Professional Documents
Culture Documents
ABSTRAK
Dispepsia merupakan kumpulan gejala yang terdiri dari nyeri ulu hati, mual,
kembung, muntah, rasa penuh, cepat kenyang dan sendawa. Beberapa faktor resiko
terhadap kejadian dyspepsia adalah faktor diet, pola makan, psikologis, peningkatan
sekresi asam lambung, penurunan fungsi motorik lambung (motalitas), Non Steroid Anti
Inflamatory Drugs (NSAID), infeksi helicobacter pilori (Hp) dan gaya hidup (merokok,
konsumsi kopi dan alkohol). Tujuan penelitian adalah diketahuinya faktor-faktor resiko
terhadap kejadian dispepsia di Instalasi Rawat Inap RSUD Cideres Kabupaten Majalengka
Tahun 2015.
Penelitian menggunakan jenis deskriptif analitik kepada variabel independen faktor
diet, pola makan, gaya hidup, penggunaan Non Steroid Anti Inflamatory Drugs (NSAID) dan
variabel dependen adalah kejadian dispepsia. Penelitian dilaksanakan tanggal 18 Mei - 19
Juni 2015 kepada 96 pasien menggunakan acidental sampling
Hasil penelitian didapatkan gambaran resiko tinggi terhadap kejadian dispepsia
akibat faktor pola makan dan diet 51,04%, faktor gaya hidup 64,58%, faktor NSAID
56,25% dan resiko rendah terhadap kejadian dispepsia akibat faktor pola makan dan diet
48,96%, faktor gaya hidup 35,42% dan faktor NSAID 43,75%.
Menindaklanjuti keadaan tersebut, maka perawat harus mampu melaksanakan
pendidikan kesehatan pada pasien sesuai faktor yang paling berresiko yaitu gaya hidup
pasien misalnya menbgurangi mengkonsumsi minuman kopi, teh, minuman beralkohol
dan merokok selain faktor pola makan, diet dan penggunaan Non Steroid Anti Inflamatory
Drugs (NSAID).
I. PENDAHULUAN
Tujuan sistem kesehatan Indonesia sebesar 47% dan diperkirakan pada tahun
adalah untuk meningkatkan kualias sumber 2020 proporsi kematian akan meningkat
daya manusia, kualitas hidup, usia harapan menjadi 73% dan proporsi kesakitan
hidup, tingkat kesejahteraaan keluarga dan menjadi 60%. Untuk negara SEARO (South
masyarakat, kepedulian akan pola hidup East Asian Regional Office) tahun 2020
sehat (DepKes, 2012). diperkirakan proporsi kematian dan
Menurut WHO, (2002) menyatakan kesakitan yang disebabkan oleh penyakit
bahwa proporsi tingkat kematian di dunia tidak menular 50 % dan 42 % (DepKes RI,
yang disebabkan oleh penyakit tidak 2006)
menular sebesar 60% proporsi kesakitan
Jurnal Keperawatan dan Kesehatan MEDISINA AKPER YPIB Majalengka#Volume I Nomor 2 Juli 2015
1
Di Indonesia menurut hasil studi 20% yang mencari pertolongan medis.
morbiditas pada Survei Kesehatan Rumah Angka insidensi dispepsia diperkirakan
Tangga (SKRT) prevalensi penyakit tidak antara 1 - 8 %. Tetapi belum ada data
menular meningkat dari 15% pada tahun epidemiologi dispepsia yang pasati di
1995 menjadi 18% pada tahun 2014. Saat ini Indonesia (Djojodiningrat D, 2009).
di Indonesia sedang berlangsung transisi Survei yang dilakukan A.F. Syam, (2007)
epidemiologi dan demografi. Hal ini mengemukakan bahwa dari 93 pasien yang
ditunjukkan dengan terjadi peningkatan diteliti hampir 50% mengalami dispepsia.
urbanisasi, industrialisasi dan penyakit Survei dilakukan oleh bagian Ilmu penyakit
kronis dan degradasi lingkungan dan bahaya dalam FKUI pada masyarakat Jakarta pada
terhadap keselamatan kerja. Menurut Pathol, tahun 2006 dari 1645 responden terdapat
(1994) diperkirakan lebih dari 30 juta 60% responden dengan sindrom dispepsia
penduduk di seluruh dunia mengkonsumsi (Judarwanto W. 2009).
