1. Model Sistem Keperawatan Kesehatan Betty Neuman Sistem yang digunakan dalam model sistem keperawatan kesehatan Betty Neuman adalah sistem terbuka sehingga menghasilkan interaksi yang dinamis, variabel interaksi mencakup semua aspek yaitu fisiologis, psikologis, sosio kultural, perkembangan dan spiritual. Sistem pada teori sistem Neuman terbentuk dari individu, keluarga, kelompok dan masyarakat. Model memandang individu, keluarga, kelompok dan komunitas yang berinteraksi secara konstan dengan stressor di lingkungan secara dimensional, model fokus pada klien terhadap stress serta faktor pemulihan (adaptasi). Asumsi dasar dari teori Neuman yaitu individu merupakan sistem unik dengan respon berbeda, kurang pengetahuan, perubahan lingkungan dapat merubah stabilitas individu (fisiologis, psikologis, sosiokultural, perkembangan, spiritual). Individu dalam memberikan respon harus mempunyai koping yang stabil terhadap stressor, karena lingkungan internal dan eksternal dapat merupakan penyebab stress, untuk itu individu akan bereaksi terhadap stressor dari lingkungan dengan mekanisme pertahanan diri. Pencegahan primer berdasarkan teori sistem Neuman yaitu mengidentifikasi faktor resiko dan membantu masyarakat dalam meningkatkan kesehatan dan aktifitas pendidikan kesehatan. Pencegahan sekunder yaitu inisiatif dalam bentuk intervensi jika terjadi masalah, perawat berperan sebagai Early Case Finding, pengobatan setelah pasien terdiagnosa mengidap suatu penyakit. Pencegahan tersier yaitu mempertahankan kesehatan, perawat membantu dengan adaptasi dan reduksi untuk mencegah komplikasi, asuhan keperawatan ditujukan untuk mencegah dan mengurangi reaksi tubuh akibat stressor dengan pencegahan primer, sekunder dan tersier. Pola pengembangan ilmu keperawatan menurut teori sistem Neuman bertujuan untuk stabilitas system, hal itu dapat dilukiskan sebagai cincin dengan satu pusat yang mengelilingi inti, cincin paling dalam mewakili garis pertahanan untuk melawan stressor seperti sistem pertahanan tubuh dan mekanisme pertahanan, cincin terluar merupakan garis pertahanan yang mewakili keadaan normal pasien, mekanisme pertahanan tersebut adalah mekanisme bertahan koping. B. Orientasi perkembangan 1. Dorothe E. Orem (Teori Orem) Dari beberapa model konsep, salah satu diantaranya adalah modelself care yang diperkenalkan oleh Dorothea E. Orem. Orem mengembangkan model konsep keperawatan ini pada awal tahun 1971 dimana dia mempublikasikannya dengan judul "Nursing Conceps of Practice Self Care". Model ini pada awalnya berfokus pada individu, kemudian edisi kedua tahun 1980 dikembangkan pada multi person's unit(keluarga, kelompok dan komunitas). Self care merupakan suatu pelaksanaan kegiatan yang diprakarsai dan dilakukan oleh individu sendiri untuk memenuhi kebutuhan guna mempertahankan kehidupan, kesehatan dan kesejahteraannya sesuai dengan keadaan, baik sehat maupun sakit (Orem's, 1980) Pada dasarnya diyakini bahwa semua manusia itu mempunyai kebutuhan-kebutuhan self care dan mereka mempunyai hak untuk mendapatkan kebtuhan itu sendiri, kecuali bila tidak mampu. 2. Teori Sistem Keperawatan Orem Teori ini mengacu kepada bagaimana individu memenuhi kebutuhan dan menolong keperawatannya sendiri, maka timbullah teori dari Orem tentang Self Care Deficit of Nursing. Dari teori ini oleh Orem dijabarkan ke dalam tiga teori yaitu : Self Care(Perawatan Diri) Teori self care berisi upaya tuntutan pelayanan diri yang sesuai dengan kebutuhan. Perawatan diri sendiri adalah suatu langkah awal yang dilakukan oleh seorang perawat yang berlangsung secara continue sesuai dengan keadaan dan keberadaannya , keadaan kesehatan dan kesempurnaan. Perawatan diri sendiri merupakan aktifitas yang praktis dari seseorang dalam memelihara kesehatannya serta mempertahankan kehidupannya. Terjadi hubungan antar pembeli self care dengan penerima self care dalam hubungan terapi. Orem mengemukakan tiga kategori / persyaratan self care yaitu : persyaratan universal, persyaratan pengembangan dan persyaratan kesehatan. Penekanan teori self care secara umum : 1. Pemeliharaan intake udara; 2. Pemeliharaan intake air; 3. Pemeliharaan intake makanan; 4. Mempertahankankan hubungan perawatan proses eliminasi dan eksresi; 5. Pemeliharaan keseimbangan antara aktivitas dan istirahat; 6. Pemeliharaan keseimbangan antara solitude dan interaksi sosial 7. Pencegahan resiko-resiko untuk hidup, fungsi usia dan kesehatan manusia 8. Peningkatan fungsi tubuh dan pengimbangan manusia dalam kelompok sosial sesuai dengan potensinya. Self Care Deficit(Defisit Perawatan Diri) Defisit perawat diri terjadi bila tindakan perawatan diri tidak adekuat dalam memenuhi kebutuhan perawatan diri yang disadari. Teori defisit perawatan diri Orem menjelaskan bukan hanya saat keperawatan dibutuhkan saja, melainkan cara membantu orang lain dengan menerapkan lima metode bantuan, yakni melakukan untuk, memandu, mengajarkan, mendukung dan menyediakan lingkungan yang dapat meningkatkan kemampuan individu untuk memenuhi tuntutan akan perawatan diri saat ini atau di masa yang akan datang. Nursing system(Sistem Keperawatan Teori yang membahas bagaimana kebutuhan "Self Care" pasien dapat dipenuhi oleh perawat, pasien atau keduanya. Nursing system ditentukan / direncanakan berdasarkan kebutuhan "Self Care" dan kemampuan pasien untuk menjalani aktifitas "Self Care". Orem mengidentifikasikan klasifikasi Nursing System : 1. The Wholly compensatory system Merupakan bantuan secara keseluruhan, dibutuhkan untuk klien yang tidak mampu mengontrol dan memantau lingkungannya dan berespon terhadap rangsangan. 