan pernapasan,
sekilas pandang klien dengan TB paru biasanya
tampak kurus sehingga terlihat adanya penurunan
proporsi diameter bentuk dada antero-posterior
dibandingkan proporsi diameter lateral. Apabila
ada penyulit dari TB paru seperti adanya efusi
pleura yang masif, maka terlihat adanya
ketidaksimetrian rongga dada, pelebar intercostals
space (ICS) pada sisi yang sakit. TB paru yang
disertai atelektasis paru membuat bentuk dada
menjadi tidak simetris, yang membuat
34

penderitanya mengalami penyempitan intercostals


space (ICS) pada sisi yang sakit. Pada klien dengan
TB paru minimal dan tanpa komplikasi, biasanya
gerakan pernapasan tidak mengalami perubahan.
Meskipun demikian, jika terdapat komplikasi yang
melibatkan kerusakan luas pada parenkim paru
biasanya klien akan terlihat mengalami sesak
napas, peningkatan frekuensi napas, dan
menggunakan otot bantu napas.
Batuk dan sputum.Saat melakukan pengkajian
batuk pada klien dengan TB paru, biasanya
didapatkan batuk produktif yang disertai adanya
peningkatan produksi secret dan sekresi sputum
yang purulen. Periksa jumlah produksi sputum,
terutama apabila TB paru disertai adanya
brokhiektasis yang membuat klien akan mengalami
peningkatan produksi sputum yang sangat banyak.
Perawat perlu mengukur jumlah produksi sputum
per hari sebagai penunjang evaluasi terhadap
intervensi keperawatan yang telah diberikan.

(2). Palpasi :
Gerakan dinding thoraks anterior/ekskrusi
pernapasan.
TB paru tanpa komplikasi pada saat dilakukan
palpasi, gerakan dada saat bernapas biasanya
normal seimbang antara bagian kanan dan
kiri.Adanya penurunan gerakan dinding
pernapasan biasanya ditemukan pada klien TB paru
dengan kerusakan parenkim paru yang luas.
Getaran suara (fremitus vokal).
35

Getaran yang terasa ketika perawat meletakkan


tangannya di dada klien saat klien berbicara adalah
bunyi yang dibangkitkan oleh penjalaran dalam
laring arah distal sepanjang pohon bronchial untuk
membuat dinding dada dalam gerakan resonan,
teerutama pada bunyi konsonan.Kapasitas untuk
merasakan bunyi pada dinding dada disebut taktil
fremitus.
Palpasi trakea. Adanya pergeseran trakea
menunjukan meskipun tidak spesifik penyakit dari
lobus atau paru .pada TB paru yang disertai adanya
efusi pleura massif dan pneumothoraks akan
mendorong posisi trakea kea rah berlawanan dari
sisi sakit.

(3). Perkusi :
Pada klien dengan TB paru minimal tanpa
komplikasi, biasanya akan didapatkan resonan atau
sonor pada seluruh lapang paru. Pada klien dengan
TB paru yang disertai komplikasi seperti efusi
pleura akan didapatkan bunyi redup sampai pekak
pada sisi yang sesuai banyaknya akumulasi cairan
di rongga pleura. Apabila disertai pneumothoraks,
maka didapatkan bunyi hiperresonan terutama jika
pneumothoraks ventil yang mendorong posisi paru
ke sisi yang sehat.

(4). Auskultasi :
Pada klien dengan TB paru didapatkan bunyi napas
tambahan (ronkhi) pada sisi yang sakit.Penting
bagi perawat pemeriksa untuk mendokumentasikan
36

hasil auskultasi di daerah mana didapatkan adanya


ronkhi.Bunyi yang terdengar melalui stetoskop
ketika klien berbica disebut sebagai resonan vokal.
Klien dengan TB paru yang disertai komplikasi
seperti efusi pleura dan pneumopthoraks akan
didapatkan penurunan resonan vocal pada sisi yang
sakit.

b). Blood (B2)


(1). Inspeksi :

adanya jaringan parut dan keluhan kelemahan fisik

dengansianosis kemungkinan mengalami syok.

(2). Palapsi :

penghitungan frekuensi denyut nadi meliputi irama

dan kualitas denyut nadi,denyut nadi perifer melemah

(3). Perkusi :

batas jantung mengalami pergeseran pada TB paru

dengan efusi pleura condong kearah paru yang sehat.

(4). Auskultasi :

tekanan darah biasanya normal atau mengalami

peningkatan tetapi jarang ditemukan.bunyi jantung

tambahan biasanya tidak didapatkan.

c).Brain (B3)

Kesadaran biasanya compos mentis, pada pengkajian


objektif klien tampak dengan wajah
meringis,merintih.
37

d) Bladder (B4)
(1). Inspeksi :
adanya oliguria menandakan syok hipovolemi. Urin
berwarna jingga pekat dan berbau menandakan fungsi
ginjal normal pada penderita TB sebagai eksresi dari
OAT terutama rifamisin
(2).Palpasi :
kemungkinan ada nyeri tekan pada kandung kemih
karena distensi sebagai bentuk komplikasi
e).Bowel (B5)
Inspeksi : klien biasanya mengalami mual muntah
penurunan nafsu makan dan penuruan berat
badan.
Palpasi : adakah nyeri tekan abdomen sebagai
komplikasi
Perkusi : adakah distensi abdomen akibat batuk
berulang
Auskultasi :Terdengar bising usus menurun
(normal 5-12x / menit)
f).Bone (B6)
Inspeksi :
Kemungkinan adanya deformitas, aktivitas
mandiri terhambat,Atau mobilitas dibantu
sebagian akibat kelemahan otot.
Palpasi :
Adakah nyeri tekan pada sendi atau tulang
akibat dari komplikasiinfeksi TB pada tulang
3). Inspeksi :

a). Bentuk dada dan gerakan pernapasanKlien dengan Tb

paru biasanya terlihat kurus sehingga pada bentuk dada


38

terlihat adanya penurunan proporsi anterior-posterior

bading prosprsi diameter lateral

b). Batuk dan sputumBatuk produktif disertai adanya

peningkatan produksi secret dan sekresi sputum yang

purulen.

4). Palpasi :

Gerakan dinding toraks anterior/ekskrusi pernapasan.Tb

paru tanpa komplikasi pada saat dilakukan palpasi,

gerakan dada biasanya normal dan seimbang bagian kiri

dan kanan.Adanya penurunan gerakan dinding pernapasan

biasanya ditemukan pada klien Tb paru dengan kerusakan

parenkim paru yang luas.

5). Perkusi :

Pada klien Tb paru tanpa komplikasi biasanya ditemukan

resonan atau sonor pada seluruh lapang paru.Pada klien

dengan komplikasi efusi pleura didapatakn bunyi redup

sampai pekak pada sisi yang sakit sesuai dengan akumulasi

cairan.

6). Auskultasi :

Pada klien Tb paru bunyi nafas tambahan ronki pada sisi

yang sakit.
39

2. Dignosa keperawatan

a. Ketidakefektifan kebersihan jalan nafas berhubungan dengan

sekresi yang kental pada saluran pernafasan

b. Ketidakefektifan pola pernapasan berhubungan dengan

menurunnyaekspansi paru sekunder terhadap penumpukan cairan

dalam rongga pleura

c. Resiko tingginya gangguan pertukaran gas berhubungan dengan

penurunan jaringan efekif paru yang menimbulkan kerusakan

membrane alveolar kapiler, dan edema bronchial

c. Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh

berhubungan.dengan keletihan, anoreksia, dan atau dipsnoa, dan

peningkatanmetabolism tubuh

e Kurang informasi dan pengetahuan mengenal kondisi, aturan

pengobatan, proses penyakit dan penatalaksanaan perawatan

dirumah

3. Intervensi keperawatan

a. DX I : Ketidakefektifan bersihan jalan nafas berhubungan dengan

sekresi mucus yang kental, hemoptisis, kelemahan,

upaya batuk buruk, edema tracheal/faringeal.

1). Tujuan : bersihan jalan nafas kembali menjadi efektif

2). Kretieria evaluasi :

a) Klien mampu melakukan batuk efektif


40

b) Pernapasan klien normal (16-20x/menit) tanpa ada

penggunaan otot bantu nafas, bunyi nafas normal dan

pergerakan pernapasan normal

INTERVENSI RASIONAL

a. Kaji fungsi pernapasan a. Penurunan bunyi nafas menunjukkan

(bunyi nafas, kecepatan, atelaktasis, ronkhi menunjukkan

irama, kedalaman, dan akumulasi secret dan ketidakefekifan

penggunaan otot bantu pengeluaran secret yang selanjutnya

pernapasan) menimbulkanpenggunaan otot bantu

nafas dan peningkatan kerja

pernapasan.

b. Kaji kemampuan b. Pengeluaran akan sulit bila secret

mengeluarkan secret, catat kental (efek infeksi dan hidrasi yang

karakter, warna sputum, tidak adekuat). Sputum berdarah bila

adanya hemoptisis ada kerusakan kavitas paru atau luka

bronchial dan memerlukan intervensi

lebih lanjut.

c. Berikan posisi fowler/ c. Posisi fowler memaksimalkan

semi fowler dan bantu ekspansi paru dan menurunkan upaya

klien berlatih napas dalam napas. Ventilasi maksimal membuka

dan batuk efektif area atelaktasis dan meningkatkan

gerakan secret ke jalan napas besar


41

untuk di keluarkan.

d. Pertahankan volume d. Hidrasi yang adekuat membantu

cairan sedikitnya 2500 ml/ mengencerkan secret dan

hari anjurkan minum mengefektifkan jalan napas.

dalam kondisi hangat jika

tidak ada kontraindikasi

e. Bersihkan secret dari e. Mencegah obstrukasi dan aspirasi.

mulut dan trakea bila Pengisapan diperlukan bila klien tidak

perlu lakukan pengisapan mampu mengeluarkan secret.

(suction)

Kalaborasi Pemberian

obat sesuai indikasi :

f. OAT f. Pengobatan tuberculosis terbagi

menjadi 2 fase, yaitu fase intensif (2-3

bulan) dan fase lanjutan (4-7 bulan).

Paduan obat yang digunakan terdiri

atas obat utama yang digunakan sesuai

dengan rekomendasi WHO adalah

rifampisin, INH, pirazinamide,

streptomycin, dan etambutol

g. Agen mukolitik g. Agen mukolitik menurunkan

kekentalan dan perlengketan secret

paru untuk memudahkan pembersihan


42

h. Bronkodilator h. Bronkodilator meningkatkan

diameter lumen percabangan

trakheobronkhial sehingga

menurunkan tahanan terhadap aliran

udara.

i. Kortikosteroid i. Kortikosteroid berguna dalam

keterlibatan luas hipoksemia dan bila

reaksi inflamasi mengancam

kehidupan.

tabel Intervensi diagnosa keperawatan 1

b. Dx II : Ketidakefektifan pola pernapasan b.d menurunnya

ekspansi paru ekunder terhadap penumpukan cairan dalam

rongga pleura

1) Tujuan : pola napas kembali efekif

2) Kreteria evaluasi :

Klien mampu melakukan batuk efektif,Irama, frekuensi, dan

kedalaman pernapasan berada dalam batas normal, pada

pemeriksaan rontgen dada tidak ditemukan adanya akumulasi

cairan, dan bunyi napas terdengar jelas.


