Professional Documents
Culture Documents
Disusun oleh :
Kelompok 2
UNIVERSITAS DIPONEGORO
SEMARANG
2014
BAB I
PENDAHULUAN
1. Apa itu Teori Reasoned Action (Theory Of Reasoned Action) / Teori Perilaku
Yang Direncanakan (Theory of Planned Behaviour ) ?
2. Bagaimana aplikasi teori tersebut dalam kaitannya dengan perilaku kesehatan ?
1.3 Tujuan
PEMBAHASAN
b. Variabel – variabel
1. Behaviour Belief adalah mengacu pada keyakinan seseorang
terhadap perilaku tertentu. Seseorang akan mempertimbangkan untung atau
rugi dari perilaku tersebut (outcome of the behavior ), disamping itu juga
dipertimbangkan pentingnya konsekuensi yang akan terjadi bagi
individu bila ia melakukan perilaku tersebut (evaluation regarding of the
outcome).
2. Normative Belief adalah mencerminkan dampak keyakinan normatif, disini
mencerminkan dampak dari norma–norma subyektif dan norma
sosial yang mengacu pada keyakinan seseorang terhadap bagaimana dan apa
yang dipikirkan orang–orang yang dianggap penting oleh individu (referent
persons) dan motivasi seseorang untuk mengikuti perilaku tersebut.
3. Attitude towards the behaviour adalah fungsi dari kepercayaan tentang
konsekuensi perilaku atau keyakinan normatif, persamaan terhadap
konsekuensi suatu perilaku dan penilaian terhadap perilaku
tersebut.Sikap juga berarti perasaan umum ya n g
m e n ya t a k a n keberkenaan atau ketidakberkenaan seseorang terhadap suatu
objek yang mendorong t a n g g a p a n n ya . Faktor sikap
m e r u p a k a n p o i n t penentu perubahan perilaku yang ditunjukkan oleh
perubahan sikap seseorang dalam menghadapi sesuatu. Perubahan
sikap tersebut dapat berbentuk penerimaan ataupun penolakan.
4. Importance Norms adalah norma–norma penting atau norma yang berlaku di
masyarakat. Pengaruh faktor sosial budaya yang berlaku di masyarakat
dimana seseorang itu tinggal. Unsur – unsur s o s i a l b u d a ya y a n g
dimaksud seperti “gengsi” ya n g juga dapat membawa
seseorang untuk mengikuti atau meninggalkan sebuah perilaku.
5. Subjective Norms adalah norma subjektif atau norma yang dianut seseorang
(keluarga).Dorongan anggota keluarga,termasuk kawan terdekat juga
mempengaruhi agar seseorang dapat menerima perilakutertentu, yang
kemudian diikuti dengan saran, nasehat dan motivasidari keluarga atau kawan.
Kemampuan anggota keluarga atau kawanterdekat mempengaruhi seorang
individu untuk berperilaku sepertiyang mereka harapkan diperoleh dari
pengalaman, pengetahuan dan penilaian individu tersebut terhadap perilaku
tertentu dankeyakinannya melihat keberhasilan orang lain berperilaku seperti
yang disarankan.
6. Behavioural Intention adalah niat ditentukan oleh sikap, norma
penting dalam masyarakat dan norma subjektif.
K o m p o n e n p e r t a m a mengacu pada sikap terhadap perilaku. Sikap ini
merupakan hasil pertimbangan untung dan rugi dari perilaku tersebut
(outcome of behavior ) . Disamping itu juga
dipertimbangkan pentingnya konsekuensi-
konsekuensi yang akan terjadi bagi individu
(e v a l u a t i o n regarding of the
outcome).Komponen k e d u a mencerminkan dampak dari norma-
norma subjektif dan norma sosialyang mengacu pada keyakinan seseorang
terhadap bagaimana dana p a ya n g d i p i k i r k a n o r a n g - o r a n g ya n g
d i a n g g a p p e n t i n g motivasi seseorang untuk mengikuti pikiran tersebut.