2. The Partly compensantory system Merupakan bantuan sebagian, dibutuhkan bagi klien yang mengalami keterbatasan gerak karena sakit atau kecelakaan. 3. The supportive - Educative system Merupakan dukungan pendidikan dibutuhkan oleh klien yang memerlukannya untuk dipelajari, agar mampu melakukan perawatan mandiri. 4. Metode bantuan Perawat membantu klien dengan menggunakan system dan melalui lima metode bantuan yang meliputi : - Acting atau melakukan sesuatu untuk klien; - Mengajarkan klien; - Mengarahkan klien; - Mensupport klien. 3. Tiga Kategori Self Care Model Orem's menyebutkan ada beberapa kebutuhan self care yang disebutkan sebagai keperluan self care (self care requisite), yaitu : 1. Universal self care requisite ; keperluan self care universal dan ada pada setiap manusia dan berkaitan dengan fungsi kemanusiaan dan proses kehidupan, biasanya mengacu pada kebutuhan dasar manusia. Universal requisite yang dimaksudkan adalah : a. Pemeliharaan kecukupan intake udara; b. Pemeliharaan kecukupan intake cairan; c. Pemeliharaan kecukupan makanan; d. Pemeliharaan keseimabangan antara aktifitas dan istirahat; e. Mencegah ancaman kehidupan manusia, fungsi kemanusiaan dan kesejahteraan manusia; f. Persediaan asuhan yang berkaitan dengan proses- proses eliminasi; g. Meningkatkan fungsi human fungtioning dan perkembangan ke dalam kelompok sosial sesuai dengan potensi seseorang, keterbatasan seseorang dan keinginan seseorang untuk menjadi normal. 2. Developmental self care requisite : terjadi berhubungan dengan tingkat perkembangan individu dan lingkungan dimana tempat mereka tinggal yang berkaitan dengan perubahan hidup seseorang atau tingkat siklus kehidupan. 3. Health deviation self care requisite : timbul karena kesehatan yang tidak sehat dan merupakan kebutuhan-kebutuhan yang menjadi nyata karena sakit atau ketidakmampuan yang menginginkan perubahan dalam perilaku self care. 4. Tujuan Keperawatan Keluarga Menurut Orem’s Tujuan keperawatan pada model Orem's yang diterapkan kedalam praktek keperawatan keluarga adalah : 1. Menolong klien dalam hal ini keluarga untuk keperawatan mandiri secara terapeutik; 2. Menolong klien bergerak kearah tidakan-tidakan asuhan mandiri; 3. Membantu anggota keluarga untuk merawat anggota keluarganya yang mengalami gangguan secara kompeten. Dengan demikian maka fokus asuhan keperawatan pada model orem's yang diterapkan pada praktek keperawtan keluaga/komunitas adalah sebagai berikut: 1. Aspek interpersonal : hubungan didalam kelurga; 2. Aspek sosial : hubungan keluarga dengan masyarakat disekitarnya; 3. Aspek prosedural : melatih ketrampilan dasar keluarga sehingga mampu mengantisipasi perubahan yang terjadi; 4. Aspek tehnis : mengajarkan kepada keluarga tentang tehnik dasar yang dilakukan di rumah, misalnya melakukan tindakan kompres secara benar. C. Orientasi Sistem dan Interaksi 1. Model Konseptual Adaptasi Roy Roy berpendapat bahwa ada empat elemen penting dalam model adaptasi keperawatan, yakni manusia, lingkungan, kesehatan dan keperawatan. Unsur keperawatan terdiri dari dua bagian yaitu tujua keperawatan dan aktivitas keperawatan, juga termasuk dalam elemen penting pada konsep adaptasi. Elemen Manusia Manusia merupakan bagian dari sistem adaptasi, yaitu suatu kumpulan unit yang saling berhubungan mempunyai masukan, proses kontrol, keluaran dan umpan balik (Roy, 1986). Proses kontrol adalah mekanisme koping yang dimanifestasikan dengan adaptasi secara spesifik. Manusia dalam sistem ini berperan sebagai kognator dan regulator (pengaturan) untuk mempertahankan adaptasi. Terdapat empat cara adaptasi, mencakup adaptasi terhadap fungsi fisologis, konsep diri, fungsi peran dan terhadap kebutuhan saling ketergantungan. Pada model adaptasi keperawatan, manusia dilihat dari sistem kehidupan yang terbuka, adaptif, melakukan pertukaran energi dengan zat/benda dan lingkungan. Sebagai sistem adaptif manusia dapat digambarkan dalam istilah karakteristik sistem, Jadi manusia dilihat sebagai satu kesatuan yang saling berhubungan antar unit fungsional secara keseluruhan atau beberapa unit fungsional untuk beberapa tujuan. Sebagai suatu sistem manusia juga dapat digambarkan dengan istilah input, proses control dan umpan balik serta output. Manusia sebagai masukan dalam sistem adaptif, terdiri dari lingkungan eksternal dan internal. Proses kontrol manusia adalah mekanisme koping yakni sistem regulator dan kognator. Keluaran dari sistem ini dapat berupa respons adaptif atau respons tidak efektif. Regulator dihubungkan dengan fungsi fisiologis sedangkan kognator dihubungkan dengan konsep diri, fungsi peran, dan interdependensi. Model Fungsi Fisiologi