You are on page 1of 15

TUGAS MAKALAH SUPERVISI

RANCANGAN PROGRAM SUPERVISI AKADEMIK UNTUK


SMK NEGERI 1 SALATIGA
MENGHADAPI PROGRAM PENILAIAN KINERJA GURU

Penelitian

Oleh
WIDA DAMAYANTI 942015013

Program Studi Magister Manajemen Pendidikan


Program Pascasarjana Universitas Kristen Satya Wacana Salatiga
Tahun 2015

1
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar belakang
Salah satu tugas kepala sekolah/madrasah adalah melaksanakan supervisi
akademik. Untukmelaksanakan supervisi akademik secara efektif diperlukan keterampilan
konseptual,interpersonal dan teknikal (Glickman, at al. 2007). Oleh sebab itu, setiap
kepalasekolah/madrasah harus memiliki dan menguasai konsep supervisi akademik yang
meliputi: pengertian, tujuan dan fungsi, prinsip-prinsip, dan dimensi-dimensi substansi
supervise akademik. Supervisi akademik yang dilakukan kepala sekolah/madrasah antara
lain adalah sebagai berikut.(1) Memahami konsep, prinsip, teori dasar, karakteristik, dan
kecenderungan perkembangan tiap bidang pengembangan pembelajaran kreatif, inovatif,
pemecahan masalah, berpikir kritis dan naluri kewirausahaan.(2) Membimbing guru dalam
menyusun silabus tiap bidang pengembangan di sekolah/madrasah atau mata pelajaran di
sekolah/madrasah berlandaskan standar isi, standar kompetensi dankompetensi dasar, dan
prinsip-prinsip pengembangan KTSP. (3) Membimbing guru dalam memilih dan
menggunakan strategi/ metode/teknik pembelajaran/bimbingan yang dapat
mengembangkan berbagai potensi siswa. (4) Membimbing guru dalam melaksanakan
kegiatan pembelajaran/ bimbingan (di kelas,laboratorium, dan/atau di lapangan) untuk
mengembangkan potensi siswa. (5) Membimbing guru dalam mengelola, merawat,
mengembangkan dan menggunakan media pendidikan dan fasilitas pembelajaran. (6)
Memotivasi guru untuk memanfaatkan teknologi informasi untuk pembelajaran.
Kompetensi supervisi akademik intinya adalah membina guru dalam meningkatkan mutu
proses pembelajaran.
Sasaran supervisi akademik adalah guru dalam melaksanakan proses pembelajaran,
yang terdiri dari materi pokok dalam proses pembelajaran, penyusunan silabus dan RPP,
pemilihan strategi/metode/teknik pembelajaran, penggunaan media dan teknologi
informasi dalam pembelajaran, menilai proses dan hasil pembelajaran serta penelitian
tindakankelas.
Supervisi akademik tidak terlepas dari penilaian kinerja guru dalam mengelola
pembelajaran. Dapat ditegaskan bahwa penilaian kinerja guru dalam supervisi akademik
pada kenyataannya adalah melihat kondisi nyata kinerja guru dalam proses mengajar di
sekolah yang dilakukan sehari hari.
Untuk menyongsong pelaksanaan program penilaian kinerja guru, seharusnya
supervisi ini sudah terlaksana dengan baik, sehingga untuk melaksanakan program