7. Perilaku adalah sebuah tindakan yang telah dipilih s e s e o r a n g u n t u k
ditampilkan berdasarkan atas niat ya n g s u d a h terbentuk.
Perilaku merupakan transisi niat atau kehendak ke dalam action/ tindakan.
Contoh : Orang tua mempunyai harapan tentang keikutsertaan dalam
program imunisasi bagi anak-anaknya. Mereka mungkin percaya bahwa imunisasi
melindungi serangan-serangan penyakit (keuntungan), tetapi juga menyebabkan
rasa sakit atau tidak enak badan dan juga mahal (kerugian). Orang tua akan
mempertimbangkan mana yang lebih penting antara perlindungan kesehatan atau
tangisan, mungkin anak panas dan mengeluarkan uang.
c. Keuntungan TRA
Keuntungan teori ini adalah memberikan pegangan untuk menganalisa
komponen perilaku dalam item yang operasional. Fokus sasaran adalah prediksi
dan pengertian perilaku yang dapat diamati secara langsung dan dibawah kendali
seseorang, artinya perilaku sasaran harus diseleksi dan diidentifikasikan secara
jelas. Tuntutan ini memerlukan pertimbangan mengenai perbedaan
tidakan (action), sasaran (target), konteks(context), waktu (time), sikap, norma
subjektif, dan keyakinan.
Konsep penting dalam TRA adalah fokus perhatian (salience). Istilah ini
mengacu intervensi yang efektif, pertama-tama harus menentukan hasil dan
kelompok referensi yang penting bagi perilaku populasi yang dipertimbangkan.
Hal ini berbeda dari perilaku populasi yang satu ke populasi yang lain. Ini
mengacu pada norma nilai dan norma-norma dalam kelompok sosial yang
diselidiki, sebagai indikator penting untuk memprediksikan perilaku yang akan
diukur. Contohnya : terdapat nilai dan norma di masyarakat bahwa diare bukan
suatu penyakit, tetapi sebagai hal yang alami dari tumbuh kembang anak. Hal
tersebut berarti masyarakat memandang diare bukan fokus perhatian yang
penting. Contoh lain : f o k u s perhatian perilaku seksual dan
p e n c e g a h a n A I D S t i d a k a k a n s a m a a n t a r a k e l o m p o k homoseksual
dan kelompok lain tentang penggunaan kondom. Kelompok homoseksual
percayakondom dapat mencegah mereka terkena AIDS, tetapi bagi
kelompok lain, pengguna kondom justru akan menyebarluaskan perilaku
seksual.
d. Kelemahan TRA
Kelemahan TRA adalah kehendak dan perilaku hanya berkorelasi sedang.
kehendak tidak selau menuju pada perilaku itu sendiri, terdapat hambatan-
hambatan yang mencampuri ataumempengaruhi kehendak dan perilaku. Selain
itu,TRA tidak mempertimbangkan pengalaman sebelumnya dengan perilaku dan
mengabaikan akibat-akibat jelas dari variabel eksternal (variabel demografi,
gender, usia, dan keyakinan kesehatan) terhadap pemenuhan kehendak
perilaku. Meskipun demikian, kelebihan TRA dibandingkan HBM
adalah bahwa pengaruh TRA berhubungan dengan norma subjektif. Menurut
TRA, seseorang dapat membuat pertimbangan berdasarkan alasan-alasan yang
sama sekali berbeda. Hal ini berarti keputusan seseorang untuk melakukan suatu
tindakan tidak dibatasi pertimbangan-pertimbangan kesehatan.
e. Aplikasi TRA
Theory of Reasoned Action(TRA) merupakan model untuk meramalkan perilaku
preventif dan telah digunakan dalam berbagai jenis perilaku sehat yang
berlainan, seperti pengaturan penggunaan substansi tertentu (merokok,
alkohol, dan narkotik), perilaku makan dan pengaturanmakan, pencegahan
AIDS dan penggunaan kondom, perilaku merokok, penggunaan
alkohol, penggunaan alat kontrasepsi, latihan kebugaran ( fitness)dan praktik
olahraga.