Fungsi fisiologi berhubungan dengan struktur tubuh dan fungsinya. Roy mengidentifikasi sembilan kebutuhan dasar fisiologis yang harus dipenuhi untuk mempertahankan integritas, yang dibagi menjadi dua bagian, model fungsi fisiologis tingkat dasar yang terdiri dari 5 kebutuhan dan fungsi fisiologis dengan proses yang kompleks terdiri dari 4 bagian yaitu : a. Oksigenasi : Kebutuhan tubuh terhadap oksigen dan prosesnya, yaitu ventilasi, pertukaran gas dan transpor gas (Vairo,1984 dalam Roy 1991). b. Nutrisi : Mulai dari proses ingesti dan asimilasi makanan untuk mempertahankan fungsi, meningkatkan pertumbuhan dan mengganti jaringan yang injuri. (Servonsky, 1984 dalam Roy 1991). c. Eliminasi : Yaitu ekskresi hasil dari metabolisme dari instestinal dan ginjal. ( Servonsky, 1984 dalam Roy 1991) d. Aktivitas dan istirahat : Kebutuhan keseimbangan aktivitas fisik dan istirahat yang digunakan untuk mengoptimalkan fungsi fisiologis dalam memperbaiki dan memulihkan semua komponen-komponen tubuh. (Cho,1984 dalam Roy, 1991). e. Proteksi/ perlindungan : Sebagai dasar defens tubuh termasuk proses imunitas dan struktur integumen ( kulit, rambut dan kuku) dimana hal ini penting sebagai fungsi proteksi dari infeksi, trauma dan perubahan suhu. (Sato, 1984 dalam Roy 1991). f. The sense / perasaan : Penglihatan, pendengaran, perkataan, rasa dan bau memungkinkan seseorang berinteraksi dengan lingkungan . Sensasi nyeri penting dipertimbangkan dalam pengkajian perasaan.( Driscoll, 1984, dalam Roy, 1991). g. Cairan dan elektrolit. : Keseimbangan cairan dan elektrolit di dalamnya termasuk air, elektrolit, asam basa dalam seluler, ekstrasel dan fungsi sistemik. Sebaliknya inefektif fungsi sistem fisiologis dapat menyebabkan ketidakseimbangan elektrolit. (Parly, 1984, dalam Roy 1991). h. Fungsi syaraf / neurologis : Hubungan-hubungan neurologis merupakan bagian integral dari regulator koping mekanisme seseorang. Mereka mempunyai fungsi untuk mengendalikan dan mengkoordinasi pergerakan tubuh, kesadaran dan proses emosi kognitif yang baik untuk mengatur aktivitas organ-organ tubuh (Robertson, 1984 dalam Roy, 1991). i. Fungsi endokrin : Aksi endokrin adalah pengeluaran horman sesuai dengan fungsi neurologis, untuk menyatukan dan mengkoordinasi fungsi tubuh. Aktivitas endokrin mempunyai peran yang signifikan dalam respon stress dan merupakan dari regulator koping mekanisme ( Howard & Valentine dalam Roy,1991). Model Konsep Diri Model konsep diri berhubungan dengan psikososial dengan penekanan spesifik pada aspek psikososial dan spiritual manusia. Kebutuhan dari konsep diri ini berhubungan dengan integritas psikis antara lain persepsi, aktivitas mental dan ekspresi perasaan. Konsep diri menurut Roy terdiri dari dua komponen yaitu the physical self dan the personal self. a. The physical self, yaitu bagaimana seseorang memandang dirinya berhubungan dengan sensasi tubuhnya dan gambaran tubuhnya. Kesulitan pada area ini sering terlihat pada saat merasa kehilangan, seperti setelah operasi, amputasi atau hilang kemampuan seksualitas. b. The personal self, yaitu berkaitan dengan konsistensi diri, ideal diri, moral- etik dan spiritual diri orang tersebut. Perasaan cemas, hilangnya kekuatan atau takut merupakan hal yang berat dalam area ini. Mode fungsi peran Mode fungsi peran mengenal pola - pola interaksi sosial seseorang dalam hubungannya dengan orang lain, yang dicerminkan dalam peran primer, sekunder dan tersier. Fokusnya pada bagaimana seseorang dapat memerankan dirinya dimasyarakat sesuai kedudukannya. Model Interdependensi Mode interdependensi adalah bagian akhir dari mode yang dijabarkan oleh Roy. Fokusnya adalah interaksi untuk saling memberi dan menerima cinta/ kasih sayang, perhatian dan saling menghargai. Interdependensi yaitu keseimbangan antara ketergantungan dan kemandirian dalam menerima sesuatu untuk dirinya. Ketergantungan ditunjukkan dengan kemampuan untuk afiliasi dengan orang lain. Kemandirian ditunjukkan oleh kemampuan berinisiatif untuk melakukan tindakan bagi dirinya. Interdependensi dapat dilihat dari keseimbangan antara dua nilai ekstrim, yaitu memberi dan menerima. Elemen lingkungan Lingkungan digambarkan sebagai dunia di dalam dan di luar manusia. Lingkungan merupakan masukan (input) bagi manusia sebagai sistem yang adaptif sama halnya lingkungan sebagai stimulus eksternal dan internal. Lebih lanjut stimulus itu dikoelompokkan menjadi tiga jenis stimulus yaitu : fokal, konstektual, dan residual. Lebih luas lagi lingkungan didefinisikan sebagai segala kondisi, keadaan disekitar dan mempengaruhi keadaan, perkembangan dan perilaku manusia sebagai individu ata kelompok Elemen kesehatan Menurut Roy, kesehatan didefinisikan sebagai keadaan dan proses menjadi manusia secara utuh dan terintegrasi secara keseluruhan. Integritas atau keutuhan manusia menyatakan secara tidak langsung bahwa kkesehatan atau kondisi tidak terganggu mengacu kelengkapan atau kesatuan dan kemungkinan tertinggi dari pemenuhan potensi manusia. Jadi Integritas adalah sehat, sebaliknya kondisi yang tidak ada integritas kurang sehat. Definisi kesehatan ini lebih dari tidak adanya