2
penilaian kinerja guru tidak terlalu mengalami kendala, dan guru yang dinilai pun tidak
terlalu “kaget” dalam melaksanakan program ini. Karena ada kesamaan antara supervisi
dengan penilaian kinerja guru. Meskipun dalam rancangan secara teoritik sudah ada pihak
yang diharapkan dapat melakukan supervisi terhadap guru yaitu kepala sekolah namun
belum dapat terlaksana dengan efektif.
Hal ini terjadi di SMK Negeri 1 Salatiga yang berdiri sejak tahun 1967, dalam
pelaksanaannya, supervisi tidak seperti yang diharapkan seperti uraian diatas. Sering
sekali tidak terlaksana oleh kepala sekolah atau pengawas sekolah atau orang yang
ditunjuk untuk mensupervisi, dokumen supervisi juga sangat minim dan belum terstruktur
dengan baik, belum ada format yang baku dalam melakukan supervisi. Secara teoritik
kepala sekolah diharapkan dapat melakukan supervisi terhadap guru, namun masih banyak
kendala yang dihadapi, sehingga pelaksanaan supervisi tersebut belum dapat terlaksana.
Dalam kenyataannya di tahun ini kegiatan supervisi akademik SMK N 1 Salatiga belum
efektif dengan ditunjukkannya kondisi banyak guru yang masih kaget/ belum siap saat
akan dilakukan PKG dan kesiapan Guru Penilai pun masih belum maksimal dengan
ditunjukkannya belum siapnya Laporan Kinerja Guru yang seharusnya sudah diberikan
kepada masing-masing guru sebagai hasil evaluasi, seharusnya beberapa saat setelah
pelaksanaan PKG (akhir semester). Kondisi lain yang dialami SMK N 1 Salatiga adalah
pergantian kepala sekolah sejak 1 Oktober 2015, sehingga membutuhkan penyesuaian bagi
kepala sekolah baru sebagai supervisor untuk dapat menjalankan tugas supervisinya.
Oleh karena itu perlu dicari alternatif pemecahan pelaksanaan supervisi dengan model
yang tepat agar dapat berjalan sesuai program yang direncanakan.

B. RUMUSAN MASALAH
Dari latar belakang tersebut maka permasalahan yang akan dibahas adalah:
1. Bagaimana pelaksanaan supervisi akademik di SMK Negeri 1 Salatiga?
2. Apa hambatan model supervisi akademik yang telah dilaksanakan di SMK N 1
Salatiga?
3. Bagaimana cara mengatasi hambatan supervisi akademik di SMK N 1 Salatiga?

BAB II
PEMBAHASAN
A. TINJAUAN PUSTAKA
Istilah supervisi berasal dari dua kata, yaitu “super” dan “vision”. Dalam Webster’s
3
New World Dictionary istilah super berarti “higher in rank or position than, superior to
(superintendent), a greater or better than others” (1991:1343) sedangkan kata vision berarti
“the ability to perceive something not actually visible, as through mental acuteness or keen
foresight (1991:1492).
Para ahli dalam bidang administrasi pendidikan memberikan kese-pakatan bahwa
supervisi pendidikan merupakan disiplin ilmu yang memfokuskan diri pada pengkajian
peningkatan situasi belajar-mengajar, seperti yang diungkapkan oleh ( Gregorio, 1966,
Glickman Carl D, 1990, Sergiovanni, 1993 dan Gregg Miller, 2003).
Supervisi akademik adalah serangkaian kegiatan membantu guru mengembangkan
kemampuannya mengelola proses pembelajaran untuk mencapai tujuan pembelajaran
(Daresh,1989, Glickman, et al. 2007).
Tujuan supervisi akademik adalah:
1. Membantu guru mengembangkan kompetensinya,
2. Mengembangkan kurikulum
3. Mengembangkan kelompok kerja guru dan membimbing penelitian tindakan kelas (PTK)
(Glickman, et al.2007, Sergiovanni, 1987)
Supervisi dilakukan sejak guru direkrut, saat melaksanakan tugasnya sampai saat
dipensiunkan. Supervisi seharusnya dilakukan terencana, rutin, berkelanjutan yang dilakukan
oleh kepala sekolah sebagai supevisor, menggunakan data dari hasil pengamatan dan
menggunakan instrumen. Mengembangkan metode dan taknik supervisi sesuai dengan
karakteristik permasalahan sekolah/guru yang dihadapi.

Menurut Peraturan Menteri Negara Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi


Birokrasi Nomor 16 Tahun 2009, penilaian kinerja guru adalah penilaian yang dilakukan
terhadap setiap butir kegiatan tugas utama guru dalam rangka pembinaan karir, kepangkatan,
dan jabatannya. Penguasaan dan penerapan kompetensi sangat menentukan tercapainya
kualitas proses pembelajaran, pembimbingan peserta didik, dan pelaksanaan tugas tambahan
yang relevan yang sesuai dengan fungsi sekolah. Untuk itu, perlu dikembangkan sistem
penilaian kinerja guru
Sistem penilaian kinerja guru adalah sebuah sistem pengelolaan kinerja berbasis guru
yang didesain untuk mengevaluasi tingkatan kinerja guru secara individu dalam rangka
mencapai kinerja sekolah secara maksimal yang berdampak pada peningkatan prestasi peserta
didik. Ini merupakan bentuk penilaian yang sangat penting untuk mengukur kinerja guru
dalam melaksanakan pekerjaannya sebagai bentuk akuntabilitas sekolah.
Pada dasarnya sistem penilaian kinerja guru bertujuan:
1. Menentukan tingkat kompetensi seorang guru;
2. Meningkatkan efisiensi dan efektivitas kinerja guru dan sekolah;

