You are on page 1of 8

MAKALAH

FAKTOR YANG MEMPENGARUHI POLA ELIMINASI URINE

Disusun oleh ;

1. Aris Setyaningsih
2. Tri Ari Wibowo
3. Ika Sri Rejeki
4. Nuning Nindyawati
5. Didin Ari Hendrawanto
6. Nanang Wibowo
7. Sri Karyawati
8. Susmeiharti
9. Ummul Latifah

STIKES MUHAMMADIYAH KUDUS

PROGRAM KHUSUS S1 KEPERAWATAN REMBANG

2016 – 2017
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur hanyalah milik Allah SWT. Kepada-Nya kita memuji dan bersyukur, memohon
pertolongan dan ampunan. Kepada-Nya pula kita memohon perlindungan dari keburukan diri dan
syaiton yang selalu menghembuskan kebatilan pada diri kita.

Dengan rahmat dan pertolongan-Nya, Alhamdulillah makalah yang berjudul “POLA ELIMINASI” ini dapat
di selesaikan dengan baik. Kami menyadari sepenuh hati bahwa masih banyak kekurangan yang terdapat
di dalam makalah ini.

Kami mengharapkan kritik dan saran para pembaca sebagai bahan evaluasi kami dalam pembuatan
makalah berikutnya. Mudah-mudahan itu semua menjadikan cambuk bagi kami agar lebih
meningkatkan kualitas makalah ini di masa yang akan datang.

Rembang, April 2017

Penyusun
DAFTAR ISI
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Eliminasi urin merupakan salah dari proses metabolik tubuh. Zat yang tidak dibutuhkan,
dikeluarkan melalui paru-paru, kulit, ginjal dan pencernaan. Paru-paru secara primer
mengeluarkan karbondioksida, sebuah bentuk gas yang dibentuk selama metabolisme pada
jaringan. Hampir semua karbondioksida dibawa keparu-paru oleh sistem vena dan diekskresikan
melalui pernapasan. Kulit mengeluarkan air dan natrium / keringat. Ginjal merupakan bagian
tubuh primer yang utama untuk mengekskresikan kelebihan cairan tubuh, elektrolit, ion-ion
hidrogen, dan asam.
Eliminasi urin secara normal bergantung pada satu pemasukan cairan dan sirkulasi volume
darah, jika salah satunya menurun, pengeluaran urin akan menurun. Pengeluaran urin juga
berubah pada seseorang dengan penyakit ginjal, yang mempengaruhi kuantitas, urin dan
kandungan produk sampah didalam urin.
B. Tujuan
1. Mengetahui Faktor - Faktor Yang Mempengaruhi Pola Eliminasi Urine
2. Mengetahui Perubahan Dalam Eliminasi Urine
3. Mengetahui Asuhan Keperawatan Masalah Eliminasi Urine
BAB II
PEMBAHASAN
A. Factor – Faktor Yang Mempengaruhi Pola Eliminasi Urine
1. Diet dan Asupan (intake)
Jumlah dan tipe makanan merupakan faiKtcw utama yang memengaruhi output
urine (jumlah urine). Protein dapat menentukan jumlah urine yang dibentuk. Selain
itu, juga dapat meningkatkan pembentukan urine.
2. Respons Keinginan Awal untuk Berkemih