sakit tapi termasuk penekanan pada kondisi sehat sejahtera. Dalam model adaptasi keperawatan, konsep sehat dihubungkan dengan konsep adaptasi. Adaptasi yang bebas energi dari koping yang inefektif dan mengizinkan manusia berespon terhadap stimulus yang lain. Pembebasan energi ini dapat meningkatkan penyembuhan dan mempertinggi kesehatan. Hal ini adalah pembebasan energi yang menghubungkan konsep adaptasi dan kesehatan. Adaptasi adalah komponen pusat dalm model keperawatan. Didalamnya menggambarkan manusia sebagai sistem adaptif. Adaptasi dipertimbangkan baik proses koping terhadap stressor dan produk akhir dari koping. Proses adaptasi termasuk fungsi holistic untuk mempengaruhi kesehatan secara positif dan itu meningkatkan integritas. Proses adaptasi termasuk semua interaksi manusia dan lingkungan terdiri dari dua proses. Bagian pertama dari proses ini dimulai dengan pperubahan dalam lingkungan internal dan eksternal yan gmembutuhkan sebuah respon. Perubahan – perubahan itu adalah stressor atau stimulus fokal dan ditengahi oleh factor-faktor konstektual dan residual. Bagian-bagian stressor menghasilkan interaksi yang biasanya disebut stress. Bagian kedua adalah mekanisme koping yang merangsang untuk menghasilkan respon adaptif dan inefektif. Produk adaptasi adalah hasil dari proses adaptasi dan digambarkan dalam istilah kondisi yang meningkatkan tujuan-tujuan manusia yang meliputi : kelangsungan hidup, pertumbuhan, reproduksi dan penguasaan yang disebut integritas. Kondisi akhir ini adalah kondisi keseimbangan dinamik equilibrium yang meliputi peningkatan dan penurunan respon-respon. Setiap kondisi adaptasi baru dipengaruhi oleh adaptasi, sehingga dinamik equilibrium manusia berada pada tingkat yang lebih tinggi. Jarak yang besar dari stimulus dapat disepakati dengan suksesnya manusia sebagai sistem adaptif. Jadi peningkatan adaptasi mengarah pada tingkat- tingkat yang lebih tinggi pada keadaan sejahtera atau sehat. Adaptasi kemudian disebut sebagai suatu fungsi dari stimuli yang masuk dan tingkatan adaptasi. Elemen keperawatan Keperawatan adalah suatu disiplin ilmu dan ilmu tersebut menjadi landasan dalam melaksanakan praktik keperawatan (Roy, 1983). Lebih spesifik Roy (1986) berpendapat bahwa keperawatan sebagai ilmu dan praktik berperan dalam meningkatkan adaptasi individu dan kelompok terhadap kesehatan sehingga sikap yang muncul semakin positif. Keperawatan memberi perbaikan pada manusia sebagai sutu kesatuan yang utuh untuk beradaptasi dengan perubahan yang terjadi pada lingkungan dan berespons terhadap stimulus internal yang mempengaruhi adaptasi.Jika stressor terjadi dan individu tidak dapat menggunakan “koping” secara efektif maka individu tersebut memerlukan perawatan. Tujuan keperawatan adalah meningkatkan interaksi individu dengan lingkungan, sehingga adaptasi dalam setiap aspek semakin meningkat.Komponen-komponen adaptasi mencakup fungsi fisiologis, konsep diri, fungsi peran, dan saling ketergantungan. D. IMOGENE M. KING Tujuan perawat adalah "untuk membantu individu menjaga atau mendapatkan kembali kesehatan." Ranah keperawatan adalah mempromosikan, memelihara, memulihkan kesehatan dan merawat orang sakit, terluka atau sekarat. Fungsi perawat profesional adalah untuk menafsirkan informasi secara mendalam, yang biasa dikenal sebagai proses keperawatan, untuk merencanakan, melaksanakan, dan mengevaluasi asuhan keperawatan bagi individu, keluarga, kelompok dan masyarakat. King menyatakan bahwa perhatian keperawatan adalah membantu orang berinteraksi dengan lingkungan mereka dengan cara yang akan mendukung pemeliharaan kesehatan dan pertumbuhan menuju pemenuhan diri. King telah memberikan asumsi khusus untuk interaksi perawat-klien: o Persepsi perawat dan klien mempengaruhi proses interaksi. o Tujuan, kebutuhan, dan nilai-nilai perawat dan klien mempengaruhi proses interaksi. o Individu memiliki hak untuk mengetahui tentang diri mereka sendiri. o Individu memiliki hak untuk berpartisipasi dalam keputusan yang mempengaruhi kehidupan mereka, kesehatan mereka, dan layanan masyarakat. o Individu memiliki hak untuk menerima atau menolak perawatan kesehatan. o Tujuan dari profesional kesehatan dan tujuan penerima perawatan kesehatan mungkin kongruen. 2. KEBUTUHAN MANUSIA MENURUT IMOGENE KING King menyatakan bahwa manusia memiliki tiga kebutuhan kesehatan mendasar: a. Kebutuhan akan informasi kesehatan yang dapat digunakan pada saat dibutuhkan dan dapat digunakan. b. Kebutuhan untuk perawatan yang bertujuan untuk mencegah penyakit. c. Kebutuhan untuk perawatan ketika manusia tidak mampu membantu diri mereka sendiri. King menunjukkan bahwa perawat memiliki kesempatan untuk mengetahui o Informasi tentang riwayat kesehatan klien o bagaimana pandangan klien terhadap kesehatan sendiri o apa tindakan klien untuk pemeliharaan kesehatan 2. KESEHATAN King mendefinisikan kesehatan sebagai "pengalaman hidup yang dinamis dari seorang manusia, yang berarti penyesuaian terus menerus terhadap stressor dalam lingkungan internal dan eksternal melalui penggunaan yang optimal dari sumber daya seseorang untuk mencapai potensi maksimal untuk hidup sehari-hari". King menegaskan bahwa kesehatan bukan hal yang berkelanjutan, melainkan suatu keadaan holistik dan mengidentifikasi karakteristik kesehatan sebagai "genetik, subjektif, relatif, dinamis, lingkungan, fungsional, budaya dan persepsi". King mendefinisikan penyakit sebagai penyimpangan dari atau ketidakseimbangan dalam fungsi seseorang yang normal. Penyimpangan ini mungkin berhubungan dengan struktur biologis, hubungan psikologis, atau sosial. 