You are on page 1of 37

Pengertian Kecemasan Menurut Para Ahli

Kecemasan merupakan respon individu terhadap suatu keadaan yang tidak menyenangkan dan
dialami oleh semua makhluk hidup dalam kehidupan sehari-hari. Kecemasan merupakan
pengalaman subjektif dari individu dan tidak dapat di observasi secara langsung serta merupakan
suatu keadaan emosi tanpa objek yang spesifik. Kecemasan pada individu dapat memberikan
motivasi untuk mencapai sesuatu dan merupakan sumber penting dalam usaha memelihara
keseimbangan hidup. Kecemasan adalah respon emosi tanpa objek yang spesifik yang secara
subjektif dialami dan di komunikasikan secara interpersonal.

Definisi Kecemasan adalah kebingungan, kekhawatiran pada sesuatu yang akan terjadi dengan
penyebab yang tidak jelas dan dihubungkan dengan perasaan tidak menentu dan tidak berdaya.
(Suliswati, 2005).

Ansietas sangat berkaitan denga perasaan tidak pasti dan tidak berdaya. Keadaan emosi ini tidak
memiliki objek yang spesifik. Ansietas berbeda dengan rasa takut,yang merupakan penilaian
intelektual terhadap sesuatu yang berbahaya. (Wiscarz, gail, 1998)

Ansietas adalah keadaan dimana seorang mengalami perasaan gelisah/cemas dan aktivasi sistem
syaraf otonom dalam berespon terhadap ancaman yang tidak jelas, tak spesifik. Seseorang yang
mengalami ansietas tidak dapat mengidentifikasi ancaman. Ansietas dapat terjadi tanpa rasa takut
namun ketakutan biasanya tidak terjadi tanpa ansietas. (Capernito, Linda jual,1999)

Tingkat Kecemasan Menurut Peplauada empat tingkat kecemasan yang di alami oleh individu
yaitu ringan, sedang, berat dan panik.

1. Kecemasan Ringan
Dihubungkan dengan ketegangan yang di alami sehari-hari. Individu masih waspada serta lapang
persepsinya meluas, menajamkan indra. Dapat memotivasi individu untuk belajar dan mampu
memecahkan masalah secara efektif dan memenghasilkan pertumbuhan dan kreativitas.

2. Kecemasan Sedang
Individu terfokus hanya pada pikiran yang menjadi perhatiannya, terjadi penyempitan lapangan
persepsi, masih dapat melakukan sesuatu dengan arahan orang lain.

3. Kecemasan Berat
Lapangan persepsi individu sangat sempit. Pusat perhatiannya pada detil yang kecil (spesifik)
dan tidak dapat berpikir tentang hal-hal lain. Seluruh prilaku dimaksudkan untuk mengurangi
kecemasan dan perlu banyak perintah/arahan untuk terfokus pada area lain.

4. Panik
Individu kehilangan kendali diri detil perhatian hilang. Karena hilangnya kontrol, maka tidak
mampu melakukan apapun meskipun dengan perintah. Terjadi peningkatan aktivitas motorik,
berkurangnya kemampuan berhubungan dengan orang lain, penyimpangan persepsi dan
hilangnya pikiran rasional, tidak mampu berfungsi secara efektif. Biasanya disertai dengan
disorganisasi kepribadian. (Suliswati, 2005)
Faktor Predisposisi
Dalam pandangan psikoanalitik ansietas adalah konflik emosional yang terjadi antara dua elemen
kepribadian-id dan superego
Menurut pandangan interpersonal ansietas timbul dari perasaan takut terhadap tidak adanya
penerimaan dan penolakan interpersonal. (Wiscarz, Gail,1998)

Kecemasan terjadi sebagai akibat dari ancaman terhadap harga diri atau identitas diri yang sangat
mendasar bagi keberadaan individu. (Suliswati, 2005)

Teori-Teori Dalam Kecemasan


1) Teori Interpersonal
Sulivan mengemukakan bahwa kecemasan timbul akibat ketidak mampuan untuk berhubungan
interpersonal dan sebagai akibat penolakan.

2) Teori Prilaku
Teori prilaku menyatakan bahwa kecemasan merupakan hasil frustasi akibat berbagai hal yang
mempengaruhi individu dalam mencapai tujuan yang di inginkan.

3) Teori Keluarga
Studi pada keluarga dan epidemiologi memperlihatkan bahwa kecemasan selalu ada pada tiap-
tiap keluarga dalam berbagai bentukdan sifatnya heterogen.

4) Teori Biologik
Otak memiliki reseptor khusus terhadap benzodiazepin, reseptortersebut berfungsi membantu
regulasi kecemasan. (Suliswati, 2005)

Daftar Pustaka - Pengertian Kecemasan, Definisi, Tingkat, Teori Menurut Para Ahli

Suliswati. 2005. Konsep Dasar Keperawatan Kesehatan Jiwa. Jakarta : EGC.

Capernito, Linda Juall. (1995). Nursing Care Plans and Documentation, Monica Ester (1999
(Alih bahasa), Jakarta : EGC.

Klasifikasi
LAPORAN PENDAHULUAN ANSIETAS (KECEMASAN)

LAPORAN PENDAHULUAN
ANSIETAS (KECEMASAN)

1. Definisi :
• Ansietas adalah perasaan takut yang tidak menyenangkan dan tidak dapat dibenarkan yang
disertai dengan gejala fisiologis (Tomb, 2004).
• Ansietas adalah gangguan alam perasaan (afektif) yang ditandai dengan perasaan ketakutan atau
kekhawatiran yang mendalam dan berkelanjutan, tidak mengalami gangguan dalam menilai
realitas (RTA), kepribadian masih tetap utuh (tidak mengalami keretakan kepribadian/splitting
of personality), perilaku dapat terganggu tetapi masih dalam batas-batas normal (Hawari, 2002).
• Ansietas adalah perasaan was-was, kuatir atau tidak nyaman seakan-akan terjadi sesuatu yang
dirasakan sebagai ancaman. Ansietas berbeda dengan rasa takut. Takut merupakan penilaian
intelektual terhadap sesuatu yang berbahaya, sementara ansietas adalah respons emosional
terhadap penilaian tersebut
Klasifikasi ansietas adalah :
a. Ansietas ringan
Berhubungan dengan ketegangan dalam kehidupan sehari-hari dan menyebabkan seseorang
menjadi waspada dan meningkatkan lahan persepsinya. Ansietas dapat memotivasi belajar dan
menghasilkan pertumbuhan serta kreativitas.
b. Ansietas sedang
Memungkinkan seseorang untuk memusatkan perhatian pada hal penting dan mengesampingkan
yang lain sehingga seseorang mengalami perhatian yang selektif namun dapat melakukan sesuatu
yang lebih terarah.
c. Ansietas berat
Ansietas ini sangat mengurangi lahan persepsi seseorang. Seseorang cenderung untuk
memusatkan perhatian pada hal kecil saja dan mengabaikan hal lain. Individu tidak mampu
berfikir berat lagi dan membutuhkan banyak pengarahan/tuntutan.
d. Panik
Berhubungan dengan terperangah, ketakutan dan teror. Lahan persepsi sudah terganggu sehingga
individu tidak dapat mengendalikan diri lagi dan tidak dapat melakukan apa-apa walaupun sudah
diberi pengarahan/tuntutan.

