You are on page 1of 41

KONSEP MUTU DAN AKREDITASI

PUSKESMAS dan KLINIK

Disampaikan pada Pelatihan Akreditasi Puskesmas Kab. Cirebon


22 Maret 2016
Pengertian mutu
 Mutu adalah kepatuhan terhadap standar yang telah ditetapkan
(Crosby, 1984)
 Mutu adalah memenuhi bahkan melebihi kebutuhan dan
keinginan pelanggan melalui perbaikan seluruh proses secara
berkelanjutan (Zimmerman)
 Donabedian: Tidak dapat dibuat satu definisi ttg mutu
 Donabedian mengusulkan definisi sbb:
– The absolutist definition: the possibility of benefit and
harm to health as valued by practitioner, with no attention
to cost
– The individualized definition: the patient’s expectations of
benefit and/or harm and other undesired consequences
– The social definition: the cost of care, the benefit/harm
continuum, distribution of health care as valued by the
population in general
Mutu (Kemenkes)

 Mutu pelayanan kesehatan


adalah kinerja yang menunjuk
pada tingkat kesempurnaan
pelayanan kesehatan, yang
disatu pihak dapat
menimbulkan kepuasan pada
setiap pasien sesuai dengan
tingkat kepuasan rata-rata
penduduk, serta dipihak lain
tata cara penyelenggaraannya
sesuai dengan standar dan
kode etik profesi yang telah
ditetapkan
Perspektif mutu

 Mutu dapat ditinjau dari berbagai perspektif:


– baik dari perspekstif penerima pelayanan
kesehatan,
– profesi tenaga pelaksana pelayanan
kesehatan
– pengelola program/sarana kesehatan,
– penyandang dana,
– pembuat dan pelaksana kebijakan
pelayanan kesehatan
8 Prinsip dasar peningkatan mutu

 Pusat perhatian pada pelanggan


(client centered)
 Kepemimpinan
 Keterlibatan personil
 Pendekatan proses
 Pendekatan sistem untuk
pengelolaan
 Peningkatan berkesinambungan
 Pembuatan keputusan
berdasarkan fakta
 Hubungan saling menguntungkan
dengan rekanan
Mutu pelayanan puskesmas

mutu

SISTEM
SISTEM
MANAJEMEN
PELAYANAN
MUTU
Penyebab masalah mutu:

Variasi Proses

1 Proses tidak diukur dg baik

2 Proses tidak dimonitor dg baik

3 Proses tidak dikendalikan dg baik

4 Proses tidak dipelihara dg baik

5 Proses tidak disempurnakan


Sistem Manajemen Mutu

mengukur
memonitor

Sistem
menyempurnakan Manajemen
Mutu
mengendalikan

memelihara
Mutu pelayanan puskesmas

Komitmen
Leadership

SISTEM
SISTEM Mengukur PELAYANAN
MANAJEMEN Memonitor -Struktur
Mengendalikan -Proses
MUTU Memelihara
Menyempurnakan -Outcome
Mendokumentasik
an
Mengukur Indikator

Memonitor

Standar/
Mengendalikan
SPO

Ringkas, Rapih,
Memelihara Resik, Rawat,
Rajin

CQI:
Menyempurnakan
Siklus PDCA
11

Health care
regulation
(Nihal Hafez, 1997)

Suatu aksi sosial yang dilakukan (oleh


pemerintah) untuk mempengaruhi secara
langsung atau tidak langsung terhadap
perilaku dan fungsi tenaga kesehatan
dan/atau organisasi kesehatan
Akreditasi merupakan salah satu BENTUK
audit eksternal
untuk menilai sistem pelayanan dan sistem
mutu apakah sudah sesuai dengan standar yg
ditetapkan
Akreditasi puskesmas dan fasyankes
tingkat pertama
Akreditasi adalah suatu pengakuan yang
diberikan oleh lembaga eksternal terhadap hasil
penilaian kesesuaian proses dengan standar
yang berlaku (digunakan).
Akreditasi Puskesmas dan Klinik adalah suatu
pengakuan terhadap hasil dari proses penilaian
eksternal, oleh Komisioner Akreditasi terhadap
Puskesmas dan Klinik, apakah sesuai dengan
standar akreditas yang ditetapkan.
Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 36 Tahun 2009 tentang
Kesehatan, pasal 54 ayat (1) menyatakan bahwa penyelenggaraan
pelayanan kesehatan dilaksanakan secara bertanggungjawab, aman,
bermutu serta merata dan non diskriminatif

Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 29 Tahun 2004 tentang


Praktik Kedokteran, Pasal 49 bahwa setiap dokter/dokter gigi dalam
melaksanakan praktik kedokteran atau kedokteran gigi wajib
menyelenggararakan kendali mutu

Peraturan Presiden Republik Indonesia Nomor 72 Tahun 2012 tentang


Sistem Kesehatan Nasional, Lembaran Negara Republik Indonesia
Tahun 2012 Nomor 193; Pelayanan kesehatan kepada Peserta
Jaminan Kesehatan harus memperhatikan mutu pelayanan,
berorientasi pada aspek keamanan pasien, efektifitas tindakan,
kesesuaian dengan kebutuhan pasien, serta efisiensi biaya.
Pembagian subsistem upaya kesehatan :
1.Upaya kesehatan
2.Fasyankes
3.Sumber Daya upaya Kesehatan
4.Pembinaan dan Pengawasan

Pembinaan dan pengawasan upaya kesehatan :


1. Pelayanan kesehatan harus diberikan berdasarkan standar pelayanan
yang telah ditetapkan oleh Pemerintah dengan memperhatikan
masukan dari Pemerintah Daerah, organisasi profesi, dan/atau
masyarakat.
2. Pembinaan dan pengawasan upaya kesehatan dilakukan secara
berjenjang melalui standarisasi, sertifikasi, lisensi, akreditasi, dan
penegakan hukum yang dilakukan oleh pemerintah bersama dengan
organisasi profesi dan masyarakat.
1. Pelayanan kesehatan kepada Peserta Jaminan Kesehatan harus
memperhatikan mutu pelayanan, berorientasi pada aspek keamanan
pasien, efektifitas tindakan, kesesuaian dengan kebutuhan pasien,
serta efisiensi biaya.
2. Penerapan sistem kendali mutu pelayanan Jaminan Kesehatan
dilakukan secara menyeluruh meliputi pemenuhan standar mutu
Fasilitas Kesehatan, memastikan proses pelayanan kesehatan
berjalan sesuai standar yang ditetapkan, serta pemantauan terhadap
luaran kesehatan Peserta.
3. Ketentuan mengenai penerapan sistem kendali mutu pelayanan
Jaminan Kesehatan sebagaimana dimaksud pada ayat (2) diatur
dengan Peraturan BPJS.
Dalam rangka menjamin kendali mutu dan biaya, Menteri bertanggung
jawab untuk:

1. Penilaian teknologi kesehatan (health technology assessment);


2. Pertimbangan klinis (clinical advisory) dan Manfaat Jaminan
Kesehatan;
3. Perhitungan standar tarif; dan
4. Monitoring dan evaluasi penyelenggaraan pelayanan Jaminan
Kesehatan
Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia
Nomor 71 Tahun 2013
tentang
PELAYANAN KESEHATAN PADA JAMINAN
KESEHATAN NASIONAL

Pasal 6 (2) :
selain persyaratan sbgmana dimaksud pada ayat
1 (persyaratan yg harus dipenuhi bagi Faskes
tingkat pertama), Faskes tingkat pertama juga
harus telah terakreditasi
Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia
Nomor 75 Tahun 2014

tentang
PUSKESMAS

Pasal 39 (1) :
Dalam upaya peningkatan mutu pelayanan,
puskesmas wajib diakreditasi secara berkala
paling sedikit 3 (tiga) tahun sekali
Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia
Nomor 46 Tahun 2015

