You are on page 1of 35

PEDOMAN KERJA

KOMITE TENAGA KESEHATAN LAINYA

RUMAH SAKIT ISLAM AISYIYAH MALANG

Undang Undang No. 36 Tahun 2009 tentang kesehatan pada pasal 24, ayat (1);

Tenaga kesehatan hams memenuhi kode etik, standar profesi, hak pengguna pelayanan atau

asuhan kesehatan, standar pelayanan atau asuhan, dan standar prosedur operasional; ayat (4)

Pelaksanaan pengobatan dan atau perawatan berdasarkan ilmu kedokteran atau ilmu

keperawatan hanya dapat dilakukan oleh tenaga kesehatan yang mempunyai keahlian dan

kewenangan untuk itu; ayat (2) Ketentuan mengenai kode etik dan standar profesi diatur oleh

organisasi profesi. Peraturan Menteri Kesehatan No. 49 Tahun 2013 tentang Komite Medik

tenaga kesehatan Rumah Sakit pada pasal 2 ayat (1); Penyelenggaraan komite medik bertujuan

untuk meningkatkan profesionalisme tenaga kesehatan serta mengatur tata kelola klinis yang

baik agar mutu pelayanan kesehatan berorientasi pada keselamatan pasien di Rumah Sakit

lebih terjamin dan terlindungi; Pasal 4 ayat (1) untuk mewujudkan tata kelola klinis yang baik

semua pelayanan kesehatan yang dilakukan oleh setiap tenaga kesehatan di Rumah Sakit

dilakukan atas penugasan klinis dari Kepala/Direktur Rumah Sakit; ayat (2) penugasan klinis
berupa pemberian kewenangan klinis tenaga keperawatan oleh Kepala/Direktur Rumah Sakit

melalui surat penugasan klinis kepada tenaga kesehatan yang bersangkutan; ayat (3) surat

penugasan klinis diterbitkan oleh Kepala/Direktur Rumah Sakit berdasarkan rekomendasi

ketua komite Staf profesi kesehatan lainya.

Keselamatan pasien dapat diwujudkan apabila Staf profesi kesehatan lainya

mempunyai kemampuan sebagai tenaga kesehatan professional yang dapat memberikan

pelayanan kesehatan sesuai dengan kompentensi yang dimiliki serta melaksanakannya sesuai

dengan standar yang telah ditentukan.


Staf profesi kesehatan lainya dalam melaksanakan tugasnya juga harus memperhatikan

hak-hak pasien sehingga pelayanan kesehatan yang dilakukan menghasilkan kepuasan pasien

atas pelayanan yang diberikan. Guna meningkatkan profesionalisme, pembinaan etik dan

disiplin tenaga kesehatan serta menjaga mutu pelayanan kesehatan dan melindungi

keselamatan pasien perlu dibentuk Komite Staf profesi kesehatan lainya. yang mempunyai

fungsi utama mempertahankan dan meningkatkan profesionalism Staf profesi kesehatan

lainya.melalui kredensial, penjagaan mutu profesi dan pemeliharaan etik dan disiplin profesi.
BAB I

KETENTUAN UMUM

1. Tenaga kesehatan lainya adalah merupakan tenaga (analis kesehatan, farmasi,

ahli gizi , radiografer, fisioterapi dan ahli teknis elektro medis) yang bekerja baik secara

mandiri atau berkolaborasi dengan tim kesehatan lain pada tatanan pelayanan kesehatan

yang pekerjaannya terkait dengan kode etik profesi, standar profesi, standar kompetensi

dan standar pelayanan.

2. Pedoman kerja tenaga kesehatan lainya adalah peraturan penyelenggaraan


profesi tenaga kesehatan lainya (analis kesehatan,farmasi,ahli gizi

,radiografer,fisioterapi dan ahli teknis elektro medis) dan mekanisme tata kerja komite

tenaga kesehatan lainya yang mengacu pada peraturan internal rumah sakit dan

peraturan perundang-undangan yang berlaku.

3. Rumah sakit adalah Rumah Sakit Islam Aisyiyah Malang.

4. Komite tenaga kesehatan lainya adalah wadah non struktural rumah sakit yang

mempunyai fungsi utama mempertahankan dan meningkatkan profession- nalisme

tenaga kesehatan lainya (analis kesehatan,farmasi,ahli gizi ,radiografer,fisioterapi dan

perawat gigi) melalui mekanisme kredensial, penjagaan mutu profesi dan pemeliharaan

profesi sehingga pelayanan kepada pasien diberikan secara benar (ilmiah) sesuai standar

yang baik (etis) sesuai kode etik profesi serta hanya diberikan oleh tenaga kesehatan

lainya yang kompeten dengan kewenangan yang jelas.