4
3. Menyajikan suatu landasan untuk pengambilan keputusan dalam mekanisme penetapan
efektif atau kurang efektifnya kinerja guru;
4. Menyediakan landasan untuk program pengembangan keprofesian berkelanjutan bagi
guru;
5. Menjamin bahwa guru melaksanakan tugas dan tanggung-jawabnya serta
mempertahankan sikap-sikap yang positif dalam mendukung pembelajaran peserta didik
untuk mencapai prestasinya;
6. Menyediakan dasar dalam sistem peningkatan promosi dan karir guru serta bentuk
penghargaan lainnya.
Secara umum, PKG memiliki 2 fungsi utama sebagai berikut:
1. Untuk menilai kemampuan guru dalam menerapkan semua kompetensi dan keterampilan
yang diperlukan pada proses pembelajaran, pembimbingan, atau pelaksanaan tugas
tambahan yang relevan dengan fungsi sekolah/madrasah
2. Untuk menghitung angka kredit yang diperoleh guru atas kinerja pembelajaran,
pembimbingan, atau pelaksanaan tugas tambahan yang relevan dengan fungsi
sekolah/madrasah yang dilakukannya pada tahun tersebut. Hasil PKG diharapkan dapat
bermanfaat untuk menentukan berbagai kebijakan yang terkait dengan peningkatan mutu
dan kinerja guru sebagai ujung tombak pelaksanaan proses pendidikan dalam menciptakan
insan yang cerdas, komprehensif, dan berdaya saing tinggi

B. METODOLOGI PENELITIAN

1. Metode penelitian
Metode penelitian yang dilakukan di SMK N 1 Salatiga menggunakan metode
diskriptif kualitatif, dengan cara wawancara kepada supervisor (Kepala Sekolah atau
petugas yang ditunjuk), wawancara ini dapat direncanakan dengan menanyakan
berkaitan program supervisi yang sudah dilaksanakan.

2. Obyek Penelitian
Obyek yang diteliti adalah SMK N 1 Salatiga, yang berdiri sejak tahun 1967,
yang berlokasi di Jalan Nakula Sadewa I / 3, Dukuh, Sidomukti Salatiga, yang
mempunyai siswa sejumlah 1375 siswa dan guru dan karyawan sebanyak 139 orang,
yang terdiri dari 110 guru dengan ststus Pegawai Negeri Sipil, 25 guru tidak tetap, 4
Guru PNS yang berstatus mencari tambahan jam mengajar karena kurang jam di
sekolah asalnya. Dan sudah mengalami pergantian kepala sekolah beberapa periode.

5
3. Metode Pengumpulan Data
Model pengumpulan datanya menggunakan model wawancara mendalam
kepada petugas yang terkait dengan supervisi baik itu kepala sekolah, wakil kepala
sekolah, dan orang orang yang terkait dengan program supervisi ini, observasi,
dokumentasi

4. Teknik Analisis Data


Proses analisa data dimulai dengan mengumpulkan semua hal yang diperoleh
penulis dari beberapa sumber, kemudian dirangkum, dipilih, dikategorikan dan
dimaknai sesuai fokus pokok pembahasan dalam penelitian