2. Faktor Predisposisi :
a. Biologis
1) Latar belakang genetik :
a. Riwayat ansietas dalam keluarga, ada komponen genetik yang sedang dan dihubungkan dengan
fobia sosial dan depresi mayor
b.Sensitivitas laktat
c. Kembar monozigot 5 x > dizigot
d. Sindrom kromosom 13 terkait dengan gangguan panik, sakit kepala berat, hipotiroid
2) Status nutrisi :
a. BB kurang (terlalu kurus) atau lebih dari BB ideal (overweight)
3) Kondisi kesehatan secara umum : memiliki riwayat penyakit fisik
a. Riwayat penyakit kanker (semua jenis kanker)
b.Riwayat gangguan pada paru-paru : (seperti ada pada penyakit paru obstruksif kronik, oedema
paru, sumbatan jalan nafas, asma, embolus)
c. Riwayat gangguan jantung (Penyakit jantung bawaan atau demam rhematik, riwayat serangan
jantung, dan hipertensi, kondisi arteriosclerosis)
d. Riwayat penyakit endokrin (Hipertiroid, hipoglikemi, hipotiroid, premenstrual sindrom,
menopause)
e. Riwayat penyakit neurologis (Epilepsi, Huntington’s disease, Multiple Sclerosis, Organic Brain
Syndrome)
f. Riwayat penyakit gastrointestinal : Gastritis, Ulkus Peptik, CH
g.Riwayat penyakit integumen : Herpes, Varisela, Eskoriasis
h.Riwayat penyakit muskuloskletal : Fraktur dengan Amputasi,
i. Riwayat penyakit reproduksi : Impoten, Frigid, Infertil,
j. Riwayat penyakit kelamin : Gonorhoe, Sipilis
k.Riwayat penyakit imunologi : HIV/AIDS, Sindrom Steven Johnson
4) Riwayat penggunaan zat
a. Intoksikasi : obat antikolinergik, aspirin, kafein, kokain, halusinogen termasuk phenchiclidine,
steroid dan simpatomimetik
5) Riwayat putus zat : alkohol, narkotik, sedatif-hipnotik
6) Sensitivitas biologi :
a. Secara anatomi : gangguan pada sistem limbik, talamus, korteks frontal.
b.Sistem neurokimia: GABA (Gama Amino Butiric Acid) defisiensi relatif atau
ketidakseimbangan GABA, Norepinephrin: terlalu aktif atau kurang aktif di bagian otak yang
berkaitan dengan ansietas, Serotonin: kekurangan atau ketidakseimbangan
7) Paparan terhadap racun
b. Psikologis
1) Intelegensia
Retardasi mental ringan IQ 50-70
Retardasi mental sedang IQ 35-50
Kadang-kadang tidak mampu membuat penilaian dan keputusan
Kadang-kadang tidak mampu berkonsentrasi
2) Kemampuan verbal
Adanya gangguan sensori penglihatan dan pendengaran:
- buta - tuli
Adanya kerusakan area motorik bicara :
- pelo - gagap
Adanya pembatasan kontak sosial dengan keluarga dan teman :
- perbedaan budaya - lokasi tempat tinggal yang terisolasi
Proses pengobatan yang menyebabkan gangguan bicara : ICU, NGT, ETT,
trakeostomi
3) Kepribadian
ambang, histrionik, narsisistik, menghindar, dependen, obsesif
kompulsif/ kepribadian pencemas
4) Pengalaman masa lalu
Pengalaman yang tidak menyenangkan :
- di keluarga : masa kecil yang kacau, berpisah dengan orang tua
pada usia awal/ dini, proses imitasi dan identifikasi diri terhadap kedua orang tua
- di tempat kerja : mutasi, PHK, pensiun, turun jabatan, konflik di tempat kerja
- di sekolah : tinggal kelas, tidak lulus, sering pindah sekolah
- di masyarakat
Riwayat pasca trauma yang buruk (pengalaman berperang, perkosaan, kecelakaan yang serius,
deprivasi atau penyiksaan yang buruk)
5) Konsep diri
a) Gambaran diri:
- tidak menyukai tubuhnya
- merasa tidak sempurna
- ketidak puasan terhadap ukuran tubuh, fungsi, penampilan dan
potensi yang dimiliki
b) Identitas diri
- kerancuan identitas
c) Peran
- konflik peran
- peran ganda
- ketidak mampuan menjalankan peran
- tuntutan peran tidak sesuai usia
d) Ideal diri
- ideal diri tidak realistis
- ideal diri terlalu rendah
- ambisius
e) Harga diri
- harga diri rendah situasional
8). Motivasi
- motivasi rendah
9) Pertahanan psikologis
- self kontrol (kadang tidak mampu menahan diri terhadap dorongan yang kurang positif)
- menurut pandangan Psikoanalitik, ansietas adalah konflik emosional yang terjadi antara dua
elemen kepribadian, id dan super ego
c. Sosial Budaya
1) Usia : remaja, dewasa awal
2) Gender : wanita : pria = 2 : 1
3) Pendidikan : kurang/ rendah
4) Pendapatan : kurang/ rendah
5) Pekerjaan : tidak tetap, tidak punya pekerjan, tidak mandiri dalam ekonomi, beban kerja yang
terlalu tinggi
6) Status sosial : belum bisa memisahkan diri dari autokritas keluarga
7) Latar belakang budaya : budaya yang individualis, nilai budaya yang bertentangan dengan nilai
kesehatan dan nilai dirinya
8) Agama dan keyakinan : semua agama, kurang mengamalkan ajaran agama dan
keyakinannya/mempunyai religi dan nilai agama yang buruk
9) Keikutsertaan dalam politik : pengurus partai politik, post power syndrome
10) Pengalaman sosial : adanya perasaan takut terhadap tidak adanya penerimaan dan penolakan
interpersonal, berpisah dengan orang yang dicintai, kehilangan orang yang dicintai, lingkungan
sosial yang rawan bencana, kriminalitas, kadang tidak mampu berhubungan secara intim dengan
lawan jenis
11) Peran sosial : gagal melaksanakan peran sosial
12) Keluarga : proses imitasi dan identifikasi diri terhadap kedua orang tua

