You are on page 1of 18

BAB I

PENDAHULUAN
A. Latar Belakang

Manusia adalah makhluk yang unik karena memilki perbedaan dengan individu lainnya.
Sikap (attitude) merupakan konsep paling penting dalam psikologi sosial yang
membahas unsur sikap baik sebagai individu maupun kelompok. Banyak kajian
dilakukan untuk merumuskan pengertian sikap, proses terbentuknya sikap,
maupun perubahan. Banyak pula penelitian telah dilakukan terhadap sikap
kaitannya denganefek dan perannya dalam pembentukan karakter dan sistem
hubungan antarkelompok.Banyak sosiolog dan psikolog memberi batasan bahwa
sikap merupakan kecenderungan individu untuk merespon dengan cara yang khusus
terhadap stimulus yang ada dalam lingkungan sosial. Sikap merupakan suatu
kecenderungan untuk mendekat atau menghindar, posotitif atau negative terhadap
berbagai keadaan sosial, apakah itu institusi, pribadi, situasi, ide, konsep dan
sebagainya (Howard dan Kendler, 1974;Gerungan, 2000).

B. Rumusan Masalah

1. Apa definisi tentang sikap?

2. Bagaimana struktur tentang sikap?

3. Apa saja fungsi sikap?

4. Bagaimana ciri-ciri sikap?

5. Bagaimana proses dari pembentukan sikap?

6. Bagaimana proses dari pengubahan sikap?

7. Bagaimana sikap perawat dalam merawat pasien?

C. Tujuan

Tujuan penulisan makalah ini terbagi menjadi dua, yaitu:


1. Tujuan Umum

Untuk mengetahi gambaran nyata mengenai konsep pembentukan sikap.

2. Tujuan Khusus

a) Untuk mengetahui definisi sikap

b) Untuk mengetahui struktur sikap

c) Untuk mengetahui fungsi sikap

d) Untuk mengetahui ciri-ciri sikap

e) Untuk mengetahui pembentukan sikap

f) Untuk mengetahui pengubahan sikap

g) Untuk mengetahui sikap perawat dalam merawat pasien


BAB II
KAJIAN TEORI
A. Pengertian Sikap

Sikap adalah pernyataan evaluatif terhadap objek, orang atau peristiwa.Hal


ini mencerminkan perasaan seseorang terhadap sesuatu. Sikap mungkin
dihasilkan dari perilaku tetapi sikap tidak sama dengan perilaku.

Menurut Fishbein dalam Ali (2006:141) “Sikap adalah predisposisi


emosional yang dipelajari untuk merespons secara konsisten terhadap suatu
objek”. Sedangkan menurut Secord dan Backman dalam Saifuddin Azwar
(2012:88) “Sikap adalah keteraturan tertentu dalamhal perasaan (afeksi),
pemikiran (kognitif), dan predisposisi tindakan (konasi) seseorang terhadap suatu
aspek di lingkungan sekitarnya”.

Menurut Randi dalam Imam (2011:32) mengungkapkan bahwa “Sikap


merupakan sebuah evaluasi umum yang dibuat manusia terhadap dirinya sendiri
atau orang lain atas reaksi atau respon terhadap stimulus (objek) yang
menimbulkan perasaan yang disertai dengan tindakan yang sesuai dengan
objeknya”.

Selanjutnya Menurut Ahmadi dalam Aditama (2013:27)“Orang yang


memiliki sikap positif terhadap suatu objek psikologi apabila ia suka (like) atau
memiliki sikap yang favorable, sebaliknya orang yang dikatakan memiliki sikap
negativeterhadap objek psikologi bila tidak suka (dislike) atau sikapnya
unfavorableterhadap objek psikologi”.Sikap yang menjadi suatu pernyataan
evaluatif, penilaian terhadap suatu objek selanjutnya yang menentukan tindakan
individu terhadap sesuatu.

