You are on page 1of 10

MAKALAH ILMU RESEP LANJUT

CARA PENYIMPANAN OBAT

Disusun oleh:
KELOMPOK 5
Muhammad Hasan Furqon 1108010077

Nur Barkah P. 1108010085

Dinar Kussetiawati 1108010123

Amalia Agamasi 1108010125

Irma Prastika 1108010127

Sulfiati Mukaromah 1108010129

Endah Ari P. 1108010131

Laila Safitrih 1108010133

Shifa Dwi Istiana 1108010135

Sawitri Dewi Romadhon 1108010137

Siti Robi’atul ‘Adawiyah 1108010139

FAKULTAS FARMASI
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH PURWOKERTO
2014
BAB I

PENDAHULUAN

Dalam upaya pengobatan suatu penyakit, biasanya diberikan beberapa jenis obat yang
saling berbeda baik bentuk sediaannya maupun kemasannya. Hal ini selalu terjadi di
masyarakat luas, maka perlu dipikirkan cara menyimpan obat. Bila cara penyimpanan obat
tidak memenuhi persyaratan cara menyimpan obat yang benar, maka akan terjadi perubahan
sifat obat, sampai terjadi kerusakan obat.

Selain itu, sebagian dari kasus keracunan obat disebabkan karena cara penyimpanan
obat yang salah. Menyimpan obat dengan benar dapat menjamin keamanan pemakaian obat-
obatan tersebut. Penyimpanan obat dengan cara yang benar membantu menjaga kondisi obat
tetap dalam keadaan yang baik atau tidak rusak. Selain itu, juga dapat menghindarkan
kesalahan penggunaan obat oleh orang yang salah, misalnya anak-anak.

Kegiatan pengelolaan dan penggunaan obat dimulai dari:

 Pemilihan jenis obat dan alat kesehatan yang dibutuhkan


 Perencanaan untuk mengadakan obat dan alat kesehatan tersebut
 dalam jenis, jumlah, waktu dan tempat yang tepat
 Pengadaan berdasarkan pertimbangan dana yang tersedia dan skala prioritas untuk
pengadaan yang tepat
 Penyimpanan yang tepat sesuai dengan sifat masing-masing obat dan alat kesehatan

Penyimpanan yang tepat dan sesuai dapat dipastikan bahwa mutu obat tersebut baik.
Penyimpanan merupakan kegiatan pengaturan perbekalan farmasi menurut persyaratan yang
ditetapkan menurut bentuk sediaan dan jenisnya, suhu dan kestabilannya mudah tidaknya
meledak/terbakar, dan tahan/tidaknya terhadap cahaya, disertai dengan sistem informasi yang
selalu menjamin ketersediaan perbekalan farmasi sesuai kebutuhan.
BAB II

ISI

Penyimpanan perbekalan farmasi merupakan kegiatan pengaturan sediaan farmasi di dalam


ruang penyimpanan dengan tujuan untuk:

1. Menjamin mutu tetap baik, yaitu kondisi penyimpanan disesuaikan dengan sifat obat,
misalnya dalam hal suhu dan kelembaban.
2. Memudahkan dalam pencarian, misalnya disusun berdasarkan abjad.
3. Memudahkan pengawasan persediaan/stok dan barang kadaluarsa, yaitu
4. Disusun berdasarkan First In First Out (FIFO) dan First Expired First Out (FEFO)
5. Menjamin pelayanan yang cepat dan tepat.