PEMBAHASAN

1. Program Supervisi Akademik di SMK Negeri 1 Salatiga


Semua perencanaan yang terdiri dari pembuatan jadwal pelaksanaan supervisi,
menentukan guru yang disupervisi, dan membuat instrument supervisi dilakukan oleh wakil
kepala sekolah bagian operasional pendidikan dan kurikulum. Jadi kepala sekolah tidak
melaksanakannya sendiri walaupun telah memiliki kompetensi merencanakan program
supervisi akademik. Karena tidak merencanakannya sendiri, kepala sekolah kurang begitu
memahami dokumen supervisi tersebut, padahal dalam pelaksanaan supervisi dokumen
tersebut harus diisi berdasarkan hasil supervisi yang dilakukan.
Dalam melaksanakan supervisi akademik terhadap guru seharusnya kepala sekolah
menggunakan pendekatan dan teknik supervisi yang tepat. Sehingga dalam mensupervisi satu
guru dengan guru yang lain akan berbeda teknik supervisi yang digunakan. Namun di SMK
N 1 Salatiga, supervisi yang dilakukan kepala sekolah menggunakan teknik yang sama, dan
hanya dilakukan beberapa kali saja, walaupun jadwal sudah disusun dan guru yang
disupervisi sudah ada, namun hal ini tidak dilakukan semua, dalam pelaksanaan supervisi
kadang diwakilkan kepada wakil kepala sekolah dan kadang tidak dilaksanakan sama sekali,
sehingga guru yang telah dijadwalkan supervisi merasa kecewa karena supervisi tidak jadi
dilaksanakan. Dalam pelaksanaan supervisi akademik yang dilaksanakan di SMK N 1
Salatiga ini dapat dikatakan kurang berjalan dengan baik, karena prosentase pelaksanaannya
kurang dari 50% dari jadwal yang sudah direncanakan.

6
2. Hambatan-hambatan pelaksanaan program supervisi akademik
Walaupun program supervisi akademik ini telah direncanakan dengan baik namun
tidak luput dari kendala. Beberapa kendala yang dihadapi antara lain adalah sebagai berikut :
a. Pemimpin yang kurang berwibawa
Kewibawaan sangat penting untuk menggerakkan perubahan, kewibawaan
seseorang mampu menggerakkan orang lain secara alami dengan kekuatan
spiritualitasnya. Auranya memancar dengan kuat, dan mempengaruhi orang orang
disekelilingnya. Kewibawaan ini dapat muncul dari dalam diri seseorang karena
kejujuran, konsistensi (istiqomah) dalam menerapkan aturan, tidak pandang bulu, dan
selalu mempertanggungjawabkan sikap dan perbuatan yang dilakukan, serta dengan
memberikan contoh sikap yang baik yang tidak melanggar norma. Konsistensi lahir dari
kedisiplinan yang tinggi, dan kedisiplinan membutuhkan latihan yang terus menerus dan
diperlukan rasa tanggung jawab yang besar. Tanpa adanya rasa tanggungjawab ini
program supervise yang direncanakan hanya dilaksanakan sesaat, atau dengan kata lain
sekarang semangat besok kembali lagi seperti semula dan tidak dilaksakan supervisi lagi.
Solusi untuk kendala ini dengan mengubah sikap kepala sekolah selaku supervisor agar
dapat menjadi contoh bagi guru, sehingga guru merasa segan dengan kepala sekolah.
Selain itu kepala sekolah hendaknya menjalin hubungan dengan para guru, memberikan
perhatian kepada guru dan menjalin komunikasi dengan guru secara merata, tidak pilih
kasih dan memperhatikan keluhan keluhan guru dan memberikan solusi untuk guru demi
kemajuan sekolah.
b. Lemahnya kreativitas
Supervise membutuhkan kreativitas yang tinggi dari para supervisor untuk
mencari solusi dari problem yang dihadapi dilapangan. Kepala sekolah selaku supervisor
harus jeli membaca masalah yang dihadapi oleh guru dalam proses pembelajaran,
menganalisis masalah tersebut, mengurai faktor penyebabnya dan hal hal yang terkait
dengannya, menyuguhkan secara menyeluruh masalah yang dihadapi, dan langkah yang
harus diambil sebagai solusi efektif, belum banyak kepala sekolah selaku supervisor yang
memiliki kreativitas tinggi dalam memecahkan masalah. Disinilah pentingnya supervisor
meningkatkan kompetensi secara maksimal. Sehingga, kepala sekolah mampu
megembangkan gaya berfikir yang kreatif, kritis, inovatif dan produktif. Karena dengan
kreativitas dapat menciptakan ide ide baru dalam pengembangan sekolah untuk menuju
sekolah yang lebih berkwalitas.
c. Mengedepankan formalitas dan mengabaikan esensi