43

RENCANA INTERVENSI RASIONAL

a. Identifikasi factor penyebab a. Dengan mengidentifikasikan

penyebab, kita dapat menentukan

jenis efusi pleura sehingga dapat

mengambil tindakan yang tepat

b. Kaji fungsi pernapasan, catat b. Distress pernapasan dan

kecepatan pernapasan, dispnea, perubahan tanda vital dapat

sianosis, dan perubahan tanda terjadi sebagai akibat stress

vital fisiologi dan nyeri atau dapat

menunjukkan terjadinya syok

akibat hipoksia

c. Berikan posisi c. Posisi fowler memaksimalkan

semifowler/fowler tinggi dan ekspansi paru dan menurunkan

miring pada sisi yang sakit, bantu upaya bernapas. Ventilasi

klien napas dalam, dan batuk maksimal membuka area

efektif atelaktasis dan meningkatkan

gerakan sekret ke jalan napas

besar untuk dikeluarkan

d. Auskultasi bunyi napas d. Bunyi napas dapat

menurun/tidak ada pada area

kolaps yang meliputi satu

lobus, segmen paru, atau


44

seluruh area paru

e. Kaji pengembangan dada dan e. Ekspansi paru menurun pada

posisi trakea area kolaps. Deviasi trakea

kearah sisi lain

yang sehat pada tension

pneumotoraks

Bertujuan sebagai evakuasi

caiaran atau udara dan

memudahkan ekspansi paru

secara maksimal

f. Kalaborasi untuk tindakan f.. Mempertahankan tekanan

torakosentesis atau kalau perlu negative intrapleural yang

WSD meningkatkan ekspansi paru

Bila dipasang WSD: periksa optimum

pengontrol penghisap dan

jumlah isapan yang benar

g. Periksa batas cairan pada botol g. Air dalam botol

penghisap dan perahankan pada penampungan berfungsi

batas yang ditentukan sebagai sekat yang mencegah

udara atmosfer masuk kedalam

pleura

h. Observasi gelembung udara h. Gelembung udara selama

dalam botol penampungan ekspirasi menunjukkan


45

keluarnya udara dari pleura

sesuai dengan yang

diharapkan. Gelembung

biasanya menurun seiring

dengan bertambahnya ekspansi

paru. Tidak adanya gelembung

udara dapat menunjukkan

bahwa ekspansi paru sudah

i Setelah WSD di lepas, tutup optimal atau tersumbatnya

sisi lubang masuk dengan kasa selang drainase

steril dan observasi tanda yang

dapat menunjukkan berulangnya i Deteksi dini terjadinya

pneumotoraks seperti napas komplikasi penting seperti

pendek, keluhan nyeri berulangnya pneumotoraks

Tabel: Intervensi diagnosa keperawatan


46

c. Dx III :Resiko tinggi gangguan pertukaran gas berhubungan

dengan penurunan jaringan efekif paru, atelaktasis,

kerusakan membranealveolar kapiler, dan edema

bronchial

1) Tujuan : Gangguan pertukaran gas tidak terjadi.

2) Kretria evaluasi :

a) Melaporkan tidak adanya/penurunan dipsnea

b) Klien menunjukkan tidak ada distress pernapasan

c) Menunjukkan perubahan ventilasi dan kadar oksigen

jaringan adekuat dengan gas darah arteri dalam rentang

normal

INTERVENSI RASIONAL

a. Kaji dispnea, takipnea, bunyi a. Tb paru mengakibatkan efek

napas, peningkatan upaya luas pada paru dari bagian kecil

pernapasan, ekspansi toraks, dan bronkopneomunia sampai

kelemahan inflamasi difus yang luas,

nekrosis,efusi pleura, dan fibrosis

yang luas

b. Evaluasi perubahan tingkat b. Akumulasi secret dan

kesadaran, catat sianosis dan berkurangnnya jaringan paru

perubahan warna kulit, termasuk yang sehat dapat mengganggu

membrane mukosa dan kuku oksigenasi organ vital dan

jaringan tubuh
47

c. Tujukkan dan dukung c. Membuat tahanan yang melawan

pernapasan bibir selama udara luar untuk mencegah

ekspirasi khususnya untuk pasien kolpas/penyempitan jalan napas

dengan fibrosis dan kerusakan sehingga membantu penyebaran

parekim paru udara melalui paru dan mengurangi

napas pendek

d. Tingkatkan tirah baring, batasi d. Menurunkan konsumsi oksigen

aktivitas, dan bantu kebutuhan selama periode penurunan

perawatansehari-hari sesuai pernapasan dan dapat menurunkan

keadaan klienKalaborasi beratnya gejala

e. Pemberian oksigen sesuai


e. e. Penurunan kadar O2 (PO2) dan atau

kebutuhan tambahan saturasi dan peningkatan PCO2

menunjukkan kebutuhan untuk

intervensi/perubahan program terapi

. Terapi oksigen dapat mengoreksi

hipoksemia terjadi akibat penurunan

ventilasi /menurunnya permukaan

alveolar paru

f. Kortikosteroid f. Kortikosteroid berguna dengan

keterlibatan luas pada hipoksemia

dan bila reaksi inflamasi

mengancam kehidupan.

Table : Intervensi diagnosa keperawatan


48

d.Dx IV :Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh

berhubungan dengand keletihan, anoreksia, dan atau

dipsnea, dan peningkatan metabolisme tubuh

1) Tujuan : intake nutrisi klien terpenuhi

2) kriteria evaluasi :

a) Klien dapat mempertahankan status nutrisinya dari yang

semula kurang menjadi adekuat

b). Pernyataan motivasi kuat untuk memenuhi kebutuhan

nutrisinya

INTERVENSI RASIONAL

a. Kaji status nutrisi klien, turgor a. Memvalidasi dan menetapkan

kulit, berat badan, derajat derajat masalah untuk

penurunan berat badan, menetapkan pilihan intervensi

integritas mukosa oral, yang tepat

kemampuan menelan, riwayat

mual/muntah, dan diare

b. Fasilitasi klien untuk

memperoleh diet biasa yang b. Memperhitungkan keinginan

disukai klien (sesuai indikasi) individu dapat memperbaiki

c. Pantau intake dan output, intake nutrisi

timbang berat badan secara c. Berguna untuk mengukur

periodic (sekali seminggu) kefektifan intake nutrisi dan

d. Lakukan dan ajarkan dukungan cairan


49

perawatan mulut sebelum dan d. Menurunkan rasa tidak enak

sesudah makan karena sisa makanan, sisa sputum,

atau obat pada pengobatan sistem

pernapasan yang dapat

e. Kalaborasi dengan ahli gizi merangsang pusat muntah

untuk menetapkan komposisi e. Merencanakan diet dengan

dan jenis diet yang tepat kandungan gizi yang cukup untuk

memenuhi peningkatan kebutuhan

energy dan kalori sehubungan

f. Kalaborasi untuk pemeriksaan dengan status hipermetabolik

laboratorium khususnya BUN, klien

protein serum dan albumin f. Menilai kemajuan terapi diet

dan membantu perencanaan

intervensi selanjutnya

Table : Intervensi keperawatan 4


50

d. Dx V : Kurang informasi dan pengetahuan mengenal kondisi,

aturanpengobatan, proses penyakit dan penatalaksanaan

perawatan dirumah

1) Tujuan: klien mampu melaksanakan apa yang telah di

informasikan

2) kriteria evaluasi :

a). Klien terlihat mengalami penurunan potensi menularkan

penyakit

INTERVENSI RASIONAL

a. Kaji kemampuan klien untuk a. Keberhasilan proses

mengikuti pembelajaran (tingkat pembelajaran dipengaruhi oleh

kecemasan, kelelahan umum, kesiapan fisik, emosional, dan

pengetahuan klien sebelumnya, lingkungan yang kondusif

dan suasana yang tepat)

b. Jelasakan tentang dosis obat, b. Meningkatkan partisipasi klien

frekuensi pemberian, kerja yang dalam program pengobatan dan

diharapkan, dan alasan mengapa mencegah putus obat karena

pengobatan TB berlangsung membaiknya kondisi fisik klien

dalam waktu yang lama sebelum jadwal terapi selesai

c. Ajarkan dan nilai kemampuan c. Dapat menunjukkan

klien untuk mengidentifikasi pengaktifan ulang proses

gejala/tanda reaktivasi penyakit penyakit dan efek obat yang


51

(hemoptisis, demam, nyeri dada, memerlukan evaluasi lanjut

kesulitan bernapas, kehilangan

pendengaran, dan vertigo)

d. Tekankan pentingnya d. Diet TKTP dan cairan yang

mempertahankan intake nutrisi adekuat memenuhi peningkatan

yang mengandung protein dan kebutuhan metabolic tubuh.

kalori yang tinggi serta intake Pendidikan kesehatan tentang hal

cairan yang cukup setiap hari. ini akan meningkatkan

kemandirian klien dalam

perawatan penyakitnya

4. Implementasi keperawatan

Implementasi keperawatan merupakan langkah keempat

dalam tahap proses keperawatan dengan melaksanakan berbagai

strategi keperawatan yang telah direncanakan dalam intervensi

keperawatan. Dalam tahap ini perawat harus mengetahui berbagai

hal diantaranya bahaya-bahaya fisik dan perlindungan pada klien,

teknik komunikasi, kemampuan dalam prosedur tindakan,

pemahaman tentang hak-hak dari pasien serta dalam memahami

tingkat perkembangan pasien.Dalam pelaksanaan tindakan

keperawatan terdapat dua jenis tindakan yaitu tindakan keperawatan

mandiri (tindakan independent) dan tindakan kalaborasi (tindakan

interdependent) Sebagai profesi, perawat mempunyai kewenangan


52

dan tanggung jawab dalam menentukan asuhan keperawatan.(A.

Aziz Alimul Hidayat, 2009)

5. Evaluasi

Evaluasi merupakan langkah terakhir dari proses

keperawatan dengan cara melakuakan identifikasi seajauh mana tujuan

dari rencana keperawatan tercapai atau tidak. Dalam melakukan

evaluasi perawat seharusnya memiliki pengetahuan dan kemampuan

dalam memahami respon terhadap intervensi keperawatan,

kemampuan menggambarkan kesimpulan tentang tujuan yang ingin

diacapai serta kemampuan dalam menghubungkan tindakan

keperawatan pada kriteria hasil.(A. Aziz Alimul Hidayat, 2009)


53

BAB III

METODE STUDI KASUS

A. Jenis / Rancangan / Desain Studi Kasus

Proses keperawatan adalah suatu metode pemberian asuhan

keperawatan yang logis, sistematis, dinamis dan teratur dengan

mempertimbangkan aspek klien yang bersifat pada bio, psiko, sosial dan

spiritual berdasarkan masalah kesehatan.

Adapun langkah-langkah dalam proses Asuhan Keperawatan yang

dilakukan meliputi pengkajian, diagnose keperawatan, rencana

keperawatan, tindakan perawatan dan evaluasi keperawatan.

Metode yang digunakan dalam penyusunan karya tulis ilmiah ini

menggunakan metode deskriptif dengan menggunakan pendekatan proses

asuhan keperawatan

B. Subyek Studi Kasus

Adapun subyek studi kasus yang ingin dicapai adalah mendapatkan

pengalaman nyatadan mampu melaksanakan serta menerapkan secara

komprehensif masalah Asuhan Keperawatan dengan gangguan sistem

pernapasan akibat Tuberculosis Paru di UPT Puskesmas Klangenan

Kabupaten Cirebon
54

C. Batasan istilah (Definisi Operasional)

Batasan dalam istilah atau definisi operasional pada studi kasus

pada asuhan keperawatan dengan gangguan system pernapasan akibat

Tuberkulosis Paru adalah sebagai berikut :

Pengertian Definisi Operasional adalah unsur penelitian yang

menjelaskan bagaimana caranya menentukan variable dan mengukur suatu

variable, sehingga definisi operasional ini merupakan suatu informasi

ilmiah yang akan membantu penelitian lain yang ingin menggunakan

variable yang sama (Setiadi,2007 :.165)

Definisi Operasional adalah uraian tentang batasan variable yang

dimaksud atau tentang apa yang di ukur oleh variable yang bersangkutan

(Notoatmodjo, 2010:112)

Definisi Operasional adalah mendefinisikan variable secara

operasional berdasarkan karakteristik yang diamati, sehingga

memungkinkan peneliti untuk melakukan observasi atau pengukuran

secara cermat terhadap suatu obyek atau fenomena uraian (H.Aziz alimul

Hidayat:79).

Adapun batasan istilah / Definisi Operasional yang kami

uraikan sebagai berikut :

1. Asuhan Keperawatan adalah suatu metode pemberian asuhan

keperawatan yang logis, sistematis, dinamis dan teratur disamping


55

mempertimbangkan baik ciri – ciri klien yang bersifat bio-psiko-

sosio-spiritual maupun masalah kesehatannya.

