You are on page 1of 10

USULAN KEGIATAN KERJA LAPANGAN

TAHUN AJARAN 20011/2012

PENANGANAN PASCA PANEN KARET (Hevea brasilliensis) DI PTP NUSANTARA XII


TRETES, NGAWI, JAWA TIMUR

Oleh :
Fahriz Winandra Saragih
09/285840/PN/11824

JURUSAN SOSIAL EKONOMI PERTANIAN


FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS GADJAH MADA
YOGYAKARTA
2012

1
LEMBAR PENGESAHAN
USULAN KEGIATAN KERJA LAPANGAN
SEMESTER I TAHUN AJARAN 2009/2010

PENANGANAN PASCA PANEN KARET (Hevea brasilliensis) DI PTP NUSANTARA XII


TRETES, NGAWI, JAWA TIMUR

Disusun Oleh :
Nama : Fahriz Winandra Saragih
NIM : 09/285840/PN/11824
Fakultas : Pertanian
Program Studi : Agribisnis

Usulan kegiatan Kerja Lapangan ini telah disetujui dan disahkan sebagai kelengkapan mata
kuliah di Fakultas Pertanian Universitas Gadjah Mada Yogyakarta
Dosen Pembimbing Kerja Lapangan Pelaksana Kerja Lapangan

Dr. Ir. Lestari Rahayu Waluyati, M.P Fahriz Winandra Saragih

Mengetahui,

Ketua Program Studi Sosial Ekonomi Ketua Komisi Kerja Lapangan


Pertanian

Dr. Ir. Any Suryantini,MM


Dr. Ir. Lestari Rahayu Waluyati, M.P

2
PROPOSAL KEGIATAN KERJA LAPANGAN
SEMESTER II TAHUN AKADEMIK 2011/2012

USULAN KEGIATAN KERJA LAPANGAN


TAHUN AKADEMIK 2011/ 2012

I. NAMA KEGIATAN
Kerja Lapangan Semester II Tahun Akademik 2011/2012

II. JUDUL KEGIATAN


Penanganan Pascapanen Karet (Hevea brasilliensis) di PTP NUSANTARA XII Tretes,
Ngawi, Jawa Timur.

III. LATAR BELAKANG


Adanya pasar global saat ini membuat kompetisi yang terjadi semakin meningkat,
sehingga mahasiswa dituntut tidak hanya mampu secara teori tetapi juga secara praktek langsung
di lapangan. Kerja lapangan merupakan salah satu kegiatan yang ditujukan kepada mahasiswa
untuk meningkatkan kemampuan nalar dan praktek langsung di lapangan. Dengan melaksanakan
kerja lapangan nantinya diharapkan mahasiswa sudah siap untuk bekerja secara langsung di
lapangan. Hal ini penting adanya karena banyak sarjana yang gagal sebab tidak siap untuk
bekerja pada saat di tempatkan di lapangan. (Anonim, 2011).
Pada waktu melakukan kerja lapangan pastilah mahasiswa akan menemukan perbedaan
antara teori-teori yang ada dengan prakteknya secara langsung di lapangan. Hal ini
dimungkinkan karena keadaan lapangan yang berbeda-beda.Oleh karena itu pada saat melakukan
kerja lapangan mahasiswa akan mendapatkan pengalaman berharga yang tidak mungkin
didapatkan dari bangku perkuliahan. Ini membuat kerja lapangan perlu dilakukan oleh para
mahasiswa.
Tanaman karet (Hevea brasilliensis) merupakan salah satu tanaman perkebunan yang ada
di Indonesia. Tanaman ini telah dibudidayakan di atas lahan yang cukup luas di daerah Sumatera,
Kalimantan, dan sebagian di pulau Jawa. Hasil yang dimanfaatkan dari tanaman ini adalah lateks
yang keluar dari dalam batang pohon. Lateks tersebut merupakan cairan sitoplasma yang keluar