5. Tenaga kesehatan lainya yang dimaksud adalah seseorang yang telah lulus

pendidikan D3 (analis kesehatan, farmasi,ahli gizi ,radiografer, fisioterapi dan ahli

teknis elektro medis) dan profesi apoteker didalam maupun diluar negeri sesuai dengan
peraturan perundangan yang berlaku.

6. Kredensial adalah proses evaluasi terhadap tenaga kesehatan lainya untuk

menentukan kelayakan pemberian kewenangan klinis (Clinical Privilege).

7. Buku putih adalah dokumen yang berisi syarat-syarat yang harus dipenuhi oleh

tenaga kesehatan lainya yang digunakan untuk menentukan kewenangan klinis.

8. Kewenangan klinis tenaga kesehatan lainya adalah hak yang diberikan kepada

tenaga tenaga kesehatan lainya untuk melakukan asuhan pelayan kesehatan dalam
lingkungan rumah sakit untuk suatu periode tertentu yang dilaksanakan berdasarkan

penugasan klinis (Clinical Appointment).

9. Penugasan klinis (Clinical Appointment) adalah penugasan kepala Direktur

Rumah Sakit kepada tenaga kesehatan lainya untuk melakukan asuhan pelayanan di

rumah sakit tersebut berdasarkan daftar kewenangan klinis yang telah ditetapkan

baginya.

10. Rekredensial adalah proses re-evaluasi terhadap tenaga kesehatan lainya yang

telah memiliki kewenangan klinis (Clinical Privilege) untuk menentukan apakah yang

bersangkutan masih layak diberi kewenangan klinis tersebut untuk suatu periode

tertentu.

11. Panitia Adhoc adalah panitia yang ditetapkan oleh Direktur Rumah Sakit untuk

membantu komite tenaga kesehatan lainya dalam melaksanakan tugas dan fungsinya

dan berasal dari tenaga tenaga kesehatan lainya yang tergolong sebagai mitra bestari.

12. Mitra Bestari (Peer Group) adalah sekelompok tenaga kesehatan lainya
(analis kesehatan, farmasi, ahli gizi, radiografer, fisioterapi dan ahli teknis elektro

medis) dengan reputasi dan kompetensi profesi yang baik untuk menelaah segala hal

yang terkait dengan profesi tenaga kesehatan lainya.

BAB II

TUJUAN

1. Tujuan Umum

Sebagai pedoman komite tenaga kesehatan lainya (analis kesehatan,farmasi,ahli gizi

,radiografer,fisioterapi dan ahli teknis elektro medis) dalam menyelenggarakan tata kelola

klinis yang baik (Good Clinical Governance) melalui mekanisme kredensial, peningkatan

mutu profesi, dan penegakan disiplin profesi dan memberikan dasar hukum bagi mitra

bestari (Peer Group) dalam pengambilan keputusan profesi melalui komite tenaga

kesehatan lainya.

2. Tujuan Khusus

a. Melindungi pasien dalam pemberian pelayanan kesehatan lainya yang

professional.
b. Meningkatkan kedisiplinan tenaga kesehatan lainya

c. Menghasilkan tenaga kesehatan lainya yang professional.

d. Menghasilkan tenaga kesehatan lainya yang kompeten sesuai dengan

bidangnya.

e. Menghasilkan pemberian pelayanan kesehatan lainya yang memuaskan baik

pada pasien, keluarga, kelompok dan masyarakat.


Memberikan dasar hukum bagi mitra bestari dalam pengambilan keputusan.BAB III

KEWENANGAN KLINIS

Tenaga kesehatan lainya dalam menjalankan melaksanakan tugas profesinya

berkewajiban untuk menghormati hak pasien, merujuk kasus yang tidak dapat ditangani,

menyimpan rahasia sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku, memberikan

informasi, meminta persetujuan terhadap tindakan akan dilakukan, dan melakukan catatan

profesi kesehatan lainya dengan baik.

Tenaga kesehatan lainya dalam menjalankan pelayanan kesehatan harus sesuai

dengan kewenangan yang diberikan, berdasarkan pendidikan dan pengalaman serta dalam

memberikan pelayanan berkewajiban mematuhi standar profesi, sehingga masyarakat

terlindungi karena menerima pelayanan kesehatan yang bermutu. Landasan utama Tenaga

kesehatan lainya dapat melakukan praktik professional adalah memiliki kompetensi keilmuan

yang diperoleh melalui pendidikan formal dan pelatihan.