Kebiasaan mengabaikan keinginan awal untuk berkemih dapat menyebabkan urine
banyak tertahan di dalam urinaria sehingga memengaruhi ukuran vesika urinaria
dan jumlah urine
3. Gaya Hidup
Perubahan gaya hidup dapat memengaruhi pemenuhan kebutuhan eliminasi dalam
kaitannya terhadap tersedianya fasilitas toilet.
4. Stres Psikologis
Meningkatnya stres dapat mengakibatkan meningkatnya frekuensi keinginan
berkemih. Hal ini karena meningkatnya sensitivitas untuk keinginan berkemih dan
jumlah urine yang diproduksi .
5. Tingkat Aktivitas
Eliminasi urine membutuhkan tonus otot vesika urinaria yang baik untuk fungsi
sfingter. Hilangnya tonus otot vesika urinaria menyebabkan kemampuan
pengontrolan berkemih menurun dan kemampuan tonus otot didapatkan dengan
beraktivitas
6. Tingkat Perkembangan
Tingkat pertumbuhan dan perkembangan juga dapat memengaruhi pola berkemih.
Hal tersebut dapat ditemukan pada anak, yang lebih memiliki mengalami kesulitan
untuk mengontrol buang air kecil. Namun dengan usia kemampuan dalam
mengontrol buang air kecil.
7. Kondisi Penyakit
Kondisi penyakit dapat memengaruhi produksi urine, seperti diabetes melitus .
8. Sosiokultural
Budaya dapat memengaruhi pemenuhan kebutuhan eliminasi urine, seperti adanya
kultur pada masyarakat tertentu yang melarang untuk buang air kecil di tempat
tertentu
9. Kebiasaan Seseorang
Seseorang yang memiliki kebiasaan berkemih mengalami kesulitan untuk berkemih
dengan melalui urineal/pot urine bila dalam keadaan sakit .
10. Tonus Otot Tonus otot yang memiliki peran penting dalam membantu proses
berkemih adalah otot kandung kemih, otot abdomen dan pelvis. Ketiganya sangat
berperan dalam kontraksi pengontrolan pengeluaran urine .
11. Pembedahan
Efek pembedahan dapat menyebabkan penurunan pemberian obat anestesi,
menurunkan filtrasi glomerulus yang dapat mempengaruhi jumlah produksi urine
12. Pengobatan
Pemberian tindakan pengobatan dapat berdampak pada terjadinya peningkatan
atau penurunan proses perkemihan. Misalnya pemberian diuretik dapat
meningkatkan jumlah urine, sedangkan pemberian obat antikolinergik dan
antihipertensi dapat menyebabkan retensi urine .
13. Pemeriksaan Diagnostik
Pemeriksaan diagnostik ini juga dapat memengaruhi kebutuhan eliminasi urine,
khususnya prosedur-prosedur yang berhubungan dengan tindakan pemeriksaan
saluran kemih seperti IVY (intra venus pyelogram), yang dapat membatasi jumlah
asupan sehingga mengurangi produksi urine. Selain itu tindakan sistoskopi dapat
menimbulkan edema lokal pada uretra yang dapat mengganggu pengeluaran urine