Adapun langkah-langkah dalam proses Asuhan Keperawatan yang

dilakukan meliputi pengkajian, diagnose keperawatan, rencana

keperawatan, tindakan perawatan dan evaluasi keperawatan

2. Asuhan Keperawatan adalah suatu proses atau tahap tahap kegiatan

dalam praktik keperawatan yang diberikan langsung kepada pasien

dalam berbagai tatanan pelayanan kesehatan. Askep atau asuhan

keperawatan ini dalam pelaksanaannya didasarkan pada kaidah-

kaidah keperawatan sebagai suatu profesi yang berdasarkan ilmu

dan kiat keperawatan,bersifat humanistic,dan berdasarkan pada

kebutuhan objektif pasien untuk mengatasi masalah yang terjadi.

3. Jadi asuhan keperawatan juga adalah seluruh tahapan proses

keperawatan kepada pasien secara berkesinambungan dengan kiat-

kiat keperawatan dimana tahapan proses tersebut mulai dari

pengkajian sampai dengan evaluasi dalam usaha memperbaiki

derajat kesehatan yang optimal.

4. Gangguan sistem pernapasan adalah suatu penyakit system

pernafasan yang mengalami peradangan pada paru-paru

disebabkan oleh kuman micobakterium tuberkolosis yang masuk

kedalam tubuh manusia,

Alat-alat pernapasan merupakan organ tubuh yang sangat

penting bagi manusia, bilamana alat ini terganggu karena penyakit


56

atau kelainan maka proses pernapasan akan terganggu, bahkan

dapat menyebabkan kematian. Salah satunya adalah Asfiksia

Asfiksi adalah gangguan pada sistem pernapasan yang

disebabkan karena terganggunya pengangkutan oksigen ke sel atau

jaringan tubuh.Penyebabnya bisa karena alveoli berisi air,

pneumonia, keracunan CO dan HCN, atau gangguan sistem

sitokrom.Hemoglobin menjadi lebih mengikat karbon monoksida

sehingga pengangkutan oksigen dalam darah berkurang.

Pneumonia adalah suatu peradangan pada paru-paru

khususnya pada alveolus yang disebabkan oleh bakteri, virus, atau

jamur.Pneumonia ditandai dengan ditemukan beberapa atau

seluruh alveolus terisi cairan dan sel-sel darah.Pneumonia diawali

oleh peradangan pada membran paru-paru sehingga cairan dan

eritrosit masuk ke dalam alveolus.

5. Tuberkulosis adalah penyakit yang menyerang paru-paru sehingga

pada bagian dalam alveolus terbentuk bintil-bintil karena terjadi

peradangan pada dinding alveolus. Tuberkulosis biasa disingkat

TBC. Tuberkulosis disebabkan oleh adanya serangan bakteri

Mycobacterium tuberculosis. Daerah yang terinfeksi bakteri ini

akan diserang oleh makrofag sehingga daerah tersebut rusak dan

akan dikelilingi oleh jaringan fibrotik untuk membentuk tonjolan

yang disebut tuberkel. Jika bagian paru-paru yang diserang meluas,


57

maka sel-selnya mati dan paru-paru mengecil, akibatnya napas

penderita akan terengah-engah.

6. Tubekulosis adalah suatu penyakit system pernafasan yang

mengalami peradangan pada paru-paru disebabkan oleh

mycobakterium tuberkolosis yang mempunyai sifat : basil

berbentuk batang, bersifat aerob, mudah mati pada air mendidih (5

menit pada suhu 80°C), mudah mati terkena sinar ultra violet

(matahari) serta tahan hidup berbulan-bulan pada suhu kamar dan

ruangan yang lembab.

D. Lokasi dan Waktu Studi kasus

Dalam penyusunan karya tulis ilmiah ini penulis akan

melakukan asuhan keperawatan dengan gangguan Sistem

Pernafasan akibat Tuberkulosis Paru di UPT Puskesmas Klangenan

KabupatenCirebon

Adapun waktu penyusunan Proposal dan karya tulis ilmiah

akan dilakukan sebagai berikut :


58
58

JADWAL PENYUSUNAN PROPOSAL KARYA TULIS ILMIAH

WAKTU / Bulan / Minggu ke-


NO KEGIATAN Maret April
1 2 3 4 5 1 2 3 4 5
Mengajukan Judul /Topik/Masalah studi Kasus dan
1
sistematika penulisan Proposal
Konsultasi Materi yang disertai latar belakang, Tujuan dan
2
metode Studi Kasus
Konsultasi dan Perbaikan materi Proposal Studi Kasus
3 yang terdiri dari latar belakang, Tujuan dan metode Studi
Kasus

Konsultasi dan Perbaikan materi tentang Penulisan dan


4 penyusunan Proposal Studi Kasus yang terdiri dari latar
belakang, Tujuan dan metode Studi Kasus

5 Melakukan penyusunan Materi Proposal Karya tulis Ilmiah


Mengajukan usulan untuk dilakukan seminar Proposal
6
Karya Tulis Ilmiah
7 Sidang Seminar Proposal Karya Tulis Ilmiah
Perbaikaban / Revisi Proposal berdasarkan masukan dalam
8
sidang seminar Proposal
59

JADWAL PENYUSUNAN KARYA TULIS ILMIAH

WAKTU / Bulan / Minggu ke-


NO KEGIATAN April Mei Juni Juli
3 4 5 1 2 3 4 5 1 2 3 4 5 1 2 3 4 5
1 Pengambilan data studi kasus
2 Konsultasi hasil Pengumpulan data Studi Kasus

Konsultasi dan Perbaikan materi data Studi Kasus


3
yang terdiri dari Pengkajian, diagnose Keperawatan

Perbaikan materi data Studi Kasus dan Konsul


4
tentang Rencana asuhan Keperawatan dan Tindakan
Perbaikan materi data Studi Kasus dan Konsul
5
tentang Evaluasi hasil asuhan Keperawatan
6 Revisi Kelengkapan data studi Kasus pada KTI
7 Mengajukan usulan Sidang seminar KTI
8 Sidang Seminar Karya Tulis Ilmiah

9 Perbaikan / Revisi Karya Tulis Ilmiah berdasarkan


masukan dalam sidang seminar KTI
60

E. Metode / Prosedur Studi Kasus

Metode studi kasus yang dilakukan diawali dengan penyusunan usulan studi

kasus yang berbentuk proposal karya ilmiah dan dilanjutkan dengan kegiatan studi

kasus berupa observasi, wawancara terhadap kasus yang dijadikan subyek studi

kasus (klien atau Keluarga).Untuk mendapatkan data- data yang dibutuhkan dalam

penyusunan karya tulis ilmiah, metode yang di gunakan adalah menggunakan

metode deskriptif dengan metode pendekatan proses asuhan keperawatan klien

F. Teknik Pengumpulan Data

Adapun metode teknik pengumpulan data yang digunakan dalam

penyusunan karya tulis ilmiah pada asuhan keperawatan dengan gangguan system

pernapasan akibat Tuberkulosis adalah :

1. Studi kepustakaan

Dengan mempelajari berbagai literatur atau referensi yang berhubungan

dengan karya tulis sebagai bahan acuan serta landasan berpikir dan bertindak

dalam penyusunan karya tulis ilmiah ini.

2. Studi kasus

Studi kasus dilakukan dengan pendekatan proses keperawatan dari

pengkajian data, Diagnose Keperawatan, perencanaan, pelaksanaan sampai

evaluasi melalui teknik deskriptif dengan metode pendekatan proses asuhan

keperawatan klien

3. Wawancara

Untuk mendapatkan data lebih lengkap tentang masalah yang timbul pada

klien, yang dilakukan melalui pendekatan baik pada klien, keluarga maupun

dengan tim kesehatan lainnya berdasarkan hasil anamnesis yang berisikan


61

tentang identitas klien, keluhan utama klien, riwayat penyakit sekarang, dahulu

dan keluarga.

4. Observasi

Pengamatan yang dilakukan untuk memperoleh informasi secara langsung

mengenai aktifitas dan perubahan yang terjadi pada klien selama masa

perawatan untuk mendapatkan dan menetapkan data yang obyektip guna

menvalidasi data yang sudah ada dengan system pendekatan kekeluargaan

pada klien.

5. Pemeriksaan Fisik

Menunjang data-data yang didapatkan ketika observasi yang dilakukan

dengan cara inspeksi, palpasi, perkusi, auskultasi pada Gangguan System

Pernafasan akibat Tuberkulosis Paru

6. Diskusi

Bila ada masalah atau kendala yang didapatkan dalam pelaksanaan

asuhan keperawatan pada klien, penulis mengkonsultasikan dengan

pembimbing atau tenaga kesehatan yang terkait.

7. Studi Dokumentasi

Mengumpulkan dan membaca secara langsung data / status klien

selama masa perawatan berdasarkan hasil pemeriksaan diagnostic dan

kuesioner atau angket.

G. Instrument Pengumpulan Data

Alat atau instrument yang digunakan pada pengumpulan data yaitu dengan

menggunakan format asuhan keperawatan dari mulai pengkajian, diagnosis,

perencanaan, tindakan dan evaluasi keperawatan.


62

H. Keabsahan Data

Keabsahan data dimaksudkan untuk membuktikan kualitas data dan

informasi yang diperoleh dalam studi kasus sehingga menghasilkan data yang

validitas tinggi dan intergritas peneliti, keabsahan data ini dilakukan dengan

pengamatan, tindakan, sumber informasi yang bersumber dari klien, keluarga dan

Perawat atau petugas kesehatan lainnya yang berkaitan dengan masalah yang

diteliti.

I. Analisa Data

Analisa data dilakukan sejak peneliti dilapangan, sewaktu pengumpulan

data sampai dengan semua data terkumpul. Analisis data dilakukan dengan cara

mengemukakan fakta, selanjutnya membandingkan dengan teori yang ada dan

dituangkan dalam opini atau pikiran pada penyusunan pembahasan karya tulis

ilmiah ini. Adapun teknis analisis yang digunakan dengan cara menarasikan

jawaban, melakukan observasi oleh peneliti dan studi dokumentasi yang

menghasilkan suatu data studi kasus yang diperoleh dari hasil interprestasi,

wawancara yang dilakukan untuk menjawab rumusan masalah studi kasus

dibandingkan teori yang ada sebagai bahan untuk memberikan rekomendasi dalam

intervensi asuhan keperawatan pada klien maupun keluarga serta masyarakat.


63

BAB IV

PENUTUP

Tuberkulusis adalah suatu penyakit infeksi menular yang disebabkan oleh kuman

Mycobacterium tuberculosis Adapun faktor yang memengaruhi kejadian tuberkulosis

diantaranya adalah faktor Tuberkulosis (TBC atau TB) adalah suatu penyakit infeksi yang

disebabkan oleh bakteri Mikobakterium tuberkulosayang menyerang jaringan paru, tetapi

dapat juga menyerang organ lainnya,. Bakteri ini merupakan bakteri basil yang sangat

kuatsehingga memerlukan waktu lama untuk mengobatinya. Faktor yang mempengaruhi

terjadinya kasu TBC adalah lingkungan yang lembab, kurangnya ventilasi dan

sinar matahari, Kemudian perilaku adalah tidak ada tempat khusus untuk dahak dan kalau

batuk tidak menutup mulut serta sosial ekonomi, usia dan pendidikan

Adapun cara penanganan penderita TB paru yang dilakukan adalah hindari kontak

langsung dengan Penderita terhadap percikan air liur atau lendir yang dikeluarkan oleh

Penderita TBC, beri makan – makanan yang bergizi dan makanan menu seimbang dan

sehat, lakukan Pola hidup Bersih dan Sehat dalam kehidupan sehari – hari di lingkungan

keluarga maupun masyarakat, oleh karena itu pada penderita Tuberkulosis perlu adanya

asuhan Keperawatan yang logis, sistematis, dinamis dan teratur disamping

mempertimbangkan baik ciri – ciri klien yang bersifat bio-psiko-sosio-spiritual terhadap

pasien Tuberkulosis. Adapun proses Asuhan Keperawatan yang dilakukan meliputi

pengkajian, diagnose keperawatan, rencana keperawatan, tindakan perawatan dan

evaluasi keperawatan
64

DAFTAR PUSTAKA

Alsagaff, Hood & Abdul Mukty. 2010. Dasar-Dasar Ilmu Penyakit Paru. Surabaya :
Airlangga University Press

Ardiansyah, Muhamad. 2012. Medikal Bedah Untuk Mahasiswa. Yogyakarta: DIVA press

Buku Pegangan kader untuk Pengawas Obat (PMO), 2003 Depkes RI

Berdasarkan Diagnosa Medis & NANDA Jilid 3.Jogjakarta : Mediaction

Dinas Kesehatan Kabupaten Cirebon, 2017 Profil Kesehatan Kabupaten Cirebon 2016

Hariadi, Slamet, dkk. 2010. Buku Ajar Ilmu Penyakit Paru. Surabaya : Departemen Ilmu
Penyakit Paru FK UNAIR RSUD dr.Sutomo,

Junaidi, Iskandar. 2010. Penyakit paru dan saluran napas. Jakarta : Buana Ilmu Populer.