Tenaga kesehatan lainya yang kompeten mempunyai sikap rasional, etis dan

professional juga memiliki semangat pengabdian yang tinggi kepada bangsa dan Negara,

berdisiplin, kreatif, berilmu dan terampil, berbudi luhur dan dapat memegang teguh etika

profesi. Tenaga kesehatan lainya juga diharuskan akuntabel terhadap pelayanan kesehatan,

yang berarti dapat memberikan pembenaran terhadap keputusan dan tindakan yang dilakukan

dengan konsekuensi dapat di gugat secara hukum apabila melakukan praktik tidak sesuai

dengan standar profesi, kaidah etik dan moral, standar pelayanan (praktik) dan standar

pendidikan.

Hanya Tenaga kesehatan lainya professional yang memenuhi standar profesi saja

yang akan mendapatkan lisensi atau ijin melakukan praktik. Ditetapkannya standar profesi

Tenaga kesehatan lainya adalah untuk menjamin perlindungan terhadap mesyarakat penerima
pelayanan kesehatan dan Tenaga kesehatan lainya sebagai pemberi layanan yang

memedomani setiap aktifitas, pemikiran dan perilaku Tenaga kesehatan lainya dalam

menjalankan peran profesinya.

Kewenangan klinis merupakan uraian intervensi Tenaga kesehatan lainya yang

dilakukan oleh tenaga Tenaga kesehatan lainya berdasarkan area praktiknya. Asuhan Tenaga

kesehatan lainya yang diberikan pada pasien di rumah sakit hanya boleh dilakukan oleh staf

Tenaga kesehatan lainya yang telah diberi kewenangan klinis melalui proses kredensial

sehingga asuhan Tenaga kesehatan lainya yang diberikan tepat sasaran dan hasilnya

memuaskan serta dapat meningkatkan mutu pelayanan Tenaga kesehatan lainya di rumah
sakit.

Pemberian kewenangan klinis juga mengacu pada buku putih (white book) sebagai

dasar panduan dalam melakukan kredensial dan rekredensial. Buku putih ini berisi tentang

ketentuan dokumen persyaratan terkait kompetensi meliputi Ijazah, STR, Sertifikat

kompetensi, Logbook, Surat orientasi di rumah sakit, surat keterangan sehat dan lain-lain yang

diperlukan.

Penentuan kewenangan klinis dilakukan oleh komite Tenaga kesehatan lainya

melalui Subkomite Kredensial dari hasil kajian panitia Adhoc akan menjadi dasar

rekomendasi tersebut dan disahkan oleh Direktur Rumah Sakit.

1. Kewenangan Klinis ( Clinical Privilage)

Memberikan kewenangan klinis pada tenaga kesehatan lainya untuk memberikan

pelayanan kesehatan sesuai dengan kompetensinya dan kebutuhan yang diajukan.

Kewenangan klinis harus diajukan pada komite Tenaga kesehatan lainya melalui

subkomite kredensial yang disetujui dan disahkan oleh Direktur Rumah Sakit.
2. Proses penilaian untuk memberikan kewenangan klinis dilakukan pada saat proses

kredensial. Penilaian yang dilakukan melihat pada kemampuan Tenaga kesehatan lainya

baik dari segi soft skill maupun hard skill yang sudah ditentukan. Penilaian akhir akan

menghasilkan kompeten atau tidak kompetennya staf profesi kesehatan lainya dalam

memberikan asuhan keperawatan yang dilakukan oleh komite Tenaga kesehatan lainya

melalui subkomite kredensial, jika hasilnya adalah kompeten selanjutnya mendapatkan

persetujuan dari Direktur Rumah Sakit.

3. Pemberian dan pengakhiran kewenangan klinis direkomendasikan oleh subkomite etik

dan disiplin profesi melalui komite Tenaga kesehatan lainya serta di setujui oleh Direktur
Rumah Sakit. Pengakhiran kewenangan klinis diberikan jika terjadi pelanggaran yang

dilakukan oleh Tenaga kesehatan lainya terhadap standar pelayanan, disiplin profesi

Tenaga kesehatan lainya dan pelanggaran nilai moral etik yang akhirnya akan merugikan

pasien dan masyarakat.


Berdasarkan hal tersebut,penegakan disiplin profesi
dan pembinaan etika profesi perlu dilakukan secara
terencana,terarah dan terencana sehingga pelayanan
kesehatan yang diberikan dapat menjamin keamanan
dan kepuasan pelanggan. BAB IV

PENUGASAN KLINIS

Penugasan klinis (clinical Appoitment) adalah penugasan Direktur RS Islam Aisyiyah Malang

kepada tenaga kesehatan lainya untuk melakukan pelayanan kesehatan atau asuhan

berdasarkan daftar kewenangan klinis,melalui proses kredensial.