B. Perubahan Dalam Eliminasi Urine


1. Retensi, yaitu adanya penumpukan urine didalam kandung kemih danketidak
sanggupan kandung kemih untuk mengosongkan diri.
2. Inkontinensi urine, yaitu ketidaksanggupan sementara atau permanen otot sfingter
eksterna untuk mengontrol keluarnya urine dari kandung kemih.
3. Enuresis, Sering terjadi pada anak-anak, umumnya terjadi pada malam hari
(nocturnal enuresis), dapat terjadi satu kali atau lebih dalamsemalam.
4. Urgency, adalah perasaan seseorang untuk berkemih.
5. Dysuria, adanya rasa sakit atau kesulitan dalam berkemih
6. Polyuria, Produksi urine abnormal dalam jumlah besar oleh ginjal,seperti 2.500
ml/hari, tanpa adanya peningkatan intake cairan.
7. Urinari suppresi, adalah berhenti mendadak produksi urine

C. Asuhan Keperawatan Pada Gangguan Eliminasi Urine


1. Pengkajian Keperawatan
Pengkajian pada kebutuhan elimiasi urine meliputi :
a. Kebiasaan berkemih
Pengkajian ini meliputi bagaimana kebisaan berkemih serta hambatannya.
Frekuensi berkemih tergatung pada kebiasaan dan kesempatan. Banyak orang
berkemih setiap hari pada waktu bangun tidur dan tidak memerlukan waktu
untuk berkemih pada waktu malam hari.
b. Pola berkemih
1) frekuensi berkemih
frekuesi berkemih menentuka berapa kali individu berkemih dalam waktu
24 jam
2) Urgensi
Perasaan seseorang untuk berkemih seperti seseorang ke toilet karena
takut megalami inkotinensia jika tidak berkemih
3) Disuria
Keadaan rasa sakit atau kesulitan saat berkemih. Keadaan ini ditemukan
pada striktur uretra, infeksi saluran kemih, trauma pada vesika urinaria.
4) Poliuria
Keadaan produksi urine yang abnormal yang jumlahnya lebih besar tanpa
adanya peingkata asupa caira. Keadaan ini dapat terjadi pada penyekit
diabetes, defisiensi ADH, da pen yakit kronis ginjal.
5) Urinaria supresi
Keadaan produksi urine yang berhenti secara medadak. Bila produksi urine
kurag dari 100 ml/hari dapat dikataka anuria, tetapi bila produksiya atara
100 – 500 ml/hari dapat dikataka sebagai oliguria.
c. Volume urine
volume urine menentukan berapa jumlah urine yang dikeluarka dalam waktu 24
jam.
d. Factor yang mempengaruhi pola berkemih
1) diet dan asupan (diet tinngi protei dan natirum) dapat mempengaruhi
jumlah urine yang dibentuk, sedangka kopi dapat meningkatkan jumlah
urine
2) gaya hidup
3) stress psikologi dapat meingkatka frekuensi keinginan berkemih.
4) Tingkat aktivitas
e. Keadaan urine
Keadaan urie meliputi : warna, bau, berat jeis, kejerihan, pH, protei, darah,
glukosa.
f. Tanda klinis gangguan elimiasi urine seperti retensi urine, inkontinensia uirne.
2. Diagnosa Keperawatan
Diagosa keperawata yang terjadi pada masalah kebutuhan eliminasi urine adalah
sebagai berikut :
a. Perubahan pola eliminasi urine b/d
1) Ketidakmampuan salura kemih akibat anomali saluran urinaria
2) Penurunan kapsitas atau iritasi kandung kemih akibat penyakit
3) Kerusakan pada saluran kemih
4) Efek pembedahan pada saluran kemih
b. Inkontinensia fungsional b/d
1) penurunan isyarat kandung kemih§ dan kerusakan kemampuan untuk
mengenl isyarat akibat cedera atau kerusakan k. Kemih
2) kerusakan mobilitas§
3) kehilangan kemampuan motoris dan sensoris§
c. Inkontinensia refleks b/d
1) Gagalnya fungsi rangsang di atas tingkatan arkus refleks akibat cedera pada
m. spinalis
d. Inkontinensia stress b/d
1) Tingginya tek. Intraabdimibal dan lemahnya otor peviks akibat kehamilan§
2) Penurunan tonus otot
e. Inkontinensia total b/d
1) Defisit komnikasi atau persepsi
f. Inkontinensia dorongan b/d
1) Penurunan kapasitas k. Kemih akibat penyakit infeksi, trauma, tindakan
pembedahan, faktor penuaan
g. retesi urine b/d
1) adanya hambatan pada sfingter akibat pebyakit striktur, BHP
h. perubahan body image b/d
1) inkontinensia dan enuresis
i. resiko terjadinya infeksi salura kemih b/d pemasangan kateter , kebersihan
perineum yang kurang
j. resiko perubahan keseimbangan cairan dan elektrolit b/d gangguan drainase
ureterostomi.
3. Perencanaan Keperawatan
Tujuan :
a. Memahami arti eliminasi urine
b. Membantu mengosongkan kandung kemih secara penuh
c. Mencegah infeksi
d. Mempertahankan integritas kulit
e. Memberikan rasa nyaman
f. Mengembalikan fungsi kandung kemih
g. Memberikan asupan secara tepat
h. Mencegah kerusakan kulit
i. Memulihkan self esteem atau mencegah tekanan emosional
4.

You might also like