Mubarak, Wahid Iqbal dan Nurul Chayatin. 2008. Buku Ajaran Kebutuhan Dasar Manusia.
Jakarta: EGC

Nanda.2012. Diagnosa Keperawatan Definisi dan Klasifikasi. Jakarta: EGC

Nurarif, Amin Huda & Hardhi Kusuma. 2015. Aplikasi Asuhan Keperawatan

Panduan Nasional penanggulangan tuberculosis, 2008 edisi ke2 cetakan kedua Depkes RI

Pedoman Nasional pengendalian tuber kulosis, 2014 Kementerian Kesehatan Republik


Indonesia

Profil Kesehatan Republik Indonesia tahun 2016, Pusat data dan Informasi Kementerian
Kesehatan Republik Indonesia tahun 2017

Rab, Tabrani. 2010. Ilmu penyakit paru. Jakarta : Trans Info Media.

Somantri, Irman. 2009. Asuhan Keperawatan pada Klien dengan Gangguan pada System
Pernapasan.Jakarta : Salemba Medika.

Wijaya, Andra & Yessie Putri. 2013. Buku KMB 1 keperawatan Medikal Bedah
(keperawatan dewasa). Yogjakarta: Nuha Medika.
65

J. Sistematika Penulisan

Sistematika penulisan karya tulis ilmiah ini terdiri dari :

BAB I PENDAHULUAN :bab ini berisi latar belakang, ruang lingkup,

tujuanpenulisan, manfaat penulisan

danmetode penulisan serta sistematika

penulisan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA : bab ini berisi pengertian, konsep masalah

keperawatan dan konsep asuhan keperawatan

BAB III METODE STUDI KASUS ; metode, Subyek, lokasi dan waktu studi

kasus serta teknik / sistematika penulisan

karya tulis Ilmiah

BAB IV STUDI KASUS : Pengkajian sampai Evaluasi asuhan

keperawatan

BAB V HASIL STUDI KASUS DAN PEMBAHASAN ;

:implementasi hasil studi kasus dan

pembahasan serta tindak lanjut asuhan

keperawatan

BAB VI : PENUTUP
66

BAB IV

HASIL STUDI KASUS DAN PEMBAHASAN

A. Hasil Studi Kasus

1. Gambaran lokasi Studi Kasus

2. Pengkajian

3. Diagnose keperawatan

4. Perencanaan Keperawatan

5. Implementasi keperawatan

6. Evaluasi

B. Pembahasan

1. Pengantar Bab (isi Materi)

2. Interprestasi dan diskusi hasil

3. Keterbatasan studi kasus

BAB V PENUTUP

Daftar Pustaka

Lampiran

Daftar riwayat hidup


67

BAB IV

HASIL STUDI KASUS DAN PEMBAHASAN

A. Hasil Studi Kasus

1. Gambaran lokasi studi Kasus

Klien datang di UPT Puskesmas Klangenan untuk berobat……………...................

……………………………………………………………………………………………

………………………………………………………………………………………….

2. Pengkajian

Klien datang ke UPT Puskesmas Klangenan Kabupaten Cirebon pada

tanggal 12 Maret 2018 pukul 09.40 WIB di Ruang Poli TB Paru UPT Puskesmas

Klangenan Kaupaten Cirebon. Penulis melakukan pengkajian Tn. S pada tanggal

14 Maret 2018 adalah sebagai berikut : Nama Tn. S umur 53 tahun, alamat Desa

Danawinangun Blok Pengampon Kecamatan Klangenan Kabupaten Cirebon, jenis

kelamin laki-laki, agama islam, status perkawinan nikah, pendidikan tamat SD,

orang yang paling dekat dihubungi yaitu Ny. W istri dari klien. Riwayat pengkajian

keluarga didapatkan data sebagai berikut: klien mempunyai istri yaitu Ny. W, istri

klien masih hidup dan sekarang klien tinggal bersama istri dalam satu rumah. klien

mempunyai dua anak laki-laki dan perempuan dari pernikahannya dengan Ny. W

kedua anaknya masih hidup. klien bekerja sebagai petani. Pengkajian dari riwayat

lingkungan, klien mengatakan cahaya masuk dalam rumah jendela jarang dibuka,

klien tinggal bersama istrinya, tipe tempat tinggal permanen, jumlah kamar tiga ,

jumlah orang yang tinggal di dalam rumah tersebut sebanyak dua orang, tetangga

dekat klien yaitu Ny.E, alamat Blok Pengampan pada Desa yang sama Kebiasaan

yang biasa dilakukan sebelum tidur biasanya klien membaca shalawat dan berdoa
68

setelah shalat isya dan tidur pada pukul 21:00 WIB bangun pada pukul 04:00 WIB

lalu pergi ke musholah. Status kesehatan umum selama satu tahun terakhir klien

menderita tuberkulosis paru riwayat pengobatan teratur.

Saat dilakukan pengkajian tanggal 14 maret 2018 pukul 09.00 WIB didapatkan

data subjektif : yang ditemukan yaitu, klien mengatakan mengeluh batuk berdahak,

sesak napas, mual, napsu makan menurun A : BB sebelum sakit 48 kg, BB selama

sakit 45 kg, B : Hb : 8,6 g/dl, C : bibir kering, D : diet lunak , jumlah kalori

1.272,24 kkal.nyeri dada P: nyeri saat batuk, Q: nyeri seperti ditusuk-tusuk. R: di

area dada, S: skala 5, T: nyeri hilang timbul. Klien mengatakan belum mengetahui

tentang pencegahan penularan penyakitnya. Data objektif : klien terlihat lemas,

klien terlihat melindungi area nyeri saat batuk, tampak meringis kesakitan. TD :

110/80 mmhg , N : 88x/ mnt, S : 36,2 ºC, RR : 28x/mnt. Jika batuk tidak menutup

mulut, dan membuang dahak sembarangan.

3. Diagnosa keperawatan

Hasil pengkajian tanggal 14 Maret 2018, penulis mengangkat diagnosa

keperawatan sesuai dengan prioritas masalah yang ditemukan yaitu :

1. Ketidakefektifan bersahan jalan napas berhubungan dengan sekret yang berlebih.

Ditandai dengan : Data subjektif : pasien mengatakan sesak nafas, batuk berdahak

Data objektif : klien terlihat batuk, RR : 28x/mnt, auskultasi paru ronkhi

2. Nyeri Akut berhubungan dengan Agen cedera biologis (nyeri dada). Ditandai

dengan Data subjektif : pasien mengatakan nyeri P: nyeri saat batuk, Q: nyeri

seperti ditusuk-tusuk. R: di area dada, S: skala 5, T: nyeri hilang timbul. Data

objektif : pasien tampak melindungi area yang sakit, tampak meringis kesakitan.
69

3. Risiko perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan

anoreksia. Ditandai dengan Data subjektif : pasien mengatakan tidak napsu makan,

pasien mengatakan jika makan merasa mual, Data objektif : A : BB sebelum sakit

48 kg, BB selama sakit 38 kg, B : Hb : 8,6 g/dl, C : bibir kering, D : diet lunak

4. Kurang pengetahuan berhubungan dengan kurangnya sumber informasi.

Ditandai dengan Data subjektif : pasien mengatakan belum mengetahui tentang

pencegahan penularan penyakitnya, Data objektif : jika batuk tidak menutup

mulut, membuang dahak sembarangan.

4. Perencanaan / Intervensi

Berdasarkan diagnosa yang ditemukan penulis merencanakan tindakan

keperawatan sebagai berikut:

1. Ketidakefektifan bersahan jalan napas berhubungan dengan sekret yang

berlebih. Ditandai dengan data subjektif: klien mengatakan sesak napas, baktuk

berdahak. Data objektif: klien terlihat batuk, RR: 28x/mnt. Tujuan dan kriteria

hasil: setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3x24 jam diharapkan

masalah bersihan jalan napas dapat teratasi dengan kriteria: skret keluar, sesak

napas berkurang. Intervensi keperawatan : observasi keluhan batuk dan sekret,

bantu klien dalam melakukan inhalasi uap, anjurkan batuk efektif, berikan posisi

yang nyaman, tinggikan posisi kepala.

2. Nyeri Akut berhubungan dengan Agen cedera biologis (nyeri dada).

Ditandai dengan Data subjektif : pasien mengtakan nyeri pada dada. Data objektif

: pasien tampak melindungi area yang sakit, P: nyeri saat batuk, Q: nyeri seperti

ditusuk-tusuk. R: di area dada, S: skala 5, T: nyeri hilang timbul. Tujuan dan


70

kriteria hasil : Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 2 x 24 jam di

harapkan masalah nyeri akut dapat teratasi denagan kriteria : Pasien menunjukan

wajah rileks, Pasien mengatakan nyerinya berkurang dari skala 5-3. Intervensi

keperawatan : Kaji keluhan nyeri, perhatikan lokasi, intensitas (skala), frekuensi

dan waktu, Dorong mengungkapkan perasaan ,

Lakukan tindakan poliaktif, misalkan : pengubahan posisi, napas dalam.

3. Risiko perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan anoreksia.

Ditandai dengan data subjektif : pasien mengatakan tidak napsu makan, pasien

mengatakan jika makan merasa mual, Data objektif : A : BB sebelum sakit 48 kg, BB

selama sakit 38 kg, B : Hb : 8,6 g/dl C : bibir kering D : diet lunak, jumlah kalori

1.272,24 kkal. Tujuan dan kriteria hasil : Setelah dilakukan tindakan keperawatan

selama 3 x 24 jam diharapkan masalah risiko perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan

tubuh tidak terjadi dengan kriteria hasi : Klien mengatakan napsu makan bertambah,

Klien tampak segar Intervensi keperawatan : Kaji status nutrisi pasien, turgor kulit,

berat badan, derajat penurunan berat badan, integritas mukosa oral, kemampuan

menelan, riwayat mual atau muntah, dan diare. Fasilitasi pasien untuk memperoleh diet

biasa yang disukai pasien (sesuai indikasi).Pantau asupan dan ouput makanan dan

timbang berat badan secara periodik (sekali seminggu).Lakukan dan ajarkan perawatan

mulut sebelum dan sesudah makan.Anjurkan pasien untuk makan sedikit tapi sering.

4. Kurang pengetahuan berhubungan dengan kurangnya sumber informasi. Ditandai

dengan Data subjektif : pasien mengatakan belum mengetahui tentang pencegahan

penularan penyakitnya, Data objektif : jika batuk tidak menutup mulut, membuang

dahak sembarangan. Tujuan dan kriteria hasil : Setelah dilakukan tindakan keperawatan

selama 1 x 24 jam diharapkan Klien tahu dan mengerti tentang informasi yang

diberikan dengan kriteria hasi : Klien dapat menyebut apa yang sudah dijelaskan, klien
71

mematuhi aturan pengobatan dan perawatan. Intervensi keperawatan : Kaji tingkat

pengetahuan klien, Beri dan fasilitasi informasi yang cukup untuk klien, Beri

kesempatan bertanya dan libatkan dalam perawatan, Jelaskan dan ajarkan tentang :

kondisi, pengobatan, perawatan, pencegahan kekambuhan, tanda dan gejala, komplikasi

(kolaborasi dengan dokter untuk penjelasan medis).

5. Implementasi

1. Implementasi yang dilakukan penulis dari tanggal9 April 2018 sampai hari Rabu

tanggal 11 April 2018 yaitu: Implementasi yang diberikan selama 3 hari pada diagnosa

pertama yaitu: observasi batuk, respon data subjektif: pasien mengatakan batuk

berdahak, respon data objektif: pasien terlihat sesak. Mengajarkan pasien batuk efektif

dan napas dalam, respon data objektif: pasien mengikuti yang di ajarkan. Menganjurkan

pasien untuk tidur dengan posisi semi fowler, respon data subjektif: pasien mengatakan

nyaman dengan posisi yang sekarang.