7
Supervisi yang dilakukan kepala sekolah selaku supervisor di SMK N 1 Salatiga
terkesan hanya mengedepankan formalitas. Yang penting terlaksana daripada tidak sama
sekali. Hal ini dilakukan hanya untuk memenuhi persyaratan administrasi pada saat
akreditasi semata, dan tidak mementingkan esensi atau kesuksesan dari supervise tersebut
yang akan membawa perubahan sekolah kearah yang lebih maju.
Karena pelaksanaan supervisi hanya mengedepankan formalitas dan mengabaikan
esensi yang ada, oleh karena itu tindak lanjut hasil supervisi akademik terhadap guru
dalam rangka peningkatan profesionalisme guru juga tidak terlaksana dengan baik,
hasilnya hanya berupa dokumen yang dikumpulkan, disimpan dan tidak ada penghargaan
atau teguran pada guru yang telah disupervisi. Hal ini yang membuat semangat guru
yang disupervisi jadi berkurang, karena antara guru yang memiliki keseriusan dalam
mengajar dengan guru yang asal masuk kelas tanpa persiapan yang matang, setelah
disupervisi sama sama tidak ada perbedaan. Padahal harapan guru yang disupervisi, hasil
supervise dapat digunakan untuk masukan agar pembelajaran dapat diperbaiki sehingga
kualitas pembelajaran dapat meningkat. Dengan meningkatnya pembelajaran yang
dilaksanakan, diharapkan pada saat diberlakukannya penilaian kinerja guru (PKG) tidak
akan terjadi masalah, sehingga guru lebih nyaman dalam bekerja.

Untuk pelaksaan penilaian kinerja guru (PKG), supervisi ini sangat dibutuhkan agar
guru tidak merasa heran dengan PKG, karena jika sudah terbiasa dengan supervisi maka
pelaksanaan PKG akan berjalan lancar. Pelaksanaan PKG dimaksudkan bukan untuk
menyulitkan guru, tetapi sebaliknya PKG dilaksanakan untuk mewujudkan guru yang
profesional, karena harkat dan martabat suatu profesi ditentukan oleh kualitas layanan profesi
yang bermutu. Menemukan secara tepat tentang kegiatan guru di dalam kelas, dan membantu
mereka untuk meningkatkan pengetahuan dan keterampilannya, akan memberikan kontribusi
secara langsung pada peningkatan kualitas pembelajaran yang dilakukan, sekaligus
membantu pengembangan karir guru sebagai tenaga profesional. Oleh karena itu, untuk
meyakinkan bahwa setiap guru adalah seorang profesional di bidangnya dan sebagai
penghargaan atas prestasi kerjanya, maka PKG harus dilakukan terhadap guru di semua
satuan pendidikan formal yang diselenggarakan oleh pemerintah, pemerintah daerah, dan
masyarakat. Guru yang dimaksud tidak terbatas pada guru yang bekerja di satuan pendidikan
di bawah kewenangan Kementerian Pendidikan Nasional, tetapi juga mencakup guru yang
bekerja di satuan pendidikan di lingkungan Kementerian Agama. Sehingga hasil dari PKG
dapat merata pada semua guru yang ada di sekolah.
8
Hasil PKG dapat dimanfaatkan untuk menyusun profil kinerja guru sebagai input
dalam penyusunan program Pengembangan Keprofesian Berkelanjutan (PKB). Hasil PK
GURU juga merupakan dasar penetapan perolehan angka kredit guru dalam rangka
pengembangan karir guru sebagaimana diamanatkan dalam Peraturan Menteri Negara
Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi Nomor 16 Tahun 2009 tentang
Jabatan Fungsional Guru dan Angka Kreditnya. Jika semua ini dapat dilaksanakan dengan
baik dan obyektif, maka cita-cita pemerintah untuk menghasilkan ”insan yang cerdas
komprehensif dan berdaya saing tinggi” lebih cepat direalisasikan.

