You are on page 1of 10

Endositosis merupakan mekanisme pemindahan benda dari luar ke dalam sel.

Endositosis merupakan proses pemasukan suatu bahan dari luar sel ke dalam sel
dengan cara melingkupi bahan tersebut dengan ,membran plasma. Istilah
endositosis berasal dari bahasa Yunani, endo artinya ke dalam dan cytos artinya
sel. Membran sel membentuk pelipatan ke dalam (invaginasi) dan “memakan”
benda yang akan dipindahkan ke dalam sel. Terdapat tiga jenis endositosis yaitu
fagositosis, pinositosis, dan endositosis yang diperantarai oleh reseptor atau biasa
disebut receptor-mediated endocytosis (Alberts, 2015)
Menurut Thrope (2015) Istilah fagositosis digunakan bila makromolekul atau
subtansi yang dimasukkan ke dalam sel berupa partikel. Oleh sebab itu fagositosis
biasa disebut cellular eating. Bila makromlekul atau subtansi yang diasukkan ke
dalam sel berupa cairan, maka istilah yang biasa digunakan adalah pinositosis atau
cellular drinking Sel-sel menelan partikel melalui penjuluran pseudopodia atau
kaki semu di sekitar partikel dan selanjutnya dibungkus oleh membran plasma.
Bagian membran plasma yang membungkus partikel pada akhirnya dilepaskan
dalam bentuk vesikula dan dinamakan vesikua endosom atau vesikula fagosom.
Vesikula fagosom atau endosom pada akhirnya berfusi dengan lisosom primer
yang berasal dari badan golgi dan selanjutnya berlangsung pencernaan
intraseluler.

1. Pinositosis (pinein = minum)


Pinositosis merupakan peristiwa masuknya cairan beserta zat yang terlarut
denganmembentuk lekukan-lekukan membran sel. Pada proses ini cairan akan
dimasukkan dalam sel termasuk zat-zat yang larut didalamnya. Pinositosis yang
dilakukan oleh ameba pada larutan yang mengandung protein telah diamati oelh
Mast dan Doyle pada tahun 1934 dan pengamatan pada sel lain dilakukan oleh
Lewis pada sel yang dikultur. Pada pengamatan pinositosis yang terjadi dalam
tubuh amoeba ternyata bahwa proses ini dapat terjadi bila dalam larutan terdapat
bahan-bahan yang dibutuhkan terutama protein, asam-asam amino, dan ion-ion.
Dalam percobaan diamati bahwa bila ameba ditaruh dalam air tidak akan terjadi
pinositosis demikian pula apabila ke dalam air dimasukkan karbohidrat. Ternyata
pinositosis akan segera mulaiberjalan bila ke dalam air dimasukkan asam amino,
protein, atau ion tertentu Mula-mula, membran plasma akan membentuk lekukan
pada suatu kawasan di lapisan membran. Lekukan ini menjadi semakin
mendalam, dan akhirnya lekukan tersebut akan membentuk vesikel yang
melingkupi cairan. Melalui vesikel inilah cairan ekstraseluler dibawa masuk ke
dalam sel

Gambar pinositosis (Sumber Thrope 2015)

2. Fagositos
Fagositosis merupakan peristiwa yang sama seperti pada pinositosis tetapi terjadi
pada benda padat yang ukurannya lebih besar

Gambar Fagositos (Sumber Thrope 2015)

Proses ini banyak dijumpai pada sel protozoa sebagai salah satu usaha
untuk mendapatkan makanan sedangkan pada sel-sel metazoa lebih ditujukan
untuk pertahan diri terhadap benda asing seperti misalnya fagositosis terhadap
bakteri, debu, dan benda-benda lain yang dianggap berbahaya bagi sel. Sebagai
contoh peristiwa fagositosis adalah proses memakan bakteri atau benda
mikroskopis lainnya oleh Amoeba, kemudian proses memakan kuman oleh sel-sel
darah putih.
Kemampuan untuk melakukan fagositosis pada tubuh manusia sangat
berkembang dalam sel lekosit bergranula dan sel-sel yang termasuk dalam sel
makrofag atau sistem retikulo-endotel (macrophagic or reticulo endothelial
system). Sel-sel yang termasuk dalam golongan ini diantaranya ialah histiosit
yang terdapat dalam jaringan ikat, sel-sel retikuler dalam sistem hemopeotik, sel-
sel endotel dalam kapiler/sinusoid dalam jaringan hati, kelenjar adrenal, hipofise,
dan lain-lain.