Tujuan diberikan penugasan klinik yaitu:

a. Memberikan kejelasan kewenangan klinis bagi setiap tenaga kesehatan lainya

b. Melindungi keselamatan pasien.

c. Pengakuan dan penghargaan bagi Tenaga kesehatan lainya yang berada di

semua level pelayanan Tenaga kesehatan lainya.


Masa berlaku penugasan klinis adalah 3 (tiga) tahun,
selanjutnya dapat diterbitkan kembali sesuai dengan
ketentuan yang berlaku. BAB V

DELEGASI TINDAKAN MEDIS

Dalam tenaga kesehatan lainya dikenal tindakan yang bersifat mandiri dan

tindakan yang bersifat delegasi. Kewenangan tenaga kesehatan lainya untuk melakukan

tindakan medik merupakan tindakan yang bersifat delegasi yang memerlukan kewenangan

klinis tertentu perlu di kredensial.


Tindakan medik yang bersifat delegasi tetap menjadi tanggung jawab

tenaga medis yang memberikan delegasi, diatur secara tersendiri oleh Direktur Rumah Sakit

sesuai dengan peraturan dan ketentuan yang ada. BAB VI

PEDOMAN PENGORGANISASIAN

1. Struktur Organisasi

DIREKTUR

KOMITE TENAGA
KESEHATAN LAINNYA

SUB KOMITE SUB KOMITE SUB KOMITE


KREDENSIAL MUTU ETIK DAN
PROFESI DISIPLIN
PROFESI

Komite tenaga kesehatan lainya adalah wadah non struktural rumah sakit yang mempunyai

fungsi utama mempertahankan dan meningkatkan profesionalisme tenaga kesehatan lainya

melalui mekanisme kredensial, penjagaan mutu profesi, memelihara etika dan disiplin profesi.

Komite tenaga kesehatan lainya dibentuk dengan tujuan untuk menyelenggarakan tata kelola

klinis (clinical Governance) yang baik agar mutu pelayanan kesehatan pada (analis

kesehatan,farmasi,ahli gizi ,radiografer,fisioterapi dan ahli teknik elektro medis) yang


berorientasi pada keselamatan pasien lebih terjamin dan terlindungi.

Struktur organisasi Komite Staf profesi kesehatan lainya sebagai berikut:

a. Ketua komite tenaga kesehatan lainya.

b. Sekretaris komite tenaga kesehatan lainya

c. Sub Komite,yaitu:

1. Sub Komite Krendensial.

2. Sub Komite Mutu Profesi.

3. Sub Komite Etik dan Disiplin Profesi.

2. Fungsi, Kewenangan dan Tugas

Ketua Komite tenaga kesehatan lainya adalah Staf profesi kesehatan lainya

professional (analis kesehatan, farmasi, ahli gizi ,radiografer, fisioterapi dan ahli teknik

elektro medis) dengan pengalaman kerja minimal 5 tahun dan ditunjukan setiap tiga

tahun oleh Direktur Rumah Sakit.

Sekretaris Komite tenaga kesehatan lainya dan Ketua Sub Komite diusulkan oleh

Ketua Komite tenaga kesehatan lainya dan disahkan oleh Direktur Rumah Sakit.
Dalam melaksanakan tugas dan fungsinya Komite tenaga kesehatan lainya dibantu

oleh panitia adhoc yang ditetapkan oleh Direktur Rumah Sakit. Panitia adhoc terdiri

dari Tenaga kesehatan lainya yang tergolong sebagai Mitra Bestari (peer group)

berasal dari organisasi profesi tenaga kesehatan lainya.

Fungsi, kewenangan& Tugas Komite tenaga kesehatan lainya.

❖ Komite tenaga kesehatan lainya mempunyai fungsi meningkatkan

profesionalisme tenaga kesehatan lainya yang bekerja dirumah sakit dengan

cara:

a.Melakukan kredensial bagi seluruh tenaga Tenaga kesehatan lainya

yang akan memberikan asuhan Tenaga kesehatan lainya di Rumah Sakit.

b. Memelihara mutu profesi tenaga kesehatan lainya.

c.Menjaga disiplin,etika dan perilaku profesi Tenaga kesehatan lainya

❖ Dalam melaksanakan tugas dan fungsinya Komite tenaga kesehatan

lainya berwenang :

a. Memberikan rekomendasikan rincian kewenangan Klinis.

b. Memberikan rekomendasikan perubahan rincian Kewengan Klinis.

c. Memberikan rekomendasikan penolakan Kewenangan klinis tertentu.


d. Memberikan rekomendasikan surat Penugasan Klinis.

e. Memberikan rekomendasi tindak lanjut audit Tenaga kesehatan lainya

f. Memberikan rekomendasikan pendidikan Tenaga kesehatan lainya

berkelanjutan.

g. Memberikan rekomendasikan pendampingan dan memberikan

rekomendasi pemberian tindakan disiplin.