3. Faktor Presipitasi
a. Nature
Faktor-faktor biologis;
1) Status nutrisi : BB kurang (terlalu kurus) atau lebih dari BB ideal (overweight)
2) Kondisi kesehatan secara umum : memiliki sakit fisik (kehilangan salah satu bgn tubuh,
kehilangan fungsi tubuh)
3) Sensitivitas biologi :
secara anatomi : gangguan pada sistem limbik, talamus, korteks frontal
sistem neurokimia : GABA (Gama Amino Butiric Acid), norepinephrIn, serotonin
4) Paparan terhadap racun
Faktor-faktor psikologis
1) Intelegensia
Retardasi mental ringan IQ 50-70
Retardasi mental sedang IQ 35-50
Kadang-kadang tidak mampu membuat penilaian dan keputusan
Kadang-kadang tidak mampu berkonsentrasi
2) Kemampuan verbal
adanya gangguan sensori penglihatan dan pendengaran:
-buta -tuli
adanya kerusakan area motorik bicara :
-pelo - gagap
adanya pembatasan kontak sosial dengan keluarga dan teman :
perbedaan budaya,
lokasi tempat tinggal yang terisolasi
proses pengobatan : ICU, NGT, ETT, Trakeostomi
3) Moral
Konflik dengan norma atau peraturan di masyarakat, tempat kerja
Pelanggaran norma dan nilai di masyarakat
Terlibat masalah hukum
4) Kepribadian :
ambang, histrionik, narsisistik, menghindar, dependen, obsesif
kompulsif/ kepribadian pencemas
5) Pengalaman yang tidak menyenangkan :
(korban perkosaan, kehilangan pekerjaan/ pensiun, kehilangan
sesuatu/ orang yang dicintai, saksi kejadian traumatis, ketegangan
peran, kekerasan, penculikan, perampokan, kehamilan di luar nikah,
perselingkuhan)
6) Konsep diri
Gambaran diri:
- tidak menyukai tubuhnya
- merasa tidak sempurna
- ketidak puasan terhadap ukuran tubuh, fungsi, penampilan dan
potensi yang dimiliki
Identitas diri
- kerancuan identitas
Peran
- konflik peran
- peran ganda
- ketidak mampuan menjalankan peran
- tuntutan peran tidak sesuai usia
Ideal diri
- ideal diri tidak realistis
- ideal diri terlalu rendah
- ambisius
Harga diri
- harga diri rendah situasional
7) Motivasi
- motivasi rendah
8). Pertahanan psikologis
- self kontrol
Faktor sosial budaya
1) Usia : remaja, dewasa awal
2) Gender : wanita : pria = 2 : 1
3) Pendidikan : kurang/ rendah
4) Pendapatan : kurang/ rendah
5) Pekerjaan : tidak tetap, tidak punya pekerjan, beban kerja yang terlalu tinggi
6) Status sosial : menengah ke bawah
7) Latar belakang budaya : budaya yang individualis
8) Agama dan keyakinan : semua agama, kurang mengamalkan ajaran agama
9) dan keyakinannya
10) Keikutsertaan dalam politik : pengurus partai politik, post power syndrome
11) Pengalaman sosial : berpisah dengan orang yang dicintai, kehilangan orang
yang dicintai, lingkungan sosial yang rawan kriminalitas, bencana
alam, peperangan/ konflik, kecelakaan)
12) Peran sosial : gagal melaksanakan peran sosial, gagal membentuk keluarga baru, belum menikah
b. Origin
Internal:
1) Persepsi Individu yang buruk tentang dirinya dan orang lain
Eksternal
1) Kurang dukungan kelompok/ peer group
2) Kurang dukungan keluarga
2) Kurang dukungan masyarakat
c. Timing
1) Stres terjadi dalam waktu dekat
2) Stres terjadi dalam waktu yang cukup lama
3) Stres terjadi secara berulang-ulang/ terus menerus
d. Number
1) Sumber stres lebih dari satu (semua stressor yang ada selama usia tumbang)
2) Stres dirasakan sebagai masalah yang sangat berat

4. Penilaian stressor
a. Kognitif
1) Kerusakan perhatian
2) Kurang konsentrasi
3) Pelupa
4) Kesalahan dalam menilai
5) Preokupasi
6) Bloking
7) Penurunan lapangan pandang
8) Berkurangnya kreativitas
9) Produktivitas menurun
10) Bingung
11) Sangat waspadai
12) Berkurangnya objektivitas
13) Takut kehilangan kontrol
14) Takut bayangan visual
15) Takut akan terluka atau kematian
16) Kesadaran diri meningkat
17) Mimpi buruk

b. Afektif
1. Mudah terganggu
2. Tidak sabar
3. Gelisah
4. Tegang
5. Nervous
6. Takut
7. Alarm
8. Frustasi
9. Teror
10. Gugup
11.Gelisah
12. Merasa bersalah
16. Pemalu
17. Frustasi

c. Fisiologik
Cardiovaskuler
1.Palpitasi
2. Jantung berdebar
3. TD meningkat
4. Rasa mau pingsan
5. Pingsan
6. TD menurun
7. Denyut nadi menurun
Pernafasan
1. Nafas cepat
2. Nafas pendek
3. Tekanan pada dada
4. Nafas dangkal
5. Pembengkakan pada tenggorok
6. Sensasi tercekik
7. Terengah-engah
Neuromuskular
1.Refleks meningkat
2.Reaksi kejutan
3.Mata berkedip-kedip
4.Insomnia
5.Tremor
6.Rigiditas
7.Gelisah
8.Wajah tegang
Gastrointestinal
1. Kehilangan nafsu makan
2. Menolak makanan
3. Rasa tidak nyaman pada abdomen
4. Mual
5. Rasa terbakar di perut
6. Diare
7. Perut melilit
Traktus Urinarius
1. Tidak dapat menahan kencing
2. Sering berkemih
Reproduksi
1. Tidak datang bulan (amenore)
2. Darah haid berlebihan
3. Darah haid amat sedikit
4. Masa haid berkepanjangan
5. Masa haid amat pendek
6. Haid beberapa kali dalam sebulan
7. Menjadi dingin
8. Ejakulasi dini
Integumen
1. Wajah kemerahan
2. Berkeringat setempat (telapak tangan)
3. Gatal
4. Rasa panas dan dingin pada kulit
5. Wajah pucat
6. Berkeringat seluruh tubuh

d. Behavioral
1.Gelisah
2.Ketegangan fisik
3.Tremor
4. Gugup
5. Bicara cepat
6. Kurang koordinasi
7.Cenderung mendapat cedera
8. Menarik diri dari hubungan interpersonal
9. Menghalangi
10. Melarikan diri dari masalah
11. Menghindar
12. Hiperventilasi
e. Respon Sosial
1. Kadang kadang menghindari kontak sosial/ aktivitas sosial
menurun
2. Kadang-kadang menunjukkan sikap bermusuhan

5. Sumber Koping
a. Personal ability
1) Kurang komunikatif
2) Hubungan interpersonal yang kurang baik
3) Kurang memiliki kecerdasan dan bakat tertentu
4) Mengalami gangguan fisik
5) Perawatan diri yang kurang baik
6) Tidak kreatif
b. Sosial Support
1) Hubungan yang kurang baik antar : indiv, keluarga , kelp dan masyarakat
2) Kurang terlibat dalam organisasi sosial/ kelompok sebaya
3) Ada konflik nlai budaya
c. Material Assets
1) Kurang memilki penghasilan secara individu.
2) 2. Sulit mendapat pelayanan kesehatan
3) 3. Tidak memiliki pekerjaan/ vokasi/ posisi
d. Positive beliefs
1) Tidak mempunyai keyakinan dan nilai yang positif
2) 2. Kurang memiliki motivasi
3) 3. Kurang berorientasi kesehatan pada
4) pencegahan (lebih senang melakukan pengobatan )
6. Mekanisme koping
Konstruktif
Kecemasan dijadikan sebagai tanda dan peringatan. Individu menerimanya sebagai suatu pilihan
untuk pemecahan masalah. Seperti : negosiasi/ kompromi, meminta saran, perbandingan yang
positif, penggantian rewards
Destruktif
Menghindari kecemasan tanpa menyelesaikan masalah atau konflik tsb. Seperti denial, supresi
atau proyeksi, menyerang, menarik diri

