You are on page 1of 37

Pengertian Ejaan

Ejaan merupakan keseluruhan aturan yang


mengatur penulisan huruf menjadi satuan bahasa
lebih besar secara benar
Saat ini bahasa Indonesia menggunakan sistem
Ejaan Bahasa Indonesia sebagai sistem tatabahasa
yang resmi EBI meliputi penulisan huruf, pemakaian
huruf kapital, huruf miring, penulisan kata, penulisan
unsur serapan, pemakaian tanda baca,dll. EBI mulai
belaku sejak dikeluarkannya peraturan Menteri
Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia no.
tentang Pedoman umum ejaan bahasa Indonesia
Peraturan ini membatalkan peraturan menteri
Pendidikan Nasional No.46 Tahun 2009 tentang
Ejaan Bahasa Indonesia yang disempurnakan.
Berikut adalah ejaan yang pernah digunakan di
Indonesia :
(1) Ejaan Van Ophuysen
Ejaan ini dikenal dengan ejaan Balai
Pustaka dipergunakan sejak tahun 1901 hingga
Maret 1947. Disebut ejaan Van Ophuysen
karena merupakan hasil karya dari Ch. A van
Ophuysen yang dibantu oleh Engku Nawawi.
Ejaan ini dimuat dalam Kitab Logat Melayu
 Contoh
a. Huruf yang ditulis dengan j
EBI Ejaan van Ophusyen
Sayang Sajang
Yakin Jakin

b. Huruf yang ditulis dengan oe


EBI Ejaan van Ophusyen
Umum Oemoem
Sempurna Sempoerna
(2) Ejaan Republik
Merupakan hasil penyederhanaan dari
Ejaan van Ophuysen. Mulai belaku pada 19
Maret 1947. Pada waktu itu yang menjabat
Menteri Pendidikan, Pengajaran, dan
Kebudayaan Republik Indonesia adalah Mr.
Suwandi. Ejaan ini dikenal dengan ejaan
Suwandi. Ejaan Republik ini merupakan suatu
usaha perwujudan Kongres Bahasa Indonesia
yang pertama di Surakarta, Jawa Tengah 1938
dan menghasilkan penyusunan kamus Istilah.
 Contoh
Ejaan van Ophusyen Ejaan Republik
Oemoer Umur
Koeboer Kubur
Ma’loem Maklum
(3) Ejaan Pembaharuan
Ejaan ini merupakan ejaan yang
direncanakan untuk memperbarui ejaan
sebelumnya, dilakukan oleh panitia pembaruan
EBI. Konsep ejaan pembaharuan yang telah
disusun dan dikenal dengan sebuah nama yang
diambil dari 2 nama tokoh, yaitu Prof. Prijono
dan E. Katoppo. Pada 1957 panitia dilanjutkan
itu berhasil merumuskan ejaan baru, tetapi hasil
kerja panitia itu tidak pernah diumumkan
secara resmi. Maka dari itu tidak pernah
diberlakukan.
 Contoh
EBI Ejaan Pembaharuan
Santai Santay
Gulai Gulay
Harimau Harimaw
(4) Ejaan Melindo
Ejaan Melindo merupakan suatu hasil
perumusan ejaan melayu dan Indonesia pada
1959. perumusan ini dimulai dengan kongres
Bahasa Indonesia yang kedua pada tahun
1945 di Medan, Sumut. Bentuk rumusan
ejaan ini adalah bentuk penyempurnaan dari
ejaan sebelumnya.
(5) Ejaan Baru
Ejaan ini pada dasarnya merupakan lanjutan
yang dirintis oleh panitia Ejaan Melindo. Para
pelaksananya terdiri dari panitia ejaan baru
dan juga dari panitia Ejaan Malaysia. Panitia
itu berhasil merumuskan suatu konsep ejaan
yang diberi nama Ejaan Baru. Panitia itu
bekerja atas keputusan menteri no.062/67,
Tanggal 19 September 1967.
Gabungan konsonan dj diubah menjadi j
EBI Ejaan Baru
Remaja Remadja
Jalan Djalan