Meskipun ada beberapa perbedaan pengertian sikap, tetapi berdasarkan


pendapat - pendapat tersebut maka dapat disimpulkan bahwa sikap adalah
keadaan dalam diri manusia yang menggerakkan untuk bertindak atau berbuat
dalam kegiatan sosial dengan perasaan tertentu di dalam menanggapi obyek
situasi atau kondisi di lingkungan sekitarnya. Selain itu sikap juga memberikan
kesiapan untuk merespon yang sifatnya positif atau negatif terhadap obyek atau
situasi.
a. Sikap Memengaruhi Pemikiran Sosial

Sikap merefleksikan fondasi penting, sekaligus sebagai awal dari


pemikiran sosial seseorang. Dalam interaksi sosial, baik sadar ataupun tidak
disadari, sering melakukan evaluasi terhadap orang lain. Hasil evaluasi
tersebut kadang menimbulkan like-dislike terhadap seseorang. Dari proses
inilah menandakan bahwa selama proses terbentuknya sikap, melibatkan
kognisi. Dari proses kognisi yang super kompleks inilah akhirnya akan
memengaruhi sikap dan perilaku kita.

Menariknya, meskpipun sikap melibatkan proses kognitif, tapi


terbentuknya sikap seringkali tanpa dipelajari. Dengan kata lain sikap dapat
terjadi dengan cepat, bahkan sebelum kita mampu memahami arti dari
stimulus yang kita terima.

b. Sikap Memengaruhi Perilaku

Sikap memang erat kaitannya dengan perilaku. Naumn tidak berlaku


untuk kebalikannya. Saat kita menyukai presiden A, maka saat pemilihan
presiden tiba, perilaku kita akan mendukung dan memberikan suara untuk
presiden A. Sebaliknya, ketika kita tidak menyukai presiden B, maka saat
pemilihan presiden tiba, kita pun tidak akan memilihnya sama sekali. Dengan
mempelajari sikap seseorang seperti itu, dapat mendorong kita untuk
memprediksi perilaku seseorang.

Berawal dari mempelajari perilaku seseorang lewat sikap yang mereka


rasakan itulah, yang mendorong para psikologi sosial mengembangkan dan
meneliti bagaimana proses terbentuknya sikap. Dulu, barangkali tidak tahu
jawaban kenapa seseorang bersikap tertentu, dan motif apa yang diinginkan
sebenarnya. Namun kini, dengan adanya kiprah para ilmuan psikologi sosial,
kita pun mampu memahami.

B. Struktur Sikap

Menurut Azwar S (2012:33) struktur sikap dibedakan atas 3 komponen yang


saling menunjang, yaitu:
1) Komponen kognitif merupakan representasi apa yang dipercayai oleh individu
pemilik sikap, komponen kognitif berisi kepercayaan stereotype yang dimiliki
individu mengenai sesuatu dapat disamarkan penanganan (opini) terutama apabila
menyangkut masalah isu atau problem yang kontroversal. Contoh kognitif:
kemampuan menilai perilaku yang patut dan tidak untuk ditiru.kemampuan untuk
menilai cantik atau tidak cantik
2) Komponen afektif merupakan perasaan yang menyangkut aspek emosional.
Aspek emosional inilah yang biasanya berakar paling dalam sebagai komponen
sikap dan merupakan aspek yang paling bertahan terhadap pengaruh-pengaruh
yang mungkin adalah mengubah sikap seseorang komponen afektif disamakan
dengan perasaan yang dimiliki seseorang terhadap sesuatu. Contoh afektif:
perasaan mencintai seseorang (sudah melibatkan emosi
3) Komponen konatif merupakan aspek kecenderungan berperilaku tertentu
sesuai dengan sikap yang dimiliki oleh seseorang. Dan berisi tendensi atau
kecenderungan untuk bertindak/ bereaksi terhadap sesuatu dengan cara-cara
tertentu dan berkaitan dengan objek yang dihadapinya adalah logis untuk
mengharapkan bahwa sikap seseorang adalah dicerminkan dalam bentuk tendensi
perilaku. Contoh konatif : menyatakan cinta kepada lawan jenis