INTERVENSI PADA KLIEN ANSIETAS

Intervensi Generalis
Individu
Tujuan :
1. Pasien mampu mengenal ansietas
2. Pasien mampu mengatasi ansietas melalui teknik relaksasi
3. Pasien mampu memperagakan dan menggunakan teknik relaksasi untuk mengatasi
Ansietas

Tindakan keperawatan
1. Bina hubungan saling percaya
Dalam membina hubungan saling percaya perlu dipertimbangkan agar pasien merasa aman dan
nyaman saat berinteraksi.
Tindakan yang harus dilakukan dalam membina hubungan saling percaya adalah :

a. mengucapkan salam terapeutik


b. berjabat tangan
c. menjelaskan tujuan interaksi
d. membuat kontrak topik, waktu dan tempat setiap kali bertemu pasien

2. Bantu pasien mengenal ansietas


a. bantu pasien untuk mengidentifikasi dan menguraikan perasaannya
b. bantu pasien menjelaskan situasi yang menimbulkan ansietas
c. bantu pasien mengenal penyebab ansietas
d. bantu pasien menyadari perilaku akibat ansietas
3. Ajarkan pasien teknik relaksasi untuk meningkatkan kontrol dan rasa percaya diri
a. pengalihan situasi

b. latihan relaksasi
1) Tarik nafas dalam
2) mengerutkan dan mengendurkan otot-otot
c. teknik 5 jari
4. Motivasi pasien melakukan teknik relaksasi setiap kali ansietas muncul

Keluarga
Tujuan :
1. Keluarga mampu mengenal masalah ansietas pada anggota keluarganya
2. Keluarga mampu memahami proses terjadinya masalah ansietas
3. Keluarga mampu merawat anggota keluarga yang mengalami ansietas
4. Keluarga mampu mempraktikkan cara merawat pasien dengan ansietas
5. Keluarga mampu merujuk anggota keluarga yang mengalami ansietas
Tindakan keperawatan
1. Diskusikan masalah yang dirasakan keluarga dalam merawat pasien
2. Diskusikan tentang proses terjadinya ansietas serta tanda dan gejala
3. Diskusikan tentang penyebab dan akibat dari ansietas
4. Diskusikan cara merawat pasien dengan ansietas dengan cara mengajarkan teknik
relaksasi
5. Diskusikan dengan keluarga perilaku pasien yang perlu dirujuk dan bagaimana
merujuk pasien
6. Terapi Aktivitas Kelompok

Intervensi Spesialis
1. Terapi individu : Deep Breathing, Relaksasi Progresif, Meditasi, Visualisasi,
Penghentian Pikiran
2. Terapi keluarga : Triangle Terapi, Terapi Komunikasi
3. Terapi kelompok : Logoterapi, Terapi Supportif
4. Terapi komunitas : Psikoedukasi
Patofisiologi

a. etiologi

Keluhan-keluhan yang sering dikemukan oleh orang yang mengalami ansietas (Hawari,
2008), antara lain sebagai berikut :
1. Cemas, khawatir, firasat buruk, takut akan pikirannya sendiri, mudah tersinggung.
2. Merasa tegang, tidak tenang, gelisah, mudah terkejut.
3. Takut sendirian, takut pada keramaian dan banyak orang.
4. Gangguan pola tidur, mimpi-mimpi yang menegangkan.
5. Gangguan konsentrasi dan daya ingat.
6. Keluhan-keluhan somatik, misalnya rasa sakit pada otot dan tulang, pendengaran
berdenging (tinitus), berdebar-debar, sesak nafas, gangguan pencernaan, gangguan
perkemihan, sakit kepala dan sebagainya.

b. proses terjadi

Kimia otak dan faktor perkembangan penelitian menunjukkan bahwa sistem saraf
otonom atau nonadregenic yang menyebabkan seseorang mengalami kecemasan lebih
besar tingkatannya dari orang lain. Abnormalitas regulasi substansi kimia otak
seperti Serotonin dan GABA (gamaaminobutyricacid) berperan dalam perkembangan
cemas. Amygdala sebagai pusat komunikasi antara bagian otak yang memproses input
sensori dan bagian otak yang menginterpretasikan input (amygdala mengidentifikasikan
informasi sensori yang masuk sebagai ancaman dan kemudian menimbulkan perasaan
cemas atau takut) . Amygdala berperan dalam phobia, mengkoordinasikan rasa takut,
memori, dan emosi, dan semua respon fisik terhadap situasi yang penuh dengan stresor
Locus Ceruleus, adalah satu area otak yang mengawali respon terhadap suatu bahaya
dan mungkin respon tersebut berlebihanpada beberapa individu sehingga menyebabkan
seseoranng mudah mengalami cemas (khususnya PTSD {Post traumatic sindrom
disorder}). Hippocampus bertanggung jawab terhadap stimuli yang mengancam dan
berperan dalam pengkodean informasi ke dalam memori Striatum, berperan dalam
kontrol motorik yang terlibat dalam OCD (Obsessive Compulsive).

c. manisfestasi klinis

Penderita yang mengalami kecemasan biasanya memiliki gejala-gejala yang khas dan
terbagi dalam beberapa fase, yaitu :
Fase 1

Keadaan fisik sebagaimana pada fase reaksi peringatan, maka tubuh mempersiapkan diri
untuk fight (berjuang), atau flight (lari secepat-cepatnya). Pada fase ini tubuh merasakan
tidak enak sebagai akibat dari peningkatan sekresi hormon adrenalin dan nor
adrenalin.

Oleh karena itu, maka gejala adanya kecemasan dapat berupa rasa tegang di otot dan
kelelahan, terutama di otot-otot dada, leher dan punggung. Dalam persiapannya
untuk berjuang, menyebabkan otot akan menjadi lebih kaku dan akibatnya akan
menimbulkan nyeri dan spasme di otot dada, leher dan punggung. Ketegangan dari
kelompok agonis dan antagonis akan menimbulkan tremor dan gemetar yang dengan
mudah dapat dilihat pada jari-jari tangan (Wilkie, 1985). Pada fase ini kecemasan
merupakan mekanisme peningkatan dari sistem syaraf yang mengingatkan kita bahwa
system syaraf fungsinya mulai gagal mengolah informasi yang ada secara benar (Asdie,
1988).

Fase 2

Disamping gejala klinis seperti pada fase satu, seperti gelisah, ketegangan otot, gangguan
tidur dan keluhan perut, penderita juga mulai tidak bisa mengontrol emosinya dan tidak
ada motifasi diri (Wilkie, 1985). Labilitas emosi dapat bermanifestasi mudah menangis
tanpa sebab, yang beberapa saat kemudian menjadi tertawa. Mudah menangis yang
berkaitan dengan stres mudah diketahui. Akan tetapi kadang-kadang dari cara tertawa
yang agak keras dapat menunjukkan tanda adanya gangguan kecemasan fase dua (Asdie,
1988). Kehilangan motivasi diri bisa terlihat pada keadaan seperti seseorang yang
menjatuhkan barang ke tanah, kemudian ia berdiam diri saja beberapa lama dengan hanya
melihat barang yang jatuh tanpa berbuat sesuatu (Asdie, 1988).