Gabungan konsonan tj diubah menjadi j


EBI Ejaan Baru
Cakap Tjakap
Baca Batja
EJAAN YANG BERLAKU SEKARANG
Pada waktu pidato kenegaraan untuk memperingati Hari Ulang Tahun
Kemerdekaan Republik Indonesia yang ke XXVII, tanggal 17 Agustus 1972
diresmikanlah pemakaian ejaan baru untuk bahasa Indonesia oleh Presiden
Republik Indonesia. Dengan Keputusan Presiden No. 57 tahun 1972, ejaan
tersebut dikenal dengan nama Ejaan Bahasa Indonesia Yang Disempurnakan
(EYD).

Beberapa kebijakan baru yang ditetapkan di dalam EYD, antara lain:


a. Perubahan Huruf
Ejaan Lama EBI
Djika Jika
Tjakap Cakap
Njata Nyata
b. Huruf f, v, dan z yang merupakan unsur serapan dari baahsa asing diresmikan
pemakaiannya.
Contoh: Khilaf, Valuta, Zakat
c. Pengetahuan tetap digunakan, misalnya pada kata Furqan dan xenon.
d. Penulisan di- sebagai awalan dibedakan dengan di- yang merupakan kata
depan.
Awalan Kata Depan
Dicuci Di kantor
Dibelikan Di sekolah
e. Kata ulang ditulis penuh dengan mengulang unsur-unsurnya.
Contoh: Anak-anak, bukan Anak2
Pedoman Umum Ejaan Bahasa Indonesia
Pemakaian Huruf

 Abjad
Abjad yang dipakai dalam EBI terdiri dari 26 huruf.

 Huruf Vokal
Huruf yang melambangkan vokal dalam bahasa Indonesia terdiri atas
huruf a, e, I, o, dan u.

 Huruf Konsonan
Huruf yang melambangkan konsonan dalam bahasa Indonesia terdiri
atas huruf-huruf b, c, d, f, g, h, j, k, l, m, n, p, q, r, s, t, v, w, x, y, dan z.

 Huruf Diftong
di dalam bahasa Indonesia terdapat diftong yang dilambangkan dengan
ai, au oi, dan ei.
 Gabungan Huruf Konsonan (cluster)
Gabungan huruf konsonan kh, ng, ny, dan sy masing-masing
melambangkan satu bunyi konsonan.

 Huruf Kapital
-Huruf Kapital dipakai sebagai huruf pertama awal kalimat.
-Huruf Kapital dipakai sebagai huruf pertama unsure nama
orang termasuk julukan.
-Huruf Kapital dipakai pada awal kalimat dalam petikan
langsung.
-Huruf Kapital dipakai sebagai huruf pertama setiap kata nama
agama, kitab suci, dan Tuhan termasuk sebutan dan kata gant
untuk Tuhan.
- Huruf Kapital dipakai sebagai huruf pertama unsur nama gelar
kehormatan, keturunan, keagamaan, atau akademik yang diikuti
nama orang, termasuk gelar akademik yang mengikuti nama
orang.
- Huruf Kapital dipakai sebagai huruf pertama unsur nama gelar kehormatan,
keturunan, keagamaan, profesi, serta nama jabatan dan kepangkatan yang
dipakai sebagai sapaan.

-Huruf Kapital dipakai sebagai huruf pertama unsur nama jabatan dan pangkat
yang diikuti nama orang atau yang dipakai sebagai pengganti nama oang
tertentu, nama instansi, atau nama tempat.

-Huruf Kapital dipakai sebagai huruf pertama nama bangsa, suku bangsa, dan
bahasa.

- Huruf Kapital dipakai sebagai huruf pertama nama tahun, bulan, hari, dan hari
besar atau hari raya

- Huruf Kapital dipakai sebagai huruf pertama unsur nama peristiwa sejarah.

-Huruf Kapital dipakai sebagai huruf pertama nama geografi.