NSAID setiap hari dan akan berpengaruh Hasil penelitian yang dilakukan oleh
pada peningkatan risiko terjadi penyakit Shmueily et al (2003) di Kenya
akibat efek samping obat yaitu gangguan menunjukkan bahwa infeksi oleh
sistem pencernaan (DepKes, 2007). Helicobacter Pylori berhubungan dengan
Menurut Badan Litbangkes, (2001) dispepsia sebesar 2,4 kali (CI 95 % =1.5 – 3.9
sejalan dengan transisi tersebut terjadi dengan p = 0.001). Risiko terjadinya
perubahan gaya hidup seperti merokok, dispepsia sebesar 4.1 kali pada usia ≥ 21
konsumsi kopi, alkohol menjadi faktor risiko tahun ( CI 95 % = 1.1 – 14.9) sedangkan
terjadinya berbagai macam penyakit risiko terjadinya dispepsia pada
dispepsia dan merupakan keadaan klinis pengetahuan yang rendah sebesar 3.3 kali
yang sering dijumpai dalam praktek sehari- (CI 95 % = 1.7 – 6.2) serta risiko terjadinya
hari dimana diperkirakan 30% kasus pada dispepsia pada jumlah keluarga > 7 orang
praktek umum dan 60% pada praktek sebesar 2.9 kali ( CI 95 % = 1.7 – 5.6) dan
gastroenterologis (DepKes, 2007). pada jenis kelamin perempuan sebesar 2.2
Perubahan diet dan pola makan diduga kali (CI 95 % = 1.3 -3.7) (Masyhuda, 2012).
berbagai jenis makanan dilaporkan oleh Menurut Sanjay et al, (2008) bahwa
pasien sebagai hal yang mencetuskan hasil penelitian yang dilakukan oleh
serangan dispepsia, misalnya buah-buahan, Christensen et al. (2006) di Denmark
asinan, makanan berlemak, berbumbu menunjukkan ada hubungan yang signifikan
sangat pedas atau asam (cabe, lada, cuka) antara penggunaan NSAID dengan kejadian
dan faktor resiko dari alkohol teh dan kopi. dispepsia yaitu 2.33 kali dengan orang yang
Tetapi pada penelitian sulit dibuktikan tidak mengkonsumsi NSAID (95% CI=1.72 –
bahwa faktor itu berlaku untuk setiap orang 3.15). Merokok adalah suatu kebiasaan
(DepKes, 2007). mengisap rokok yang dilakukan dalam
Dispepsia merupakan keluhan atau kehidupan sehari-hari merupakan suatu
kumpulan gejala yang terdiri dari nyeri atau kebutuhan yang tidak bisa dielakkan lagi
rasa tidak nyaman di epigastrum, mual, bagi orang yang mengalami kecenderungan
muntah, kembung, cepat kenyang, rasa perut terhadap rokok. Merokok menghambat
penuh, sendawa (Suyono, 2007). Keluhan ini sekresi pankreas dan menurunkan tekanan
dapat disebabkan atau didasari oleh esophagus juga mengurangi kontraksi otot
berbagai penyakit, tentunya termasuk pula polos lambung sehingga mendorong
penyakit lambung yang diasumsikan oleh pembentukan tukak lambung. Merokok
orang awam sebagai penyakit maag atau merupakan salah satu faktor risiko
lambung. Dispepsia merupakan keluhan terjadinya dispepsia non ulkus dimana risiko
umum dalam waktu tertentu dapat dialami terjadinya dispepsia pada perokok yang
oleh seseorang. Berdasarkan penelitian pada merokok ≤ 10 batang/hari yaitu 2.2 kali (95
populasi umum di dapatkan 15 - 30 % orang % CI=1.3 – 3.7) dibandingkan dengan yang
dewasa pernah mengalami hal ini. Dari data tidak merokok) (Masyhuda, 2012).
