Professional Documents
Culture Documents
BUDAYA ORGANISASI
SPIRITUAL
D
alam analisis Keith Davis dan John W.
Newstrom menjelaskan bahwa konsep dasar
budaya organisasi sebagai “organizational
culture is the set of assumption, beliefs, values, and norms
that is shared among its members” (Mangkunegara, 2005:
113). Penjelasan di atas menekankan bahwa budaya
organisasi merupakan seperangkat asumsi atau sistem
keyakinan, nilai-nilai, dan norma yang dikembangkan
dalam suatu organisasi serta menjadi pedoman tingkah
laku anggotanya.
Namun bagi Robbins (2002) budaya organisasi
lebih berkembang ke arah persepsi bersama yang
dianut oleh anggota suatu organisasi yang memiliki
makna bersama. Makna bersama yaitu seperangkat
karakteristik utama yang dihargai oleh organisasi
tersebut. Dengan demikian, budaya organisasi menjadi
sebuah sistem nilai serta kepercayaan bersama dalam
organisasi, sehingga memiliki perbedaan dengan
organisasi lainnya.
61
Budaya organisasi merupakan perpaduan
nilai, keyakinan, asumsi, pemahaman, serta
harapan yang diyakini oleh semua anggota or-
ganisasi. Semua aspek ini menjadi pedoman
bagi perilaku serta pemecahan masalah yang
mereka hadapi.
64
masyarakat. Nuansa budaya organisasi seperti ini
digerakkan oleh semua insan yang ada pada suatu
wilayah tersebut. Pada konteks ini tokoh agama,
tokoh masyarakat, dan semua anggota masyarakat
tetap memegang prinsip-prinsip spiritual serta tingkat
kerohanian yang memadai.
Pada konteks budaya organisasi pariwisata
spiritual tentu harus mampu mencerminkan norma-
norma, nilai-nilai, serta disiplin yang bernuansa
spiritual. Lebih jelasnya, budaya organisasi yang
mereka ciptakan harus tetap mencirikan organisasi
pariwisata spiritual. Dengan memiliki ciri-ciri seperti
ini maka suatu daerah bisa dikategorikan sebagai
destinasi pariwisata spiritual.
72
Dengan kemampuan manajerial serta organisasi yang
kuat maka dapat mengambil tindakan tegas terhadap
oknum-oknum yang tidak bertanggung jawab
sekalipun.
75
pada saat organisasi betul-betul sudah berdiri.
Bisa dikatakan bahwa begitu organisasi didirikan
pembentukan budaya pun dimulai. Pembentukan
suatu budaya organisasi tidak bisa dipisahkan dari
peran para pendiri organisasi tersebut.
Para pemimpin mempunyai potensi paling besar
untuk menanamkan serta memperkuat aspek-aspek
budaya dalam organisasi. Menurut Schein (Gary, 1998)
ada lima mekanisme utama yang diperankan oleh
setiap pemimpin, yaitu:
1. Perhatian (attention). Para pemimpin meng_
komunikasikan prioritas-prioritas, nilai-nilai,
perhatian mengenai sesuatu seperti merencanakan
rapat mengenai kemajuan atau “management by
walking around”.
2. Reaksi terhadap krisis. Sebuah perusahaan yang
sedang menghadapi tingkat penjualan yang turun
maka semua pegawai bekerja dalam waktu lebih
pendek dan bersedia menerima pemotongan gaji.
3. Pemodelan peran. Para pemimpin dapat
mengkomunikasikan nilai-nilai dan harapan-
harapan melalui tindakan mereka sendiri.
4. Alokasi imbalan. Kreteria yang digunakan
sebagai dasar untuk mengalokasikan imbalan
seperti peningkatan upah atau promosi dapat
dikomunikasikan oleh pemimpin.
5. Kriteria menyeleksi dan memberhentikan. Para
76
pemimpin dapat merekrut orang yang mempunyai
nilai-nilai, keterampilan, atau ciri-ciri tertentu.
79
80