3. LINGKUNGAN Lingkungan dan Masyarakat yang diindikasikan sebagai konsep utama dalam sistem konseptual King tetapi tidak secara khusus didefinisikan dalam pekerjaannya. Masyarakat dapat dipandang sebagai bagian sistem sosial dari sistem konseptualnya. King mendefinisikan bahwa lingkungan yang sehat adalah lingkungan yang baik secara internal dan eksternal, King juga menyatakan bahwa' lingkungan adalah fungsi dari keseimbangan antara interaksi internal dan eksternal. 4. KEPERAWATAN Keperawatan didefinisikan sebagai tindakan perawat dan klien, reaksi dan interaksi dalam situasi perawatan kesehatan untuk berbagi informasi tentang persepsi mereka satu sama lain dan dalam situasi tertentu. Komunikasi ini memungkinkan mereka untuk menetapkan tujuan dan memilih metode untuk mencapai tujuan. Tindakan didefinisikan sebagai urutan perilaku yang melibatkan aktivitas mental dan fisik. E. Orientasi Sistem dan Perkembangan 1. Definisi Keperawatan Menurut Martha E. Rogers Keperawatan adalah ilmu humanistis atau humanitarian yang menggambarkan dan memperjelas bahwa manusia dalam strategi yang utuh dan dalam perkembangan hipotesis secara umum dengan memperkirakan prinsip-prinsip dasar untuk ilmu pengetahuan praktis. Ilmu keperawatan adalah ilmu kemanusiaan, mempelajari tentang alam dan hubungannya dengan perkembangan manusia. Rogers mengungkapkan bahwa aktivitas yang di dasari prinsip – prinsip kreatifitas, seni dan imaginasi. Aktifitas keperawatan dinyatakan Rogers merupakan aktifitas yang berakar pada dasar ilmu pengetahuan abstrak, pemikiran intelektual, dan hati nurani. Rogers menekankan bahwa keperawatan adalah disiplin ilmu yang dalam aktifitasnya mengedepankan aplikasi keterampilan, dan teknologi. Aktivitas keperawatan meliputi pengkajian, intervensi, dan pelayanan rehabilitatif senantiasa berdasar pada konsep pemahaman manusia atau individu seutuhnya. Berdasarkan pada kerangka konsep yang dikembangkan oleh Rogers (1970) ada lima dasar asumsi tentang manusia, yaitu: a. Manusia adalah satu kesatuan, proses integritas individu dan mewujudkan karakteristik yang lebih dan perbedaan dari jumlah bagian-bagiannya. Manusia kelihatan seperti bagian terkecil dan menghilang lenyap dari pandangan. Karena kesatuan ini menghasilkan variabel dan secara konstan mengubah pola ini. Manusia merupakan makhluk yang memiliki kepribadian unik, antara satu dan lainnya berbeda di beberapa bagian. Secara signifikan mempunyai sifat- sifat yang khusus jika semuanya jika dilihat secara bagian perbagian ilmu pengetahuan dari suatu subsistem tidak efektif bila seseorang memperhatikan sifat-sifat dari sistem kehidupan manusia. Manusia akan terlihat saat bagiannya tidak dijumpai. b. Individu dan lingkungan terus mengalami perubahan materi dan energi. Berasumsi bahwa individu dan lingkungan saling tukar-menukar energi dan material satu sama lain. Beberapa individu mendefenisikan lingkungan sebagai faktor eksternal pada seorang individu dan merupakan satu kesatuan yang utuh dari semua hal. c. Mempercayai bahwa proses hidup manusia tidak dapat diulang dan tidak dapat diprediksi sepanjang ruang dan waktu. Individu tidak pernah dapat mundur atau jadilah sesuatu ia atau dia sebelumnya. Bahwa proses kehidupan manusia merupakan hal yang tetap dan saling bergantung dalam satu kesatuan ruang waktu secara terus menerus. Akibatnya seorang individu tidak akan pernah kembali atau menjadi seperti yang diharapkan semula. d. Perilaku pada individu merupakan suatu bentuk kesatuan yang inovatif. Mengidentifikasi pola manusia dan mencerminkan keutuhan yg inovatif, pola teladan ini mempertimbangkan pengaturan diri, ritme, dan teori pengaruh energi. Mereka memberi kesatuan keanekaragaman dan mencerminkan suatu alam semesta yang kreatif dan dinamis. e. Individu dicirikan oleh kapasitas abstraksi dan citra, bahasa dan berpikir, sensasi dan emosi. Hanya manusia yang mampu untuk berfikir menjadi siapa dan keluasan dari alam semesta ini. Dari seluruh bentuk kehidupan di dunia hanya manusia yang mampu berfikir dan menerima dan mempertimbangkan luasnya dunia. Berdasarkan pada asumsi-asumsi, terdapat 4 batasan utamayang ditunjukkan oleh Martha E. Roger : a. Sumber energi b. Keterbukaan c. Pola-pola perilaku d. Ukuran-ukuran 4 dimensi Disini terdapat elemen-elemen yang saling berhubungan pada ini adalah manusia dan lingkungannya. Sebagai sistem hidup dan sumber energi, individu mampu mengambil energi dan informasi dari lingkungan dan menggunakan energi dan informasi untuk lingkungan. Karena pertukaran ini individu adalah sistem terbuka yang mendasari dan membatasi asumsi-asumsi utama Martha E. Roger. Martha E. Roger mengemukakan empat konsep besar tersebut dan menghadirkan lima asumsi tentang manusia. Tiap orang dikatakan sebagai suatu yang individu utuh. Manusia dan lingkungan selalu saling bertukar energi. Proses yang terjadi dalam kehidupan seseorang tidak dapat diubah dan berhubungan satu sama lain pada dimensi ruang dan waktu. Hal tersebut merupakan pola kehidupan. Pada akhirnya seseorang mampu berbicara, berfikir, merasakan, emosi, membayangkan dan memisahkan. Manusia mempunyai empat dimensi, medan energi negentropik dapat diketahui dari kebiasaan dan ditunjukkan dengan ciri-ciri dan tingkah laku yang berbeda satu sama lain dan tidak dapat diduga dengan ilmu pengetahuan yaitu lingkungan, keperawatan dan kesehatan. 