C. Fungsi Sikap

Menurut Katz (1964) dalam buku Wawan dan Dewi (2010) sikap mempunyai
beberapa fungsi, yaitu:
a) Fungsi instrumental (fungsi penyesuaian/fungsi manfaat)
Fungsi ini berkaitan dengan sarana dan tujuan. Orang memandang sejauh
mana obyek sikap dapat digunakan sebagai sarana atau alat dalam rangka
mencapai tujuan. Bila obyek sikap dapat membantu seseorang dalam mencapai
tujuannya, maka orang akan bersifat positif terhadap obyek tersebut. Demikian
sebaliknya bila obyek sikap menghambat pencapaian tujuan, maka orang akan
bersikap negatif terhadap obyek sikap yang bersangkutan.
b) Fungsi pertahanan ego
Ini merupakan sikap yang diambil oleh seseorang demi untuk
mempertahankan ego atau akunya. Sikap ini diambil oleh seseorang pada
waktu orang yang bersangkutan terancam keadaan dirinya atau egonya.
c) Fungsi ekspresi nilai
Sikap yang ada pada diri seseorang merupakan jalan bagi individu untuk
mengekspresikan nilai yang ada pada dirinya. Dengan mengekspresikan diri
seseorang akan mendapatkan kepuasan dapat menunjukkan kepada dirinya.
Dengan individu mengambil sikap tertentu akan menggambarkan keadaan
sistem nilai yang ada pada individu yang bersangkutan.
d) Fungsi pengetahuan
Individu mempunyai dorongan untuk ingin mengerti dengan
pengalaman-pengalamannya. Ini berarti bila seseorang mempunyai sikap
tertentu terhadap suatu obyek, menunjukkan tentang pengetahuan orang
terhadap obyek sikap yang bersangkutan.

D. Ciri-Ciri Sikap

Ciri-ciri sikap menurut Heri Purwanto (1998) dalam buku Notoadmodjo


(2003) adalah :

1)Sikap bukan dibawa sejak lahir melainkan dibentuk atau dipelajari sepanjang
perkembangan itu dalam hubungan dengan objeknya. Sifat ini yang
membedakannya dengan sifat motif-motif biogenis seperti lapar, haus, kebutuhan
akan istirahat.

2)Sikap dapat berubah pada orang-orang bila terdapat keadaan-keadaan dan


syarat-syarat tertentu yang mempermudah sikap orang itu.

3)Sikap tidak berdiri sendiri, tetapi senantiasa mempunyai hubungan tertentu


terhadap suatu objek dengan kata lain sikap itu terbentuk dipelajari atau berubah
senantiasa berkenaan dengan suatu objek tertentu yang dapat dirumuskan dengan
jelas.

4)Objek sikap itu merupakan suatu hal tertentu tetapi dapat juga merupakan
kumpulan dari hal-hal tersebut.
5)Sikap mempunyai segi-segi motivasi dan segi-segi perasaan, sifat alamiah yang
membedakan sikap dan kecakapan-kecakapan atau pengetahuan-pengetahuan
yang dimiliki orang.

E. Pembentukan Sikap

Sikap dapat terbentuk atau berubah melalui empat macam:


1) Adopsi
Kejadian - kejadian dan peristiwa - peristiwa yang terjadi berulang - ulang
dan terus menerus, lama - kelamaan secara bertahap diserap kedalam diri
individu dan mempengaruhi terbentuknya suatu sikap.
2) Diferensiasi
Dengan berkembangnya intelegensi, bertambahnya pengalaman, sejalan
dengan bertambahnya usia, maka ada hal - hal yang tadinya dianggap sejenis,
sekarang dipandang tersendiri lepas dari jenisnya. Terhadap objek tersebut
dapat terbentuk sikap tersendiri pula.
3) Integrasi
Pembentukan sikap disini terjadi secara bertahap, dimulai dengan
berbagai pengalaman yang berhubungan dengan satu hal tentu sehingga
akhirnya terbentuk sikap menegenal hal tersebut.
4) Trauma
Trauma adalah pengalaman yang tiba - tiba, mengejutkan, yang
meninggalkan kesan mendalam pada jiwa orang yang bersangkutan.
Pengalaman - pengalaman yang traumatis dapat juga menyebabkan
terbentuknya sikap.