 Dalam melaksanakan fungsi kredensial, Sub Komite kredensial

memiliki tugas sebagai berikut :

a. Menyusun daftar rincian kewenangan Klinis dan Buku Putih (white

paper)

b. Melakukan verifikasi persyaratan Kredensial

c. Merekomendasikan Kewenangan Klinis tenaga Tenaga kesehatan lainya

d. Merekomendasikan pemulihan kewenangan klinik

e. Melakukan Kredensial ulang secara berkala sesuai waktu yang

ditetapkan
f. Melaporkan seluruh proses kredensial kepada ketua Komite tenaga

kesehatan lainya untuk diteruskan ke Direktur.

 Dalam melaksanakan fungsi memelihara mutu profesi Komite Tenaga

kesehatan lainya memiliki tugas sebagai berikut:

a. Memberikan rekomendasi rincian Kewenangan Klinis.

b. Memberikan rekomendasi perubahan rincian kewenangan klinis.

c. Memberikan rekomendasikan penolakan Kewenangan Klinis tertentu.

d. Memberikan rekomendasikan surat penugasan Klinis (Clinical

Appoitment).

e. Memberikan rekomendasi pendidikan Tenaga kesehatan lainya

f. Memberikan rekomendasi pendidikan Tenaga kesehatan lainya

berkelanjutan (PKB).

g. Memberikan Rekomendasi pendampingan.

 Dalam melaksanakan fungsi menjaga disiplin,dan etika profesi tenaga

Tenaga kesehatan lainya memiliki tugas sebagai berikut:


a. Melakukan sosialisasi kode etik dan disiplin tenaga Tenaga kesehatan

lainya.

b. Melakukan pembimbingan etik dan disiplin profesi tenaga Tenaga

kesehatan lainya.

c. Merekomendasikan penyelesaian masalah pelanggaran disiplin dan

masalah etik dalam kehidupan profesi dan pelayanan kesehatan

d. Merekomendasikan pencabutan kewenangan klinis.

e. Memberikan pertimbangan dalam mengambil keputusan etis dalam

pelayanan kesehatan

INSTALASI RAWAT JALAN

3. INSTALASI FARMASI
Tata Hubungan Kerja

INSTALASI RAWAT INAP

INSTALASI RADIOLOGI

INSTALASI GIZI

INSTALASI LABORATORIUM

KOMITESUB
TENAGA KESEHATAN
BAGIAN LAINNYA
RM &PEMASARAN

SUB BAGIAN PMS &KESLING

BAGIAN KEUANGAN

SUB.BAGIAN DIKLAT

SUB BAG SUMBER DAYA INSANI


BAB VII

SUB KOMITE KREDENSIAL


Proses Kredensial menjamin tenaga profesi kesehatan lainya kompeten dalam memberikan

pelayanan kesehatan (analis kesehatan, farmasi, ahli gizi, radiografer, fisioterapi dan ahli

teknis elektro medis) kepada pasien sesuai dengan standar profesi. Proses Kredensial

mencakup tahapan review, identifikasi dan evaluasi terhadap dokumen-dokumen yang

berhubungan dengan kinerja tenaga kesehatan lainya.

Berdasarkan hasil proses Kredensial, Komite tenaga kesehatan lainya merekomendasikan

kepada Direktur Rumah Sakit untuk menetapkan penugasan klinis yang akan diberikan kepada

tenaga tenaga kesehatan lainya berupa surat penugasan klinis. Penugasan klinis tersebut

berupa daftar kewenangan klinis yang diberikan oleh Direktur Rumah Sakit kepada tenaga

kesehatan lainya untuk melakukan asuhan tenaga kesehatan lainya dalam lingkungan Rumah

Sakit untuk suatu periode tertentu.

1. Tujuan

a. Memberikan kejelasan kewenangan Klinis bagi setiap tenaga kesehatan lainya.

b. Melindungi keselamatan pasien dengan dengan menjamin bahwa tenaga

Kesehatan lainya yang memberikan pelayanan kesehatan dan kewenangan klinis yang

jelas.

c. Pengakajian dan penghargaan terhadap tenaga tenaga kesehatan lainya yang

berada di semua level pelayanan.

2. Tugas

a. Menyusun daftar rincian Kewenangan Klinis dan Buku Putih(white paper).