Contoh aplikasi dari TRA adalah pengguna NAPZA suntik untuk
berkunjung ke klinik Voluntary Counseling and Testing (VCT).
Seorang pengguna NAPZA suntik percaya bahwa berkunjung ke
klinik VCT memberikan manfaat bagi orang yang berisiko HIV&AIDS seperti
mendapat informasi tentang penggunaan NAPZA suntik yang aman
(keuntungan), tetapi juga akan dijauhi teman-teman sesama pengguna NAPZA
suntik (kerugian). Pengguna NAPZA suntik akan mempertimbangkan mana
yang paling penting diantara keduanya. Kemudian ia juga akan
mempertimbangkan konsekuensi-konsekuensi setelah melakukan VCT, seperti
setelah melakukan VCT dan dinyatakan HIV positif, di a tidak
diperbolehkan untuk bekerja meskipun mampu untuk bekerja.
Nilai dan norma d i lingkungan masyarakat tidak mendeskriminasi
pengguna NAPZA suntik setelah berkunjung keklinik VCT. Orang yang
dianggap penting (teman sesama pengguna NAPZA suntik yang
telah berkunjung ke klinik VCT) setuju (atau sebatas menasihati) untuk
berkunjung ke klinik VCT dan pengguna NAPZA suntik termotivasi untuk
patuh mengikuti petunjuk tersebut, maka terdapat kecenderungan positif berniat untuk
berkunjung ke klinik VCT.
2. Sikap
Menurut Alport sikap adalah suatu predisposisi yang dipelajari untuk
merespon terhadap suatu objek dalam bentuk rasa suka atau tidak suka.
Sikap merupakan kecenderungan untuk mengevaluassi dengan beberapa
derajat suka ( favor ) atau tidak suka ( unfavor ), yang ditunjukan dalam
respon kognitif, afektif, dan tingkalh laku terhadap suatu objek, situasi,
institusi, konsep atau orang / sekelompok orang.
Komponen sikap
Struktur sikap terdiri atas 3 komponen yang saling menunjang yaitu
komponen kognitif, komponen afektif, dan komponen konatif.
a) Kognitif
Komponen kognitif merupakan representasi apa yang dipercayai oleh
individu pemilik sikap. Mam menjelaskan bahwa komponen kognitif
berisi persepsi, kepercayaan, dan stereotype yang dimliki individu
mengenai sesuatu. Contohnya adalah sikap profesi medis. Percaya bahwa
profesi medis seperti dokter dan perawat berhubungan dengan
kepercayaan yang tidak profesional, tidak berkualifikasi baik, hanya
berorientasi pada uang adalah beberapa contoh kepercayaan negatif yang
dipikirkan seseorang yang kemudian akan mengarahkan orang tersebut
pada akhirnya memiliki sikap yang negatif terhadap profesi medis,
demikian juga sebaliknya jika ia memiliki kepercayaan yang positif.
b) Afektif
Komponen afektif merupakan perasaan individu terhadap objek sikap
dan menyangkut masalah emosi. Aspek emosional inilah yang biasanya
berakar paling dalam sebagai komponen sikap dan merupakan aspek
yang paling bertahan terhadap pengaruh – pengaruh yang mungkin akan
mengubah sikap seseorang.Apabila diaplikasikan pada contoh sikap
terhadap profesi medis diatas, seseorang yang memiliki perasaan jijik
terhadap profesi medis dan apa yang dikerjakannya akan melahirkan
sikap yang negatif pada orang tersebut, demikian sebaliknya jika ia
memiliki perasaan positif, maka ia juga akan memiliki sikap positif pada
profesi medis.
c) Konatif ( Tingkah Laku )
Komponen perilaku atau komponen konatif dalam struktur sikap
menunjukkan bagaimana perilaku atau kecenderungan berperilaku yang
ada dalam diri seseorang berkaitan dengan objek sikap yang dihadapinya.