3
akibat luka pada batang karena tergores atau terjadi benturan yang keras antar dahan (Setiawan et
al., 2008).
Getah karet (lateks) yang disadap dari batang kemudian diolah menjadi karet dalam
bentuk krep, sheet yang disadap dan lateks pekat. Teknis pengolahannya adalah :
a. Pengolahan karet krep warna muda (Pale Crepe)
1. Lateks di kebun ditentukan Kadar Karet Keringnya (KKK) dan disaring untuk
menghilangkan kotoran kasar dan lump melalui tiga buah saringan.
2. Lateks diencerkan dengan air sampai KKK 20% kemudian ditambah natrium bisulfit
sebagai pemucat dan bakterisida.
3. Lateks digumpalkan dalam bak penggumpalan dengan asam formiat 2,5% atau asetat
5%. Lalu diaduk dan busa yang terbentuk dipisahkan. Selama proses penggumpalan
bak harus ditutup.
4. Esok harinya, koagulum (lateks gumpalan) dipotong sehingga diperoleh potongan
yang lebih kecil, lalu digiling pada bakteri kilang krep dalam 3 tahap penggilingan.
5. Krep hasil penggilingan digantung beberapa jam agar sisa air menetes.
6. Krep dikeringkan dalam ruangan dengan pemanasan selama 6-7 hari pada temperatue
33-35oC.
b. Pengolahan karet krep warna coklat (Estate Brown Crepe)
1. Bahan olah untuk pembuatan krep adalah skrep bersih dan lump. Skrep adalah lateks
yang telah menjadi kering pada bidang sadap. Lump adalah gumpalan karet berasal
dari campuran sisa-sisa karet dalam saringan, bak penggumpalan, busa lateks dan
koagulum yang berasal dari prakoagulasi (di kebun).
2. Skrep dan lump disimpan di dalam air atau serum agar tidak menjadi hitam.
3. Skrep bersih digiling pada baterai kilang krep yang terdiri atas tiga kilang, menjadi
lembaran krep basah. Penggilingan dilakukan intensif terutama pada kilang
pendahuluan untuk menghilangkan kotoran.
4. Lump digiling terpisah kemudian digiling bersama-sama dengan lembaran krep.
Penggilingan ini dilakukan 10-12 kali.
5. Lembaran krep ini tergantung agar air menetes dan dikeringkan dalam ruang
pengeringan pada temperatur kamar selama 3-4 hari.

4
c. Pengolahan karet sip yang diasap (Ribbed Smoked Sheet)
1. Lateks dari kebun disaring sebanyak 3 tahap. Lateks ini ditampung ke dalam bak
penampung dan diaduk agar homogeny.
2. Lateks diencerkan dengan air bersih sampai KKK menjadi 12,5, 15 atau 20%.
3. Lateks ditempatkan di dalam bak penggumpal dari aluminium dan ditambahkan
bahan penggumpal asam format 1% atau asam cuka 2%.
4. Campuran lateks dan asam diaduk merata.
5. Setelah homogeny, sekat-sekat dipasang pada bak penggumpal tersebut. Setelah
penggumpalan akan didapatkan lembaran-lembaran koagulum (sit).
6. Sit digiling 6 kali.
7. Sit ditiriskan untuk mengurangi jumlah air.
8. Pengasapan sit dilakukan di ruang asap supaya warna sheet menjadi lebih tua.
Pengeringan dengan asap dilakukan dalam 4 tahap yaitu masing-masing pada
temperatur 40-45oC, 50-55oC, dan 55-56oC. Jika karet sit belum cukup kering,
pengeringan dilanjutkan pada temperatur maksimum 60oC (Austin, 1985).
Karet memiliki arti penting dalam aspek kehidupan sosial ekonomi masyarakat Indonesia,
karena menjadi salah satu komoditas yang menghasilkan devisa negara, sebagai lapangan kerja
bagi penduduk dalam jumlah besar, dan sebagai sumber penghasilan. Daerah-daerah di Indonesia
yang menjadi daerah penghasil karet adalah Alas dan Tanah Gayo (Aceh), Asahan, Deli Serdang,
Langkat, Labuhan Batu, Simalungun, dan Tapanuli Selatan (Sumatera Utara), Banyumas dan
Batang (Jawa Tengah), Gunung Kawi dan Gunung Kelud (Jawa Timur), Indragiri dan Kampar
(Riau), Pegunungan Meratus (Kalimantan Selatan), Priangan dan Sukabumi (Jawa Barat), Tanah
Kerinci (Jambi), Rejang dan Lebong (Sumatera Selatan) (Anonim, 2011).
Selain sebagai komoditas penghasil devisa negara, karet juga memiliki peran yang
penting dalam perekonomian nasional, antara lain sebagai sumber pendapatan bagi lebih dari 10
juta petani dan menyerap sekitar 1,7 juta tenaga kerja, serta memberikan kontribusi pada Produk
Domestik Bruto (PDB) yang nilainya mencapai Rp 6 triliun setiap tahun. Tanaman karet juga
memberikan kontribusi yang sangat penting dalam pelestarian lingkungan. Pada tanaman karet,
energi yang dihasilkan seperti oksigen, kayu dan biomassa dapat digunakan untuk mendukung
fungsi perbaikan lingkungan seperti rehabilitasi lahan, pencegahan erosi dan banjir, pengaturan