3. Model Supervisi Akademik Artistik

Mengajar adalah suatu pengetahuan (knowledge), mengajar itu suatu keterampilan


(skill), tapi mengajar juga suatu kiat (art). Sejalan dengan tugas mengajar supervisi juga
sebagai kegiatan mendidik dapat dikatakan bahwa supervisi adalah suatu pengetahuan, suatu
keterampilan dan juga suatu kiat. Supervisi itu menyangkut bekerja untuk orang lain
(working for the others), bekerja dengan orang lain (working with the others), bekerja melalui
orang lain (working through the others). Dari sinilah disadari bahwa kegiatan supervisi
adalah kegiatan menggerakkan orang lain, oleh karenanya dalam supervisi perlu kiat dan seni
agar orang lain mau berbuat untuk berubah dari kebiasaan lama kepada kerja baru dalam
upaya mencapai kemajuan, inilah yang disebut model artistik.
Dalam hubungan bekerja dengan orang lain maka suatu rantai hubungan kemanusiaan
adalah unsur utama. Hubungan manusia dapat tercipta bila ada kerelaan untuk menerima
orang lain sebagaimana adanya. Hubungan itu dapat tercipta bila ada unsur kepercayaan.
Saling percaya saling mengerti, saling menghormati, saling mengakui, saling menerima
seseorang sebagaimana adanya. Hubungan tampak melalui pengungkapan bahasa, yaitu
supervisi lebih banyak.
4. Model Supervisi Akademik Model Cooperative Development
Supervisi Model Cooperative Professional Development adalah sebuah model supervisi
yang difasilitasi oleh kepala sekolah melalui proses yang diformulasikan secara moderat oleh
dua orang guru atau lebih yang setuju bekerjasama untuk menumbuhkan dan
mengembangkan kemampuan profesionalnya. Biasanya dilakukan melalui kegiatan saling
mengadakan observasi kelas, saling memberikan umpan balik, dan menguasai tentang
masalah-masalah kesupervisian.

9
Supervisi Model Cooperative Professional Development bersifat non hierarkis yang
dapat dibedakan dengan supervisi konvensional. Dalam menerapkan model Supervisi ini
hendaknya dapat menyediakan setting dimana guru secara informal dapat membicarakan
persoalan-persoalan yang mereka hadapi, saling menukar gagasan, saling membantu dalam
mempersiapkan pembelajaran, petukaran berbagai petunjuk dan saling memberi dukungan.
Kepala Sekolah memilih sendiri bentuk kerjasama pengembangan profesi, sesuai dengan
karakter dan budaya sekolah setempat.
Pada bagian lain, Glatthorm (1987) menyebutkan bahwa: ”Cooperative Professional
Development is a process by which teams of teachers work together for their own
professional development”. Pada bagian lain, dikemukakan pula 5 (lima) tipe Cooperative
Professional Development, yaitu: (1) Professional Dialogue; (2) Curriculum
Development; (3) Peer Supervision; (4) Peer Coaching; dan (5) Action Research”
1. Professional Dialogue yaitu kegiatan pengembangan profesi dimana guru-guru
yang tergabung dalam kelompok kecil (small group) secara berkala melakukan
diskusi terbimbing, dengan tujuan memfasilitasi para guru merefleksi pembelajaran
yang telah dilakukannya, membantu guru agar lebih bijaksana dalam mengambil
keputusan.
2. Curriculum Development yaitu usaha yang dilakukan beberapa guru untuk
memodifikasi dan mengadaptasi kurikulum yang berlaku agar lebih mudah
diterapkan (aplicable) dan dilaksanakan (practicable). Mereka berdikusi seputar
upaya pengembangan kurkulum, misalnya: tentang penyusunan RPP, penerapan
metode pembelajaran kontemporer dan mutakhir, pengembangan bahan ajar, dan
pemilihan sistem penilaiaan yang paling sesuai.
3. Peer Supervision adalah sebuah proses dimana para guru membentuk tim kecil
(small team) memanfaatkan komponen-komponen esensial dari supervisi klinis
untuk kepentingan pertumbuhan profesionalismenya. Proses ini berbasis data hasil
observasi di kelas. Setiap anggota (participant) mengidentikasi perilaku guru dan
siswa di kelas dengan fokus pada hasil belajar siswa. Proses obsevasi dan post-
conferenceberlangsung secara siklik dan bersifat rahasia.
4. Peer Coaching pada dasarnya mirip dengan proses peer supervision, adanya
observasi sejawat dan post-conference, tetapi lebih menekankan pengembangan
staff, dimana guru belajar tentang dasar-dasar teoritis suatu keterampilan mengajar
tertentu, dan pengamatan terfokus pada keterampilan yang sedang dipelajarinya dan
mendapatkan umpan balik dari apa yang telah dipraktikannya.
10
5. Action Research atau Penelitian Tindakan adalah suatu usaha kolaboratif dari tim
guru untuk mengidentifikasi masalah-masalah penting dan mencari solusi untuk
memperbaiki praktik pembelajaran.