Jika diaplikasikan pada contoh sikap diatas, seseorang yang memiliki
sikap positif pada profesi medis jika orang tersebut menyatakan
kesediannya untuk memberikan sumbangan pada pembangunan rumah
sakit baru, bersedia mengunjungi dokter, dan lainnya. Individu akan
merasa nyaman kalau ketiga komponen tersebut bersesuaian atau
harmoni. Jika tidak ada kesesuaian berarti terjadi disonansi, yang
menyebabkan konsumnen merasa tidak nyaman dan tidak enak.
3. Norma Subjektif
Norma subjektif merupakan persepsi seseorang terhadap adanya
tekanan sosial untuk menampilkan atau tidak menampilkan tingkah laku.
Selain itu ,Ajzen juga mendefinisikan norma subjektif
sebagai belief seseorang individu atau kelompok tertentu menyetujui
dirinya untuk menampilkan tingkah laku tertentu.
Peran Norma Subjektif untuk melakukan seseuatu yang penting,
biasanya seseorang mempertimbangkan apa harapan orang lain ( orang –
orang terdekat, masyarakat ) terhadap dirinya. Namun, harapan orang –
orang lain tersebut tidak sama pengaruhnya. Ada yang berpengaruh
sangat kuat dan ada yang cenderung diabaikan.
Harapan dari orang lain yang berpengaruh lebih kuat, lebih
memotivasi orang yang bersangkutan untuk memenuhi harapan tersebut,
akan lebih menyokong kemungkinan seseorang bertingkah laku sesuai
dengan harapan.
5. Niat
Niat berperilaku menurut Fishbein, Ajzen dan banyak peneliti
merupakan suatu predictor yang kuat tentang bagaimana seseorang
bertingkah laku dalam situasi tertentu.Dapat disimpulkan bahwa niat
merupakan predictor yang kuat dari perilaku yang menunjukkan
seberapa keras seseorang mempunyai keinginana untuk mencoba,
seberapa besar usaha mereka untuk merencanakan, sehingga
menampilkan suatu tingkah laku.
Fishbein dan Ajzen mengatakan bahwa seberapa kuat niat
seseorang menampilkan suatu perilaku ditunjukkan dengan penilaian
subjektif seseorang ( subjective probability ), apakah ia akan melakukan
atau tidak melakukan perilaku tersebut. Beberapa ahli juga berpendapat
bahwa cara yang paling sederhana untuk memprediksi apakah seseorang
akan melakukan sesuatu adalah dengan menanyakan apakah mereka
berniat atau mempunyai niat untuk melakukannya. Oleh karena itu, niat
diukur denagn meminta seseorrang untuk menempatkan dirinya dalam
sebuah dimensi yang bersifat subjektif yang meliputi hubungan antara
individu dengan perilaku.
6. Perilaku
Secara etimologis kata perilaku berarti tanggapan atau reaksi
seseorang ( individu ) terhadap rangsangan / lingkungan. Selain itu,
perilaku juga merupakan aktivitas yang dilakukan individu dalam usaha
memenuhi kebutuhan. Dari aspek biologis, perilaku adalah suatu
kegiatan atau aktivitas organism atau makhluk hidup yang bersangkutan.
Skiner dalam Notoatmodjo (2010), seorang ahli psikologi,
merumuskan bahwa perilaku merupakan respon atau reaksi seseorang
terhadap stimulus (rangsangan dari luar). Teori Skiner ini dikenal sebagai
teori S-O-R (Stimulus-Organisme-Respon).