-Huruf Kapital dipakai sebagai huruf pertama semua kata (termasuk semua
bentuk unsur ulang sempurna) dalam nama negara, lembaga, badan, organisasi,
atau dokumen, kecuali kata tugas, seperti di, ke, dari, dan, yang, dan untuk.
 Huruf Miring
Huruf miring dalam cetakan dipakai untuk menuliskan
nama buku, majalah, dan surat kabar yang dikutip dalam
tulisan.
Huruf miring dalam cetakan dipakai untuk
- Huruf miring dalam cetakan dipakai untuk menuliskan
kata atau ungkapan yang bukan bahasa Indonesia.
- Ungkapan asing yang telah diserap dalam bahasa
Indonesia penulisannya diperlakukan sebagai kata
Indonesia.

 Huruf Tebal
Huruf tebal dipakai untuk menegaskan bagian tulisan
yang sudah ditulis miring.
Huruf tebal dapat dipakai untuk menegaskan bagian-
bagian karangan, seperti judul buku, bab, atau subbab.
A. Kata Dasar
Kata yang berupa kata dasar ditulis sebagai satu kesatuan.
Misalnya:
 Buku itu sangat menarik.
 Ibu sangat mengharapkan keberhasilanmu.
 Kantor pajak penuh sesak.

B. Kata Turunan
1.a. Imbuhan (awalan, sisipan, akhiran) ditulis serangkai dengan bentuk dasarnya
Misalnya:
 berjalan lukisan
 petani kemauan
1.b. Imbuhan dirangkaikan dengan tanda hubung jika ditambahkan pada bentuk singkatan atau
kata dasar yang bukan bahasa Indonesia.
Misalnya:
 mem-PHK-kan
 me-recall
 di-update

2. Jika bentuk dasarnya berupa gabungan kata, awalan atau akhiran ditulis serangkai dengan
kata yang langsung mengikuti atau mendahuluinya.
Misalnya:
 bertepuk tangan
 garis bawahi
 sebar luaskan
3.Jika bentuk dasar yang berupa gabungan kata mendapat awalan dan akhiran sekaligus, unsur gabungan kata itu ditulis
serangkai.
Misalnya:
 dilipatgandakan
 menggarisbawahi
 menyebarluaskan

4.Jika salah satu unsur gabungan kata hanya dipakai dalam kombinasi, gabungan kata itu di tulis serangkai.
Misalnya:
adipati poligami mahasiswa
antibiotik prasangka mancanegara
telepon narapidana biokimia
catatan:
4.a Jika bentuk terikat diikuti oleh kata yang huruf awalnya huruf kapital, tanda hubung (-) digunakan di antara kedua
unsur itu.
Misalnya:
non-Indonesia pro-Barat pan-Afrikanisme
4.b Jika kata maha sebagai unsur gabungan merujuk kepada Tuhan yang diikuti oleh kata berimbuhan, gabungan itu
ditulis terpisah dan unsur unsurnya dimulai dengan huruf kapital.
Misalnya:
 Marilah kita bersyukur kepada Tuhan Yang Maha Pengasih.
 Kita berdoa kepada Tuhan Yang Maha Pengampun.
4.c Jika kata maha, sebagai unsur gabungan, merujuk kepada Tuhan dan diikuti oleh kata dasar, kecuali kata esa,
gabungan itu ditulis serangkai
Misalnya:
 Tuhan Yang Mahakuasa menentukan arah hidup kita.
 Mudah mudahan Tuhan Yang Maha Esa melindungi kita
4.d Bentuk bentuk terikat dari bahasa asing yang diserap ke dalam bahasa Indonesia, seperti pro, kontra, dan anti,
dapat digunakan sebagai bentuk dasar.
Misalnya:
 Sikap masyarakat yang pro lebih banyak daripada yang kontra.
 Mereka memperlihatkan sikap anti terhadap kejahatan.
5. Kata tak sebagai unsur gabungan dalam peristilahan ditulis serangkai dengan bentuk dasar
yang mengikutinya, tetapi ditulis terpisah jika diikuti oleh bentuk berimbuhan.
Misalnya:
 taklaik terbang tak terpisahkan
 taktembus cahaya tak bersuara