Menyusun buku putih (white paper) yang merupakan dokumenpersyaratan terkait

kompetensi yang dibutuhkan melakukan setiap jenis pelayanan tenaga kesehatan

lainya dan kebijaksanaan sesuai dengan standar kompetensinya. Buku Putih disusun

oleh Komite tenaga kesehatan lainya dengan melibatkan mitra bestari(peer group) dari

berbagai unsur organisasi profesi tenaga kesehatan lainya , unsur pendidikan tinggi

tenaga kesehatan lainya. Menerima hasil verfikasi persyaratan kredensial dari bagian

SDM meliputi:

1) Ijazah

2) STR(Surat Tanda Registrasi).

3) Sertifikat Kompetensi.

4) Logbook yang berisi uraian capaian kinerja.

5) Surat pernyataan telah menyelesaikan program orientasi rumah sakit atau

orientasi di unit tertentu bagi tenaga tenaga kesehatan lainya.

6) Surat hasil pemeriksaan kesehatan sesuai ketentuan.

b. Merekomendasikan tahapan proses Kredensial :

1) Tenaga profesi kesehatan lainya mengajukan permohonan untuk memperoleh

kewenangan Klinis kepada Ketua Komite staf profesi kesehatan lainya

2) Komite tenaga kesehatan lainya menugaskan kepada Subkomite Kredensial


untuk melakukan proses Kredensial (dapat dilakukan secara individu atau

kelompok).

3) Subkomite membentuk panitia adhoc untuk melakukan review, verifikasi dan

evaluasi dengan berbagai metode (porto folio, asesmen kompetensi).

4) Subkomite memberikan laporan hasil kredensial sebagai bahan rapat

menentukan Kewenangan Klinis bagi setiap tenaga tenaga kesehatan lainya.

d. Subkomite membuat laporan seluruh proses kredensial kepada Komite tenaga


kesehatan lainya untuk diteruskan ke Direktur Rumah Sakit.

e. Merekomendasikan pemulihan kewenangan klinis bagi setiap tenaga tenaga

kesehatan lainya.

f. Melakukan Kredensial ulang secara berkala sesuai waktu yang ditetapkan.

3. Kewenangan

Subkomite kredensial mempunyai kewenangan memberikan rekomendasi rincian

Kewenangan Klinis untuk memperoleh surat Penugasan Klinis (Clinical Appointment).

4. Mekanisme Kerja

Untuk melaksanakan tugas subkomite kredensial, maka ditetapkan mekanisme sebagai

berikut :
a. Mempersiapkan Kewenangan Klinis mencakup kempetensi sesuai area praktik

yang ditetapkan oleh Rumah Sakit.

b. Menyusun kewenangan klinis dengan criteria sesuai dengan persyaratan

kredensial dimaksud.

c. Melakukan assesmen kewenangan klinik dengan berbagai metode yang

disepakati.

d. Memberikan laporan hasil Kredensial sebagai bahan rekomendasi memperoleh


penugasan klinik dari direktur rumah sakit.

e. Memberikan rekomendasi kewenangan klinis untuk memperoleh penugasan

klinik dari direktur rumah sakit dengan cara :

1) Tenaga kesehatan lainya mengajukan permohonan untuk memperoleh

kewenangan klinis kepada ketua komite tenaga kesehatan lainya.

2) Ketua Komite tenaga kesehatan lainya menugaskan subkomite

kredensial untuk melakukan proses kredensial (dapat dilakukan secara

individu atau kelompok).

3) Subkomite membentuk panitia adhoc untuk melakukan review,

verifikasi dan evaluasi dengan berbagai metode (porto folio, asesmen

kompetensi).

f. Subkomite memberikan laporan hasil kredensial sebagai bahan rapat

menentukan Kewenangan Klinis bagi setiap tenaga profesi kesehatan lainya


g. Melakukan pembinaan dan pemulihan kewenangan klinik secara berkala.
Melakukan Kredensial ulang secara berkala sesuai waktu yang ditetapkan.BAB VIII

SUBKOMITE MUTU PROFESI

Dalam rangka menjamin kualitas pelayanan atau asuhan tenaga profesi kesehatan lainya,

maka tenaga profesi kesehatan lainya tan sebagai pemberi pelayanan harus memiliki

kompetensi, etis dan peka budaya.Mutu profesi tenaga tenaga profesi kesehatan lainya harus

selalu ditingkatkan melalui program pengembangan professional berkelanjutan yang disusun

secara sistematis, terarah dan terpolah atau terstruktur.

Mutu profesi tenaga kesehatan lainya harus selalu ditingkatkan secara terus menerus sesuai

perkembangan masalah kesehatan, IPTEK, perubahan standar profesi, standar pelayanan serta

hasil-hasil penelitian terbaru.

