You are on page 1of 14

BAB 7

KOMUNIKASI DAN KONSULTASI

7.1 Pendahuluan

Hasil manajemen risiko harus dikomunikasi dan diketahui oleh semua

pihak yang berkepentingan sehingga akan memeberikan manfaat dan

keuntungan bagi semua. Dengan mengetahui dan memahami semua risiko

yang ada di lingkungannya, maka semua pihak akan dapat bertindak hati-hati.

Upaya pencegahan kecelakaan dapat dilakukan dengan efektif.

7.2 Komunikasi Manajemen Risiko

Hasil Manajemen Risiko harus dikomunikasikan sehingga dapat diketahui

semua pihak.

Komunikasi yang digunakan dapat berupa edaran, petunjuk praktis, forum

komunikasi, buku panduan atau pedoman kerja. Komunikasi harus mudah

dipakai oleh semua pihak sehingga perlu dirancang sesuai dengan sasaran

yang diinginkan.

Dengan mengetahui hasil identifikasi bahaya manajemen dapat menyusun

langkah strategis untuk melakukan perbaikan, peningkatan, atau

pengembangan fasilitas operasi, prosedur atau manajemen.


7.3 Partisipasi

Manajemen risiko mengisyaratkan perlunya partisipasi semua pihak dalam

pengembangan dan penerapannya. Tanpa partisipasi aktif, manajemen risiko

tidak akan dapat berhasil dengan baik.

Bentuk konsultasi atau partisipasi dalam pengembangan manajemen risiko

dapat dilakukan melalui berbagai bentuk antara lain :

A. Membentuk tim manajemen risiko

Penerapan manajemen risiko harus dilakukan secara terencana dan

terpadu dengan melibatkan banyak pihak. Karena itu, manajemen perlu

membentuk tim implementasi yang diberi tugas dan tanggung jawab untuk

mengembangkan dan menerapkan manajemen risiko di lingkungan

perusahaan atau organisasi.

Tim ini dapat dipilih atau disusun berdasarkan kompetensi atau

menurut disiplin sehingga diharapkan dapat mewakili semua unsur

sehingga tingkat partisipasi akan lebih tinggi.

B. Tim Identifikasi Bahaya

Perusahaan juga dapat membentuk tim khusus untuk menangani aspek

tertentu, misalnya tim identifikasi bahaya. Tim ini dapat dibentuk khusus

untuk melakukan identifikasi bahaya diseluruh area kegiatan, misalnya tim

khusus untuk kajian HAZOPS, Analisa Risiko Pekerjaan (Job Safety

Analysis).
BAB 8

PROSES PENGEMBANAGAN MANAJEMEN RISIKO

Banyak perusahaaan yang bermaksud mengembangkan manajemen risiko di

perusahaan nya. Permasalahan utama yang dihadapi setiap perusahaan atau

organisasi adalah bagaimana mengembangkan dan menerapkan manajemen risiko di

perusahaan. Penerapan manajemen risiko dapat dilakukan secara tersendiri atau

menjadi bagian dari manajemen K3.

Proses penerapan manajemen risiko dalam suatu perusahaan terdiri atas 6

(enam) langkah yaitu :

1. Komitmen Manajemen

Setiap tingkat manajemen dalam perusahaan harus memiliki komitmen

serupa sebagai penjabaran dari kebijakan manajemen risiko.

2. Penetapan Kebijakan Manajemen Risiko

Komitmen manajemen mengenai manajemen risiko harus dituangkan secara

tertulis. Kebijakan tertulis ini sangat penting sebagai landasan operasional

bagi semua unsur dalam perusahaan.

3. Sosialisasi Kebijakan Manajemen Risiko

Kebijakan dan program manajemen risiko perlu dikomunikasikan kepada

semua unsur dalam perusahaan. Komunikasi penting, agar seluruh pekerja

mengetahui kebijakan perusahaan, memahami, dan kemudian mengikuti dan

mendukung dalam kegiatan masing-masing.


4. Mengelola Risiko pada level korporat

Langkah awal dalam implementasi manajemen risiko adalah level korporat

atau tingkat manajemen. Manajemen risiko harus dimulai pada tingkat

korporat atau perusahaan, agar dapat diidentifikasikan apa saja risiko yang

ada, baik internal maupun eksternal perusahaan.

Proses bisnis dalam perusahaan terdidri komponen masukan, proses dalam

perusahaan dan keluaran atau produk yang dihasilkan. Potensi risiko atau

bahaya dapat terjadi dalam setiap unsur pada masukan, proses, dan keluaran.

 Masukan

Masukan ke dalam perusahaan dapat berupa :

 Manusia sebagai pekerja dalam proses produksi, pemasok,

manajemen maupun pihak eksternal yang terkait dalam

proses produksi.

 Bahan baku atau bahan tambahan yang digunakan dalam

proses produksi.

 Mesin dan peralatan kerja yang digunakan

 Teknologi yang digunakan untuk kegiatan dalam

perusahaan.

 Kapital atau modal yang ditanam dalam usaha.