Pada dasarnya sikap bukan merupakan suatu pembawaan, melainkan hasil


interaksi antara individu dengan lingkungan sehingga sikap bersifat dinamis.
Sikap dapat pula dinyatakan sebagai hasil belajar, karenanya sikap dapat
mengalami perubahan.
Sesuai yang dinyatakan oleh Sheriff & Sheriff (1956), bahwa sikap dapat
berubah karena kondisi dan pengaruh yang diberikan. Sebagai hasil dari belajar,
sikap tidaklah terbentuk dengan sendirinya karena pembentukan sikap senantiasa
akan berlangsung dalam interaksi manusia berkenaan dengan objek teretntu
(Hudaniah, 2003).
Ada beberapa faktor yang mempengaruhi pembentukan sikap, antara lain:
1. Faktor internal
yaitu cara individu dalam menanggapi dunia luarnya dengan selektif sehingga
tidak semua yang datang akan diterima atau ditolak.
a. Faktor Genetik dan Fisiologik
Faktor ini berperan penting dalam pembentukan sikap melalui kondisi –
kondisi fisiologik.
Misalnya waktu masih muda, individu mempunyai sikap negatif terhadap
obat-obatan, tetapi ia menjadi biasa setelah menderita sakit sehingga secara
rutin harus mengkonsumsi obat – obatan tertentu.
b. Pengalaman pribadi
Untuk dapat menjadi dasar pembentukan sikap, pengalaman pribadi harus
meninggalkan kesan yang kuat. Karena itu, sikap akan lebih mudah
terbentuk apabila pengalaman pribadi tersebut melibatkan faktor emosional.
Dalam situasi yang melibatkan emosi, penghayatan akan pengalaman akan
lebih mendalam dan lebih lama berbekas. Menurut Oskamp, dua aspek yang
secara khusus memberi sumbangan dalam membentuk sikap.
Pertama adalah peristiwa yang memberikan kesan kuat pada individu
(salient incident), yaitu peristiwa traumatik yang merubah secara drastis
kehidupan individu, misalnya kehilangan anggota tubuh karena kecelakaan.
Kedua yaitu munculnya objek secara berulang - ulang (repeated exposure).
Misalnya, iklan kaset musik. Semakin sering sebuah musik diputar di
berbagai media akan semakin besar kemungkinan orang akan memilih untuk
membelinya.
c. Kebudayaan
B.F. Skinner (dalam, Azwar 2005) menekankan pengaruh lingkungan
(termasuk kebudayaan) dalam membentuk kepribadian seseorang.
Kepribadian tidak lain daripada pola perilaku yang konsisten yang
menggambarkan sejarah reinforcement (penguatan, ganjaran) yang dimiliki.
Contoh : Sikap orang kota dan orang desa berbeda terhadap kebebasan
dalam pergaulan.
d. Faktor Emosional
Tidak semua bentuk sikap ditentukan oleh situasi lingkungan dan
pengalaman pribadi seseorang. Kadang-kadang, suatu bentuk sikap
merupakan pernyataan yang didasari oleh emosi yang berfungsi sebagai
semacam penyaluran frustasi atau pengalihan bentuk mekanisme pertahanan
ego. Sikap demikian bersifat sementara dan segera berlalu begitu frustasi
telah hilang akan tetapi dapat pula merupakan sikap yang lebih persisten dan
lebih tahan lama.
Contoh: Prasangka (sikap tidak toleran, tidak fair)
2. Faktor Eksternal
Faktor eksternal yaitu keadaan – keadaan yang ada di luar individu yang
merupakan stimulus untuk membentuk atau mengubah sikap.
a. Pengaruh orang tua
Orang tua sangat besar pengaruhnya terhadap kehidupan anak-anaknya.
Sikap orang tua akan dijadikan role model bagi anak-anaknya.
Misalnya, orang tua pemusik, akan cenderung melahirkan anak-anak yang
juga senang musik.
b. Kelompok sebaya atau kelompok masyarakat
Pada umumnya, individu bersikap konformis (sesuai) atau searah
dengan sikap orang orang yang dianggapnya penting. Ada kecenderungan
bahwa seorang individu berusaha untuk sama dengan teman
sekelompoknya. Kecenderungan ini antara lain dimotivasi oleh keinginan
untuk berafiliasi dan keinginan untuk menghindari konflik dengan orang
yang dianggap penting tersebut.
Misalnya seorang anak nakal yang bersekolah dan berteman dengan anak -
anak santri kemungkinan akan berubah menjadi tidak nakal lagi.
c. Media massa
Sebagai sarana komunikasi, berbagai media massa seperti televisi,
radio, mempunyai pengaruh besar dalam pembentukan opini dan
kepercayaan orang. Adanya informasi baru mengenai sesuatu hal
memberikan landasan kognitif baru bagi terbentuknya sikap terhadap hal
tersebut. Pesan-pesan sugestif yang dibawa informasi tersebut, apabila
cukup kuat, akan memberi dasar afektif dalam mempersepsikan dan menilai
sesuatu hal sehingga terbentuklah arah sikap tertentu.
Misalnya, media massa banyak digunakan oleh partai politik untuk
mempengaruhi masyarakat dalam pemilihan umum.
d. Institusi / Lembaga Pendidikan dan Agama
Sebagai suatu sistem, institusi pendidikan dan agama mempunyai pengaruh
kuat dalam pembentukan sikap dikarenakan keduanya meletakkan dasar
pengertian dan konsep moral dalam diri individu. Pemahaman akan baik
dan buruk, garis pemisah antara sesuatu yang boleh dan tidak boleh
dilakukan, diperoleh dari pendidikan dan dari pusat keagamaan serta ajaran
- ajarannya.