Glatthorm mengingatkan bahwa program Supervisi Model Cooperative Professional


Development dapat berjalan sukses, apabila:
1. Adanya kepemimpinan yang kuat (strong leadership) pada tingkat kabupaten
(dinas pendidikan) untuk mengkoordinasikan dan memonitor pelaksanaan program.
2. Adanya kepemimpinan yang kuat (strong leadership) pada tingkat sekolah (kepala
sekolah) untuk mengembangkan norma-norma kolegialitas, menentukan tipe
kooperasi dan kolaborasi yang akan diterapkan, dan pemberian penghargaan (reward)
atas usaha kooperasi dan kolaborasi guru.
3. Adanya iklim keterbukaan dan kepercayaan (trust) antara kepala sekolah dengan
guru.
4. Program Cooperative Professional Development harus dipisahkan dari proses
evaluasi kinerja guru. Seluruh data Program Cooperative Professional
Development bersifat rahasia yang harus dijaga oleh seluruh partisipan.
5. Program Cooperative Professional Development memiliki fokus yang jelas dan
menggunakan bahasa yang sama (a shared language) tentang pembelajaran.
6. Dinas pendidikan menyediakan sumber daya yang dibutuhkan untuk
memprakarsai dan keberlangsungan Program Cooperative Professional
Development.
7. Sekolah melakukan perubahan struktur yang dibutuhkan untuk mendukung
ProgramCooperative Professional Development, seperti: penyediaan ruangan untuk
kegiatanCooperative Professional Development, perubahan jadwal mengajar,
prosedur penugasan, dan sebagainya.

5. Pemantapan Instrumen Supervisi


Kegiatan memantapkan instrumen supervisi dapat dilakukan dengan cara diskusi
kelompok oleh para supervisor tentang instrumen supervisi akademik maupun instrumen
supervisi nonakademik. Dalam memantapkan instrumen supervisi, dikelompokkan menjadi
seperti berikut :

11
a. Persiapan guru untuk mengajar terdiri dari:(1) Silabus.(2) Rencana
Pelaksanaan Pembelajaran (RPP).(3) Program Tahunan.(4) Program Semesteran.(5)
Pelaksanaan proses pembelajaran.(6) Penilaian hasil pembelajaran.(7) Pengawasan proses
pembelajaran.
 Instrumen supervisi kegiatan belajar mengajar(a) Lembar pengamatan.(b) Suplemen
observasi (ketrampilan mengajar, karakteristik mata pelajaran, pendekatan klinis,dan
sebagainya).
 Komponen dan kelengkapan instrumen, baik instrumen supervisi akademik maupun
instrumen supervisi nonakademik.2.

b. Penggandaan instrumen dan informasi kepada guru bidang studi binaan atau
kepada karyawan untuk instrumen non akademik.

Dengan demikian, dalam tindak lanjut supervisi dapat disimpulkan sebagai berikut

(1) Dalam pelaksanaannya kegiatan tindak lanjut supervisi akademik sasaran utamanya
adalahkegiatan belajar mengajar.

(2) Hasil analisis, catatan supervisor, dapat dimanfaatkan untuk


perkembangan keterampilanmengajar guru atau meningkatkan profesionalisme guru
dan karyawan, setidak-tidaknya dapatmengurangi kendala-kendala yang muncul atau
yang mungkin akan muncul.

(3) Umpan balik akan member prtolongan bagi supervisor dalam melaksanakan tindak
lanjutsupervisi.

(4) Dari umpan balik itu pula dapat tercipta suasana komunikasi yang tidak
menimbulkanketegangan, menonjolkan otoritas yang mereka miliki, memberi
kesempatan untuk mendorongguru memperbaiki penampilan, dan kinerjanya.

6. Cara melaksanakan tindak lanjut


Langkah-langkah yang dapat dilakukan setelah hasil supervisi akademik diketahui yaitu
a. Mengkaji rangkuman hasil penilaian.