Gambar Fagositosis pada Amoeba (Thrope 2015)

Pada fagositosis, Amoeba menelan suatu partikel dengan pseudopod yang


membalut di sekeliling partikel tersebut dan membungkusnya di dalam kantong
yang berlapis membran yang cukup besar untuk bisa digolongkan sebagai
vakuola. Partikel ini dicerna setelah vakuola bergabung dengan lisosom yang
mengandung enzim hidrolitik.
Contoh proses induksi fagositosi pada bakteri

Gambar proses induksi fagositosi pada bakteri (Alberts, 2015)

Masuknya toksin bakteri ke sel inang. Racun bakteri terdiri terdiri dari
dua subunit yakni protein A dan B. Unit B berinteraksi dengan reseptor racun sel
inang,memungkinkan endositosis dan intraseluler B dan juga terkait dan aktif
secara enzimatikSubunit (s). Dalam kasus Bacillus anthracis, subunit B berubah
konformasi dalam lingkungan pH rendah dari endosome untuk membentuk pori
yang dua subunit A berbeda, mematikan faktor dan faktor edema, diangkut
melintasi membran endosome dalam konformasi yang tidak dilipat, dan setelah
proses tersebut akan menuju ke endoplasma reticulum (ER), di mana subunit A
berada kemudian ditranslokasi ke dalam sitosol konformasi yang tidak dilipat
melalui saluran protein translokasi Hal ini juga nampak Mekanisme Zipper dan
Trigger untuk fagositosis yang diinduksi patogen keduanya memerlukan
polimerisasi aktin di tempat masuknya bakteri
3. Endositosis yang diperantarai reseptor (receptor-mediated
endocytosis)
Endositosis yang diperantarai reseptor merupakan proses endositosis yang
menggunakan reseptor khusus untuk partikel tertentu

Gambar Endositosis yang diperantarai reseptor (receptor-mediated


endocytosis)
.
Endositosis yang diperantarai reseptor (receptor-mediated endocytosis)
merupakan proses endositosis yang menggunakan reseptor khusus untuk partikel
tertentu dan tentunya sangat bersifaty spesifik. Yang tertanam dalam membran
adalah protein dengan tempat reseptor spesifik yang akan dipaparkan ke fluida
ekstraseluler. Ekstraseluler yang terikat pada reseptor disebut ligan.
Pada umumnya Protein reseptor biasanya mengelompok dalam daerah
membran yang disebut membran terlapisi, yang sisi sitoplasmiknya dilapisi oleh
lapisan protein samar. Protein pelapis tersebut akan membantu memperdalam
lubang dan membentuk vesikula. Endositosis yang diperantarai reseptor
memungkinkan sel dapat memperoleh substansi spesifik dalam jumlah yang
melimpah, sekalipun substansi itu memiliki konsentrasi ayng tidak tidak tinggi
dalam fluida ekstraseluler. Misalnya, sel pada tubuh manusia menggunakan proses
ini untuk menyerap kolesterol dan digunakan dalam sintesis membran dan sebagai
prekursor untuk sintesis steroid lainnya. Vesikula tidak saja mentranspor substansi
antara sel dan sekelilingnya, vesikula ini juga memberikan suatu mekanisme
untuk membentuk kembali membran plasma. Selain itu terdapat mekanisme
endositosis yang melibatkan reseptor yang ada pada membran sel. Mekanisme
endositosis begini sangat bermanfaat untuk pengambilan kolesterol dan darah oleh
sel. Untuk memberikan sifat kelenturan membran sel dalam dwi-lapis lipid
dibutuhkan molekul-molekul kolesterol. Apabila pengambilan kolesterol dan
darah meningkat kadarnya dan dapat berperan dalam pembentukan plak pada
permukaan dinding pembuluh darah sebagai awal terjadinya arteriosklerosis.
Sebagian besar dari kolesterol diangkat dalam darah sebagai ikatan dengan
protein yang disebut LDL (low density lipoprotein). Partikel-partikel berbentuk
bola-bola kecil ini (20 nm) permukaannya dilapisi oleh dwi-lapis lipid dengan
protein. Di dalam bola LDL ini terdapat kolesterol dan rantai asam lemak Apabila
sel hewan membutuhkan kolesterol untuk pembentukan membrannya, maka sel
tersebut mensintesis protein untuk reseptor pada permukaan sel. Reseptor inilah
yang akan mengikat protein pada permukaan LDL yang kemudian dilanjutkan
dengan endositosis, nndosom yang berisi LDL tersebut akan bersatu dengan
lisosom sehingga ester kolesterol dihidrolisis menjadi kolesterol bebas. Kolesterol
bebas terdapat dalam sitoplasma sehingga dapat dimanfaatkan untuk pembuatan
membran sel.
Gambar Struktur Protein LDL