2. Hubungan teori keperawatan Martha E. Rogers dengan Praktik Keperawatan Martha E Rogers mengungkapkan bahwa teori yang diambilnya dari konsepnya sangat mungkin untuk di terapkan dalam praktik keperawatan. Malinski (1986) mencatat ada tujuh trend yang ada dalam praktik keperawatan, yang kesemuanya berdasar pada konsep teori yang di kemukakan Martha E Rogers : a. Pemberian kewenangan penuh dalam hubungan perawat klien b. Menerima perbedaan sebagai sesuatu yang wajar c. Penyesuaian terhadap pola d. Menggunakan modalitas gelombang seperti lampu musik, pergerakan dalam proses penyembuhan. e. Menunjukkan suatu perubahan yang positif f. Memperluas fase pengkajian dalam proses keperawatan g. Menerima hubungan yang menyeluruh dalam hidup. F. Metode/teori lain yang mendukung 1. Teori umum Florence Nightingale Florence Nightingale (Firenze, Italia, 12 Mei 1820- 13 Agustus1910) adalah pelopor perawat modern. Ia dikenali dengan nama The Lady With The Lamp dalam bahasa Inggris yang berarti "Sang Wanita dengan Lampu". Florence Nightingale mencetuskan sebuah teori keperawatan yang dikenal dengan teori perawatan modern (modern nursing) yang dikenal dengan teori lingkungan (environmental theory). Teorinya difokuskan pada lingkungan keperawatan. Florence meyakini bahwa kondisi lingkungan yang sehat berperan penting untuk penanganan perawatan yang layak bagi proses penyembuhan. a. Manusia Manusia terdiri dari komponen fisik, intelektual,emosional,sosial dan spiritual. Walaupun memang lebih berfokus pada aspek fisik tetapi tetap saja ide yang dikemukakan Nightingale tentang seseorang yang sedang sakit mempunyai semangat hidup yang lebih besar daripada mereka yang sehat, hal ini berkaitan dengan dimensi psikologik dari manusia b. Lingkungan Lingkungan menurut Nightingale merujuk pada lingkungan fisik eksternal yang mempengaruhi proses penyembuhan dan kesehatan yang meliputi lima komponen dalam mempertahankan kesehatan individu, yang meliputi : - Udara segar - Air bersih - Saluran pembuangan yang efisien - Kebersihan - Cahaya Florence lebih menekankan pada lingkungan fisik daripada lingkungan sosial dan psikologis yang digali secara lebih terperinci dalam tulisannya. Penekanan terhadap lingkungan sangat jelas melalui pernyataannya bahwa jika ingin melihat status kesehatan seseorang, maka yang harus dilakukan adalah mengkaji keadaan rumah, kondisi dan cara hidup seseorang daripada mengkaji fisik / tubuhnya. c. Kesehatan Florence mendefinisikan kesehatan sebagai merasa sehat dan menggunakan semaksimal mungkin setiap kekuatan yang dimiliki yang merupakan proses aditif, yaitu hasil kombinasi dari lingkungan, fisik dan psikologis. Terutama faktor lingkungan yang meliputi : - Kebersihan - Minuman - Nutrisi - Kelembaban - Jalan udara / ventilasi - Saluran air Menurut Florence, keadaan sehat dapat dicapai melalui pendidikan dan perbaikan kondisi lingkungan. Penyakit merupakan proses perbaikan tubuh untuk memperbaiki masalah. Florence sangat menekankan bahwa kesehatan tidak hanya berorientasi dalam lingkungan rumah sakit tetapi juga komunitas. d. Keperawatan Florence memandang keperawatan sebagai ilmu kesehatan dan menguraikan keperawatan sebagai usaha mengarahkan terhadap peningkatan dan pengelolaan lingkungan fisik sehingga alam akan menyembuhkan pasien. Oleh karena itu kegiatan keperawatan termasuk memberikan pendidikan tentang kebersihan di rumah tangga dan lingkungan untuk membantu wanita menciptakan lingkungan yang sehat bagi keluarga dan komunitasnya, yang pada dasarnya hal ini bertujuan untuk mencegah penyakit. 2. Inti konsep Florence Nightingale Inti konsep Florence Nightingale adalah pasien dipandang dalam konteks lingkungan secara keseluruhan yang terdiri dari lingkungan fisik, lingkungan psikologis dan lingkungan sosial. a. Lingkungan fisik (physical environment) Merupakan lingkungan dasar/alami yang berhubungan dengan ventilasi dan udara. Faktor tersebut mempunyai efek terhadap lingkungan fisik yang bersih yang selalu akan memepengaruhi pasien dimanapun dia berada. Tempat tidur pasien harus bersih, ruangan harus bebas debu, asap , bau dan tidak lembab. Lingkungan dibuat sedemikian rupa sehingga memudahkan perawatan baik bagi orang lain maupun dirinya sendiri. Luas,tinggi penempatan tempat tidur harus memeberikan keleluasaan pasien untuk beraktifitas. Tempat tidur harus mendapatkan penerangan yang cukup, jauh dari kebisingan dan bau limbah. Posisi pasien di