CARA PENYIMPANAN OBAT SECARA UMUM

Cara penyimpanan obat yang secara umum perlu diketahui oleh masyarakat adalah sebagai
berikut :

a. Ikuti petunjuk penyimpanan pada label/ kemasan


b. Simpan obat dalam kemasan asli dan dalam wadah tertutup rapat.
c. Simpan obat pada suhu kamar dan hindari sinar matahari langsung.
d. Jangan menyimpan obat di tempat panas atau lembab.
e. Jangan menyimpan obat bentuk cair dalam lemari pendingin agar tidak beku, kecuali
jika tertulis pada etiket obat.
f. Jangan menyimpan obat yang telah kadaluarsa atau rusak.
g. Jangan meninggalkan obat di dalam mobil untuk jangka waktu lama.
h. Jauhkan obat dari jangkauan anak-anak.
Peralatan penyimpanan obat secara umum memerlukan :

1. Lemari/rak yang rapi dan terlindung dari debu, kelembaban dan cahaya yang
berlebihan
2. Lantai dilengkapi dengan palet

CARA PENYIMPANAN OBAT SECARA KHUSUS

Penyimpanan obat yang secara khusus juga perlu diketahui oleh masyarakat adalah sebagai
berikut :

1. Sediaan obat vagina dan ovula


Sediaan obat untuk vagina dan anus (ovula dan suppositoria) disimpan di lemari es
karena dalam suhu kamar akan mencair.
2. Sediaan Aerosol / Spray
Sediaan obat jangan disimpan di tempat yang mempunyai suhu tinggi karena dapat
menyebabkan ledakan.

Peralatan yang digunakan untuk penyimpanan obat dengan kondisi khusus diantaranya :

1. Lemari pendingin dan AC untuk obat yang termolabil


2. Fasilitas peralatan penyimpanan dingin harus divalidasi secara berkala
3. Lemari penyimpanan khusus untuk narkotika dan obat psikotropika
4. Peralatan untuk penyimpanan obat, penanganan dan pembuangan limbah sitotoksik
dan obat berbahaya harus dibuat secara khusus untuk menjamin keamanan petugas,
pasien dan pengunjung

Beberapa obat perlu disimpan pada kondisi dan tempat yang khusus untuk memudahkan
pengawasan, yaitu :

1. Obat golongan narkotika dan psikotropika masing-masing disimpan dalam lemari


khusus dan terkunci.
2. Obat-obat seperti vaksin dan supositoria harus disimpan dalam lemari pendingin
untuk menjamin stabilitas sediaan.
3. Beberapa cairan mudah terbakar seperti aseton, eter dan alkohol disimpan dalam
lemari yang berventilasi baik, jauh dari bahan yang mudah terbakar dan peralatan
elektronik. Cairan ini disimpan terpisah dari obat-obatan.
Syarat ruang penyimpanan menurut Kepmenkes No.1197/Menkes/ SK/X/2004 adalah
ruang penyimpanan harus memperhatikan kondisi, sanitasi temperatur sinar/cahaya,
kelembaban, fentilasi, pemisahan untuk menjamin mutu produk dan keamanan
petugas, kondisi khusus untuk ruang penyimpanan :

- Obat termolabil

- Alat kesehatan dengan suhu rendah

Ruang penyimpanan obat harus memiliki fitur:

 kunci ruangan
 pencahayaan yang memadai
 Suhu 25oC atau di bawah, dengan unit pendingin udara yang beroperasi 24 jam per
hari dan terhubung ke satu daya darurat . Tujuan dibangun kulkas vaksin untuk
penyimpanan vaksin, anti-racun dan point-of-perawatan peralatan habis pakai.
 Lemari es ditujukan untuk cold storage produk farmasi yang membutuhkan
pendinginan, di samping kulkas vaksin
 Rak yang memadai untuk penyimpanan yang tepat dari berbagai kategori obat yang
digunakan di pusat kesehatan
 Wastafel stainless steel
 sabun dispenser dan kertas pemegang handuk
 sebuah jaringan komputer dengan akses ke catatan klien elektronik (PCI)

Staf harus memastikan bahwa:

 Ruang penyimpanan obat tetap terkunci saat tidak digunakan


 Semua obat dan kotak obat diberi label dengan nama, kekuatan, nomor batch dan
tanggal kadaluwarsa
 Tidak ada obat kadaluwarsa atau produk farmasi lainnya di rak
 Lemari es hanya berisi produk farmasi
 Ruang penyimpanan obat disediakan untuk fungsi farmasi hanya terkait
 Lantai, dinding, wastafel, bangku, rak, wadah dan mengeluarkan botol yang bersih
dan bebas dari sesuatu yang mungkin mencemari obat
 Bangku dan sekitarnya bebas dari barang yang tidak dibutuhkan untuk persiapan atau
kemasan obat-obatan
 Lantai bebas dari saham atau penghalang lainnya.