tentang
AKREDITASI PUSKESMAS, KLINIK PRATAMA
,TEMPAT PRAKTEK MANDIRI DOKTER DAN
TEMPAT PRAKTEK MANDIRI DOKTER GIGI

Pasal 3 (1) :
Puskesmas, Klinik Pratama, tempat praktek
mandiri dokter, dan tempat praktek mandiri
dokter gigi wajib terakreditasi.
Adanya variasi kualitas penyelenggaraan Puskesmas dan
Klinik, yang disebabkan karena perbedaan :
1.Proses Pengukuran
2.Proses Monitoring
3.Proses Pengendalian
4.Proses Pemeliharaan
5.Proses Penyempurnaan
6.Proses Pendokumentasian
Sebagai wahana pembinaan peningkatan mutu kinerja
melalui perbaikan yang berkesinambungan terhadap
sistem manajemen, sistem manajemen mutu dan
sistem penyelenggaraan pelayanan klinis, serta
penerapan manajemen risiko

Sebagai syarat recredensialing PPK 1 BPJS pada


Sistem Jaminan Kesehatan Nasional
1. Memberikan keunggulan kompetitif
2. Memperkuat kepercayaan masyarakat terhadap fasyankes
3. Menjamin diselenggarakannya pelayanan kesehatan primer kepada
pasien dan masyarakat.
4. Meningkatkan pendidikan pada staf Fasyankes primer untuk
memberikan pelayanan terbaik bagi masyarakat
5. Meningkatkan pengelolaan risiko baik pada pelayanan pasien baik di
Puskesmas maupun fasyankes primer lainnya, dan penyelenggaraan
upaya Puskesmas kepada masyarakat
6. Membangun dan meningkatkan kerja tim antar staf fasyankes primer
7. Meningkatkan reliabilitas dalam pelayanan, ketertiban
pendokumentasian, dan konsistensi dalam bekerja
8. Meningkatkan keamanan dalam bekerja.
SDM
Biaya
Pelayanan
Sarana
Kesehatan
Prasarana
Yang
Alat Kesehatan
Berkualitas Kepuasan
Pasien

Penyelenggaraan Pelayanan :
-Mengukur
-Memonitor
-Mengendalikan
-Memelihara
-Menyempurnakan
-Mendokumentasikan

Continous Improvement
Penyelenggaraan
Pelayanan
Peraturan (Produksi):
Kebijakan
Perundangan -mengukur
Pedoman Outcome
Pedoman Kr.Acuan -memonitor
Prosedur Pelayanan
Acuan -mengendalikan
Manual Kepuasan
Standar -memelihara
-menyempurnakan
-mendokumentasikan

Akreditasi

Standar
Akreditasi
Akreditasi Puskesmas

Upaya Kesehatan
Perorangan
Pelayanan
Yang Upaya Kesehatan
Masyarakat
diakreditasi
Administrasi manajemen
Puskesmas
Akreditasi Klinik

Upaya Kesehatan
Perorangan
Pelayanan
Yang
diakreditasi
Administrasi manajemen
Klinik
Bab dari standar akreditasi Puskesmas :

Bab I. Penyelenggaraan Pelayanan Puskesmas (PPP)


Bab II. Kepemimpinan dan Manajemen Puskesmas (KMP)
Bab III. Peningkatan Mutu Puskesmas (PMP)

Standar Administrasi dan Manajemen


Bab dari standar akreditasi Puskesmas :

Bab IV. Upaya Kesehatan Masyarakat yang Berorientasi Sasaran


(UKMBS)
Bab V. Kepemimpinan dan Manajemen Upaya Kesehatan
Masyarakat (KMUKM)
Bab VI. Sasaran Kinerja Upaya Kesehatan Masyarakat

Standar Upaya Kesehatan Masyarakat


Bab dari standar akreditasi Puskesmas :

Bab VII. Layanan Klinis yang Berorientasi Pasien (LKBP)


Bab VIII. Manajemen Penunjang Layanan Klinis (MPLK)
Bab IX. Peningkatan Mutu Klinis dan Keselamatan Pasien (PMKP)

Standar Upaya Pelayanan Perorangan


Standar Akreditasi Klinik

Terdiri dari 2 Bagian dan 4 Bab

Bab dari standar akreditasi Klinik :