F. Perubahan Sikap

Menurut Kelman dalam Azwar S (2012:55) ada tiga proses yang berperan
dalam proses perubahan sikap yaitu :

1)Kesedihan (Compliance)

Terjadinya proses yang disebut kesedihan adalah ketika individu bersedia


menerima pengaruh dari orang lain atau kelompok lain dikarenakan ia berharap
untuk memperoleh reaksi positif, seperti pujian, dukungan, simpati, dan
semacamnya sambil menghindari hal –hal yang dianggap negatif. Tentu saja
perubahan perilaku yang terjadi dengan cara seperti itu tidak akan dapat bertahan
lama dan biasanya hanya tampak selama pihak lain diperkirakan masih menyadari
akan perubahan sikap yang ditunjukkan.

2)Identifikasi (Identification)

Proses identifikasi terjadi apabila individu meniru perilaku tau sikap


seseorang atau sikap sekelompok orang dikarenakan sikap tersebut sesuai dengan
apa yangdianggapnya sebagai bentuk hubungan menyenangkan antara lain
dengan pihak yang dimaksud. Pada dasarnya proses identifikasi merupakan
sarana atau cara untuk memelihara hubungan yang diinginkan dengan orang atau
kelompok lain dan cara menopang pengertiannya sendiri mengenai hubungan
tersebut.

3)Internalisasi (Internalization)

Internalisai terjadi apabila individu menerima pengaruh dan bersedia


menuruti pengaruh itu dikarenakan sikap tersebut sesuai 17 dengan apa yang ia
percaya dan sesuai dengan system nilai yang dianutnya. Dalam hal ini, maka isi
dan hakekat sikap yang diterima itu sendiri dianggap memuaskan oleh individu.
Sikap demikian itulah yang biasnya merupakan sikap yang dipertahankan oleh
individu dan biasanya tidak mudah untuk berubah selama sistem nilai yang ada
dalam diri individu yang bersangkutan masih bertahan.

G. Sikap Perawat dalam Merawat Pasien

Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa ada beberapa alasan mahasiswa


keperawatan untuk menjadi seoarang perawat. Sebagian besar mahasiswa
(69,47%) mengatakan alasan menjadi perawat adalah menjadi orang yang
bermanfaat bagi masyarakat, ingin mengenal ilmu kesehatan dengan baik
(28,42%), masa depan yang baik (8,42%) professional (7,36%), membahagiakan
orang tua dan menciptakan generasi yang sehat (6,31%). Hasil penelitian ini
masih bersifat normative, artinya alasan subjek masih bersifat umum. ”Menjadi
Bermanfaat bagi Masyarakat” tampaknya salah satu aspek dominan yang
mendorong subjek menjadi perawat. Subjek melihat bahwa profesi perawat erat
kaitannya dengan hubungan dengan orang lain (pasien). Dalam artian aspek
humanitas dalam profesi perawat sangat tinggi. Sementara itu, alasan yang
kedua dan ketiga lebih kepada pemahaman akan keilmuaan dan profesionalitas
dalam profesi perawat. Hasil penelitian menunjukkan bahwa karakteristik
perawat ideal menurut subjek terdiri dari beberapa komponen, yaitu:

1). Kognitif (pengetahuan)