C. Bentuk Ulang
1. Bentuk ulang ditulis dengan menggunakan tanda hubung di antara unsur-unsurnya.
Misalnya:
 kuda-kuda sayur-mayur
 serba-serbi biri-biri
catatan:
Bentuk ulang gabungan kata ditulis dengan mengulang unsur pertama saja.
Misalnya:
 Surat kabar → surat-surat kabar
 Rak buku → rak-rak buku
Bentuk ulang gabungan kata ditulis dengan mengulang unsur pertama saja.
Misalnya:
 Orang besar → orang-orang besar
 Orang besar-besar
2. Awalan dan akhiran ditulis serangkai dengan bentuk ulang
Misalnya:
 kekanak-kanakan
 perundang-undangan
E. Suku Kata
1. Pemenggalan kata pada kata dasar dilakukan sebagai berikut.
 Jika di tengah kata ada huruf vokal yang berurutan, pemenggalannya dilakukan di antara kedua huruf vokal itu.
Misalnya: bu-ah, ma-in, sa-at
 Huruf diftong ai, au, dan oi tidak dipenggal. Misalnya: pan-dai, au-la, am-boi
 Jika di tengah kata dasar ada huruf konsonan (termasuk gabungan huruf konsonan) di antara dua buah huruf
vokal, pemenggalannya dilakukan sebelum huruf konsonan itu.
 Misalnya: ba-pak, de-ngan, ke-nyang
 Jika di tengah kata dasar ada dua huruf konsonan yang berurutan, pemenggalannya dilakukan di antara kedua
huruf konsonan itu. Misalnya: ap-ril, som-bong
 ika di tengah kata dasar ada tiga huruf konsonan atau lebih yang masing-masing melambangkan satu bunyi,
pemenggalannya dilakukan di antara huruf konsonan yang pertama dan huruf konsonan yang kedua. misalnya:
ul-tra, in-fra
 catatan:
 Gabungan huruf konsonan yang melambangkan satu bunyi tidak dipenggal. Misalnya: bang-krut, ikh-las
 pemenggalan kata tidak boleh menyebabkan munculnya satu huruf (vokal) di awal atau akhir baris. Misanyalnya:
setia → se-ti-a

2. Pemenggalan kata dengan awalan, akhiran, atau partikel dilakukan di antara bentuk dasar dan imbuhan atau
partikel itu.
 Misalnya: di-ambil, ter-bawa, ke-kuat-an
 Jika sebuah kata terdiri atas dua unsur atau lebih dan salah satu unsurnya itu dapat bergabung dengan unsur
lain, pemenggalannya dilakukan di antara unsur-unsur itu. Tiap-tiap unsur gabungan itu dipenggal seperti pada
kata dasar.
 Misalnya:
 bio-grafibi-o-gra-fi
 kilometer ki-lo-me-ter
 Nama orang, badan hukum, atau nama diri lain yang terdiri atas dua unsur atau lebih dipenggal pada akhir baris
di antara unsur-unsurnya (tanpa tanda pisah). Unsur nama yang berupa singkatan tidak dipisahkan.
F. Kata Depan
Kata depan di, ke, dan dari ditulis terpisah dari kata yang mengikutinya, kecuali di dalam
gabungan kata yang sudah lazim dianggap sebagai satu kata, seperti kepada dan daripada. (
Lihat juga Bab II, Huruf D, Butir 3.)
Misalnya:
Bermalam sajalah di sini.
Di mana dia sekarang?
Kain itu disimpan di dalam lemari.
Kawan-kawan bekerja di dalam gedung.
Dia berjalan-jalan di luar gedung.
Dia ikut terjun ke tengah kancah perjuangan.
Mari kita berangkat ke kantor.
Saya pergi ke sana kemari mencarinya.
Ia datang dari Surabaya kemarin.
Saya tidak tahu dari mana dia berasal.
Cincin itu terbuat dari emas.
Catatan:
Kata-kata yang dicetak miring di dalam kalimat seperti di bawah ini ditulis serangkai.
Misalnya:
Kami percaya sepenuhnya kepadanya.
Dia lebih tua daripada saya.
Dia masuk, lalu keluar lagi.
Bawa kemari gambar itu.
Kesampingkan saja persoalan yang tidak penting itu.
6. Kata depan
kata depan di, ke, dan dari ditulis terpisah dari kata yang mengikutinya.
Kecuali didalam kata yang sudah lazim dalam satu kata seperti kepada dan
daripada.
Contoh: bermalam sajalah di sini.