2. Implementasi yang diberikan selama 3 hari pada diagnosa kedua yaitu mengkaji

keluhan nyeri, perhatikan lokasi dan intensitas (skala), respon data subjektif: pasien

mengatakan nyeri di dada, data objektif: skala nyeri 5, menganjurkan pasien tidur

dengan posisi semi fowler, respon data subjektif: pasien mengatakan nyaman dengan

posisi yang sekarang, data objektif: pasien terlihat rileks, menganjurkan pasien relaksasi

nafas dalam. Respon data subjektif: pasien mau melakukan relaksasi, data objektif:

pasien melakukan relaksasi nafas dalam. 3

. Implementasi yang diberikan selama 3 hari pada diagnosa ketiga yaitu mengkaji status

nutrisi pasien, respon data subjektif : pasien mengatakan makan habis ¼ porsi, pasien

mengatakan BB turun 3kg, data objektif: pasien terlihat lemas, menganjurkan pasien

perawatan mulut sebelum dan sesudah makan, respon data subjektif: pasien
72

mengatakan mau melakukan yang di anjurkan, data objektif: pasien tampak melakukan

oral hygiene sebelum dan sesudah makan, menganjurkan pasien untuk makan sedikit

tapi sering. Respon data subjektif: pasien mengatakan mual jika makan.

4. Implementasi yang diberikan selama 3 hari pada diagnosa keempat yaitu

Memberikan penyuluhan tentang Pentingnya upaya pencegahan penularan tuberkulosis

paru, respon data subjektif : klien dan keluarganya bersedia diberikan penyuluhan, data

objektif : klien dan keluarganya kooperatif, Mengajarkan klien cara batuk yang benar,

respon data subjektif : klien bersedia, data objektif : jika batuk tampak menutup mulut,

menganjurkan klien tidak membuang dahak secara sembarangan, respon data subjektif :

klien mau mengikuti apa yang dianjurkan, data objektif : klien membuang dahak tidak

sembaragan.

6.Evaluasi

Evaluasi yang dilakukan penulis selama tindakan keperawatan dari tanggal 9 s.d 11

April 2018:

1. Evaluasi pada tanggal 9 April 2018 adalah masalah ketidakefektifan bersihan jalan

nafas belum teratasi ditunjukkan klien mengatakan sesak nafas, batuk berdahak.

Evaluasi pada tanggal 11 April 2018 adalah masalah ketidakefektifan bersihan jalan

nafas belum teratasi ditunjukkan klien mengatakan masih sesak nafas, batuk

berdahak.

2. Evaluasi pada tanggal 10 April 2018 adalah masalah nyeri akut belum teratasi

ditunjukkan pasien mengatakan pasien mengatakan nyeri pada dada, pasien tampak

melindungi area yang sakit, skala nyeri 5. Evaluasi pada tanggal 11 April 2018 adalah

masalah nyeri akut teratasi ditunjukan pasien mengatakan nyeri pada dada berkurang,

skala nyeri 3.
73

3. Evaluasi pada tanggal 11April 2018 adalah Resiko perubahan nurtisi kurang dari

kebutuhan tubuh belum teratasi ditunjukan pasien mengatakan tidak napsu makan,

pasien mengatakan jika makan merasa mual, A : BB sebelum sakit 48 kg, BB selama

sakit 45 kg, B : Hb : 8,6 g/dl, C : bibir kering, D : diet lunak, evaluasi pada tanggal 28

Mei 2016 adalah Resiko perubahan nurtisi kurang dari kebutuhan tubuh teratasi

ditunjukan pasien mengatakan nafsu makan meningkat, A : BB sebelum sakit 48 kg,

BB selama sakit 45 kg, B : Hb : 8,6 g/dl, C : bibir kering, D : diet lunak, jumlah

kalori 1.272,24 kkal.

4. Evaluasi pada tanggal 10 April 2018 adalah masalah kurang pengetahuan teratasi

ditunjukkan pasien mengatakan sudah mengetahui pencegahan penularan

penyakitnya. Evaluasi pada tanggal 11 April 2018 adalah masalah kurang

pengetahuan teratasi ditunjukan pasien mengatakan jika batuk tutup mulut dan tidak

membuang dahak sembarangan.

B. PEMBAHASAN

Setelah penulis melakukan Asuhan Keperawatan pada Tn. S Di ruang Poli TB Paru

UPT Puskesmas Klangenan Kabupaten Cirebon dengan diagnosa tuberkulosis paru,

perlu kiranya dilakukan pembahasan untuk mengetahui kesenjangan antara tinjauan

kasus dengan tinjauan teori. Adapun pembahasan yang penulis pergunakan berdasarkan

pendekatan proses keperawatan yang terdiri dari pengkajian, diagnosa keperawatan,

perencanaan, implementasi dan evaluasi.

A. Pengkajian

Dalam melakukan pengkajian penulis menggunakan format yang telah ada

pada format pengkajian asuhan keperawatan medikal bedah (KMB). Selama proses

pengkajian penulis tidak menemukan hambatan, pasien dan keluarga kooperatif


74

sehingga mempermudah penulis untuk mengumpulkan data. Penulis mengkaji dari

semua aspek meliputi: aspek bio-psiko-sosial-kulturalspiritual. Dari pengkajian

pada tanggal 9 April 2018 didapatkan data dari pengkajian aspek bio: data subjektif

meliputi yang ditemukan yaitu, klien mengatakan mengeluh batuk berdahak, sesak

napas, mual, napsu makan menurun A : BB sebelum sakit 48 kg, BB selama sakit

45 kg, B : Hb : 8,6 g/dl, C : bibir kering, D : diet lunak , jumlah kalori 1.272,24

kkal. Nyeri dada P: nyeri saat batuk, Q: nyeri seperti ditusuk-tusuk. R: di area dada,

S: skala 5, T: nyeri hilang timbul. Data objektif : klien terlihat lemas, klien terlihat

melindungi area nyeri saat batuk, TD : 110/80 mmhg , N : 88x/ mnt, S : 36,2 ºC,

RR : 28x/mnt.

pada Tn. S Tidak dilakukan pemeriksaan BTA karena data-data yang didapat sudah

menunjukan untuk ditegakkannya diagnosa tuberkulosis paru. Data –data yang

menunjukkan bahwa Tn. S Menderita tuberkulosis paru yaitu: pasien mengeluh batuk

berdahak, terlihat lemah, pasien terlihat kurus berat badan 45 kg, penapasan 28x/menit,

HB 8,6 g/dl, dan foto torak Pulmo : corakan bronkovaskuler meningkat tampak infiltrat

dan fibrosis pada kedua paru diafragma tenting sinus kostofrenkus kanan – kiri tumpul

saran dan kesimpulan dokter TB Paru aktif. Pada pengkajian aspek psiko-sosial-

kulturalspiritual penulis tidak memaparkan lebih terinci karena tidak ada masalah di

dalam aspek-aspek tersebut. Pembahasan: hasil pengkajian yang ditemukan penulis

dalam melakukan pengkajian tanggal 9 April 2018 sudah sesuai dengan apa yang ada di

teori. sehingga tidak terjadi kesenjangan antara teori dan praktik.

B. Diagnosa Keperawatan
75

Berdasarkan teori pada kasus Pada Tn. S dengan tuberkulosis paru diatas, penulis

mengemukakan empat (4) diagnosa keperawatan yaitu:

1. ketidakefektifan bersahan jalan napas berhubungan dengan sekret yang berlebih.

2. Nyeri Akut berhubungan dengan Agen cedera biologis (nyeri dada).

3. Risiko perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan

anoreksia.

4. Kurang pengetahuan berhubungan dengan kurangnya sumber informasi.

Untuk mempermudah dalam memahami pada pembahasan ini maka penulis menyusun

sesuai dengan diagnosa keperawatan yang ada pada Tn. S dilanjutkan dengan

intervensi, rasional, implementasi, serta evaluasi dari masing-masing diagnosa.

1. ketidakefektifan bersahan jalan napas berhubungan dengan sekret yang berlebih.

a. Definisi

definisi Bersihan jalan napas tidak efektif adalah ketidak mampuan untuk

membersihkan sekret atau obstruksi dari saluran napas untuk mempertahankan bersihan

jalan napas (Nanda, 2012. h. 537).

b. Alasan diagnosa ditegakkan Diagnosa ini ditegakkan berdasarkan data-data sebagai

berikut: data subjektif: klien mengatakan sesak napas, batuk berdahak. Data objektif:

klien terlihat batuk, RR: 28x/mnt. c. Cara memprioritaskan masalah Karena menurut

Hirerarki kebutuhan dasar manusia Maslow kebutuhan oksigenasi dan pertukaran gas

kebutuhan fisiologi merupakan hal yang mutlak dipenuhi manusia untuk bertahan hidup

(Mubarak & Chayatin, 2008. h. 1).


76

2. Nyeri Akut berhubungan dengan Agen cedera biologis (nyeri dada),

a. Definisi Nyeri Akut berhubungan dengan Agen cedera biologis (nyeri dada) adalah

pengalaman sensori dan emosional yang tidak menyenangkan yang muncul akibat

kerusakan jaringaan aktual atau potensial atau digambarkan dalaam hal kerusakan

sedemikian rupa awitan yang tibatiba atau lambat dari intensitas ringan hingga berat

dengan akhir yang dapat diantisipasi atau diprediksi dan berlangsung <6 bulan (Nanda,

2012. h. 604).

b. Alasan diagnosa ditegakkan Diagnosa ini ditegakkan berdasarkan data-data sebagai

berikut : data subjektif, pasien mengatakan nyeri, P: nyeri saat batuk, Q: nyeri seperti

ditusuk-tusuk. R: di area dada, S: skala 5, T: nyeri hilang timbul. Data objektif, pasien

tampak melindungi area yang sakit, tampak meringis kesakitan.

c. Cara memprioritaskan masalah

Diagnosa ini menjadi prioritas kedua karena menurut Hierarki Kebutuhan Dasar

Manusia Maslow kebutuhan rasa aman dan nyaman merupakan kebutuhan yang kedua

setelah kebutuhan fisiologis seperti: oksigenasi serta cairan dan elektrolit (Mubarak &

Chayatin, 2008. h. 1).

nyeri akan mengganggu rasa nyaman pada tubuh manusia, nyeri merupakan salah satu

bentuk reflek guna menghindari rangsangan dari luar tubuh, atau melindungi tubuh dari

segala bentuk bahaya. Akan tetapi jika nyeri itu terlalu berat atau berlangsung lama

maka akan berakibat tidak baik bagi tubuh, dan hal ini mengakibatkan penderita

menjadi tidak tenang dan putus asa. Bila nyeri tidak tertahan, penderita bisa sampai

melakukan bunuh diri (Mubarak & Chayatin, 2008. h. 207).

3. Resiko perubahan nutrisi kurang dari tubuh berhubungan dengan anoreksia.

a. Definisi Resiko perubahan nutrisi kurang dari tubuh adalah beresiko pada asupan

nutrien kurangdari kebutuhan metabolik (Nanda, 2015.h. 251).


77

b. Alasan diagnosa ditegakkan Diagnosa ini ditegakkan berdasarkan data-data sebagai

berikut : pasien mengatakan tidak napsu makan, pasien mengatakan jika makan merasa

mual, data objektif A : BB sebelum sakit 48 kg, BB selama sakit 45 kg, B : Hb : 8,6

g/dl, C : bibir kering, D : diet lunk. c. Cara memprioritaskan masalah Diagnosa ini

menjadi prioritas ketiga karena menurut Hierarki kebutuhan dasar manusia Maslow

kebutuhan makanan merupakan kebutuhan yang ketiga setelah kebutuhan oksigenasi

dan kebutuhan cairan dan elektrolit (Mubarak & Chayatin, 2008. h. 1).

manusia memerlukan asupan makanan guna memperoleh zat-zat penting yang dikenal

dengan istilah nutrisi tersebut. Nutrisi berfungsi untuk membentuk dan memelihara

jaringan tubuh, mengatur proses-proses dalam tubuh, sebagai sumber tenaga, serta

untuk melindungi tubuh dari serangan penyakit. (Mubarak & Chayatin, 2008.h 26).