Theory Planned Behaviour merupakan pengembangan lebih lanjut
dari Theory of Reasoned Action (TRA). Konstruk yang belum ada adalah
kontrol perilaku yang dipersepsi. Konstruk ini ditambahkan dalam upaya
memahami keterbatasan yang dimiliki individu dalam rangka melakukan
perilaku tertentu. Dengan kata lain, dilakukannya atau tidak
dilakukannya perilaku tidak hanya ditentukan oleh sikap dan norma
subjektif semata tapi juga persepsi individu terhadap kontrol yang dapat
dilakukannya yang bersumber pada keyakinannya terhadap control
tersebut (control beliefs).
Sebagai aturan umum, semakin baik sikap dan norma subjektif dan
semakin besar control yang dirasakan, semakin besar niat seseorang
untuk melakukan perilaku tertentu.
c. Aplikasi Theory Planned Behaviour
Contoh aplikasi : PHBS di lingkungan Sekolah Dasar (SD)
1. Sikap
Banyak faktor yang mempengaruhi munculnya sikap para siswa mengenai
PHBS di lingkungan sekolah, salah satunya adalah pengarahan yang
diberikan oleh guru atau penyuluhan oleh petugas kesehatan. Dari kegiatan
semacam itu akan memberikan pengetahuan terhadap para siswa mengenai
apa dan bagaimana PHBS itu (kognitif). Dengan pengetahuan pengetahuan
tersebut akan memunculkan sikap dalam siri para siswa. Sikap yang muncul
pada tiap-tiap siswa pasti berbeda. Sikap tersebut bisa berupa :
- Kepercayaan atau keyakinan, ide dan konsep terhadap objek. Artinya
bagaimana keyakinan dan pendapat atau pemikiran siswa terhadap
PHBS.
- Kehidupan emosional atau evaluasi orang terhadap objek, artinya
bagaimana penilaian (terkandung di dalamnya faktor emosi) orang
tersebut terhadap objek. Dalam hal ini berarti bagaimana para siswa
menilai terhadap PHBS, apakah merupakan suatu hal yang baik dan
bermanfaat, biasa saja atau malah sesuatu yang tidak berguna.
- Kecenderungan untuk bertindak (tend to behave), artinya sikap
merupakan komponen yang mendahului tindakan atau perilaku terbuka.
Sikap adalah ancang-ancang untuk bertindak atau berperilaku terbuka
(tindakan). Dalam hal ini siswa akan berpikir/berancang-ancang untuk
menerapkan PHBS.
a. Norma Subjektif
Norma subjektif dalam hal ini berkaitan dengan perilaku warga
sekolah yang lain serta penerapah PHBS di lingkungan keluarga para
siswa. Norma subjektif merupakan adanya pengaruh orang lain atau
kelompok terhadap munculnya niat untuk berperilaku tertentu. Siswa
akan melihat bagimana penerapan PHBS oleh warga sekolah
tersebut, apakah PHBS benar-benar diterapkan dengan baik oleh
semua pihak atau tidak. Selain itu, kebiasaan di lingkungan keluarga
juga memberikan pengaruh terhadap siswa untuk mau menerapkan
PHBS di sekolah. Saat semua warag sekolah atau sebagian besar
warga sekolah melaksanakan PHBS di sekolah, maka kemungkinan
besar seorang siswa juga akan menerapkannya karena jika tidak, ia
akan merasa berbeda dengan lingkungannya. Atau karena adanya
peraturan di rumahnya yang membentuk kebiasaan PHBS terhadap
seorang siswa, maka siswa tersebut akan memiliki kebiasaan PHBS
dimanapun dia berada. Dalam hal ini norma keluarga mempengaruhi
kecenderungan berperilaku dari siswa tersebut.
b. Kontrol Perilaku yang Disadari
Kontrol perilaku di sini adalah mengenai penilaian diri atas
kemungkinan dilaksanakannya suatu perilaku tetentu. Dalam hal ini
seorang siswa mampu atau tidak dirinya menerapkan PHBS di
sekolah serta mengenai ada tidaknya hambatan yang mungkin
menghalangi siswa tersebut untuk menerapkan PHBS di sekolah.