Fase 3

Keadaan kecemasan fase satu dan dua yang tidak teratasi sedangkan stresor tetap saja
berlanjut, penderita akan jatuh kedalam kecemasan fase tiga. Berbeda dengan gejala-
gejala yang terlihat pada fase satu dan dua yang mudah di identifikasi kaitannya dengan
stres, gejala kecemasan pada fase tiga umumnya berupa perubahan dalam tingkah laku
dan umumnya tidak mudah terlihat kaitannya dengan stres. Pada fase tiga ini dapat
terlihat gejala seperti. intoleransi dengan rangsang sensoris, kehilangan kemampuan
toleransi terhadap sesuatu yang sebelumnya telah mampu ia tolerir, gangguan reaksi
terhadap sesuatu yang sepintas terlihat sebagai gangguan kepribadian (Asdie, 1988).

d. komplikasi

Anxiety disorder (anxietas) atau gangguan cemas pada umumnya ditandai oleh perasaan
cemas dan kuatir , ketegangan (gelisah, sakit kepala, gemetar, sulit santai), dan adanya
gejala otonom yang hiperaktif (seperti kepala terasa ringan, berkeringat, berdebar, sesak,
keluhan lambung, mulut kering) yang terjadi hampir setiap hari selama setidaknya
beberapa minggu dan terjadi pada hampir semua situasi / tidak hanya muncul pada
kondisi tertentu saja (tidak ada kondisi tertentu yang jelas dan wajar menimbulkan
kecemasan).

Pada dasarnya gangguan ini terjadi akibat ketidakmampuan menghadapi stressor sehingga timbul
ketidakseimbangan sistem otonom (sistem otomatis tubuh yang mengatur organ-organ dalam)
yang sebagian besar akibat faktor psikis seperti stres emosional, frustasi, dsb. Sehingga gejala
yang muncul juga berhubungan dengan gejala-gejala organ dalam seperti sesak, berdebar, dan
gangguan lambung. Selain itu, stressor tersebut juga mengganggu keseimbangan komunikasi sel
saraf di otak sehingga seakan orang tersebut terus “terstimulasi”.

Sering menjadi masalah karena pada kebanyakan kasus pasien tidak menyadari bahwa faktor
psikis lah yang menjadi penyebab keluhan-keluhan tersebut.

TINGKATAN ANSIETAS
Ansietas memiliki dua aspek yakni aspek yang sehat dan aspek membahayakan, yang bergantung
pada tingkat ansietas, lama ansietas yang dialami, dan seberapa baik individu melakukan koping
terhadap ansietas. Menurut Peplau (dalam, Videbeck, 2008) ada empat tingkat kecemasan yang
dialami oleh individu yaitu ringan, sedang, berat dan panik.
1. Ansietas ringan adalah perasaan bahwa ada sesuatu yang berbeda dan membutuhkan perhatian
khusus. Stimulasi sensori meningkat dan membantu individu memfokuskan perhatian untuk
belajar, menyelesaikan masalah, berpikir, bertindak, merasakan, dan melindungi diri sendiri.
Menurut Videbeck (2008), respons dari ansietas ringan adalah sebagai berikut :
a. Respons fisik
- Ketegangan otot ringan
- Sadar akan lingkungan
- Rileks atau sedikit gelisah
- Penuh perhatian
- Rajin
b. Respon kognitif
- Lapang persepsi luas
- Terlihat tenang, percaya diri
- Perasaan gagal sedikit
- Waspada dan memperhatikan banyak hal
- Mempertimbangkan informasi
- Tingkat pembelajaran optimal
c. Respons emosional
- Perilaku otomatis
- Sedikit tidak sadar
- Aktivitas menyendiri
- Terstimulasi
- Tenang
2. Ansietas sedang merupakan perasaan yang menggangu bahwa ada sesuatu yang benar-benar
berbeda; individu menjadi gugup atau agitasi. Menurut Videbeck (2008), respons dari ansietas
sedang adalah sebagai berikut :
a. Respon fisik :
- Ketegangan otot sedang
- Tanda-tanda vital meningkat
- Pupil dilatasi, mulai berkeringat
- Sering mondar-mandir, memukul tangan
- Suara berubah : bergetar, nada suara tinggi
- Kewaspadaan dan ketegangan menigkat
- Sering berkemih, sakit kepala, pola tidur berubah, nyeri punggung
b. Respons kognitif
- Lapang persepsi menurun
- Tidak perhatian secara selektif
- Fokus terhadap stimulus meningkat
- Rentang perhatian menurun
- Penyelesaian masalah menurun
- Pembelajaran terjadi dengan memfokuskan
c. Respons emosional
- Tidak nyaman
- Mudah tersinggung
- Kepercayaan diri goyah
- Tidak sabar
- Gembira
3. Ansietas berat, yakni ada sesuatu yang berbeda dan ada ancaman, memperlihatkan respons
takut dan distress. Menurut Videbeck (2008), respons dari ansietas berat adalah sebagai berikut :
a. Respons fisik
- Ketegangan otot berat
- Hiperventilasi
- Kontak mata buruk
- Pengeluaran keringat meningkat
- Bicara cepat, nada suara tinggi
- Tindakan tanpa tujuan dan serampangan
- Rahang menegang, mengertakan gigi
- Mondar-mandir, berteriak
- Meremas tangan, gemetar
b. Respons kognitif
- Lapang persepsi terbatas
- Proses berpikir terpecah-pecah
- Sulit berpikir
- Penyelesaian masalah buruk
- Tidak mampu mempertimbangkan informasi
- Hanya memerhatikan ancaman
- Preokupasi dengan pikiran sendiri
- Egosentris
c. Respons emosional
- Sangat cemas
- Agitasi
- Takut
- Bingung
- Merasa tidak adekuat
- Menarik diri
- Penyangkalan
- Ingin bebas
4. Panik, individu kehilangan kendali dan detail perhatian hilang, karena hilangnya kontrol, maka
tidak mampu melakukan apapun meskipun dengan perintah. Menurut Videbeck (2008), respons
dari panik adalah sebagai berikut :
a. Respons fisik
- Flight, fight, atau freeze
- Ketegangan otot sangat berat
- Agitasi motorik kasar
- Pupil dilatasi
- Tanda-tanda vital meningkat kemudian menurun
- Tidak dapat tidur
- Hormon stress dan neurotransmiter berkurang
- Wajah menyeringai, mulut ternganga
b. Respons kognitif
- Persepsi sangat sempit
- Pikiran tidak logis, terganggu
- Kepribadian kacau
- Tidak dapat menyelesaikan masalah
- Fokus pada pikiran sendiri
- Tidak rasional
- Sulit memahami stimulus eksternal
- Halusinasi, waham, ilusi mungkin terjadi
c. Respon emosional
- Merasa terbebani
- Merasa tidak mampu, tidak berdaya
- Lepas kendali
- Mengamuk, putus asa
- Marah, sangat takut
- Mengharapkan hasil yang buruk
- Kaget, takut
- LelahGambar berikut adalah rentang respon ansietas:

PEMERIKSAAN PENUNJANG

1. Pada pemeriksaan laboratorium didapatkan peningkatan fungsi adrenal, peningkatan


glukosa dan menurunnya fungsi paratiroid, tingkat oksigen dan kalsium.
2. Uji psikologis

Penatalaksanaan Ansietas
Menurut Hawari, (2008) penatalaksanaan asietas pada tahap pencegahaan dan terapi memerlukan
suatu metode pendekatan yang bersifat holistik, yaitu mencangkup fisik (somatik), psikologik
atau psikiatrik, psikososial dan psikoreligius. Selengkpanya seperti pada uraian berikut :

a. Upaya meningkatkan kekebalan terhadap stress, dengan cara :

1) Makan makan yang bergizi dan seimbang

2) Tidur yang cukup.