Berbagai cara dapat dilakukan dalam rangka meningkatkan mutu profesi tenaga kesehatan

lainnya antara lain audit, diskusi, refleksi, diskusi kasus, studi kasus, seminar, simposium serta

pelatihan, baik dilakukan di dalam maupun di luar rumah sakit.

Mutu profesi yang tinggi akan meningkatkan percaya diri, kemampuan mengambil keputusan

klinik dengan tepat, mengurangi angka kesalahan dalam pelayanan tenaga profesi kesehatan

lainya. Akhirnya meningkatkan tingkat kepercayaan pasien terhadap tenaga profesi kesehatan

lainya dalam pemberian pelayanan kesehatan.

1. Tujuan

Memastikan mutu profesi tenaga profesi kesehatan lainya sehingga dapat memberikan

pelayanan kesehatan yang berorientasi kepada keselamatan pasien sesuai

kewenangannya.
2. Tugas

Tugas subkomite mutu profesi adalah :


a. Menyusun data dasar profil tenaga profesi kesehatan lainya sesuai area

praktik.Merekomendasikan perencanaan pengembangan professional

berkelanjutan tenaga kesehatan lainya.

b. Melakukan audit pelayanan kesehatan tenaga profesi kesehatan lainya

c. Memfasilitasi proses pendampingan sesuai kebutuhan.

3. Kewenangan

Subkomite mutu profesi mempunyai kewenangan memberikan rekomendasi tindak

lanjut audit tenaga profesi kesehatan lainya, pendidikan tenaga profesi kesehatan lainya

berkelanjutan serta pendampingan.

4. Mekanisme kerja

Untuk melaksanakan tugas subkomite mutu profesi, maka ditetapkan mekanisme

sebagai berikut :

a. Koordinasi dengan bidang tenaga profesi kesehatan lainya untuk memperoleh

data dasar tentang profil tenaga profesi kesehatan lainya di Rumah Sakit sesuai

area praktiknya berdasarkan jenjang karir.

b. Mengidentifikasi kesenjangan kompetensi yang berasal dari data subkomite

Kredensial sesuai perkembangan IPTEK dan perubahan standar profesi. Hal

tersebut menjadi dasar perencanaan.


c. Merekomendasikan perencanaan kepada unit yang berwenang.

d. Koordinasi dengan praktisi tenaga profesi kesehatan lainya dalam melakukan

pendampingan sesuai kebutuhan.

e. Melakukan audit tenaga profesi kesehatan lainya dengan cara :

1) Pemilihan topik yang akan dilakukan audit.

2) Penetapan standar dan kriteria.

3) Penetapan jumlah kasus atau sempel yang akan diaudit.

4) Membandingkan standar atau kriteria dengan pelaksanaan pelayanan.

5) Melakukan analisis kasus yang tidak sesuai standar dan kriteria.

6) Menerapkan perbaikan.

7) Rencana audit.
Menyusun laporan kegiatan Subkomite untuk disampaikan kepada Ketua Komite staf
profesi kesehatan lainyaBAB IX

SUBKOMITE ETIKA DAN DISIPLIN PROFESI

Setiap tenaga profesi kesehatan lainya harus memiliki disiplin profesi yang tinggi dalam

memberikan pelayanan kesehatan profesi lainya dan menerapkan etika profesi dalam

praktiknya.Profesionalisme tenaga profesi kesehatan lainya dapat ditingkatkan dengan

melakukan pembinaan dan penegakan disiplin profesi serta penguatan nilai - nilai etik dalam

kehidupan profesi.

Nilai etik sangat diperlukan bagi tenaga profesi kesehatan lainya sebagai landasan dalam

memberikan pelayanan yang manusiawi berpusat pada pasien.Prinsip “caring” merupakan

inti pelayanan yang diberikan oleh tenaga profesi kesehatan lainya. Pelanggaran terhadap

standar pelayanan, disiplin tenaga profesi kesehatan lainya hampir selalu dimulai dari

pelanggaran nilai moral etik yang akhirnya akan merugikan pasien dan masyarakat. Beberapa

factor yang mempengaruhi pelanggaran atau timbulnya masalah etik antara lain tingginya
beban kerja tenaga profesi kesehatan lainya, ketidak jelasan kewenangan klinik, menghadapi

pasien gawat - kritis dengan kompetensi yang rendah serta pelayanan yang sudah mulai

berorientasi pada bisnis.