 Proses

Semua unsur produksi diproses dalam perusahaan

menghasilkan keluaran yang diinginkan. Proses dalam


perusahaan beragam seprti industry jasa, manufaktur,

konstruksi, proses kimia dan lainnya.

Semua potensi risiko yang ada pada setiap kegiatan baik

berdasarkan aliran proses atau kegiatan dapat diidentifikasi.

 Keluaran

Keluaran dari dalam perusahaan dapat mengandung berbagai

potensi bahaya atau risiko antara lain :

 Produk atau jasa yang dihasilkan,

 Produk antara (intermediate),

 Produk sampingan,

 Limbah atau dampak,

 Informasi keluar dari perusahaan,

 Penimbunan dan pengangkutan,

5. Mengelola Risiko pada tingkat unit kegiatan atau proyek

Langkah berikutnya adalah mengelola risiko pada tingkat kegiatan atau

proyek. Risiko pada level ini lebih bersifat teknis dan langsung di tempat kerja

masing-masing. Proses pengelolaan risiko dilakukan secara rinci untuk setiap

aktivitas, proses, lokasi kerja atau peralatan.

6. Pemantauan dan Tinjau Ulang

Hasil pelaksanaaan manajemen risiko harus dipantau secara berkala untuk

memastikan bahwa proses telah berjalan baik dan efektif. Hasil manajemen
risiko akan menentukan apa program kerja K3 yang diperlukan untuk

mengendalikan bahaya tersebut.

Kegagalan dalam menerapkan Manajemen Risiko

Penerapan Manajemen Risiko dalam perusahaan tidak mudah dan

menghadapi berbagai kendala. Untuk mendapatkan hasil yang optimal, semua

faktor kendala harus dipertimbangkan misalnya :

1. Informasi tidak memadai

Keberhasilan kajian risiko sangat ditentukan oleh ketersediaan data

yang diperlukan. Untuk melakukan kajian Hazops, diperlukan P&ID

yang jelas dan mutakhir. Jika gambar P&ID sudah kadaluwarsa, maka

dengan sendirinya hasil kajian tidak akan akurat.

2. Informasi mengenai K3 yang berkaitan dengan proses atau

produksi tidak memadai

Informasi mengenai K3 misalnya dapat diproleh melalui informasi

MSDS (material Safety data Sheet), manual peralatan atau fasilitas

operasi, hasil audit dan lainnya. Jika dapat mengenai produksi atau

proses ini tidak memadai maka hasil kajian tidak akn berhasil dengan

baik.
BAB 9

PERANGKAT MANAJEMEN RESIKO

Untuk mebantu pelaksanaan manajemen risiko khususnya untuk melakukan

identifikasi bahaya, penilaian dan pengendaliannya diperlukan metoda atau

perangkat.

9.1 Data Kecelakaan

Data kecelakaan adalah salah satu sumber informasi mengenai adanya

bahaya di tempat di tempat kerja dan merupakan sumber informasi yang

paling mendasar.

9.2 Daftar Periksa

Dalam penerapan metoda ini ada beberapa hal yang perlu diperhatikan

antara lain :

1. Metoda ini bersifat spesifik untuk peralatan atau tempat kerja tertentu.

2. Daftar periksa harus dikembangkan oleh orang yang memahami atau

mengenal tempat kerja atau peralatan.

3. Daftar periksa harus dievaluasi secara berkala.

4. pemeriksaan bahaya dilakukan oleh mereka yang mengenal dengan

baik kondisi lingkungan kerjanya.


9.3 Brainstorming

Teknik brainstorming dapat dilakukan secara berkala dalam suatu

lingkungan kerja atau kelompok kerja. Pertemuan dapat dipimpin oleh

seorang senior, petugas K3, atau pekerja lainnya. Masing-masing

memberikan informasi dan pendapatnya mengenai kemungkinan adanya

bahaya di lingkungan kerja masing-masing.

9.4 What-If

Tujuan dari teknik what-if adalah untuk mengidentifikasi kemungkinan

adanya kejadian yang tidak diinginkan dan menimbulkan suatu

konsekuensi serius. Dari konsekuensi tersebut dianalisa kemungkinan dan

keparahan serta peringkat risikonya.

9.5 Hazops

HAZOPS (Hazards and Operability Study) adalah teknik identifikasi

bahaya yang digunakan untuk industry proses seperti industri kimia,

petrokimia dan kilang minyak.

Prinsip Hazops

Setiap industri proses pasti memiliki berbagi parameter operasi seperti

suhu, tekanan, aliran, campuran dan level


Prinsip ini digunakan dalam Hazops dengan bantuan kata penuntun (guide

word) yaitu :

 more

 low

 less

 no

 high

 part of

Kelebihan dan kelemahan Hazops

Teknik Hazops merupakan sistem yang sangat terstruktur dan sistematis

sehingga dapat menghasilkan kajian yang koprehensif.

Namun kelemahan Hazops adalah karena memerlukan waktu yang

panjang, perlu tim ahli dan sering membosankan.