Perawat ideal harus memiliki pengetahuan luas terutama yang berkaitan
dengan bidang kesehatan dan praktek keperawatan. Perawat ideal bertindak
berdasarkan kaidah keilmuaan yang ditetapkan. Perawat ideal (profesional) harus
berlandaskan ilmu pengetahuan dan kebutuhan masyarakat. Artinya seseorang
perawat dikatakan ideal apabila dia mampu melakukan pekerjaannya secara baik
dan benar sesuai dengan ilmu pengetahuan tentang praktek keparawatan

2). Emosi (psikologis)


Hasil penelitian menunjukkan bahwa subjek, dalam hal ini yaitu perawat lebih
menggunakan aspek emosi (psikologis) dalam menggambarkan karakteristik
perawat ideal.
3). Psikomotor (skill)
Psikomotor (skill) merupakan suatu hal yang mutlak diperlukan dalam
pelayanan keperawatan. Skill tidak hanya berkaitan dengan standar kompetensi
perawat (hard skill), tetapi juga kemampuan dalam memahami kondisi psikologis
perawat (soft skill).Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa etika memiliki peran
yang penting dalam praktek keperawatan. Perawat yang memiliki etika yang
bagus, memiliki sopan santun dalam melakukan keperawatan, tentunya akan
mendapat respek dari pasiennya. Bila kondisi ini dapat dijaga akan
menguntungkan kedua belah pihak (perawat dan pasien).
4). Fisik
Menurut hasil penelitian ini, seorang perawat harus memiliki kebersihan dan
kerapihan dalam berpakaian. Hal ini penting karena perawat berkaitan dengan
pelayanan terhadap pasien. Kalau perawat berpenampilan tidak menarik, atau
kotor dan kurang rapi, tentunya akan menimbulkan ketidakpercayaan terhadap
perawat. Hal tersebut berdampak pada kualitas pelayanan khususnya kenyamanan
pasien. Bahkan bisa jadi pasien tidak mau dilayani perawat yang tidak
memperhatikan penampilan fisiknya.
5). Spritualitas
Spritualitas adalah segala bentuk perilaku dan tuntunan yang mengarahkan
manusia untuk selalu dengan dengan Tuhan. Salah satu sumber spritualitas
adalah Agama. Agama mengajarkan manusia bagaimana berinteraksi dengan
Tuhan, manusia dan lingkungan sekitar. Dalam konteks Indonesia, peran agama
sangat penting khusunya dalam berinteraksi dengan orang lain. Demikian pula
dalam pelayanan pada pasien.Perawat harus memiliki pemahaman agama yang
memadai guna membantu dalam pelaksanaan tugas keperawatan. Sering sekali
nasehat-nasehat agama membantu pasien dalam menghadapi penyakitnya.
6). Dapat Berkomunikasi secara efektif
7). Disiplin
Disiplin merupakan salah satu karakteristik perawat ideal yang sangat berguna
dalam pelayan keperawatan. Seoarang perawat dituntut untuk disiplin dalam
menjalankan tugasnya. Dispilin berangkat dari keinginan untuk dapat menjalankan
tugas secara baik dan tepat. Dengan dispilin pelayanan akan maksimal dan target
pekerjaan akan tercapai dan kelima, rendah hati. Dalam menjalankan tugas,
perawat harus mempunyai sifat rendah hati. Perawat harus dapat menerima
masukan atau saran dari lengkungan kerja, sehingga kinerja selalu dapat
ditingkatkan.
8). Ramah
Ramah yaitu suatu kondisi psikologis yang positif dengan ditunjukkan dengan
perilaku dan eksperesi muka yang selalu murah senyum, perhatian dan suka
menyapa. Ramah merupakan salah satu sifat yang harus dimiliki perawat. Perawat
yang ramah tentunya akan disukai pasien, dan secara tidak langsung dapat
membatu kesembuhan pasien.
9). Sabar
Sabar berarti menahan dan menerima segala kondisi dengan ikhlas dan ridho.
Sifat sabar merupakan salah satu yang terpuji dan sangat berguna bagi perawat
khususnya dalam melayani pasien. Profesi perawat rentan dengan stress yang
diakibatkan beban kerja atau perilaku dari pasien dan keluarga pasien. Oleh karena
itu, sifat sabar membantu perawat dalam mengatasi beban psikologis dalam
bekerja. Dengan sabar, perawat akan tetap konsisten dalam menjalankan tugasnya,
tanpa dipengaruhi kondisi kerja. Sabar juga membuat perawat lebih tegar, kuat ,
dan mampu memahami sitiuasi dengan hati dan pikiran jernih.
10). Baik
Baik merupakan salah satu sifat positif yang ditandai dengan perilaku yang
bermanfaat bagi orang lain, seperti senang membantu, perhatian, dan berkata
baik. Sifat baik dalam diri perawat dapat terwujud jika perawat memahami dengan
baikapa tugas dan fungsi seorang perawat. Seorang perawat dituntut untuk
mempunyai sifat baik terhadap pasien. Perawat harus mampu memberikan
pertolongan secara fisik, dan psikologis kepada pasiennya. Intinya perawat harus
mampu menjalin hubungan baik dengan pasien dan keluarga pasien.