di negara barat didapatkan angka prevalensi Hasil penelitian yang dilaksanakan Sani
dispepsia berkisar 7 - 41 % tapi hanya 10- A, (2004) menyatakan di Lombok dan
Jurnal Keperawatan dan Kesehatan MEDISINA AKPER YPIB Majalengka#Volume I Nomor 2 Juli 2015
2
Jakarta memperlihatkan 75% dan 61% pria disertai muntah. Nyeri epigastrium pada
dewasa dan kurang dari 5% wanita dewasa dispepsia termasuk pada katergori nyeri
mempunyai kebiasaan merokok viseral dan terjadi secara kronis karena
menghabiskan rokok lebih dari 20 batang adanya rangsangan pada struktur dalam
per hari (Sattiyani F.Y, 2011). rongga perut misalnya karena adanya odema
Menurut Vivi Juanita (2003) bahwa atau peradangan, peritonium viseral
Departemen Kesehatan melalui bagian pusat dipersarafi oleh sistem saraf autonom.
promosi kesehatan menyatakan Indonesia Pasien yang merasakan nyeri viseral
merupakan salah satu negara berkembang biasanya tidak dapat menunjukkan secara
yang memiliki tingkat konsumsi rokok dan tepat letak nyeri sehingga biasanya pasien
produksi rokok tertinggi. Berdasarkan data menggunakan seluruh telapak tangan untuk
dari World Health Organization (WHO) menunjukan daerah yang nyeri. Pada setiap
tahun 2002 Indonesia menduduki urutan ke individu persepsi nyeri epigastrium
5 terbanyak dalam konsumsi rokok di dunia berbeda-beda, karena persepsi nyeri
dan setiap tahun mengkonsumsi 2,5 miliar dipengaruhi oleh beberapa faktor seperti
batang rokok. Angka kekerapan merokok di etnik, kultur, proses belajar, lingkungan,
Indonesia yaitu 60 % - 70% pada laki-laki di kecemasan dan persepsi klien sendiri
perkotaan dan 80% - 90% di pedesaaan tentang nyerinya (Brunner & Suddart, 2003).
(Masyhuda, 2012). Berdasarkan data 10 besar penyakit dari
Dispepsia dapat disebabkan oleh Rekam Medik RSUD Majalengka tahun 2014
kelainan organik seperti tukak peptik, bahwa angka kejadian dispepsia menempati
gastritis, batu kandungan empedu dan urutan ke 4 yaitu 221 kejadian setelah
lainnya atau yang bersifat fungsional. urutan BBL Hidup, Anemia dan Stroke maka
Dispepsia fungsional dibagi menjadi 3 jumlahnya lebih rendah dibandingkan
kelompok yaitu : 1. Dispepsia tipe seperti kejadian dispepsia di RSUD Cideres. Jumlah
ulkus, yang lebih dominan adalah nyeri ulu populasi yang banyak akan memudahkan
hati ; 2. Dispepsia tipe dismotilitas yang peneliti untuk melakukan penelitian,
lebih dominan adalah keluhan kembung, sehingga peneliti akan melaksanakan
mual, muntah, rasa penuh, cepat kenyang ; 3. penelitian di RSUD Cideres Kabupaten
Dispepsia tipe non spesifik tidak ada Majalengka.
keluhan yang dominan (Suyono, 2007). Berdasarkan data yang diuraikan pada
Beberapa faktor resiko terhadap fenomena bahwa penyakit dispepsia
kejadian dispepsia adalah faktor diet, dan merupakan penyakit terbanyak yang
pola makan, peningkatan sekresi cairan diderita pasien pada tahun 2014 dan
asam lambung, penurunan fungsi motorik jumlahnya meningkat 9-10 kali
lambung (motalitas), psikologis, obat-obatan dibandingkan dengan frekwensi kejadian
anti inflamasi non steroid, dan faktor infeksi dispepsia pada tahun 2013 dan 2014, maka
helicobacter pilori (Hp) (Brunner & Suddart, peneliti tertarik untuk melakukan penelitian
2003). tentang faktor resiko terhadap kejadian
Keluhan dispepsia sering dikeluhkan dispepsia dan menentukan judul penelitian
oleh pasien dengan gangguan yang terjadi “Faktor Resiko Terhadap Kejadian Dispepsia
pada saluran pencernaan terutama lambung di Instalasi Rawat Inap RSUD Cideres
seperti rasa penuh, nyeri daerah Kabupaten Majalengka Tahun 2015”.