3) Cukup olahraga.

4) Tidak merokok.

5) Tidak meminum minuman keras.

b. Terapi psikofarmaka.

Terapi psikofarmaka merupakan pengobatan untuk cemas dengan memakai obat-obatan yang
berkhasiat memulihkan fungsi gangguan neuro-transmitter (sinyal penghantar saraf) di susunan
saraf pusat otak (limbic system).

TERAPI OBAT UNTUK KELAINAN ANSIETAS

KLASIFIKASI

Antiansietas (ansiolitik, tranquilizer minor, sedatif, hipnotik, antokonvulsans)

MEKANISME KERJA

Depresi sistem saraf pusat (SSP)

Pengecualian: Buspirone (BuSpar) tidak menekan SSP. Walaupun mekanisme kerja yang
sebenarnya tidak diketahui, obat ini diyakini menghasilkan efek yang diharapkan melalui
interaksi dengan serotonin, dopamin, dan reseptor-reseptor neurotransmiter lainnya.
INIDIKASI

Digunakan dalam mengontrol kelainan ansietas, kelainan somatoform, kelainan disosiatif,


kelainan kejang, dan untuk meringankan sementara gejala-gejala insomonia dan ansietas.

KONTRAINDIKASI

Hipersensitivitas, glaukoma sudut-sempit. Juga dihindari penggunaan bersama dengan depresan


SSP lainnya, pada pasien-pasien koma atau mereka yang mengalami nyeri yang tidsk terkontrol
dan selama kehamilan an masa menyusui.

KELOMPOK YANG UMUM DIGUNAKAN

Kelas Kimia Nama Generik (dagang) Dosis Sehari


Antihistamin Difenhiramin (benadryl), 25-200 mg
hidroksizin (vistaril; atarax)
100-400 mg
Barbiturat Amobarbital (Amytal) 30-480 mg

Aprobarbital (alurate) 40-160 mg

Butabarbital (butisol) 45-120 mg

Pentobarbital (nembutal) 20-200 mg

Fenobarbital (luminal) 16-320 mg

Sekobarbital (sekonal) 30-300 mg

Talbutal (lotusate) 60-180 mg


Benzodiazepin Alprazolam (xanax) 0,75-4 mg

Klordiazepoksida (librium) 15-100 mg

Klorazepat (tranxene) 15-60 mg

Diazepam (valium) 5-40 mg

Flurazepam (dalmane) 15-30 mg

Halazepam (paxipam) 60-160 mg


Lorazepam (ativan) 2-9 mg

Oxazepam (serax) 30-120 mg

Temazepam (restoril) 15-30 mg

Triazolam (halcion) 0,25-0,5 mg


Metatiazanon Klormezanon (trancopal) 100-800 mg
Propanediol Meprobamat (equanil; Miltown) 200-2400 mg
Lain-lain Buspiron (BuSpar) 15-60 mg

Kloral hidrat (noctec) 500-1000 mg

Doksepin (adapin;sinequan) 30-300 mg

Etklorninol (placidyl) 400-1000 mg

Etinamat (valmid) 500-1000 mg

Glutetimid (doriden) 250-1000 mg

Metiprilon (noludar) 200-400 mg

EFEK SAMPING OBAT

1. Mengantuk, kacau mental, letargi.


2. Toleransi: ketergantungan fisik dan psikologis
3. Memperkuat efek-efek depresan lain
4. Dapat memunculkan gejala pada individu tertekan
5. Hipotensi ortostatik
6. Kegembiraan paradoksial
7. Mulut kering
8. Mual/muntah
9. Diskrasias darah
10. Awitan lambat

c. Terapi somatic
Gejala atau keluhan fisik (somatik) sering dijumpai sebagai gejala ikutan atau akibat dari
kecemasan yang bekerpanjangan.Untuk menghilangkan keluhan-keluhan somatik (fisik) itu
dapat diberikan obat-obatan yang ditujukan pada organ tubuh yang bersangkutan.

d. Psikoterapi

1) Psikoterapi diberikan tergantung dari kebutuhan individu, antara lain : Psikoterapi suportif,
untuk memberikan motivasi, semangat dan dorongan agar pasien yang bersangkutan tidak
merasa putus asa dan diberi keyakinan serta percaya diri.

2) Psikoterapi re-edukatif, memberikan pendidikan ulang dan koreksi bila dinilai bahwa
ketidakmampuan mengatsi kecemasan.

3) Psikoterapi re-konstruktif, untuk dimaksudkan memperbaiki kembali (re-konstruksi)


kepribadian yang telah mengalami goncangan akibat stressor.

4) Psikoterapi kognitif, untuk memulihkan fungsi kognitif pasien, yaitu kemampuan untuk
berpikir secara rasional, konsentrasi dan daya ingat.

5) Psikoterapi psiko-dinamik, untuk menganalisa dan menguraikan proses dinamika kejiwaan


yang dapat menjelaskan mengapa seseorang tidak mampu menghadapi stressor psikososial
sehingga mengalami kecemasan.

6) Psikoterapi keluarga, untuk memperbaiki hubungan kekeluargaan, agar faktor keluarga


tidak lagi menjadi faktor penyebab dan faktor keluarga dapat dijadikan sebagai faktor
pendukung.

e. Terapi psikoreligius

Untuk meningkatkan keimanan seseorang yang erat hubungannya dengan kekebalan dan daya
tahan dalam menghadapi berbagai problem kehidupan yang merupakan stressor psikososial.

KOMPLIKASI

1. Depresi
2. Somatoform
3. Skizofrenia Hibefrenik
4. Skizofrenia Simplek

ASUHAN KEPERAWATAN TEORI ANSIETAS


Asuhan Keperawatan Klien Dengan Gangguan Ansietas

I.Identitas Klien

a. Initial : Ansietas lebih rentan terjadi pada wanita (69%) daripada laki-laki (31%).

b. Umur : toddler-lansia

c. Pekerjaan : yang mempunyai tingkat stressor yang besar (politikus,

d. Pendidikan : orang yang mempunyai tingkat pendidikan yang rendah lebih rentan
mengalami ansietas

II. Alasan Masuk

Sesuai diagnosa awal klien ketika pertama kali masuk rumah sakit.

III. Faktor Predisposisi

v Bahwa individu yang terbiasa sejak kecil dihadapkan kepada ketakutan yang berlebihan lebih
sering menunjukkan ansietas pada kehidupan selanjutnya. Ahli teori konflik memandang ansietas
sebagai pertentangan antara dua kepentingan yang berlawanan. Mereka meyakini adanya
hubungan timbal balik antara konflik dan ansietas: konflik menimbulkan ansietas, dan ansietas
menimbulkan perasaan tidak berdaya, yang ada gilirannya meningkatkan konflik yang dirasakan.

v Terjadinya ansietas berhubungan erat dengan hal masalah anak (30%), hubungan antar
manusia (27%), persoalan suami/istri dalam perkawinan (23%) dan masalah dalam pekerjaan
(21%). (Mujaddid, 2001:706)

v Ansietas juga berhubungan dengan perkembangan trauma tertentu yang buruk (misalnya,
pengalaman berperang, perkosaan, kecelakaan yang serius, penyikasaan yang buruk perpisahan
dan kehilangan, yang menimbulkan kerentanan tertentu. Individu dengan harga diri rendah
terutama rentan mengalami ansietas yang berat.

v Kesehatan umum individu dan riwayat ansietas pada keluarga memiliki efek nyata sebagai
predisposisi ansietas.

v Pernah mengalami gangguan jiwa di masa lalu serta pengobatan sebelumnya tidak berhasil.