Dalam contoh kasus ini faktor control perilaku yang disadari menurut
kami memberikan pengaruh yang kecil karena dalam penerapan
PHBS, semua siswa pasti mampu melaksanakannya selama ada sikap
yang positif, apalagi didukung dengan norma subjektif yang positif
pula. Mengenai hambatannya, pihak sekolah sebalum membuat
komitmen untuk menerapkan PHBS terhadap semua warga sekolah,
tentunya semua persiapan telah dilakukan, seperti sarana dan
prasarana, misal tempat sampah yang memadai, tempat cuci tangan
yang layak dan memadai, dan lain-lain.
c. Niat
Niat untuk melakukan sesuatu akan muncul setelah munculnya sikap
yang positif, adanya dukungan normatif yang positif dan adanya
kemampuan diri untuk melakukannya. Setelah seorang siswa merasa
bahwa PHBS di sekolah memang baik dan penting untuk diterapkan
karena nanti juga akan berdampak baik bagi dirinya dan
lingkungannya, dia juga termotivasi dari orang-orang sekitarnya,
serta merasa mampu untuk melaksanakannya, maka akan muncul
niat dalam diri siswa tersebut untuk menerapkan PHBS di sekolah.
d. Perilaku
Niat yang muncul dalam diri siswa tersebut akan teraplikasi dalam
sebuah perilaku, yaitu perilaku hidup bersih di sekolah.
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Dalam menentukan sikap, ada baiknya jika kita lebih berhati-hati karena sikap akan
menentukan perilaku kita. Mempertimbangkan tentang pendapat orang lain dalam
menentukan perilaku memang perlu tapi keputusan untuk melakukan sebuah
perilaku tertentu tetap tergantung pada diri kita. Hal penting lainnya yang harus
diperhatikan dalam berperilaku adalah kontrol perilaku karena dengan begitu kita
akan lebih mengetahui apakah kita mampu untuk berperilaku sesuai dengan apa
yang kita niatkan atau tidak. Kita juga akan mengetahui halangan atau hambatan
yang akan kita hadapi sebagai konsekuensi dari perilaku yang akan kita lakukan.
DAFTAR PUSTAKA
1. Azwar, Saifuddin. Sikap Manusia Teori dan Pengukurannya. Pustaka Pelajar. Yogyakarta.
2007.
2. Graeff, Judith. A, et al, Komunikasi Untuk Kesehatan dan Perubahan
Perilaku. Gadjah MadaUniversity Press. Yogyakarta. 1996.
3. Kumala, Estidia. 2012. Diakses tanggal 4 November 2012. Dikutip dari
website:http://www.scribd.com/doc/82897774/laporan-observasi-FGDm
4. Machfoedz, Ircham dan Eko Suryani. 2007. Pendidikan Kesehatan Bagian dari
Promosi Kesehatan. Yogyakarta : Fitramaya.
5. Maulana, Heri D. J. Promosi Kesehatan, EGC. Jakarta. 2009
6. Ogden, Jane. Health Psychology. Open University Press. Buckingham. Philadelphia. 1996
Smert, Bart. Psikologi Kesehatan. PT. Gramedia Widiasarana Indonesia. Jakarta. 199 ogg,
Michael A. Social Psychology : An Introduction. Prentice Hall. 1995
7. Shim, Terence A. 2003. Periklanan Promosi Aspek Tambahan Komunikasi
Terpadu. Diterjemahkan oleh Revyani Sjahrial dan Dyah Anikasari. Jakarta :
Erlangga.
8. Soekidjo, Notoatmodjo. 2005. Promosi Kesehatan Teori dan Aplikasi. Jakarta :
Rineka Cipta.
9. http://www.scribd.com/doc/101688298/Theory-of-Reasoned-Action
10. http://zakarija.staff.umm.ac.id/files/2010/12/Theory-of-Planned Behavior-
masihkah-relevan1.pdf