tempat tidur harus diatur sedemikian rupa supaya mendapat ventilasi yang cukup. b. Lingkungan psikologi (psychology environment) Florence melihat bahwa kondisi lingkungan yang negative dapat menyebabkan stress fisik dan berpengaruh buruk terhadap emosi pasien. Oleh karena itu ditekankan kepada pasien untuk menjaga rangsangan fisiknya. Mendapatkan sinar matahari, makanan yang menarik dan beraktivitas yang dapat merangsang semua faktor untuk membantu pasien dalam mempertahankan emosinya. c. Lingkungan sosial (social environment) Florence memandang bahwa lingkungan yang berpengaruh pada kesehatan seseorang bukan hanya lingkungan di rumah sakit saja tetapi juga kondisi lingkungan secara menyeluruh yakni lingkungan komunitas pasien. G. Friedmann 1. Menurut Friedman (1988) struktur keluarga terdiri atas: a. Pola dan Proses Komunikasi Komunikasi dalam keluarga ada yang berfungsi dan ada yang tidak, hal ini bisa disebabkan oleh beberapa faktor yang ada dalam komponen komunikasi seperti : pengirim, media, pesan, lingkungandan penerima. Komunikasi dalam keluarga yang berfungsi adalah: 1) Karakteristik pengirim yang berfungsi § Yakin ketika menyampaikan pendapat § Jelas dan berkualitas § Meminta feedback § Menerima feedback 2) Pengirim yang tidak berfungsi - Lebih menonjolkan asumsi (perkiraan tanpa menggunakan dasar/data yang obyektif) - Ekspresi yang tidak jelas (contoh: marah yang tidak diikuti ekspresi wajahnya) - Jugmental exspressions, yaitu ucapan yang memutuskan/menyatakan sesuatu yang tidak didasari pertimbangan yang matang. Contoh ucapan salah benar, baik/buruk, normal/tidak normal, misal: ”kamu ini bandel…”, ”kamu harus…” - Tidak mampu mengemukakan kebutuhan - Komunikasi yang tidak sesuai 3) Karakteristik penerima yang berfungsi § Mendengarkan dengan baik § Memberikan feedback (klarifikasi, menghubungkan dengan pengalaman) § Memvalidasi 4) Penerima yang tidak berfungsi § Tidak bisa mendengar dengan jelas/gagal mendengar § Diskualifikasi, contoh : ”iya dech…..tapi….” § Offensive (menyerang bersifat negatif) § Kurang mengeksplorasi (miskomunikasi) § Kurang memvalidasi 5) Pola komunikasi di dalam keluarga yang berfungsi § Menggunakan emosional : marah, tersinggung, sedih, gembira § Komunikasi terbuka dan jujur § Hirarki kekuatan dan peraturan keluarga § Konflik keluarga dan penyelesaiannya 6) Pola komunikasi di dalam keluarga yang tidak berfungsi § Fokus pembicaraan hanya pada sesorang (tertentu) § Semua menyetujui (total agreement) tanpa adanya diskusi § Kurang empati § Selalu mengulang isu dan pendapat sendiri § Tidak mampu memfokuskan pada satu isu § Komunikasi tertutup § Bersifat negatif § Mengembangkan gosip b. Struktur peran Peran adalah serangkaian perilaku yang diharapkan sesuai dengan posisi sosial yang diberikan. Yang dimaksud dengan posisi atau status adalah posisi individu dalam masyarakat, misalnya status sebagai istri/suami atau anak. Peranan ayah : pencari nafkah, pelindung dan pemberi rasa aman, kepala keluarga, sebagai anggota dari kelompok sosialnya serta sebagai anggota masyarakat dari lingkungannya. Peranan ibu : mengurus rumah tangga, pengasuh dan pendidik anak-anaknya, pelindung dan sebagai salah satu anggota kelompok dari peranan sosialnya, sebagai anggota masyarakat dari lingkungannya, serta bisa berperan sebagai pencari nafkah tambahan dalam keluarga. Peranan anak : melaksanakan peranan psikososial sesuai dengan tingkat perkembangannya baik fisik, mental, sosial dan spiritual. c. Struktur kekuatan Kekuatan merupakan kemampuan (potensial atau aktual) dari individu untuk mengendalikan atau mempengaruhi untuk merubah perilaku orang lain ke arah positif. Tipe struktur kekuatan: § Legitimate power/authority (hak untuk mengontrol, seperti orang tua terhadap anak) § Referent power (seseorang yang ditiru) § Resource or expert power (pendapat ahli) § Reward power (pengaruh kekuatan karena adanya reward yang akan diterima) § Coercive power (pengaruh yang dipaksakan sesuai keinginannya) § Informational power (pengaruh yang dilalui melalui proses persuasi) § Affective power (pengaruh yang diberikan melalui manipulasi dengan cinta kasih misalnya hubungan seksual). d. Nilai-nilai keluarga Nilai merupakan suatu sistem, sikap dan kepercayaan yang secara sadar atau tidak, mempersatukan anggota keluarga dalam satu budaya. Nilai keluarga juga merupakan suatu pedoman perilaku dan pedoman bagi perkembangan norma dan peraturan. Norma adalah pola perilaku yang baik, menurut masyarakat berdasarkan sistem nilai dalam keluarga. Budaya adalah kumpulan dari pola perilaku yang dapat dipelajari, dibagi dan ditularkan dengan tujuan untuk menyelesaikan masalah. 