12
b. Apabila ternyata tujuan supervisi akademik dan standar-standar
pembelajaran belumtercapai, maka sebaiknya dilakukan penilaian ulang terhadap
pengetahuan, keterampilan dansikap guru yang menjadi tujuan pembinaan.
c. Apabila ternyata memang tujuannya belum tercapai maka mulailah merancang
kembali program supervisi akademik guru untuk masa berikutnya.
d. Membuat rencana aksi supervisi akademik berikutnya.
e. Mengimplementasikan rencana aksi tersebut pada masa berikutnya.
Ada lima langkah pembinaan kemampuan guru melalui supervisi akademik, yaitu:
(1)menciptakan hubungan-hubungan yang harmonis, (2) analisis kebutuhan,(3)
mengembangkan strategi dan media,(4) menilai, dan(5) revisi

BAB III
KESIMPULAN DAN SARAN

13
A. KESIMPULAN
1. Supervisi akademik SMK N 1 Salatiga belum efektif dengan
ditunjukkannya kondisi banyak guru yang masih kaget/ belum siap saat akan
dilakukan PKG dan kesiapan Guru Penilai pun masih belum maksimal dengan
ditunjukkannya belum siapnya Laporan Kinerja Guru .
2. Pergantian kepala sekolah sebagai supervisor per 1 Oktober 2015
membutuhkan penyesuaian dalam pelaksanaan program supervisi akademik.
3. Oleh karena itu perlu dicari alternatif pemecahan pelaksanaan supervisi
dengan model yang tepat agar dapat berjalan sesuai program yang direncanakan.
4. Model Supervisi Akademik Artistik dan Cooperative Development
secara sinergis dirasa lebih tepat untuk kondisi SMK Negeri 1 Salatiga yang memiliki
SDM yang cukup memadai dengan masa kerja guru-gurunya yang relative lama di
SMK N 1 Salatiga .

B. SARAN
1. SMK N 1 Salatiga perlu meninjau kembali model supervise
akademik yang selama ini digunakan karena kurang efektif
2. Menguji coba penerapan model supervisi akademik Artistik
yang disinergikan dengan model Cooperative Development, untuk mengatasi
permasalahan akademik.
3. Mengevaluasi dan menindaklanjuti hasil evaluasi dari
penerapan model supervisi yang dipilihnya

DAFTAR PUSTAKA

14
 Allan. A. Glatthorn. 1987. Cooperative Professional
Development. Greenvile: Association for Supervision and
Curriculum Development.
 Deborah Boswell. 2005. Trainer’s Manual: Counseling
Supervision and Training: Family Health International.
 Hi Abd. Kadim Masaong. 2010. Supervisi Pendidikan:
untuk Pendidikan yang Lebih Baik. Bandung: MQS
Publishing
 Sudarwan Danim. 2002. Inovasi Pendidikan dalam Upaya
Peningkatan Profesionalisme Tenaga Kepandidikan.
Bandung: CV Pustaka Setia.
 Wayne K. Hoy dan Cecil G. Miskel. 2003. Educational
Administration: Theory, Research and Practice, Singapore :
McGrawHill.
 Imam Wahyudi, M.Pd. Pengembangan Pendidikan.
2012.Prestasi Pustaka
 Jamal Ma’mur Asmani. Tips Efektif Supervisi Pendidikan
Sekolah. 2012. Diva Press
 Prof. Dr. Suharsimi Arikunto. Dasar Dasar Evaluasi
Pendidikan (edisi 2). 2012. Bumi Aksara
 Jerry H. Makawimbang. Supervisi dan Peningkatan Mutu
Pendidikan. 2011. Alfabeta. Bandung.
 Bernard J. Badiali. Teaching Supervision (chapter
37).International journal of management education 2008.
 Lia Yuliana. Pelaksanaan supervisi pendidikan oleh kepala
sekolah terhadap guru.2010. Journal pendidikan UNY. 1
Desember 2012.
 Jeperis.Metode dan teknik supervisi
pendidikan.http://jeperis.wordpress.com. 1 Desember 2012.
 Obeeth.Kompetensi supervisi kepala
sekolah.http://obeeth.wordpress.com. 1 Desember 2012

15

You might also like