epigastrium, anoreksia, mual kadang-kadang
Jenis dan desain penelitian adalah suatu dalam penelitian ini adalah penelitian
bentuk rancangan yang digunakan dalam deskriptif yang bertujuan menggambarkan
melakukan prosedur penelitian (Hidayat, obyek atau peristiwa pada saat sekarang.
2007). Jenis penelitian yang digunakan
Jurnal Keperawatan dan Kesehatan MEDISINA AKPER YPIB Majalengka#Volume I Nomor 2 Juli 2015
3
III. HASIL PENELITIAN
Tabel 4.1. Distrinusi Frekuensi Faktor Resiko Diet dan Pola Makan terhadap Kejadian
Dispepsia di Instalasi Rawat Inap RSUD Cideres Kabupaten Majalengka Tahun 2015
Tabel 4.2. Distrinusi Frekuensi Faktor Resiko Gaya Hidup terhadap Kejadian Dispepsia
di Instalasi Rawat Inap RSUD Cideres Kabupaten Majalengka Tahun 2015
Tabel 4.3. Distrinusi Frekuensi Faktor Resiko Penggunaan Obat NSAID terhadap
Kejadian Dispepsia di Instalasi Rawat Inap RSUD Cideres Kabupaten Majalengka Tahun
2015
Penggunaan Obat
Jumlah %
NSAID
Resiko Tinggi 54 56,25
Resiko Rendah 42 43,75
Jurnal Keperawatan dan Kesehatan MEDISINA AKPER YPIB Majalengka#Volume I Nomor 2 Juli 2015
4
Jumlah 96 100
IV. PEMBAHASAN
Jurnal Keperawatan dan Kesehatan MEDISINA AKPER YPIB Majalengka#Volume I Nomor 2 Juli 2015
8
DAFTAR PUSTAKA
Biasco G, Paganelli GM, Vaira D, Holton J, Di Firman, 2011. Analisa Minuman Bersoda. At ;
Febo G, Brillanti S, et all. 2003. Serum http://www.gedoor.com/wp-
Pepsinogen I And II Concentrations And content/uploads/2011/10/analisis.pd
IGG Antibody To Helicobacter Pylori In f (diakses 25 Juni 2015 pukul 22.15).
Dyspeptic Patients. J Clin Pathol.
Hidayat A. A. 2007. Riset Keperawatan dan
Djojodiningrat Dharmika. 2009. Buku Ajar Ilmu Teknik Penulisan Ilmiah, Jakarta,
Penyakit Dalam. 4th. ed. Jakarta ; Pusat Salemba Medika.
Penerbitan Departemen Ilmu Penyakit
Dalam Herman, B. 2004. Fisiologi Pencernaan Untuk
Kedokteran. Padang : Andalas
DepKes RI, 2012. Profil Data Kesehatan University Press.
Indonesia Tahun 2011 Kementerian
Kesehatan Republik Indonesia. At : Harahap, Y. 2009. Skripsi ; Karakteristik
http://www.depkes.go.id (diakses 06 Penderita Dispepsia Rawat Inap Di
Maret 2015 pukul 21.00). Rumah Sakit Martha Friska Medan
Tahun 2007. At http://repository.
Darya I Wayan, I Dewa Nyoman Wibawa J. usu.ac.id/bitstream/123456789/146
2009. Penyakit Dalam, Volume 10 98 81/1/10E00274.pdf (diakses 25 Juni
Nomor 2 dan Penderita Dyspepsia ; 2015 pukul 22.45).