7. partikel
a. Partikel lah, kah, dan tah ditulis serangkai dengan kata yang mendahuluinya.
Contoh: bacalah buku itu baik baik!

b. Partikel pun ditulis terpisah dari kata yang mendahuluinya.


Contoh:Apa pun masalahnya, ini dapat diatasi.

c. Partikel per yang berarti ‘demi’, ‘tiap’ atau ‘mulai’ ditulis terpisah dari kata
yang mengikutinya.

Contoh: harga kain itu Rp50.0000,00 per helai


8. singkatan dan akronim
singkatan adalah bentuk singkat yang
terdiri dari satu huruf atau lebih, sedangkan
akronim adalah singkatan dari dua kata atau
lebih yang membentuk sebuah kata.
Contoh singkatan: DPR(Dewan Perwakilan
Rakyat)
Contoh akronim: LIPI (Lembaga Ilmu
Pengetahuan Indonesia)
9. Angka dan bilangan
Angka dapat digunakan sebagai lambang
bilangan atau nomor. Angka terdiri dari angka
arab (1,2,3) dan angka romawi (I,II,III).

a. Penulisan angka atau bilangan pada awal


kalimat harus ditulis dalam bentuk kata
b. Bilangan dapat dinyatakan dalam kata
kecuali menujukkan deret jumlah tertentu.
Contoh:Rian menerima kiriman paket yang
berisi 20 buku tulis, 35 pensil dan 20 rautan
pensil.
c. Pengejaan angka bilangan utuh berjumlah
besar diperbolehkan dalam kalimat. Contoh:
Buku yang kubeli seharga 2 juta rupiah.
10. Kata ganti –ku, kau-, -ku, -mu, dan –nya
kata ganti tersebut ditulis serangkai
dengan kata yang mendahuluinya.
Contoh: buku ini boleh kaubaca.
11. Kata si dan rang
kata tersebut ditulis terpisah dengan
kata yang mendahuluinya.
Contoh: surat itu dikembalikan kepada si
pengirim.
PEMAKAIAN TANDA BACA
Tanda Titik (.)
1.Tanda titik dipakai pada akhir kalimat yang bukan pertanyaan atau seruan.

Contoh: Saya suka makan nasi.


Apabila dilanjutkan dengan kalimat baru, harus diberi jarak satu ketukan.
2.Tanda titik dipakai pada akhir singkatan nama orang.
Contoh:
Ahmad S. Ramadhan
Apabila nama itu ditulis lengkap, tanda titik tidak dipergunakan.
Contoh: Dwiki Halla
3.Tanda titik dipakai pada akhir singkatan gelar, jabatan, pangkat, dan sapaan.
Contoh:
Dr. Oz(doktor)
S.E. (sarjana ekonomi)