Bab I. Kepemimpinan dan Manajemen Klinik (KMK)


Bab II. Layanan Klinis yang Berorientasi Pasien (LKBP)
Bab III. Manajemen Penunjang Layanan Klinis (MPLK)
Bab IV Peningkatan Mutu Klinis dan Keselamatan Pasien (PMKP)
Standar akreditasi puskesmas disusun dalam
9 bab, dengan 776 elemen penilaian (EP):

Bab I. Penyelenggaraan Pelayanan Puskesmas (PPP) dengan 59 EP


Bab II. Kepemimpinan dan Manajemen Puskesmas (KMP) dengan 121 EP
Bab III. Peningkatan Mutu dan Manajemen Risiko (PMMR) dengan 32 EP
Bab IV. Upaya Kesehatan Masyarakat yang Berorientasi Sasaran (UKMBS)
dengan 53 EP
Bab V. Kepemimpinan dan Manajemen Upaya Kesehatan Masyarakat
(KMUKM) dengan 101 EP
Bab VI. Sasaran Kinerja Upaya Kesehatan Masyarakat dengan 29 EP
Bab VII. Layanan Klinis yang Berorientasi Pasien (LKBP) dengan 151 EP
Bab VIII. Manajemen Penunjang Layanan Klinis (MPLK) dengan 172 EP
Bab IX. Peningkatan Mutu Klinis dan Keselamatan Pasien (PMKP) dengan
58 EP
Akses
Kegagalan
melakukan
akses
Keterlambatan
akses
Salah 33
menuju/memilih
Pendaftaran
Kekeliruan identitas
rekam medis
Rekam medis tidak
ditemukan, dibuatkan
rekam medis baru,
Kartu identitas tertukar,
Rekam medis tertukar
Pengkajian
&
Penyusunan
Rencana asuhan

Salah diagnosis
Salah baca hasil
pem
Penunjang
Salah interpertasi
hasil
Salah menyusun
Tindakan
dan
Pemberian
Pelaksanaan asuhan tidak
sesuai rencana asuhan
obat
Kekeliruan dalam melakukan
tindakan medik/keperawatan
Kekeliruan dalam menyediakan
diit
Kekeliruan dalam penulisan
resep, penyediaan obat,
pemberian obat yang tidak
perlu, tidak memberikan obat
yang diperlukan, peracikan
obat, informasi ttg obat, dsb
Pemberian pelayanan yang
tidak bersih,
Pemberian terapi yang tidak
dimonitor
Evaluasi
dan tindak
lanjut
Proses manajemen risiko

Menetapkan lingkup
Manajemen risiko
Kajian risiko (risk assessment)

Identifikasi risiko
Monitoring,
Komunikasi audit
dan dan
Konsultasi Analisis risiko Tinjauan
pd (review)
stakeholders Dukungan
Evaluasi risiko internal
tdk
ya

Tindakan/treatment
terhadap
risiko
Penilaian Akreditasi
 Periksa dokumen yang menjadi regulasi: dokumen
eksternal dan internal
 Telusur:
– Wawancara:
• Pimpinan puskesmas
• Penanggung jawab program
• Staf puskesmas
• Lintas sektor
• Masyarakat
• Pasien, keluarga pasien
– Observasi:
• Pelaksanaan kegiatan
• Dokumen sebagai bukti pelaksanaan kegiatan
(rekaman/records)
KEPUTUSAN AKREDITASI PUSKESMAS

Tidak Terakreditasi Terakreditasi Terakreditasi


Terakreditasi Dasar Madya Paripurna
jika pencapaian jika pencapaian jika pencapaian jika pencapaian nilai
nilai : nilai: nilai: :

Bab I, II Bab I, II Bab I, II, IV, V semua Bab


< 75 % > 75 % > 75 % > 80 %

Bab IV, V, VII Bab IV, V, VII Bab VII, VIII


< 60 %, > 60 %, > 60 %

Bab III, VI,VIII,IX Bab III, VI,VIII,IX Bab III , VI, IX


< 20 % > 20 % > 40 %

You might also like