4. Kurang pengetahuan berhubungan dengan kurangnya sumber informasi.

a. Definisi Ketiadaan atau defisiensi informasi kognitif yang berkaitan dengan topik

tertentu (Nanda, 2015.h. 362).

b. Alasan diagnosa ditegakkan Diagnosa ini ditegakkan berdasarkan data-data sebagai

berikut : Klien mengatakan belum mengetahui tentang pencegahan penularan

penyakitnya. Data objektif : Jika batuk tidak menutup mulut, membuang dahak

sembarangan.

c. Cara memprioritaskan masalah Diagnosa ini menjadi prioritas keempat karena

menurut Hierarki kebutuhan dasar manusia Maslow kebutuhan aktualisasi diri

(kebutuhan mengenal dan memahami potensi diri, belajar memenuhi kebutuhan diri

sendiri) merupakan kebutuhan yang terakhir setelah kebutuhan fisiologis, kebutuhan

rasa aman, kebutuhan rasa cinta, dan kebutuhan harga diri. (Mubarak & Chayatin, 2008.

h. 2).
78

C. Intervensi

Adapun tujuan dan kriteria hasil: setelah dilakukan tindakan keperawatan selama

3x24 jam diharapkan masalah bersihan jalan napas dapat teratasi dengan kriteria:

skret keluar, sesak napas berkurang. Intervensi dan rasional: observasi keluhan

batuk dan sekret, bantu klien dalam melakukan inhalasi uap, rasionalnya:

mengeluarkan dahak dan melancarkan pernapasan, keeadan kelebihan cairan akan

mengakibatkan terdesaknya jantung dan paru- paru, sehingga oksigen tidak dapat

dihasilkan dalam tubuh. Anjurkan batuk

efektif, rasionalnya: Untuk mengeluarkan dahak, tubuh kekurangan oksigen yang

disebabkan oleh jalan nafas yang tersumbat. Berikan posisi yang semi fowler, tinggikan

posisi kepala, rasionalnya: mempertahankan kenyamanan, melamcarkan jalan nafas,

posisi fowler memungkinkan pengembangan dada secara maksimal.

Adapun tujuan dan kriteria hasinya Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama

2 x 24 jam di harapkan masalah nyeri akut dapat teratasi denagan kriteria : Pasien

menunjukan wajah rileks, Pasien mengatakan nyerinya berkurang dari skala 5-3.

Intervensi untuk diagnosa gangguan rasa nyaman : Kaji keluhan nyeri, perhatikan

lokasi, intensitas (skala), frekuensi dan waktu, rasionalnya: Untuk mengetahui lokasi,

skala nyeri, dan kualitas nyeri Posisikan pasien yang nyaman yaitu dengan posisi

duduk. Dorong mengungkapkan perasaan, Lakukan tindakan poliaktif, misalkan :

pengubahan posisi, napas dalam, rasionalnya: Memfokuskan kembali perhatian,

mungkin dapat meningkatkan kemampuan untuk, posisi duduk juga mengurangi rasa

sesak karena dapat memungkinkan pengembangan dada secara maksimal .


79

Adapun tujuan dan kriteria hasilnya Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3 x

24 jam diharapkan masalah risiko perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh tidak

terjadi dengan kriteria hasi :

Klien mengatakan napsu makan bertambah,

Klien tampak segar.

Intervensi untuk diagnosa

Resiko perubahan nutrisi kurang dari tubuh : Kaji status nutrisi pasien, turgor kulit,

berat badan, derajat penurunan berat badan, integritas mukosa oral, kemampuan

menelan, riwayat mual atau muntah, dan diare, rasionalnya: Memvalidasi dan

menepatkan derajat masalah untuk menetapkan pilihan intervensi yang tepat. Fasilitasi

pasien untuk memperoleh diet biasa yang disukai pasien (sesuai indikasi), rasional:

Memperhitungkan keinginan individu dapat memperbaiki asupan gizi. Pantau asupan

dan out put makanan dan timbang berat badan secara periodik (sekali seminggu).

Rasionalnya: Berguna dalam mengukur keefektifan asupan gizi dan dukungan

cairan. Lakukan dan ajarkan perawatan mulut sebelum dan sesudah

makan. Anjurkan pasien untuk makan sedikit tapi sering,

rasionalnya: Menurunkan rasa tak enak karena sisah makanan, sisa sputum, atau obat

pada pengobatan sistem pernapasan yang dapat merangsang pusat muntah.

Adapun tujuan dan kriteria hasilnya Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 1 x

24 jam diharapkan Klien tahu dan mengerti tentang informasi yang diberikan dengan

kriteria hasil : Klien dapat menyebut apa yang sudah dijelaskan, klien mematuhi aturan

pengobatan dan perawatan.

Intervensi untuk diagnosa kurang pengetahuan :

Kaji tingkat pengetahuan klien,


80

rasionalnya : Mengidentifikasi pengetahuan klien. Beri dan fasilitasi informasi yang

cukup untuk klien, rasionalnya : Menambah wawasan untuk klien. Beri kesempatan

bertanya dan libatkan dalam perawatan, rasionalnya : Memberikan pengetahuan yang

lebih kepada klien. Jelaskan dan ajarkan tentang : kondisi, pengobatan, perawatan,

pencegahan kekambuhan, tanda dan gejala, komplikasi (kolaborasi dengan dokter untuk

penjelasan medis), rasionalnya : menambah sumber informasi.

D. Implementasi

Implementasi yang dilakukan penulis dari tanggal 9 April 2018 sampai hari Rabu

tanggal 11 April 2018 yaitu:

1. Implementasi yang dilakukan penulis dari tanggal 9 April sampai hari rabu

tanggal 11 April 2018 yaitu: Implementasi yang diberikan selama 3 (tiga) hari pada

diagnosa pertama yaitu: observasi batuk, respon data subjektif: pasien mengatakan

batuk berdahak, respon data objektif: pasien terlihat sesak. Mengajarkan pasien

batuk efektif dan napas dalam, respon data objektif: pasien mengikut yang di

ajarkan. Menganjurkan pasien untuk tidur dengan posisi semi fowler, respon data

subjektif: pasien mengatakan nyaman dengan posisi yang sekarang. Kekuatan dari

implementasi ini adalah selama dilakukan tindakan keperawatan, klien kooperatif

dan mendukung setiap tindakan yang dilakukan, serta melakukan cara yang sudah di

ajarkan secara mandiri, sehingga tidak ada hambatan selama dilakukan tindakan

keperawatan.

2. Implementasi yang diberikan selama 3 (tiga) hari pada diagnosa kedua yaitu

mengkaji keluhan nyeri, perhatikan lokasi dan intensitas (skala), respon data subjektif:

pasien mengatakan nyeri di dada, data objektif: skala nyeri 5, menganjurkan pasien

tidur dengan posisi semi fowler, respon data subjektif: pasien mengatakan nyaman
81

dengan posisi yang sekarang, data objektif: pasien terlihat rileks, menganjurkan pasien

relaksasi nafas dalam. Respon data subjektif: -, data objektif: pasien melakukan

relaksasi nafas dalam. Kekuatan dari implementasi ini adalah selama dilakukan

tindakan keperawatan, klien kooperatif dan mendukung setiap tindakan yang dilakukan,

serta melakukan cara yang sudah di ajarkan secara mandiri, sehingga tidak ada

hambatan selama dilakukan tindakan keperawatan.

3. Implementasi yang diberika selama 3 (tiga) hari pada diagnosa ketiga yaitu mengkaji

status nutrisi pasien, respon data subjektif : pasien mengatakan makan habis ¼ porsi,

pasien mengatakan BB turun 3 kg, data objektif: pasien terlihat lemas, menganjurkan

pasien perawatan mulut sebelum dan sesudah makan, respon data subjektif: pasien

mengatakan mau melakukan yang di anjurkan, data objektif: -, menganjurkan pasien

untuk makan sedikit tapi sering.Respon data subjektif: pasien mengatakan mual jika

makan. Kekuatan dari implementasi ini adalah selama dilakukan tindakan keperawatan,

klien kooperatif dan mendukung setiap tindakan yang dilakukan, serta melakukan cara

yang sudah di ajarkan secara mandiri, sehingga tidak ada hambatan selama dilakukan

tindakan keperawatan

Implementasi yang diberikan selama 3 (tiga) hari pada diagnosa keempat yaitu

memberikan penyuluhan tentang pentingnya upaya pencegahan penularan, respon data

subjektif : klien dan keluarganya bersedia diberikan penyuluhan, data objektif : klien

dan keluarganya kooperatif. Mengajarkan klien cara batuk yang benar, respon data

subjektif : klien bersedia, data objektif : jika batuk tampak menutup mulut.

Menganjurkan klien untuk tidak membuang dahak secara sembarangan, respon data

subjektif : klien mau mengikuti apa yang dianjurkan, data objektif : klien membuang

dahak tidak sembarangan. Kekuatan dari implementasi ini adalah selama dilakukan

tindakan keperawatan, klien kooperatif dan mendukung setiap tindakan yang dilakukan,
82

serta melakukan cara yang sudah di ajarkan secara mandiri, sehingga tidak ada

hambatan selama dilakukan tindakan keperawatan.

E. Evaluasi

Evaluasi yang dilakukan penulis selama tiga hari (9 s.d 11 April 2018)melakukan

tindakan keperawatan sesuai dengan kriteria hasil yang dicapai yaitu setelah

dilakukan tindakan keperawatan selama 3x24 jam diharapkan masalah bersihan

jalan napas dapat teratasi dengan kriteria: skret keluar, sesak napas berkurang.

Intervensi dan rasional sekret keluar, sesak napas berkurang, penulis masih

menemukan pasien masih sesak, batuk berdahak, namun pada tanggal 11 April 2018

ditemukan data S: klien mengatakan sesak nafas tapi sedikit, batuk berdahak. O:

pasien terlihat batuk, A: ketidak efektifan bersihan jalan napas belum teratasi, P:

melakukan dischach planning meliputi menganjurkan pasien batuk efektif.

Evaluasi yang dilakukan penulis selama tiga hari melakukan tindakan keperawatan

sesuai dengan tujuan kriteria hasil yang dicapai yaitu: Setelah dilakukan tindakan

keperawatan selama 2 x 24 jam di harapkan masalah nyeri akut dapat teratasi denagan

kriteria : Pasien menunjukan wajah rileks, Pasien mengatakan nyerinya berkurang dari

skala 5-3. Pasien mengatakan nyeri berkurang, pasien dapat beristirahat, pasien sesak

nafas berkurang, pada hari Rabu tanggal 11 April 2018 ditemukan data: S: nyeri dada

hilang, O: pasien terlihat tenang, A: masalah nyeri akut teratasi, P: pertahankan kondisi

. Evaluasi yang dilakukan penulis selama tiga hari melakukan tindakan keperawatan

sesuai dengan tujuan dan kriteria hasil yang dicapai yaitu : Setelah dilakukan tindakan

keperawatan selama 3 x 24 jam diharapkan masalah risiko perubahan nutrisi kurang

dari kebutuhan tubuh tidak terjadi dengan kriteria hasi : Klien mengatakan napsu makan

bertambah, Klien tampak segar, penulis masih menemukan pasien tidak nafsu makan,
83

jika makan mual, namun pada tanggal 11 April 2018 ditemukan data S: pasien

mengatakan nafsu makan meningkat, O: A : BB sebelum sakit 48 kg, BB selama sakit

45 kg, B : Hb : 8,6 g/dl, C : bibir kering, D : diet lunak, A: Resiko perubahan nurtisi

kurang dari kebutuhan tubuh teratasi, P: pertahankan kondisi.