Masalah Keperawatan:

1. Resiko perilaku kekerasan (pada diri sendiri, orang lain dan lingkungan).
2. Risiko bunuh diri

IV. Pemeriksaan Fisik

1. Tanda vital:

TD : meningkat, palpitasi, berdebar-debar bahkan sampai pingsan.

N : menurun

S : normal (36˚C- 37,5˚C ) , ada juga yang mengalami hipotermi tergantung respon individu
dalam menangania ansietasnya

P : pernafasan , nafas pendek, dada sesak, nafas dangkal, rasa tercekik terengah- engah

2. Ukur : TB dan BB: normal (tergantung pada klien)

1. Keluhan Fisik : refleks, terkejut, mata berkedip-kedip, insomnia, tremor, kaku, gelisah,
wajah tegang, kelemahan umum, gerakan lambat, kaki goyah.

Masalah Keperawatan: Ansietas sedang/berat/panik

V. Psikososial:

a. Konsep diri:

v Gambaran diri : wajah tegang, mata berkedip-kedip, tremor, gelisah, keringat berlebihan.

v Identitas: gangguan ini menyerang wanita daripada pria serta terjadi pada seseorang yang
bekerja dengan sressor yang berat.

v Peran: menarik diri dan menghindar dalam keluarga / kelompok / masyarakat.

v Ideal diri: berkurangnya toleransi terhadap stress, dan kecenderungan ke arah lokus eksternal
dari keyakinan kontrol.

v Harga diri: klien merasa harga dirinya rendah akibat ketakutan yang tidak rasional terhadap
objek, aktivitas atau kejadian tertentu.

Masalah Keperawatan: 1. Gangguan konsep diri: Harga Diri Rendah

2. Isolasi sosial: menarik diri


b. Hubungan Sosial:

 Orang yang berarti: keluarga


 Peran serta dalam kegiatan kelompok/masyarakat: kurang berperan dalam kegiaran
kelompok atau masyarakat serta menarik diri dan menghindar dalam keluarga / kelompok
/ masyarakat.
 Hambatan dalam berhubungan dengan orang lain: +

Masalah keperawatan: Kerusakan interaksi sosial

c. Spiritual:

 Nilai dan keyakinan


 Kegiatan ibadah

VI. Status Mental:

1. Penampilan: pada orang yang mengalami ansietas berat dan panik biasanya
penampilannya tidak rapi.
2. Pembicaraan: bicara cepat dan banyak, gagap dan kadang-kadang keras.
3. Aktivitas motorik: lesu, tegang, gelisah, agitasi, dan tremor.

– Subyektif : Klien mengatakan susah tidur, Klien menyatakankan resah, Klien


mengatakan banyak pikiran

– Obyektif : Penurunan produktifitas, Kewaspadaan dan menatap, Kontak mata buruk,


Gelisah, Pandangan sekilas, Pergerakan yang tidak bermakna (jalan menyeret, geraktangan dan
kaki), Ekspresi yang mendalam terhadap perubahan hidup

4. Alam perasaan: sedih, putus asa, ketakutan dan khawatir.

5. Afek: labil

– Subyektif : Klien menyatakan rasa penyesalan, Klien mengatakan takut pada sesuatu,
Klien bengatakan tidak mempu melakukan sesuatu

– Obyektif : Iritabel, Kesedihan yang mendalam, Ketakutan, Gugup, Mudah tersinggung,


Nyeri hebat, persisten bertambah. Rasa tidak menentu, Kewaspadaan meningkat, Fokus pada diri
sendiri, Perasaan tidak mampu, Distress, Khawatir, Cemas
6. Interaksi selama wawancara: tidak kooperatif, mudah tersingung dan mudah curiga,
kontak mata kurang.
7. Persepsi: berhalusinasi, lapang persepsi sangat sempit dan tidak mampu menyelesaikan
masalah.

Masalah Keperawatan: Gangguan persepsi sensori: halusinasi (pendengaran, penglihatan,


pengecap, peraba, penghidu)

8. Proses pikir: persevarsi

Masalah Keperawatan : Gangguan proses pikir

9. Isi pikir: obsesi, phobia dan depersonalisasi


10. Tingkat kesadaran: bingung dan tidak bisa berorietansi terhadap waktu, tempat dan orang
(ansietas berat)
11. Memori: pada klien yang mengalami OCD (Obsessive Compulsif Disorder) akan terjadi
gangguan daya ingat saat ini bahkan sampai gangguan daya ingat jangka pendek.
12. Tingkat konsentrasi dan berhitung: tidak mampu berkonsentrasi
13. Kemampuan penilaian: gangguan kemampuan penilaian ringan

1. Subyektif :

– Klien menyatakan bingung

– Klien sering mengatak lupa

– Klien sering menanyakan pertanyaan yang sama

1. Obyektif :

– Bloking

– Keasikan

– Merenung

– Kerusakan perhatian

– Penurunan lapang persepsi

– Ketakutan terhadap hal yang tidak jelas

– Kecenderungan untuk menyalahkan orang lain


– Sulit berkonsentrasi

– Penurunan kemampuan belajar, menyelasaikan masalah

– Gejala kewaspadaan fisiologis

1. Daya titik diri: menyalahkan hal-hal diluar dirinya: menyalahkan orang lain/ lingkungan
yang menyebabkan kondisi saat ini.

VII. Kebutuhan Persiapan Pulang

1. Kemampuan klien memenuhi/ menyediakan kebutuhan makanan, keamanan, tempat


tinggal, dan perawatan.
2. Kegiatan hidup sehari-hari: kurang mandiri tergantung tingkat ansietas

 Perawatan diri
 Nutrisi
 Tidur

Masalah Keperawatan : Defisit perawatan diri

3. Kemampuan klien dalam:

 mengantisipasi kebutuhan sendiri


 membuat keputusan berdasarkan keinginan sendiri
 mengatur penggunaan obat

4. Klien memiliki sistem pendukung (keluarga, terapis, teman, kelompok sosial)


5. Klien dapat menikmati saat bekerja, kegiatan yang menghasilkan atau hobi

VIII. Mekanisme Koping: adaptif ( ansietas ringan ) dan maladaptif (ansietas sedang, berat dan
panik).

Masalah Keperawatan: Mekanisme koping tidak efektif

IX. Masalah Psikososial dan Lingkungan


 Masalah dengan dukungan kelompok: klien kurang berperan dalam kegiaran kelompok
atau masyarakat serta menarik diri dan menghindar dalam keluarga/ kelompok/
masyarakat.
 Masalah berhubungan dengan lingkungan: lingkungan dengan tingkat stressor yang
tinggi akan memicu timbulnya ansietas.
 Masalah dengan pendidikan: seseorang yang pernah gagal dalam menempuh pendidikan,
tidak ada biaya untuk melanjutkan jenjang pendidikan berikutnya.
 Masalah dengan pekerjaan: mengalami PHK, target kerja tidak tercapai.
 Masalah dengan perumahan: pasien kehilangan tempat tinggalnya karena bencana alam,
pengusuran dan kebakaran.
 Masalah ekonomi: pasien tidak mempunyai kemampuan finansial dalam mencukupi
kebutuhannya sehari-hari dan keluarganya.
 Masalah dengan pelayanan kesehatan: kurang percaya dengan