3.Tanda titik dipakai untuk memisahkan angka jam, menit, dan detik yang
menunjukkan waktu atau jangka waktu.
Contoh:
Pukul 7.10.12 (pukul 7 lewat 10 menit 12 detik)
0.20.30 jam (20 menit, 30 detik)
 6.Tanda titik dipakai untuk memisahkan bilangan ribuan atau kelipatannya.
Contoh: Kota kecil itu berpenduduk 51.156 orang.
 7.Tanda titik tidak dipakai untuk memisahkan bilangan ribuan atau
kelipatannya yang tidak menunjukkan jumlah.
Contoh:
 Nama Ivan terdapat pada halaman 1210 dan dicetak tebal.
 Nomor Giro 033983 telah saya berikan kepada Mamat.
 8.Tanda titik tidak dipakai dalam singkatan nama resmi lembaga
pemerintah dan ketatanegaraan, badan atau organisasi, serta nama
dokumen resmi maupun di dalam akronim yang sudah diterima oleh
masyarakat.
Contoh:
 WHO (World Health Organization)
 UUD (Undang-Undang Dasar)
 singkatan lambang kimia, satuan ukuran, takaran, timbangan, dan mata uang.
contoh:
 Cu (tembaga)
 10.Tanda titik tidak dipakai pada akhir judul yang merupakan kepala
karangan, atau kepala ilustrasi, tabel, dan sebagainya.
contoh:
 Latar Belakang Pembentukan
 Sistem Acara
 Tanda Koma (,)

◦ Tanda koma dipakai di antara unsur-unsur dalam suatu pemerincian atau pembilangan.
Contoh: Saya menjual baju, celana, dan topi.

◦ Tanda koma dipakai di antara (i) nama dan alamat, (ii) bagian-bagian alamat, (iii) tempat dan tanggal, dan (iv) nama
tempat dan wilayah atau negeri yang ditulis berurutan.
Contoh:
 Medan, 18 Juni 1984.
 Medan, Indonesia.

◦ Tanda koma dipakai di belakang kata-kata seperti o, ya, wah, aduh, kasihan, yang terdapat pada awal kalimat.
Contoh:

 Mengapa kamu diam, Dik?


 Wah, bukan main!
 4. Tanda koma dipakai untuk memisahkan anak kalimat dari induk kalimat apabila anak kalimat
tersebut mendahului induk kalimatnya.
Contoh:
 Kalau ada undangan, saya akan datang.
 Agar berwawasan luas, kita harus banyak membaca .

 5. Tanda koma dipakai untuk memisahkan bagian nama yang dibalik susunannya dalam daftar pustaka.
Contoh:
 Gunawan, Ilham. 1984. Kamus Politik Internasional. Jakarta: Restu Agung.
 Tanda Titik Koma (;)
 1.Tanda titik koma dapat dipakai untuk memisahkan bagian-bagian
kalimat yang sejenis dan setara.
Contoh: Malam makin larut; kami belum selesai juga.
 2.Tanda titik koma dapat dipakai untuk memisahkan kalimat yang setara
di dalam suatu kalimat majemuk sebagai pengganti kata penghubung.
Contoh: Ayah mengurus tanamannya di kebun; ibu sibuk bekerja di dapur;
adik menghafalkan nama-nama pahlawan nasional; saya sendiri asyik
mendengarkan siaran pilihan pendengar.