Evaluasi yang dilakukan penulis selama tiga hari melakukan tindakan keperawatan

sesuai dengan tujuan dan kriteria hasil yang dicapai yaitu : setelah dilakukan tindakan

keperawatan selama 1 x 24 jam diharapkan masalah kurang pengetahuan tidak terjadi

dengan kriteria hasil : klien mengatakan sudah mengetahui pencegahan penularan

penyakitnya, penulis masih menemukan jika batuk tidak menutup mulut, membuang

dahak sembarangan, namun pada tanggal 11 April 2018 ditemukan data S : klien

mengatakan sudah mengetahui pencegahan penularan penyakitnya, O : jika batuk

tampak menutup mulut, tidak membuang dahak sembarangan, A : masalah teratasi, P :

pertahankan intervensi.
84

BAB V

PENUTUP

A. Kesimpulan Pelaksanaan Asuhan Keperawatan Tuberkulosis Paru pada Tn. S diruang

Poli TB Paru UPT Puskesmas Klangenan Kabupaten Cirebon selama tiga hari, maka

dapat penulis simpulkan sebagai berikut :

1. Saat dilakukan pengkajian tanggal 9 April 2018 pukul 09.00 WIB didapatkan data

subjektif: yang ditemukan yaitu, klien mengatakan mengeluh batuk berdahak, sesak

napas, mual, napsu makan menurun

A : BB sebelum sakit 48 kg, BB selama sakit 45 kg,

B : Hb : 8,6 g/dl,

C : bibir kering,

D : diet lunak, nyeri dada

P: nyeri saat batuk,

Q: nyeri seperti ditusuk-tusuk.

R: di area dada,

S: skala 5,

T: nyeri hilang timbul.

Klien mengatakan belum mengetahui pencegahan penularan penyakitnya.

Data objektif : klien terlihat lemas, klien terlihat melindungi area nyeri saat batuk, TD :

110/80 mmhg , N : 88x/ mnt, S : 36,2 ºC, RR : 28x/mnt, jika batuk tidak menutup

mulut, membuang dahak sembarangan.

2. Saat pengkajian penulis merumuskan 4 (empat) diagnosa, yaitu Ketidakefektifan

bersihan jalan napas berhubungan dengan sekret yang berlebih. Nyeri Akut

berhubungan dengan Agen cedera biologis (nyeri dada).Risiko perubahan nutrisi kurang
85

dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan anoreksia.Dan kurang pengetahuan

berhubungan dengan kurangnya sumber informasi.

3. Intervensi yang disusun untuk menguasai masalah pada klien dengan ketidakefektifan

bersihan jalan nafas sesuai dengan prioritas masalah

4. Implementasi yang dilakukan pada klien dengan ketidakefektifan bersihan jalan nafas

sesuai dengan intervensi yang telah disusun.

5. Evaluasi dari implementasi yang telah dilakukan dari tanggal 9 sampai dengan 11

april 2018 diagnosa yang teratasi meliputi Nyeri Akut berhubungan dengan Agen

cedera biologis (nyeri dada). Risiko perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh

berhubungan dengan anoreksia.Kurang pengetahuan berhubungan dengan kurangnya

sumber informasi.

B. Saran

1. Bagi institusi pendidikan Diharapkan bagi institusi dapat menyediakan sumber-sumber

buku maupun jurnal untuk mendukung penulisan Karya Tulis Ilmiah Mahasiswa.

2. Bagi profesi keperawatan Diharapkan bagi profesi keperawatan lebih memprioritaskan

pencegahan penularan di rumah sakit maupun di rumah karena penyakit tuberkulosis

paru mudah menular pada siapa saja dan kapan saja.

3. Bagi lahan praktik Diharapkan ruang perawatan pasien pada penderita tuberkulosis

paru, kamar atau ruangan pasien terpisah antara pasien yang lain karena tuberkulosis

paru mudah menular. Ruangan juga harus cukup cahaya sinar matahari yang masuk

agar ruangan tidak lembab sehingga bakteri tidak bisa berkembangbiak.


86

DAFTAR PUSTAKA

Alsagaff, Hood & Abdul Mukty. 2010. Dasar-Dasar Ilmu Penyakit Paru. Surabaya :

Airlangga University Press.

Ardiansyah, Muhamad. 2012. Medikal Bedah Untuk Mahasiswa. Yogyakarta: DIVA

press

Dinkes Jateng. 2008. TB Paru. dilihat 7 Januari 2016,

<http://www.dinkesjatengprov.go.id/dokumen/profil/2008/Tabel200864 .pdf

Hariadi, Slamet, dkk. 2010. Buku Ajar Ilmu Penyakit Paru. Surabaya : Departemen

Ilmu Penyakit Paru FK Unair – RSUD Dr. Soetomo.

Junaidi, Iskandar. 2010. Penyakit paru dan saluran napas. Jakarta : Buana Ilmu Populer.

Mubarak, Wahid Iqbal dan Nurul Chayatin. 2008. Buku Ajaran Kebutuhan Dasar

Manusia. Jakarta: EGC

Nanda.2012. Diagnosa Keperawatan Definisi dan Klasifikasi. Jakarta: EGC

Nurarif, Amin Huda & Hardhi Kusuma.2015. Aplikasi Asuhan Keperawatan

Berdasarkan Diagnosa Medis & NANDA Jilid 3.Jogjakarta : Mediaction

Rab, Tabrani. 2010. Ilmu penyakit paru. Jakarta : Trans Info Media.

Somantri, Irman. 2009. Asuhan Keperawatan pada Klien dengan Gangguan pada

System Pernapasan.Jakarta : Salemba Medika.

Wijaya, Andra & Yessie Putri. 2013. Buku KMB 1 keperawatan Medikal Bedah

(keperawatan dewasa). Yogjakarta: Nuha Medika.


87

. Uji Tuberkulin yaitu periksaan guna menunjukan reaksi imunitas

seluler yang timbul setelah 4 – 6 minggu pasien mengalami infeksi

pertama dengan basil BTA. Uji ini sering dengan menggunakan cara

Mantoux test.

Bahan yang dipakai adalah OT (old tuberculin), PPD (purified

protein derivate of tuberculin). Cara pemberian, Intra Cutan (IC),

pada 1/3 atas lengan bawah kiri, pembacaan hasil dilakukan setelah

6-8 jam penyuntikan, hasil positip, bila diameter indurasi lebih dari

10 mm, negatip bila kurang dari 5 mm, meragukan bila indurasi 5-10

mm.

6. Pengobatan Pengobatan TBC bertujuan untuk; menyembuhkan

pasien, mencegah kematian, mencegah relaps, menurunkan penularan

ke orang lain, mencegah terjadinya resistensi terhadap obat.

Pengobatan membutuhkan waktu yang lama 6-8 bulan untuk

membunuh kuman Dorman.

Keperawatan Medikal Bedah I

114
88

Terdapat 3 aktifitas anti TBC yaitu : a. Obat bacterisidal : Isoniasid

(INH), rifampisin, pirasinamid b. Obat dengan kemampuan sterilisasi

: rifampisin, PZA c. Obat dengan kemampuan mencegah resistensi:

rifampisin dan INH, sedangkan etambutol dengan streptomisin

kurang efektif.

Cara pengobatan terdiri dari 2 fase a. Fase initial/fase intensif (2

bulan) Fase ini membunuh kuman dengan cepat, dalam waktu 2

minggu pasien infeksius menjadi tidak infeksi dan gejala klinis

membaik BTA positip akam menjadi negatip dalam waktu 2 bulan

b. Fase Lanjutan (4-6 bulan) Fase ini membunuh kuman persisten

dan mencegah relaps. Pada pengobatan ini (fase I dan II)

membutuhkan pengawas minum obat (PMO) Contoh pengobatan

2(HRZE)/4(HR)3, maksudnya adalah : 1) Fase initial obatnya adalah

2(HRZE), lama pengobatan 2 bulan dengan obat INH, rifampisin,

pirazinamid dan etambutol diminum tiap hari. 2) Fase lanjutan

4(HR)3, adalah lama pengobatan 4 bulan, dengan INH dan rifampisin

diminum 3 kali sehari.

7. Penularan Coba Anda lihat bagaimana cara penularan TBC di

masyarakat seperti pada gambar dibawah ini, lalu anda berfikir

bagaimana cara mencegah penularannya.


89

8. Managemen Keperawatan a. Pengkajian Batuk lebih dari 3

minggu, berdahak, kadang batuk darah, nyeri dada, sesak nafas,

demam keringat malam hari, lemas, nafsu makan menurun, berat

badan menurun, riwayat paparan TBC, riwayat vaksinasi. Suara nafas

bronchial, ronchi basah, gerakan nafas tertinggal, perkusi redup.

b. Diagnose Keperawatan dan intervensi Kurang pengetahuan

berhubungan dengan kurang informasi yang ada, kerbatasan kognitif

atau salah interpretasi. Tujuan : pasien memahami proses penyakit

dan kebutuhan pengobatan dirinya Intervensi : 1) Kaji pengetahuan

tentang penyakitnya, identifikasi salah persepsi dan reaksi emosi

DROPLET NUKLEI YANG MENGANDUNG BASIL M.Tbc

MASUK DI SALURAN PERNAFASAN YANG AGAK BESAR,

MIS. TRAKHEA, BRONKHUS

AKAN SEGERA DIKELUARKAN OLEH GERAKAN SILIA

SELAPUT LENDIR SAL. PERNAFASAN. BILA BASIL

BERHASIL MASUK SAMPAI DENGAN ALVEOLUS ATAU


90

MENEMPEL PADA MUKOSA DROPLET NUKLEI AKAN

MENETAP

M. Tbc BILA MENDAPAT KESEMPATAN AKAN

BERKEMBANG BIAK SETEMPAT

TERJADILAH

INFEKSI

Keperawatan Medikal Bedah I

116

2) Kaji kemampuan dan perhatian untuk belajar, tingkat

perkembangan dan hambatan untuk belajar 3) Identifikasi support

system termasuk orang lain yang berperan 4) Ciptakan hubungan

saling percaya antara pasien-perawat dqan lainya. 5) Ajarkan tentang

TBC dan penatalaksanaannya meliputi : Sifatpenyakit dan

penyebaranya Tujuan pengobatan dan prosedur control

Pencegahan penyakit ke orang lain Pentingnya memelihara

kesehatan dengan diet TKTP, latihan dan istirahat yang teratur,

hindari merokok Nama obat, dosis, tujuan dan efek samping dari

masing-masing obat Minum cairan 2,5 – 3 liter tiap hari Segera

lapor ke dokter bila ada, nyeri dada, batuk darah, kesulitan bernafas,
91

penurunan penglihatan, penurunan pendengaran. 6) Dokumentasikan

seluruh pengajaran dan hasilnya.

Ketidakefektifan penatalksanaan terapi obat berhubungan dengan

ketidakmampuan mengelola penatalaksanaan pengobatan yang cukup

kompleks dan lama. Tujuan : Klien mendapatkan program

pengobatan yang memadai dan paripurna Intervensi : 1) kaji

kemampuan perawatan diri klien dan adanya support system 2) Kaji

pengetahuan dan penger-tian klien terhadap penyakit, komplikasi,

penatalaksaan dan resiko yang lain, bila perlu berikan pengetahuan

tambahan 3) Kolaborasi dengan keluarga atau lainnya untuk

mengiden-tifikasi hambatan pengobatan 4) Berikan instruksi secara

tertulis atau verbal dengan jelas tentang pemberian obat dan caranya

5) Rujuk klien ke pelayanan kese-hatan masyarakat untuk mem-

berikan pengobatan lanjutan

Resiko penyebaran infeksi berhubungan dengan sifat basil

mikobakterium tuberkulosa yang tahan hidup setelah

disekresikan.Tujuan : Mengidentifikasi intervensi untuk

mencegah/menurunkan resiko penyebaran infeksi Melakukan

perubahan pola hidup untuk meningkatkan lingkungan yang aman

intervensi : 1) Kaji patologi penyakit (fase aktif atau bta (+)) dan

potensial penyebaran infeksi melalui batuk, bersin, meludah, bicara.


92

2) Identifikasi orang lain yang beresiko tertular : anggota keluarga,

sahabat

Keperawatan Medikal Bedah I

117

3) Anjurkan untuk batuk / bersin dengan menutup mulut/hidung

dengan tissue yang dissposible 4) Buang tissue bekas tersebut pada

tempat yang layak 5) Anjurkan untuk meludah atau mengeluarkan

dahak pada wadah yg telah diberikan desinfektan 6) Kaji kontrol

penyebaran infeksi, gunakan masker atau isolasi pernafasan 7)

Identifikasi faktor resiko infeksi berulang seperti status nutrisi,

adanya dm, penggunaan kortikosteroid, hiv, kanker dsb. 8) Anjurkan

untuk pemeriksaan dahak ulang sesuai anjuran 9) Penting

!!!!kolaborasi pemeberian pengobatan OAT(obat anti tbc).