5
tata guna air bagi tanaman lain dan menciptakan iklim yang sehat dan bebas polusi (Boerhendhy
dan Agustina, 2006).
Tanaman karet adalah tanaman daerah tropis. Daerah yang cocok untuk tanaman karet
terletak pada zone antara 15º LS dan 15 º LU. Bila karet ditanam di luar zone tersebut,
pertumbuhannya agak lambat, sehingga memulai produksinya pun menjadi agak lambat. Curah
hujan yang cocok untuk pertumbuhan karet tidak kurang dari 2000mm, optimal antara 2500-
4000 mm/ tahun, yang terbagi dalam 100-150 hari hujan. Karet tumbuh optimal di dataran
rendah, pada ketinggian sampai 200 meter di atas permukaan laut. Jika semakin tinggi letak
tempat, maka pertumbuhannya akan makin lambat. Sementara untuk angin diharapkan tidak
terlalu kencang, karena angin yang kencang dapat mengakibatkan kerusakan pada tanaman karet
yang berasal dari klon tertentu yang peka terhadap angin kencang (Setyamidjaja, 1993).
Produksi karet yang dihasilkan di negara Indonesia masih tergolong rendah. Usaha yang
telah dilakukan pemerintah dalam meningkatkan hasil produksi diantaranya melakukan
peremajaan atau perluasan lahan tanam menggunakan klon-klon yang unggul dan baru. Sasaran
yang dituju dalam usaha tersebut adalah tanaman karet rakyat, sedangkan untuk tanaman karet
perkebunan ditempuh melalui perbaikan sistem eksploitasi. Pada tahun 1990, luas areal
penanaman karet sekitar 2.541.000 ha yang merupakan tanaman karet rakyat dan 499.000 ha
merupakan tanaman karet perkebunan (Siagian, 2006).
Kerja lapangan ini dilaksanakan di PT. Perkebunan Nusantara XII Tretes, Ngawi, Jawa
Timur. untuk mengetahui teknik budidaya tanaman karet (Hevea brasilliensis.), khususnya
mengetahui tentang penanganan pascapanen tanaman karet. Penanganan pascapanen ini penting
untuk dipelajari karena merupakan salah satu faktor yang menentukan kualitas ekspor yang baik.
Sehingga perlu diketahui dan dipelajari mengenai pengangkutan,penyimpanan, dan pengolahan.
Selain itu faktor pengemasan (packing) merupakan hal yang sangat penting dalam kualitas
ekspor yang bermutu tinggi, apabila pengemasan dapat dilakukan dengan baik maka akan
mempermudah pemasaran untuk menebus pasar internasional.

6
IV. TUJUAN KEGIATAN
a. Tujuan Umum
1. Melatih mahasiswa agar memiliki kemampuan dan keterampilan serta berpengalaman dalam
praktik kegiatan pertanian di lapangan sesuai dengan bidangnya, terutama mengenai
tanaman karet.
2. Memberikan pembekalan dan pengenalan praktek kegiatan pertanian kepada mahasiswa
untuk dapat bekerja dalam lingkup pertanian setelah menjalani masa pendidikan.
3. Melibatkan mahasiswa secara langsung dalam kegiatan pertanian agar memiliki kemampuan
dan kepekaan terhadap berbagai persoalan yang dapat timbul di lapangan.
4. Melatih mahasiswa untuk dapat mengaplikasikan ilmu yang telah diperoleh selama masa
pendidikan dan mendapatkan umpan balik dari kondisi yang ada.

b. Tujuan Khusus
1. Mengetahui dan mempelajari kegiatan penanganan pascapanen karet (Hevea brasilliensis)
yang dilakukan di PT.Perkebunan Nusantara VII Tretes, Ngawi, Jawa Timur.
2. Mengetahui dan mempelajari permasalahan yang dapat timbul dalam melakukan
pengelolaan karet, terutama dalam penanganan pascapanen karet (Hevea brasilliensis) serta
langkah-langkah yang dilakukan untuk mengatasi permasalahan tersebut.

V. KEGUNAAN KERJA LAPANGAN


1. Memenuhi persyaratan mata kuliah kerja lapangan dalam kurikulum S1 di Fakultas
Pertanian Universitas Gadjah Mada.
2. Memperoleh pengetahuan dan wawasan yang luas mengenai penanganan pascapanen karet
(Hevea brasilliensis) yang dilakukan di PT.Perkebunan Nusantara XII Tretes, Ngawi. Jawa
Timur.