Untuk penyimpanan sediaan obat dan alat kesehatan di apotek disusun berdasarkan
abjad, bentuk sediaan dan stabilitas atau kesesuaian suhu pada penyimpanan obat.

1) Golongan obat
Penyimpanan obat berdasarkan golongan obat, seperti obat bebas, bebas
terbatas obat keras dan obat narkotik. Tidak mengalami masalah yang berarti
dan sesuai dengan standar yang di tetapkan.
2) Abjad
Penyimpanan obat berdasarkan abjad, seperi obat yang di beli bebas sampai
obat yang harus di sertai dengan resep dokter. Tidak mengalami masalah yang
berarti dan sesuai dengan standar yang di tetapkan.
3) Bentuk sediaan
Penyimpanan obat berdasarkan bentuk sediaannya, seperti sirup bebas, sirup
ASKES, salep, injeksi, cairan dan lain-lain. Tidak mengalami masalah yang
berarti dan sesuai dengan standar yang di tetapkan.
4) Suhu
Penyimpanan obat berdasarkan suhu penyimpanan agar obat tidak rusak,
seperti suppositoria dan insulin disimpan dalam lemari es, supaya tidak
merusak bentuk dan khasiatnya. Dalam hal ini Penulis tidak melakukan
pengecekan terhadap penyimpanan berdasarkan suhu.

MASA PENYIMPANAN OBAT

Masa penyimpanan semua jenis obat mempunyai batas waktu, karena lambat laun
obat akan terurai secara kimiawi akibat pengaruh cahaya, udara dan suhu. Akhirnya khasiat
obat akan berkurang. Tanda2 kerusakan obat kadangkala tampak dengan jelas, misalnya bila
larutan bening menjadi keruh dan bila warna suatu krim berubah tidak seperti awalnya
ataupun berjamur. Akan tetapi dalam proses rusaknya obat tidak dapat dilihat dengan mata
telanjang. Bentuk dan baunya obat tidak berubah, namun kadar zat aktifnya sudah banyak
berkurang, atau terurai dengan membentuk zat-zat beracun. berkurangnya zat aktif hanya
dapat ditetapkan dengan analisa di laboratorium. Menurut aturan nternasional, kadar obat
aktif dalam suatu sediaan diperbolehkan menurun sampai maksimal 10%, lebih dari 10%
dianggap terlalu banyak dan obat harus dibuang.

ATURAN PENYIMPANAN

Guna memperlambat penguraian, maka semua obat sebaiknya disimpan di tempat


yang sejuk dalam wadah asli dan terlindung dari lembab dan cahaya. Dan hendaknya di suatu
tempat yang tidak bisa dicapai oleh anak2, agar jangan dikira sebagai permen berhubung
bentuk dan warnanya kerapkali sangat menarik. Obat-obat tertentu harus disimpan di lemari
es dan persyaratan ini selalu dicantumkan pada bungkusbya, mis. insulin.