Kemampuan praktik yang etis hanya merupakan kemampuan yang dipelajari pada saat dimasa

studi atau pendidikan, belum merupakan hal yang penting dipelajari dan diimplementasikan

dalam praktik.
1. Berdasarkan hal tersebut, penegakan disiplin profesi dan pembinaan etika profesi perlu

dilakukan secara terencana, terarah dan dengan semangat yang tinggi sehingga pelayanan

kesehatan yang diberikan benar-benar menjamin pasien akan aman dan mendapatkan

kepuasan.Tujuan

Subkomite etik dan disiplin profesi bertujuan :

a. Agar tenaga kesehatan lainya menerapkan prinsip - prinsip etik dalam

memberikan pelayanan kesehatan.

b. Melindungi pasien dari peleyanan yang diberikan oleh tenaga kesehatan lainya

yang tidak professional.

c. Memelihara dan meningkatkan profesionalisme tenaga kesehatan lainya.

2. Tugas

a. Melakukan sosialisasi kode etik tenaga kesehatan lainya.

b. Melakukan pembinaan etik dan disiplin tenaga kesehatan lainya.

c. Melakukan penegakan disiplin tenaga kesehatan lainya

d. Merekomendasikan penyelesaian masalah-masalah pelanggaran disiplin dan

masalah-masalah etik dalam kehidupan tenaga profesi kesehatan lainya


e. Merekomendasikan pencabutan Kewenangan Klinis dan/atau clinical

appointment (Surat Penugasan Klinis).

f. Memberikan pertimbangan dalam mengambil keputusan etis dalam pelayanan

kesehatan

3. Kewenangan

Subkomite etik dan disiplin profesi mempunyai kewenangan memberikan usul

rekomendasi pencabutan Kewenangan Klinis (Clinical Privilage) tertentu, memberikan

rekomendasi perubahan atau modifikasi rincian Kewenangan Klinis (Delineation of

Clinical Privilage) serta memberikan rekomendasi pemberian tindakan disiplin.

4. Mekanisme kerja

a. Melakukan prosedur penegakan disiplin profesi dengan tahapan :

1) Mengidentifikasi sumber laporan kejadian pelanggaran etik & disiplin

di dalam rumah sakit.

2) Melakukan telaah atas laporan kejadian pelanggaran etik dan disiplin

profesi.

b. Membuat keputusan. Pengambilan keputusan pelanggaran etik profesi

dilakukan dengan melibatkan panitia Adhoc.


c. Melakukan tindak lanjut keputusan berupa :

1) Pelanggaran etik direkomendasikan kepada Organisasi tenaga profesi

kesehatan lainya di Rumah Sakit melalui Ketua Komite.

2) Pelanggaran disiplin profesi diteruskan kepada direktur medic tenaga

profesi kesehatan lainya melalui Ketua Komite tenaga profesi kesehatan

lainya

3) Rekomendasi pencabutan Kewenangan Klinis diusulkan ke Ketua

Komite tenaga profesi kesehatan lainya untuk diteruskan ke Direktur

Rumah Sakit.

d. Melakukan pembinaan etik dan disiplin tenaga profesi kesehatan

lainya, meliputi :

1) Pembinaan ini dilakukan secara terns menerus melekat dalam

pelaksanaan praktik tenaga profesi kesehatan lainya sehari-hari.

2) Menyusun program pembinaan, mencakup jadwal,materi/topik dan

metode serta evaluasi.

3) Metode pembinaan dapat berupa diskusi, ceramah, lokakarya,

“coaching”, simpsium, “bedside teaching”, diskusi refleksi kasus dan lain

-lain disesuaikan dengan lingkup pembinaan dan sumber yang tersedia.


e. Menyusun laporan kegiatan subkomite untuk disampaikan kepada
Ketua

Komite

tenaga

kesehata

lainyaBA

BX

RAPAT

1) Rapat Komite staf profesi kesehatan lainya terdiri dari:

a. Rapat rutin dilaksanakan minimal sekali sebulan.

b. Rapat dengan kelompok tenaga kesehatan lainya dan dilaksanakan minimal

sekali sebulan.

c. Rapat dengan Direktur Rumah Sakit dilaksanakan minimal tiga bulan sekali.

d. Rapat darurat diselenggarakan untuk membahas masalah mendesak yang

timbul sesuai kebutuhan.

2) Qourum rapat adalah setengah ditambah satu dari jumlah anggota Komite staf

profesi kesehatan lainya Setiap rapat wajib dibuatkan notulen peserta rapat yang

ditunjuk menjadi sekretaris.


Notulen rapat ditandatangi oleh pimpinan rapat dan sekretaris rapat.

BAB XI

PENUTUP

Dengan diterbitkannya pedoman kerja komite tenaga kesehatan lainnya, diharapkan semua

kegiatan dapat mengacu pada pedoman ini, sehingga pada akhirnya tujuan rumah sakit

mewujudkan pelayanan yang bermutu mengutamakan peningkatan mutu dan keselamatan

pasien.

You might also like