Perawat harus menghargai kepentingan orang di atas kepentingan diri sendiri.


Perawat mempunyai sifat kemanusiaan terhadap sesama, untuk mampu
memberikan perawatan yang berkualitas, maka diperlukan lima langkah sebagai
berikut (Dwidiyanti, 2007):

1. Perawat seharusnya mengerti apa yang akan terjadi

Perawat mengkaji pasien dan memahami bahwa pengetahuan dan


pengalamannya tidak boleh mempengaruhi keismpulan yang dibuat untuk pasien,
untuk itu perawat harus mempersiapkan diri dengan baik kalau akan mengkaji
pasien, artinya perawat mengetahui kelebihan dan kekurangannya sebagai
perawat.

2. Perawat mengetahui kata hatinya

Kata hati atau nurani merupakan bagian yang sangat penting dalam
memahami situasi/kondisi atau masalah yang sedang dialami pasien. Dengan
nurani atau hati perawat mampu mengerti secara keseluruhan masalah yang
sebenarnya terjadi pada pasien.

3. Perawat mengetahui ilmunya

Perawat bergerak dari nurani ke analisa data yang memerlukan ilmu, karena
data harus dibandingkan dan diinterpretasi yang akan menghasilkan masalah
pasien dengan tepat.

4. Perawat mengetahui bagaimana mensintesa pengetahuan untuk memahami


pasien

Perawat seharusnya mengetahui mengapa masalah itu terjadi, dan mampu


menghubungkan kondisi atau fenomena satu dengan yang lain. Sehingga perawat
mempunyai cara pandang yang luas tentang masalah pasien.

5. Kesukesan perawat adalah datang dari hal-hal yang kadang tidak mungkin.

Keberhasilan perawat dalam melakukan pendekatan terhadap pasien


terkadang dapat dilakukan dengan melakukan hal-hal yang sepele seperti
memberi salam, menanyakan kabar dan sebagainya.

H. Kasus

Contoh Kasus 1

Perawat masuk ke kamar klien, beri salam hangat kepada klien sambil
menyentuh pundak klien, lakukan kontak mata, duduk beberapa menit, dan
tanyakan tentang apa yang menjadi pikiran dan perhatian klien, dengarkan cerita
klien, lihat cairan intravena (IV) yang tergantung, kaji klien beberapa saat, dan
kemudian periksa rangkuman tanda vital klien dalam layar komputer sebelum
meninggalkan ruangan.

Contoh di atas menunjukkan perilaku perawat yang lembut, sejalan dengan


kontak mata, keperdulian terhadap masalah klien, dan hubungan fisik
mengekspresikan fokus pada individu merupakan pendekatan yang nyaman.

Perawat harus menyaikan sikap caring berdasarkan nilai-nilai kultural dan


kepercayaan klien. Meskipun kebutuhan akan caring manusia bersifat universal.
Sebagai contoh, menyediakan waktu untuk bersama keluarga merupakan tradisi
penting dalam keluarga di Asia dibanding kehadiran perawat. Menggunakan
sentuhan untuk mengungkapkan caring terkadang bertentangan dengan kultur.
Kadang-kadang pemberi layanan yang sama gender atau keluarga klien perlu
melakukan pelayanan melalui sentuhan. Sewaktu sedang mengdengarkan klien,
beberapa kultur menganggap melakukan kontak mata sebagai perilaku yang tidak
sopan.