VI. WAKTU DAN TEMPAT PELAKSANAAN


Kerja Lapangan ini akan dilaksanakan selama ± 30 hari pada bulan Juni-Juli 2012 di
PT.Perkebunan Nusantara XII Tretes, Ngawi, Jawa Timur.

7
VII. METODOLOGI PENGUMPULAN DATA
Metodologi yang digunakan dalam pengumpulan data selama pelaksanaan kerja lapangan
ini dilakukan melalui dua metode, yaitu :
1. Metode Langsung
a. Metode Kerja, yaitu metode yang digunakan dalam pengumpulan data melalui
keterlibatan langsung dalam proses kegiatan yang dilakukan di lapangan.
b. Metode Wawancara (Interview), yaitu metode yang digunakan untuk pengumpulan data
dengan mengajukan pertanyaan dan wawancara kepada petugas dan pihak-pihak yang
terlibat dalam kegiatan kerja lapangan.
c. Metode Pengamatan (Observation), yaitu metode yang digunakan untuk mengumpulkan
data melalui pengamatan dan peninjauan secara langsung di lapangan.
d. Metode Dokumentasi, yaitu pengumpulan data melalui foto-foto yang diperoleh di
lapangan.

2. Metode Tidak Langsung


a. Studi Pustaka, yaitu metode pengumpulan data dengan bahan-bahan pustaka yang dapat
diperoleh dari membaca dan menelaah jurnal, buku, majalah, dan sumber lain yang
memiliki informasi mengenai pemuliaan tanaman karet.
b. Data Sekunder, yaitu data yang diperoleh dari data-data yang dimiliki PT.Perkebunan
Nusantara XII Tretes, Ngawi, Jawa Timur.

8
VIII. RENCANA KEGIATAN

Minggu ke-
No Uraian kegiatan
I II III IV
1 Mencari dan mengumpulkan data umum yang
meliputi:
a. Sejarah berdirinya instansi PT.Perkebunan
Nusanatara XII Tretes.
b. Keadaan umum PT.Perkebunan Nusanara XII
Tretes seperti, kondisi wilayah, SDM yang
ada, dan yang lainnya.
c. Struktur organisasi dan manajemen di instansi
PT.Perkebunan Nusantara XII unit Tretes.
d. Kegiatan pascapanen karet (Hevea
brasilliensis).

2 Mengikuti kegiatan penanganan pascapanen karet


(Hevea brasilliensis) di PT.Perkebunan Nusantara
XII Tretes.
a. Langkah-langkah yang dilakukan dalam
pascapanen karet.
b. Proses pengolahan karet.

3 Melengkapi informasi data umum dan khusus serta


melakukan evaluasi terhadap kegiatan yang
dilakukan serta data yang diperoleh secara
keseluruhan.
Melengkapi data yang diperlukan untuk pembuatan
laporan kerja lapangan dan mengurus surat telah
melakukan kerja lapangan di PT.Perkebunan
Nusantara XII Tretes, Ngawi, Jawa Timur.

9
DAFTAR PUSTAKA

Anonim. 2011. Pertanian dan Perkebunan di Indonesia.


http:\\id.wikipedia.org\wiki\pertanian_dan_perkebunan_di_indonesia. Di akses pada
tanggal 28 April 2011.

Austin, T. George. 1985. Shreve’s Chemical Process Industries. MC Graw-Hill book Company.

Boerhendhy, I. Dan D. S. Agustina. 2006. Potensi pemanfaatan kayu karet untuk mendukung
peremajaan perkebunan karet rakyat. Jurnal Litbang Pertanian 25 : 61-67.

Indraty, I. S. 2005. Tanaman Karet Menyelamatkan Kehidupan dari Ancaman Karbondioksida.


Balai Penelitian Getas. Warta Penelitian dan Pengembangan Pertanian Vol. 27 no. 5.

Setiawan, D.H., dan A. Andoko. 2008. Petunjuk Lengkap Budidaya Karet. AgroMedia,
Jakarta.
Siagian, N. 2006. Pembibitan dan Pengadaan Bahan Tanam Karet Unggul. Balai Penelitian
Sungei Putih. Pusat Penelitian Karet. Medan.

Setyamidjaja, D. 1993. KARET Budidaya dan Pengolahan. Kanisius. Yogyakarta.

10

You might also like