Tesis Program Pendidikan Dokter Iping, S. 2004. Metode Makan Kualitatif Cara
Spesialis I Ilmu Penyakit Dalam, Nutakhir Untuk Langsing dan Sehat.
Fakultas Kedokteran Universitas Puspa Suara. Jakarta.
Udayana, Denpasar 2005.
Judarwanto W. 2009. Koran Indonesia Sehat
______, 2007. Peta Kesehatan Indonesia Tahun Network Information Education
2007. Ditjen PP & PL Depkes RI, 2007. Network. All Rights Reserved : Sakit
Jurnal Keperawatan dan Kesehatan MEDISINA AKPER YPIB Majalengka#Volume I Nomor 2 Juli 2015
9
Maag atau Dispepsia Merupakan
Penyakit Menahun Yang Membandel. Soeparman dan Sarwono Waspadji. 2004. Ilmu
At : http://koranindonesiasehat. Penyakit Dalam. Jilid II. Jakarta. Balai
wordpress.com/ (diakses 28 Februari Penerbit FKUI.
2015 pukul 21.15).
Sattiyani Fitri Y. 2011. Skripsi ; Hubungan
Masyhuda, 2012. Tesis : Faktor-Faktor Yang Kebiasaan Merokok Dengan Kejadian
Berhubungan Dengan Kejadian Hipertensi Di Klinik M.H. Thamrin
Dispepsia Di RSUD Pandan Arang Kalideres Jakarta. At : http://library.
Kabupaten Boyolali. At : http://etd esaunggul.ac.id/opac/files/S0000047
.ugm.ac.id/index.php? (diakses 06 99.pdf (diakses 04 Maret 2015 pukul
Maret 2015 pukul 21.13). 22.15).
Mulia, A. (2010). Pengetahuan Gizi, Pola Makan Suyono. 2007. Buku Ajar : Ilmu Penyakit
Dan Status Gizi Mahasiswa Pendidikan Dalam. Jilid II. edisi 3. Jakarta. Balai
Tekhnologi Kimia Industri (PTKI) Penerbit FKUI.
Medan. At ; http://
repository.usu.ac.id/bitstream/12345 Soehardi, S. (2004). Memelihara Kesehatan
6789/20338/4/Chapter%20II.pdf Jasmani Melalui Makanan. Bandung :
(diakses 25 Juni 2015 pukul 21.55). ITB.
______, 2007. Promosi Kesehatan dan Ilmu Sebayang, N. 2011. Skripsi : Gambaran
Perilaku, Jakarta, Rineka Cipta. Pengetahuan dan Perilaku
Pencegahan Gastritis Mahasiswa S1
Naito Y, Ito I, Watanabe T, Suzuki H, 2005. Fakultas Keperawatan Universitas
Biomarkers In Patients With Gastric Sumatera Utara. At ;
Inflammation : A Systematic Review http://library.usu.ac.id/download/fk/
Digestion. psikiatri-citra.pdf (diakses 26 Juni
2015 pukul 23.00)
Potter dan Perry. 2005. Buku Ajar
Fundamental Keperawatan, Konsep, STIKes YPIB, 2015. Pedoman Penyusunan dan
Proses, dan Praktik. Volume 1, edisi 4. Penulisan Skripsi Program Sarjana
Jakarta. EGC. Keperawatan STIKes YPIB Majalengka
2015
Rizkiani, I. 2009. Pengaruh Pemberian Kopi
Dosis Bertingkat Peroral Selama 30 Widyatomo S. 2010 Karya Tulis : Karakteristik
Hari Terhadap Gambaran Histologi Fisik Kopi Pasca Pengukusan Dalam
Lambung Tikus Wister. At ; http:// Reactor Kolom Tunggal. At :
eprints.undip.ac.id/14232/1/Inne_Riz http://www.iccri.net/index.php?
kiani.pdf (diakses 25 Juni 2015 pukul (diakses 28 Februari 2015 pukul
23.00). 22.25).
Jurnal Keperawatan dan Kesehatan MEDISINA AKPER YPIB Majalengka#Volume I Nomor 2 Juli 2015
10