Proses Kajian Hazops

Kajian Hazops dilakukan dengan langkah-langkah sebagai berikut :

i. Tahap Persiapan

ii. Pemilihan Node Kajian

iii. Pemilihan Parameter

iv. Penggunaan Kata Bantu Hazops

v. Analisa Deviasi
vi. Laporan dan pemantauan

9.6 Failure Mode and Effects Analysis

Teknik Failure Mode and Effects Analysis (FMEA) ditujukan untuk

menilai potensi kegagalan dalam produk atau proses.

FMEA adalah suatu tabulasi dari sistem, peralatan pabrik, dan pola

kegagalannya serta efeknya terhadap operasi.

Langkah melakukan FMEA

1. Tentukan unit, alat, atau bagian yang akan dianalisa.

2. Uraikan unit atas sistem-sistem yang saling terkait satu dengan yang

lainnya.

3. Analisa masing-masing sistem dengan menguraikannya atas sub

sistem.

4. Selanjutnya analisa untuk masing-masing subsistem

5. Untuk masin-masing faktor kegagalan tersebut tentukan apa dampak

atau akibat yang dapat ditimbulkan dan sistem pengaman yang sudah

ada.

6. Tentukan tingkat risiko untuk masing-masing kegagalan

7. Tentukan rekomendasi untuk mencegah terjadinya kegagalan

tersebut.

Manfaat dari FMEA

 Dapat memeberikan gambaran mengenai tingkat kerawanan dari

suatu komponen atau subsistem dapat membantu dalam menentukan


skala prioritas dalam program pemeliharaan, penyediaan komponen

dan pengoprasian suatu alat.

 Menekan biaya operasi dan pemeliharaan fasilitas.

 Membantu pihak operator atau pengelola dalam mengoperasikan

suatu fasilitas atau alat.

9.7 Analisa Pohon Kegagalan

Proses melakukan analisa pohon kegagalan atau FTA (Fault Tree

Analysis) secara garis besar adalah sebagai berikut :

 Identifikasi , Inventarisasi data atau informasi yang diperlukan

misalnya refrensi, percobaan, standar praktis dan lainnya.

 Melakukan analisa awal terhadap sistem yang akan dianalisa.

Misalnya kebakaran yang terjadi pada tangki minyak, pelajari

proses, peralatan atau cara kerja dari sistem tangki timbun mulai

dari bahan masuk, proses, dan aliran keluarnya.

 Susun pohon kegagalan yang dimulaindengan kejadian puncak,

misalnya tangki meledak. Terus ke bawah pada kejadian yang

berikutnya sampai diperoleh struktur pohon kegagalan yang logis.

9.8 Task Risk Assessment

Kecelakaan sebagian besar terjadi pada saat melakukan suatu kegiatan

(task). Untuk itu dilakukan Task Risk Assessment (TRA).


Pekerjaan yang memerlukan TRA

 Mengandung potensi bahaya tinggi seperti bekerja di ketinggian,

pembersih tangki, pengelasan dan lainnya.

 Pekerjaan yang sebelumnya pernah mengalami kecelakaan.

 Pekerjaan yang bersifat baru atau jarang/belum pernah dilakukan

sebelumnya.

Teknik Melakukan TRA

1. Tentukan jenis pekerjaan yang akan dianalisa.

2. Identifikasi apa saja aktivitas, material, peralatan atau prosedur

kerja yang digunakan.

3. Analisa semua potensi bahaya yang dapat terjadi untuk setiap

aktivitas dan konsekuensinya.

4. Tentukan tingkat risiko untuk masing-masing aktivitas.

5. Tentukan apa langkah pengamanan yang diperlukan.

6. Tentukan sisa risiko (residual risk) yang ada setelah dilakukan

pengamanan.

7. Jika risiko dapat diterima (tolerable) pekerjaan dapat

dilangsungkan, tetapi jika risiko di atas batas yang dapat diterima

perlu dipertimbangkan langkah pengamanan lainnya.


9.9 Job Safety Analysis (JSA)

Teknik JSA ini bermanfaat untuk mengidentifikasi dan menganalisa

bahaya dalam suatu pekerjaan (job). Karena itu dengan melakukan

identifikasi bahaya pada setiap jenis pekerjaan dapat dilakukan langkah

pencegahan yang tepat dan efektif.

Pekerjaan yang memerlukan kajian JSA

JSA perlu dilakukan untuk jenis-jenis pekerjaan sebagai berikut :

 Pekerjaan yang sering mengalami kecelakaan atau memiliki angka

kecelakaan tinggi.

 Pekerjaan berisiko tinggi dan dapat berakibat fatal.

 Pekerjaan yang jarang dilakukan sehingga belum diketahui secara

percis bahaya yang ada.

 Pekerjaan yang rumit atau komplek dimana sedikit kelalaian dapat

berakibat kecelakaan atau cedera.

Langkah Melakukan JSA

Kajian JSA terdiri atas lima langkah sebagai berikut :

 Pilih pekerjaan yang akan dianalisa.

 Pecah pekerjaan menjadi langkah-langkah aktivitas.

 Identifikasi potensi bahaya pada setiap langkah.

 Tentukan langkah pengamanan untuk mengendalikan bahaya.


 Komunikasikan kepada semua pihak berkepentingan.

You might also like