X. Pengetahuan Kurang Tentang

Pasien kurang mempunyai pengetahuan tentang faktor presipitasi, koping, obat-obatan, dan
masalah lain tentang ansietas

XI. Aspek medik

Diagnosa Medik:

1. Adanya perasaan cemas atau khawatir yang tidak realistic terhadap dua atau lebih hal
yang dipersepsi sebagai ancaman perasaan ini menyebabkan individu tidak mampu
istirahat dengan tenang (inability to relax)
2. Terdapat paling sedikit 6 dari 18 gejala-gejala berikut:

Ketegangan Motorik:

1. Kedutan otot atau rasa gemetar


2. Otot tegang/kaku/pegel linu
3. Tidak bisa diam
4. Mudah menjadi lelah
Hiperaktivitas Otonomik:

1. Nafas pendek/ terasa berat


2. Jantung berdebar-debar
3. Telapak tangan basah dingin
4. Mulut kering
5. Kepala pusing/rasa melayang
6. Mual, mencret, perut tidak enak
7. Muka panas/ badan menggigil
8. Buang air kecil lebih sering
9. Sukar menelan/rasa tersumbat

Kewaspadaan berlebihan dan Penangkapan Berkurang

1. Perasaan jadi peka/ mudah ngilu


2. Mudah terkejut/kaget
3. Sulit konsentrasi pikiran
4. Sukar tidur
5. Mudah tersinggung

3. Hendaya dalam fungsi kehidupan sehari-hari, bermanifestasi dalam gejala: penurunan


kemampuan bekerja, hubungan social, dan melakukan kegiatan rutin.

Terapi Medik:

Benzodiazepine: Diazepam, Chlordiazepoxide, Lorazepam, Clobazam, Bromazepam Oxazolam,


Clorazepate, Alprazolam, Razepam.

Non-Benzodiazepine : Sulpiride, Buspirone, Hydroxizine.

XII. Daftar Masalah Keperawatan

1. Resiko perilaku kekerasan (pada diri sendiri, orang lain dan lingkungan).
2. Risiko bunuh diri
3. Ansietas sedang/berat/panic
4. Gangguan konsep diri: Harga Diri Rendah
5. Isolasi sosial: menarik diri
6. Kerusakan interaksi sosial
7. Gangguan persepsi sensori: halusinasi (pendengaran, penglihatan, pengecap, peraba,
penghidu)
8. Gangguan proses pikir
9. Defisit perawatan diri
10. Mekanisme koping tidak efektif
Pohon masalah

2. Diagnosa keperawatan

a. Anxietas berhubungan dengan Koping individu tidak efektif

b. Anxietas berhubungan dengan Tidak efektifnya koping keluarga

c. Resiko gangguan pesepsi sensorik dan audiotori : Halusinasi berhubungan dengan Ansietas.

d. Resiko gangguan isi fikir : Waham berhubungan dengan Anxietas

3.Rencana keperawatan
Diagnosa Perencanaan Intervensi
Keperawatan Tujuan (Umum dan Khusus)
Berhubungan dengan TUM : 1. jadilah pendengar yang hangat dan
ansietas sedang responsif
TUK 1
2. beri waktu yang cukup pada klien
Klien dapat menjalin dan untuk berespon
membina hubungan saling
percaya 3. beri dukungan pada klien untuk
mengekspresikan perasaannya

4. identifikasi pola prilaku klien atau


pendekatan yang dapat menimbulkan
perasaan negatif

5. bersama klien mengenali perilaku


dan respon sehingga cepat belajar dan
berkembang
TUK 2 1. bantu klien untuk mengidentifikasi
dan menguraikan perasaannya
Klien dapat mengenal
ansietasnya 2. hubungkan perilaku dan
perasaannya

3. validasi kesimpulan dan asumsi


terhadap klien

4. gunakan pertanyaan terbuka untuk


mengalihkan dari topik yang mengancam
ke hal yang berkaitan dengan konflik

5. gunakan konsultasi

TUK 3 1. bantu klien mernjelaskan situasi


dan interaksi yang dapat segera
Klien dapat memperluas menimbulkan ansietas
kesadarannya terhadap
perkembangan ansietas 2. bersama klien meninjau kembali
penilaian klien terhadap stressor yang
dirasakan mengancam dan menimbulkan
konflik

3. kaitkan pengalaman yang baru


terjadi dengan pengalaman masa lalu
yang relevan
TUK 4 1. gali cara klien mengurangi ansietas
di masa lalu
Klien dapat menggunakan
mekanisme koping yang 2. tunjukkan akibat mal adaptif dan
adaptif destruktif dari respons koping yang
digunakan

3. dorong klien untuk menggunakan


respons koping adaptif yang dimilikinya

4. bantu klien untuk menyusun


kembali tujuan hidup, memodifikasi
tujuan, menggunakan sumber dan
menggunakan koping yang baru

5. latih klien dengan menggunakan


ansietas sedang

6. beri aktivitas fisik untuk


menyalurkan energinya

7. libatkan pihak yang berkepentingan


sebagai sumber dan dukungan sosial
dalam membantu klien menggunakan
koping adaptif yang baru
TUK 5 1. ajarkan klien teknik relaksasi
untuk meningkatkan kontrol dan
Klien dapat menggunakan rasa percaya diri
teknik relaksasi 2. dorong klien untuk menggunakan
relaksasi dalam menurunkan
tingkat ansietas
DAFTAR PUSTAKA

Carpenito, L.J., !998. Buku Saku Diagnosis Keperawatan. Edisi 6. Alih Bahasa : Yasmin Asih.
Editor Monica Aster, Jakarta : EGC.

Keliat, Budi Anna. 1998. Proses Keperawatan Kesehatan Jiwa. Editor Yasmin Asih, Jakarta :
EGC

——————,2000. Proses Keperawatan Kesehatan Jiwa. Editor Yasmin Asih, Jakarta : EGC.

Townsend, M. C., 1998. Buku Saku Diagnosa Keperawatan Pada Keperawatan Psikiatri. Edisi 3.
Alih Bahas Novi Helena. Rditor Monica Ester, Jakarta : EGC.

Rasmun, 2001, Kepwrawatan Kesehatan Mental Psikiatri Terintegrasi Dengan Keluarga. Edisi
Pertama, Jakarta : CV, Sagung Seto.

Struart, G.W., S undeen, S.J., 1998. Buku Saku Keperawatan Jiwa Edisi 3, Jakarta
Read more: http://aneka-wacana.blogspot.com/2012/03/asuhan-keperawatan-jiwa-dengan-
ansietas.html#ixzz2Z6K0IAyk

http://tiya-darmawan.blogspot.com/2012/12/ansietas.html

You might also like