Saran untuk Praktik:

 Ketahui kultur klien sebelum melakukan praktik caring


 Ketahui tradisi kultural klien tentang pelayanan kematian. Dalam beberapa
kultur mengatakan bahwaa klien dalam keadaan sekarat adalah suatu hal yang
sensitif.
 Mencari adakah anggota keluarga klien atau kelompok kultur yang merupakan
sumber daya praktik caring melalui sentuhan dan kehadiran.
 Menjelaskan kebutuhan akan pemberi layanan dengan gender yang sama.
 Hindari penggunaan kata-kata yang kurang sopan karena dapat menimbulkan
kesalahpahaman antara klien atau keluarga dengan pemberi layanan.

Contoh Kasus 2

Di Rumah Sakit Harapan Sehat, ada seorang pasien dengan keadan kritis,
semua keluarga berkumpul dengan penuh kecemasan, di sisi lain dokter
menyatakan bahwa pasien tidak memiliki harapan hidup lagi jika kakinya tidak
diamputasi. Suasana sedih pun menyelimuti keluarga pasien, ibu pasien menangis
histeris, seakan tidak percaya bahwa anaknya harus diamputasi. Sesaat kemudian
perawat memeriksa keadaan pasien dan mengatakan bahwa “Saya mengerti
perasaan ibu sekang, tapi mau bagaimana lagi bu ya sudah amputasi saja, ini
semua demi kebaikan anak ibu, dan yang paling penting anak ibu masih bisa
diselamatkan.” Kesedihan semakin bertambah pasca lontaran yang diucapkan
perawat tersebut. Pasien semakin gelisah dan melemah.

Dari contoh kasus diatas, sudah sepatutnya kita sebagai perawat


menunjukkan sikap empati pada keluarga dan pasien. Sikap empati sendiri pada
dasarnya ikut mengenali, mempersepsi, dan merasakan perasaan orang lain.
BAB III

PENUTUP
A. Kesimpulan

Dari materi yang telah di jelaskan di atas maka dapat disimpulkan bahwa
sikap merupakan keadaan dalam diri manusia yang menggerakkan untuk
bertindak atau berbuat dari diri individu atau dalam kegiatan sosial dengan
perasaan tertentu di dalam menanggapi obyek situasi atau kondisi di lingkungan
sekitarnya. Selain itu sikap juga memberikan kesiapan untuk merespon yang
sifatnya positif atau negatif terhadap obyek atau situasi.
Pembentukap sikap bukan merupakan suatu pembawaan, melainkan hasil
interaksi antara individu dengan lingkungan sehingga sikap bersifat dinamis.
Sikap dapat pula dinyatakan sebagai hasil belajar, karenanya sikap dapat
mengalami perubahan.
B. Saran
Menyadari bahwa penulis masih jauh dari kata sempurna, kedepannya
penulis akan lebih fokus dan details dalam menjelaskan tentang makalah di atas
dengan sumber - sumber yang lebih banyak yang tentunya dapat di pertanggung
jawabkan.
Untuk saran bisa berisi kritik atau saran terhadap penulisan juga bisa untuk
menanggapi terhadap kesimpulan dari bahasan makalah yang telah di jelaskan.
DAFTAR PUSTAKA

Faktor– Faktor yang mempengaruhisikap( Online )http://www.Sikap. Com

Fitri. 2008. Pengertian Sikap (Online ) http:// Blog dunia Psikologi. Com

H. Djaali. 2008. Psikologi Pendidikan. Jakarta : Bumi Aksara Anonim a. 2008.

http://digilib.unila.ac.id/4607/15/BAB%20II.pdf diakses pada tanggal 18 Maret 2017

https://ambilgratis.com/tag/struktur-sikap/ diakses pada tanggal 18 Maret 2017

Potter&Perry, (2005) Fundamental Keperawatan. Buku 1. Edisi 7. Jakarta.

Sri Utami Rahayuningsih . 2008. Sikap ( Attitude ) (Online )


http://www.Atttitude,blogspot. Com

Susianah. Proses pembentukan sikap .


http://www.kompasiana.com/susianah/proses-pembentukan-sikap_55004eb5a33311a8
72510a9a (diakses tanggal 18 maret 2017)

You might also like