 Tanda Titik Dua (:)
 1.Tanda titik dua dipakai pada akhir suatu pernyataan lengkap bila diikuti
rangkaian atau pemerian.
Contoh:
 Kita sekarang memerlukan perabotan rumah tangga: kursi, meja, dan lemari.
 Fakultas itu mempunyai dua jurusan: Ekonomi Umum dan Ekonomi
Perusahaan.
 2.Tanda titik dua dipakai sesudah kata atau ungkapan yang
memerlukan pemerian.
Contoh:
Ketua : Axel
Wakil Ketua : Putri
Sekretaris : Helena
Wakil Sekretaris : Michelle
 3.Tanda titik dua dipakai dalam teks drama sesudah kata
yang menunjukkan pelaku dalam percakapan.
Contoh:
Borgx : "Jangan lupa perbaiki halaman bantuan Wikipedia!"
Rex : "Siap, Boss!"
 4. Tanda titik dua dipakai (i) di antara jilid atau nomor dan
halaman, (ii) di antara bab dan ayat dalam kitab-kitab suci,
atau (iii) di antara judul dan anak judul suatu karangan.
Contoh:
(i) Tempo, I (1971), 34:7
(ii) Surah Yasin:9
(iii) Karangan Ali Hakim, Pendidikan Seumur Hidup: Sebuah
Studi, sudah terbit.
 5. Tanda titik dua dipakai untuk menandakan nisbah (angka
banding).
Contoh: Nisbah siswa laki-laki terhadap perempuan ialah 2:1.
 6. Tanda titik dua tidak dipakai kalau rangkaian atau
pemerian itu merupakan pelengkap yang mengakhiri
pernyataan.
Contoh: Kita memerlukan kursi, meja, dan lemari.
 Tanda Hubung (-)
 1.Tanda hubung menyambung unsur-unsur kata ulang.
Contoh: anak-anak, berulang-ulang, kemerah-merahan
Tanda ulang singkatan (seperti pangkat 2) hanya digunakan pada tulisan
cepat dan notula, dan tidak dipakai pada teks karangan.
 2.Tanda hubung menyambung huruf kata yang dieja satu-satu dan bagian-
bagian tanggal.
Contoh:
 p-e-n-g-u-r-u-s
 8-4-1973
 3.Tanda hubung dapat dipakai untuk memperjelas hubungan bagian-
bagian ungkapan.
Bandingkan:
 ber-evolusi dengan be-revolusi
 dua puluh lima-ribuan (20×5000) dengan dua-puluh-lima-ribuan (1×25000).
 Istri-perwira yang ramah dengan istri perwira-yang ramah
 4.Tanda hubung dipakai untuk merangkaikan (a) se- dengan kata
berikutnya yang dimulai dengan huruf kapital; (b) ke- dengan angka, (c)
angka dengan -an, (d) singkatan berhuruf kapital dengan imbuhan atau kata,
dan (e) nama jabatan rangkap.
 Tanda Pisah (-)
 1a.Tanda pisah em (—) membatasi penyisipan kata atau kalimat yang
memberikan penjelasan khusus di luar bangun kalimat.
Contoh: Wikipedia Indonesia—saya harapkan—akan menjadi Wikipedia
terbesar.
 1b.Tanda pisah em (—) menegaskan adanya posisi atau keterangan yang
lain sehingga kalimat menjadi lebih tegas.
Contoh:
Rangkaian penemuan ini—evolusi, teori kenisbian, dan kini juga pembelahan
atom—telah mengubah konsepsi kita tentang alam semesta.
 2a.Tanda pisah en (–) dipakai di antara dua bilangan atau tanggal yang
berarti sampai dengan atau di antara dua nama kota yang berarti 'ke', atau
'sampai'.
Contoh:
 1919–1921
 Medan–Jakarta
 10–13 Desember 1999
 2b.Tanda pisah en (–) tidak dipakai bersama perkataan dari dan antara,
atau bersama tanda kurang (−).
Contoh:
 dari halaman 45 sampai 65, bukan dari halaman 45–65
 antara tahun 1492 dan 1499, bukan antara tahun 1492–1499
 −4 sampai −6 °C, bukan −4–−6 °C
 Tanda Seru (?)
 Tanda seru dipakai sesudah ungkapan
atau pernyataan yang berupa seruan atau
perintah yang menggambarkan
kesungguhan, ketidakpercayaan, ataupun
rasa emosi yang kuat.
Contoh:
 Alangkah mengerikannya peristiwa itu!
 Bersihkan meja itu sekarang juga!
 Sampai hati ia membuang anaknya!
 Merdeka!
Penulisan
Unsur Serapan
Pengertian Kata Serapan
Kata serapan adalah kata-kata yang diambil dari bahasa
asing dan diintegrasikan ke dalam bahasa Indonesia.
Proses Penyerapan
Kata Asing

Faktor Adopsi Faktor Adaptasi Faktor Pungutan


Penggolongan
Unsur Serapan

Unsur asing Unsur serapan


yang belum yang penulisan
sepenuhnya dan pelafalannya
terserap ke telah disesuaikan
dalam bahasa dengan kaidah
Indonesia bahasa Indonesia

You might also like