Ketidakefektifan pola nafas berhubungan dengan proses infeksi paru

Tujuan : Klien memperlihatkan RR dalam batas normal dan tidak

melaporkan adanya sesak nafas

Intervensi : 1) Kaji RR dan kenyamanan untuk bernafas 2) Auskultasi

suara nafas 3) Kumpulkan spesimen sputum untuk pemeriksaan bta /

kultur, observasi warna, jumlah dan konsistensi sputum 4)

Rencanakan aktivitas klien yang diikuti periode istirahat 5) Anjurkan

cukup cairan bila tidak ada kontra indikasi 6) Laksnakan program

pengobatan
93

Ketidakefektifan bersihan jalan nafas berhubungan dengan sekret

kental, upaya batuk buruk, kelemahan. Tujuan : Jalan nafas klien

paten, Mengeluarkan sekret tanpa bantuan, Menunjukkan perilaku

untuk memperbaiki/ mempertahankan jalan nafas, Berpartisipasi

dalam program pengobatan Intervensi : 1) kaji fungsi pernafasan : rr,

kedalaman pernafasan dan penggunaan otot bantu nafas 2) kaji

kemampuan untuk batuk efektif 3) ajarkan batuk efektif 4) posisi

semi fowler tinggi 5) bersihkan sekret dari mulut, bila perlu lakukan

penghisapan 6) berikan cairan sedikitnya 2500 ml per hari 7)

kolaborasi pemberian mukolitik, bronkhodilator

Gangguan nutrisi : kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan

dengan anoreksia, sering batuk, dispnea

Keperawatan Medikal Bedah I

118

Tujuan : Berat badan klien menuju BB ideal, Perubahan pola hidup

untuk mempertahankan / meningkatkan BB ideal Intervensi : 1) Kaji

status nutrisi pasien secara periodik 2) Berikan diet TKTP 3)

Anjurkan untuk membawa makanan dari rumah bila tidak nafsu

makan dari RS 4) Anjurkan makan sedikit-sedikit tetapi sering 5)

Berikan perawatan mulut sebelum dan sesudah makan 6) Tingkatkan

nafsu makan klien dengan : Ruangan bebas bau yang tidak sedap,

Atur jadwal tindakan perawatan dengan jam makan, Sediakan menu

yang menarik Ringkasan


94

TBC suatu penyakit system pernafasan yang mengalami peradangan

pada paru-paru disebabkan oleh mycobakterium tuberkolosis

Managemen Medis Tes Diagnostik: Bakteriologis dengan specimen

dahak, cairan pleura, cairan serebrospinalis, Dahak untuk

menentukan BTA, specimen dahak SPS (sewaktu, Pagi, sewaktu).

Dinyatakan positip bila 2 dari 3 pemeriksaan tersebut ditemukan

BTA positip. Foto thorax : Bila ditemukan 1 pemeriksaan BTA

positip, maka perlu dilakukan foto thorax atau SPS ulang, bila foto

thorax dinyatakan positip maka dinyatakan seseorang tersebut

dinyatakan BTA positip, bila foto thorax tidak mendukung maka

dilakukan SPS ulang, bila hasilnya negatip berarti bukan TB paru.

Uji Tuberkulin yaitu periksaan guna menunjukan reaksi imunitas

seluler yang timbul setelah 4 – 6 minggu pasien mengalami infeksi

pertama dengan basil BTA (Bahan yang dipakai adalah OT (old

tuberculin), PPD (purified protein derivate of tuberculin). Cara

pemberian, Intra Cutan (IC), pada 1/3 atas lengan bawah kiri,

pembacaan hasil dilakukan setelah 6-8 jam penyuntikan, hasil

positip, bila diameter indurasi lebih dari 10 mm, negatip bila kurang

dari 5 mm, meragukan bila indurasi 5-10 mm). Uji lain sering dengan

menggunakan cara Mantoux test.

Pengobatan Pengobatan TBC bertujuan untuk ; menyembuhkan

pasien, mencegah kematian, mencegah relaps, menurunkan penularan

ke orang lain, mencegah terjadinya resistensi terhadap obat.

Pengobatan membutuhkan waktu yang lama 6-8 bulan untuk


95

membunuh kuman Dorman, Terdapat 3 aktifitas anti TBC yaitu : 1)

Obat bacterisidal : Isoniasid (INH), rifampisin, pirasinamid, 2) Obat

dengan kemampuan sterilisasi : rifampisin, PZA, 3) Obat dengan

kemampuan mencegah resistensi: rifampisin dan INH, sedangkan

etambutol dengan streptomisin kurang efektif.

Keperawatan Medikal Bedah I

119

Cara pengobatan terdiri dari 2 fase ; 1) Fase initial/fase intensif (2

bulan), Fase ini membunuh kuman dengan cepat, dalam waktu 2

minggu pasien infeksius menjadi tidak infeksi dan gejala klinis

membaik BTA positip akam menjadi negatip dalam waktu 2 bulan,

2) Fase Lanjutan (4-6 bulan), Fase ini membunuh kuman persisten

dan mencegah relaps. Pada pengobatan ini (fase I dan II)

membutuhkan pengawas minum obat (PMO)

Managemen Keperawatan Pengkajian ; Batuk lebih dari 3 minggu,

berdahak, kadang batuk darah, nyeri dada, sesak nafas, demam

keringat malam hari, lemas, nafsu makan menurun, berat badan

menurun, riwayat paparan TBC, riwayat vaksinasi. Suara nafas

bronchial, ronchi basah, gerakan nafas tertinggal, perkusi redup.

Diagnose Keperawatan : 1) Kurang pengetahuan berhubungan

dengan kurang informasi yang ada, kerbatasan kognitif atau salah

interpretasi, 2) Ketidakefektifan penatalksanaan terapi obat b.d.

ketidakmampuan mengelola penatalaksanaan pengobatan yang cukup

kompleks dan lama, 3) Resiko penyebaran infeksi b.d. sifat basil m.


96

TBC yang tahan hidup setelah disekresikan, 4) Ketidakefektifan pola

nafas b.d. proses infeksi paru, 5) Gangguan nutrisi : kurang dari

kebutuhan tubuh b.d. anoreksia, sering batuk, disp

Pengertian Apa pengertian dari gangguan system Pernafasan TBC ?

TBC suatu penyakit system pernafasan yang mengalami peradangan

pada paru-paru disebabkan oleh mycobakterium tuberkolosis Dari

pengertian diatas Anda dapat memperkirakan bagaimana bakteri

masuk kedalam tubuh manusia, seperti yang diuraikan dibawah ini :

2. Penyebab Penyakit Tubercolosa Paru disebabkan oleh

Mycibakterium Tuberkolosis, yang mempunyai sifat : basil berbentuk

batang, bersifat aerob, mudah mati pada air mendidih (5 menit pada

suhu 80°C), mudah mati terkena sinar ultra violet (matahari) serta

tahan hidup berbulan-bulan pada suhu kamar dan ruangan yang

lembab.

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA
97

A.PENGERTIAN

1. KONSEP PEGETAHUAN

a. Pengertian Pengetahuan

Pengetahuan adalah merupakan hasil dari tahu, dan ini terjadi setelah orang

melakukan penginderaan terhadap suatu obyek.Penginderaan terjadi melalui

pancaindera manusia, yakni indera penglihatan, pendengaran, penciuman, rasa

dan raba.Pengetahuhan atau kognitif merupakan domain yang sangat penting

dalam membentuk tindakan seseorang. (Notoatmodjo, 2007

b.TingkatPengetahuan

Menurut Notoatmodjo, enam tingkat pengetahuan yang dicakup didalam domain

kognitif adalah

1. (Know) Tahu

diartikan sebagai mengingat suatu materi yang telah dipelajari sebelumnya

termasuk ke dalam pengetahuan tingkat ini adalah mengingat kembali

(recall) terhadap suatu yang spesifik dari seluruh bahan yang dipelajari atau

rangsangan yang telah diterima. Oleh sebab itu, tahu merupakan tingkatan

pengetahuan yang paling rendah.

2. Memahami(Comprehensif)

Memahami diartikan sebagai suatu kemampuan menjelaskan secara benar

tentang obyek yang diketahui dan dapat menginterprestasikan materi

tersebut secara benar. Orang yang telah paham terhadap obyek atau materi

harus dapat menjelaskan

3. Aplikasi (Application)
98

Aplikasi diartikan sebagai kemampuan untuk menggunakan materi yang

telah dipelajari pada situasi atau kondisi riil (sebenarnya). Aplikasi disini

dapat diartikan aplikasi atau penggunaaan hukum-hukum, rumus, metode

prinsip dan sebagainya dalam konteks atau situasi yang lain

4. Analisis(Analysis)

Analisis adalah kemampuan untuk menjabarkan materi atau suatu obyek

kedalam komponen-komponen, tetapi masih didalam suatu struktur

organisasi tersebut dan masih ada kaitannya satu sama lain.

5. Sintesis(Synthesis)

Sintesis menunjuk kepada suatu kemampuan untuk meletakkan atau

menghubungkan bagian-bagian didalam suatu bentuk keseluruhan yang

baru. Dengan kata lain sintesis itu suatu kemampuan untuk menyusun

formulasi baru dari formulasi-formulasi yang ada.

6. Evaluasi(Evaluation)

Evaluasi ini berkaitan dengan kemampuan untuk melakukan justifikasi atau

penilaian terhadap suatu materi atau obyek.Penilaian-penilaiatn itu

berdasarkan suatu kriteria yang ditentukan sendiri atau menggunakan

kriteria-kriteria yang telah ada.

Pengukuran pengetahuan dapat dilakukan dengan wawancara atau angket

yang menanyakan tentang isi materi yang ingin diukur dari subyek penelitian

atau responden. (Notoatmodjo, 2007)

Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Pengetahuan

a.Umur

Umur adalah lamanya hidup yang dihitung sejak dilahirkan hingga

penelitian ini dilakukan. Umur merupakan periode penyesuaian terhadap


99

pola-pola kehidupan yang baru dan harapan-harapan baru. Pada masa ini

merupakan usia produktif masa bermasalah, masa ketegangan emosi, masa

keterampilan, sosial, masa komitmen, masa ketergantungan, masa perubahan

nilai, masa penyesuaian dengan cara hidup baru, masa kreatif. Pada dewasa

ini ditandai oleh adanya perubahan “jasmani dan mental”, semakin

bertambah umur seseorang akan semakin tinggi wawasan yang diperoleh apa

bila umur seseorang makin muda maka akan mempengaruhi tingkat

pengetahuan nya. (Notoatmodjo, 2007).

b.Pendidikan

Pendidikan proses menumbuh kembangkan seluruh kemampuan dan prilaku

manusia melalui pengajaran, sehingga dalam pendidikan perlu

dipertimbangkan umur (proses perkembangan klien) dan hubungan dengan

proses belajar. Tingkat pendidikan juga merupakan salah satu faktor yang

mempengaruhi prersepsi seseorang untuk lebih mudah menerima ide dan

teknologi baru (Notoatmodjo, 2007).

Semakin tinggi tingkat pendidikan seseorang maka akan bertambah

pengalaman yang mempengaruhi wawasan dan pengetahuan. Adapun tujuan

yang hendak dicapai melalui pendidikan alat untuk mengubah pengetahuan

(pengertian, pendapat, konsep-konsep) sikap dan persepsi serta menambah

tingkah laku atau kebiasaan yang baru (Notoatmodjo, 2007).

c. Pekerjaan

Pekerjaan adalah aktifitas yang dilakukan sehari-hari untuk memperoleh

penghasilan guna memenuhi kebutuhan hidupnya sehari-hari dimana semua

bidang pekerjaan umumnya diperlukan adanya hubungan sosial antara satu

sama lain, setiap orang harus dapat bergaul dengan teman sejawat walaupun
100

dengan atasan sehingga orang yang hubungan sosial luas maka akan lebih

tinnggi pengetahuannya dibandingkan dengan orang yang kurang hubungan

sosial dengan orang lain (Notoatmodjo, 2007).

You might also like