LAMA PENYIMPANAN OBAT

Masa penyimpanan obat tergantung dari kandungan dan cara menyimpannya. Obat
yang mengandung cairan paling cepat terurainya, karena bakteri dan jamur dapat tumbuh
baik di lingkungan lembab. Maka itu terutama obat tetes mata, kuping dan hidung, larutan,
sirup dan salep yang mengandung air/krim sangat terbatas jangka waktu
kadaluwarsanya. Pada obat-obat biasanya ada kandungan zat pengawet, yang dapat
merintangi pertumbuhan kuman dan jamur. Akan tetapi bila wadah sudah dibuka, maka zat
pengawetpun tidak dapat menghindarkan rusaknya obat secara keseluruhan. Apalagi bila
wadah sering dibuka-tutup. mis. dengan tetes mata, atau mungkin bersentuhan dengan bagian
tubuh yang sakit, mis. pipet tetes mata, hidung atau telinga.
Oleh karena itu obat hendaknya diperlakukan dengan hati-hati, yaitu setelah
digunakan, wadah obat perlu ditutup kembali dengan baik, juga membersihkan pipet/sendok
ukur dan mengeringkannya. Di negara maju pada setiap kemasan obat harus tercantum
bagaimana cara menyimpan obat dan tanggal kadaluwarsanya, diharapkan bahwa di
kemudian hari persyaratan ini juga akan dijalankan di Indonesia secara menyeluruh. Akan
tetapi, bila kemasan aslinya sudah dibuka, maka tanggal kadaluwarsa tsb tidak berlaku lagi.
Dalam daftar di bawah ini diberikan ringkasan dari jangka waktu penyimpanan dari sejumlah
obat, bila kemasannya sudah dibuka. Angka ini hanya merupakan pedoman saja, dan hanya
berlaku bila obat disimpan menurut petunjuk yang tertera dalam aturan pakai
JANGKA WAKTU PENYIMPANAN

tab/kap 3 tahun salep mata 6 bulan


salep/pasta (tube) 3 tahun salep/pasta 6 bulan
serbuk/tabor 1 tahun pot cairan untuk kulit 6 bulan
pil 1 tahun tet .telinga 6 bulan
krim/gel (tube) 6 bulan tet/sempr.hidung 3 bulan
larutan tetesan 6 bulan krem (pot) 3 bulan
suspensi 6 bulan tet/bilasan mata 1 bulan
BAB III

KESIMPULAN

Penyimpanan merupakan kegiatan pengaturan perbekalan farmasi menurut


persyaratan yang ditetapkan menurut bentuk sediaan dan jenisnya, suhu dan kestabilannya
mudah tidaknya meledak/terbakar, dan tahan/tidaknya terhadap cahaya, disertai dengan
sistem informasi yang selalu menjamin ketersediaan perbekalan farmasi sesuai kebutuhan.

Masa penyimpanan semua jenis obat mempunyai batas waktu, karena lambat laun
obat akan terurai secara kimiawi akibat pengaruh cahaya, udara dan suhu. Guna
memperlambat penguraian, maka semua obat sebaiknya disimpan di tempat yang sejuk dalam
wadah asli dan terlindung dari lembab dan cahaya.

Masa penyimpanan obat tergantung dari kandungan dan cara menyimpannya. Obat
yang mengandung cairan paling cepat terurainya, karena bakteri dan jamur dapat tumbuh
baik di lingkungan lembab.
DAFTAR PUSTAKA

Direktorat Bina Penggunaan Obat Rasional.. Direktorat Jenderal Bina Kefarmasian dan Alat
Kesehatan. Departemen Kesehatan R I. 2008. Materi Pelatihan Peningkatan Pengetahuan dan
Keterampilan Memilih Obat bagi Tenaga Kesehatan. http://binfar.depkes.go.id/

Direktorat Bina Farmasi Komunitas dan Klinik. Direktorat Jenderal Bina Kefarmasian dan
Alat Kesehatan. Departemen Kesehatan R I. 2006. Pedoman Pelayanan Kefarmasian di
Puskesmas http://binfar.depkes.go.id/

Direktorat Jenderal Bina Kefarmasian dan Alat Kesehatan. Departemen Kesehatan RI. 2006.
Standar Pelayanan Farmasi di Rumah Sakit.

You might also like