2. Fungsi Keluarga Friedman (1992) menggambarkan fungsi sebagai apa yang dilakukan keluarga. Fungsi keluarga berfokus pada proses yang digunakan oleh keluarga untuk mencapai tujuan keluarga tersebut. Proses ini termasuk komunikasi diantara anggota keluarga, penetapan tujuan, resolusi konflik, pemberian makanan, dan penggunaan sumber dari internal maupun eksternal. Tujuan yang ada dalam keluarga akan lebih mudah dicapai apabila terjadi komunikasi yang jelas dan secara langsung. Komunikasi tersebut akan mempermudah menyelesaikan konflik dan pemecahan masalah. Fungsi keluarga menurut Friedman (1992) adalah: a. Fungsi afektif dan koping Keluarga memberikan kenyamanan emosional anggota, membantu anggota dalam membentuk identitas dan mempertahankan saat terjadi stress. b. Fungsi sosialisasi Keluarga sebagai guru, menanamkan kepercayaan, nilai, sikap, dan mekanisme koping, memberikan feedback, dan memberikan petunjuk dalam pemecahan masalah. c. Fungsi reproduksi Keluarga melahirkan anak, menumbuh-kembangkan anak dan meneruskan keturunan. d. Fungsi ekonomi Keluarga memberikan finansial untuk anggota keluarganya dan kepentingan di masyarakat e. Fungsi fisik Keluarga memberikan keamanan, kenyamanan lingkungan yang dibutuhkan untuk pertumbuhan, perkembangan dan istirahat termasuk untuk penyembuhan dari sakit. TREND DAN ISSUE KESEHATAN KELUARGA A. Beberapa trend dan Isu dalam keperawatan Keluarga diantaranya : Trend dan isu Global : 1. Dunia tanpa batas (global village) mempengaruhi sikap dan pola perilaku kekuarga. 2. Kemajuan dan pertukaran iptek yang semakin global sehingga penyebarannya semakin meluas. 3. Kemajuan teknologi di bidang transportasi sehingga tingkat mobilisasi penduduk yang tinggi seperti migrasi yang besar-besaran yang berpengaruh terhadap interaksi keluarga yang berubah. 4. Standar kualitas yang semakin diperhatikan menimbulkan persaingan yang ketak serta menumbuhkan munculnya sekolah-sekolah yang mengutamakan kualitas pendidikan. 5. Kompetisi global dibidang penyediaan sarana dan prasarana serta pelayanan kesehatan menuntut standar profesionalitas keperawatan yang tinggi. Trend dan Isu Nasional : 1. Semakin tingginya tuntutan profesionalitas pelayanan kesehatan. 2. Penerapan desentralisasi yang juga melibatkan bidang kesehatan. 3. Peran serta masyarakat yang semakin tinggi dalam bidang kesehatan. 4. Munculnya perhatian dari pihak pemerintah mengenai masalah kesehatan masyarakat seperti diberikannya bantuan bagi keluarga miskin serta asuransi kesehatan lainnya bagi keluarga yang tidak mampu. Beberapa permasalahan mengenai trend dan isu keperawatan keluarga yang muncul di indonesia : a. Sumberdaya tenaga kesehatan yang belum dapat bersaing secara global serta belum adanya perawat keluarga secara khusus di negara kita b. Penghargaan dan reward yang dirasakan masih kurang bagi para tenaga kesehatan. c. Pelayanan kesehatan yang diberikan sebagian besar masih bersifat pasif. d. Masih tingginya biaya pengobatan khususnya di sarana-sarana pelayanan kesehatan yang memiliki kualitas baik. e. Pengetahuan dan ketrapilan perawat yang masih perlu ditingkatka. f. Rendahnya minat perawat untuk bekerja dengan keluarga akibat system yang belum berkembang. g. Pelayanan keperawatan keluarga yang belum berkembang meskipun telah disusun telh disusun pedoman pelayanan keluarga namun belum disosialisaikan secara umum. h. Geografis Indonesia yang sangat luas namun belum di tunjang dengan fasilitas transfortasi yang cukup. i. Kerjasama program lintas sektoral belum memadai. j. Model pelayanan belum mendukung peran aktif semua profesi. k. Lahan praktek yang terbatas. l. Sarana dan prasarana pendidikan juga terbatas. m. Rasio pengajar dan mahasiswa yang tidak seimbang. n. Keterlibatan berbagai profesi selama menjalani pendidikan juga kurang. TREND DAN CURRENT ISSUE KEPERAWATAN KELUARGA 1. Dunia tanpa batas (global vilage) mempengaruhi sikap dan pola perilaku keluarga. 2. Kemajuan dan pertukaran iptek 3. Kemajuan teknologi transportasi à migrasi mudah à interaksi keluarga berubah 4. Kesiapan untuk bersaing secara berkualitas à sekolah-sekolah berkualitas 5. Kompetensi global tenaga kesehatan/ keperawatan. Pelayanan : a. SDM belum dapat menjawab tantangan global à belum ada perawat keluarga. b. Penghargaan / reward rendah. c. Bersikap pasif. d. Biaya pelayanan kesehatan rawat inap mahal. e. Pengetahuan dan keterampilan perawat masih rendah f. Rendahnya minat perawat untuk bekerja dengan keluarga akibat system yang belum berkembang. g. Pelayanan keperawatan keluarga belum berkembang (DEPKES sudah mneyusun pedoman pelayanan keperawatan keluarga dan model keperwatan keluarga di rumah & perlu disosialisasikan). h. Keperawatan keluarga/ komunitas dianggap tidak menantang. i. Geografis luas namun tidak ditunjang dengan fasilitas. j. Kerjasama lintas program dan lintas sector belum memadai. k. Model pelayanan belum mendukung peranan aktif semua profesi Pendidikan: a. Lahan praktik terbatas; pendirian pendidikan keperawatan cenderung “mudah” b. Penelitian terkait pengembangan dan uji model masih terbatas. c. Sarana dan prasarana pendidikan sangat terbatas. d. Rasio pengajar : mahasiswa belum seimbang. e. Keterlibatan berbagai profesi selama pendidikan kurang. Profesi: a. Standar kompetensi belum disosialisasikan b. Belum ada model pelayanan yang dapat menjadi acuan c. Kompetensi berbagai jenjang pendidikan tidak berbatas. d. Mekanisme akreditasi belum berjalan dengan baik. e. Peranan profesi di masa depan dituntut lebih banyak. f. Perlu pengawalan dan pelaksanaan undang-undang praktik keperawatan. KLIPING KESEHATAN KELUARGA