Protein reseptor LDL mengikat lubang yang dilapisi dalam membran


plasma sel normal. Reseptor LDL manusia adalah glikoprotein transmembran
tunggal yang terdiri dari sekitar 840 asam amino, hanya 50 di antaranya berada di
sisi sitoplasma membran, dengan domain sitoplasma yang memungkinkan mereka
untuk mengikat adaptin di lubang berlapis clathrin. Sel-sel semacam itu mengikat
LDL tetapi tidak bisa menelannya. Dalam kebanyakan populasi manusia, 1 dari
500 individu mewarisi satu gen reseptor LDL yang rusak dan, sebagai hasilnya,
memiliki peningkatan risiko serangan jantung yang disebabkan oleh aterosklerosis
Gambar Reseptor Pada Endositosis yang Termidiasi

Apabila dalam sitoplasma terdapat terlalu banyak kolesterol makan terjadi


umpan balik dalam bentuk hambatan sintesis membran dan reseptor LDL pada
membran. Pada orang-orang tertentu terjadi gangguan pembentukan reseptor
karena menderita gangguan genetik. Akibatnya sel-sel penderita gangguan ini
tidak mampu mengambil LDL dari darah yang selanjutnya dapat berkambang
menjadi arterisklerosis umur muda.
Lebih dari 25 reseptor yang berbeda diketahui berpartisipasi dalam
endositosis yang dimediasi oleh reseptor dari berbagai jenis molekul, dan mereka
semua tampaknya menggunakan jalur pit-dilapisi-kati yang sama. Banyak reseptor
ini, seperti reseptor LDL, masuk ke lubang berlapis terlepas apakah mereka telah
mengikat ligan spesifik mereka. Lainnya masuk secara istimewa ketika terikat
pada ligan spesifik, menunjukkan bahwa perubahan konformasi ligan-induksi
diperlukan bagi mereka untuk mengaktifkan urutan sinyal yang memandu mereka
ke dalam lubang. Karena sebagian besar protein membran plasma gagal
terkonsentrasi di lubang berlapis clathrin, lubang harus berfungsi sebagai filter
molekuler, terutama mengumpulkan protein membran plasma tertentu (reseptor)
di atas yang lain.
Setelah hormon protein atau faktor pertumbuhan berikatan dengan reseptornya
di permukaan sel target, itu biasanya dicerna oleh endositosis yang dimediasi
reseptor dan dikirim ke endosom Kebanyakan reseptor mengeluarkan ligan
mereka di lingkungan asam endosomes dan daur ulang kembali ke membran
plasma untuk digunakan kembali, sementara ligan dikirim ke lisosom dan
terdegradasi. Proses ini, merupakan jalur utama untuk pemecahan berbagai
macam protein. Meskipun banyak molekul reseptor diambil dari endosome dan
didaur ulang, sebagian dari mereka gagal melepaskan ligannya dan berakhir di
lisosom, di mana mereka berada terdegradasi bersama dengan ligan. Dengan
demikian, dengan paparan berkelanjutan terhadap konsentrasi ligan yang tinggi,
jumlah reseptor permukaan sel secara bertahap menurun, dengan penurunan
seiring sensitivitas sel target ke ligan. Dengan mekanisme semacam ini, yang
dikenal sebagai downregulation reseptor, sel dapat secara perlahan (lebih dari
jam) menyesuaikan kepekaannya dengan konsentrasi stimulasi ligan dan
disamping itu kebanyakan reseptor mengeluarkan ligan mereka di lingkungan
asam endosomes dan daur ulang kembali ke membran plasma untuk digunakan
kembali, sementara ligan dikirim ke lisosom dan terdegradasi.

You might also like