You are on page 1of 39

HIDUNG

• Embriologi

• Embrional bagian kepala


berkembang membentuk dua
Pertama bagian rongga hidung yang
berbeda.

• Bagian dinding lateral hidung


yang kemudian berinvaginasi
Kedua menjadi kompleks padat 
konka.
EMBRIOLOGI

Usia kehamilan 4-8 minggu

• Terbentuknya rongga hidung sebagai bagian yang


terpisah yaitu daerah frontonasal dan bagian
pertautan prosesus maksilaris

Usia kehamilan 6 minggu

• Jaringan mesenkim mulai terebentuk dinding


lateral hidung dengan struktur yang masih sederhana

Usia kehamilan 7 minggu

• Tiga garis aksial berbentuk lekukan bersatu


membentuk tiga buah konka (turbinate)
EMBRIOLOGI

Usia kehamilan 9 minggu

• Terbentuk sinus maksilaris yang diawali oleh


invaginasi meatus media

Usia kehamilan 14 minggu

• Pembentukan sel ethmoidalis anterior dan sel


ethmoidalis posterior

Usia kehamilan 36 minggu

• Dinding lateral hidung terbentuk dengan baik dan


sudah tampak jelas proporsi konka
EMBRIOLOGI SINUS PARANASAL

Sinus paranasal
Mencapai besar
berasal dari Dimulai pada
maksimal pada
invaginasi fetus usia 3 – 4
usia 15 – 18
mukosa rongga bulan
tahun
hidung
ANATOMI HIDUNG
• Hidung luar berbentuk
piramid dengan bagian-
bagiannya dari atas ke
bawah:
1. Pangkal hidung
(bridge)
2. Dorsum nasi
3. Puncak hidung
4. Ala nasi
5. Kolumela
6. Lubang hidung (nares
anterior)
• Kerangka tulang terdiri dari:
- Tulang hidung (os nasalis)
- Prosesus frontalis os maksila
- Prosesus nasalis os frontal
ANATOMI HIDUNG Kerangka Hidung
Tulang rawan

1. Sepasang kartilago nasalis lateralis superior


2. Sepasang kartilago nasalis lateralis inferior
(kartilago ala mayor)
3. Kartilago ala minor
4. Tepi anterior kartilago septum
TULANG RAWAN HIDUNG
ANATOMI HIDUNG

Terdapat 4 buah dinding yang membatasi CAVUM


NASI:
1. Medial  septum nasi
2. Lateral  konka nasi
3. Inferior  Os. Maksilaris + Os. Palatum
4. Superior  Lamina Kribriformis + Os. Sfenoid
ANATOMI HIDUNG

Terdapat 4 buah konka:


1.Konka nasalis inferior
2.Konka nasalis media
3.Konka nasalis superior
4.Konka nasalis suprema
ANATOMI HIDUNG

Diantara konka terdapat meatus :


1. Superior
- Konka superior dan konka media
- Muara sinus sfenoid dan sinus etmoid posterior
2. Medius
- Konka media dan dinding lateral
- Muara sinus frontal, sinus maksilar, dan sinus etmoid anterior
3. Inferior
- Konka inferior dan dasar hidung
- Muara duktus nasolakrimalis
ANATOMI HIDUNG VASKULARISASI

Bagian atas : a. Etmoid anterior & posterior 


a. Oftalmika  a. Karotis interna

Bagian bawah : a. Maksilaris interna  ujung a.


Palatina mayor & a. Sfenopalatina

Bagian depan : cabang-cabang a. Fasialis

Bagian depan septum  anastomosis dari cabang-


cabang  a.sfenopalatina, a.etmoid anterior, a.labialis
superior, dan a.palatina mayor  pleksus Kiesselbach
(Little’s area).
ANATOMI HIDUNG VASKULARISASI

Bagian depan : cabang-


cabang a. Fasialis

Bagian depan septum


 anastomosis dari
cabang-cabang 
a.sfenopalatina,
a.etmoid anterior,
a.labialis superior, dan
a.palatina mayor 
pleksus Kiesselbach
(Little’s area).
ANATOMI SINUS PARANASAL
Sinus Frontalis

secara umum ada dua sinus yang terbentuk seperti


* corong.

Dinding posterior sinus yang memisahkan sinus


frontalis dari fosa kranium anterior lebih tipis.

 Dasar sinus ini juga berfungsi sebagai bagian dari


atap rongga mata.
Sinus Sphenoidalis
• Secara umum merupakan struktur bilateral yang terletak
posterosuperior dari rongga hidung.

•* Letak dari sinus oleh karena hubungan anatominya tergantung


dengan tingkat pneumatisasi.
Sinus Ethmoidalis

 Bentuk ethmoid seperti piramid


dan dibagi menjadi sel multipel
oleh sekat yang tipis.

 Atap Sebelah anterior posterior


agak miring (15°). 2/3 anterior
tebal dan kuat dibentuk oleh os
frontal dan foveola etmoidalis.
1/3 posterior lebih tinggi
sebelah lateral dan
sebelahmedial agak miring ke
bawah ke arah lamina
Cellulae ethmoidalis
kribiformis.
Sinus Maksilaris

Terbesar, btk piramid, didalam os maxilla


Dinding lateral cav.nasi (basisnya)
Tulang wajah (dinding anterolateral)
Facies infratemporalis (dinding posterior)
Dasar cavum orbita (atap)
Dinding medialnya terdapat HIATUS
MAXILLARIS
Kompleks Osteomeatal
• Kompleks ostiomeatal (KOM) adalah bagian dari sinus
etmoid anterior yang berupa celah pada dinding lateral
hidung yang dibatasi oleh konka media dan lamina
papirasea.
• Struktur anatomi penting yang membentuk KOM adalah
prosesus unsinatus, infundibulum etmoid, hiatus
semilunaris, bula etmoid, agger nasi dan ressus frontal.
• KOM merupakan unit fungsional yang merupakan tempat
ventilasi dan drainase dari sinus-sinus yang letaknya di
anterior, yaitu sinus maksila, etmoid anterior dan frontal.
• Jika terjadi obstruksi pada celah yang sempit ini, maka akan
terjadi perubahan patologis yang signifikan pada sinus-
sinus yang terkait.
• Kompleks osteo-meatal (KOM)
• Terdiri dari:
• Osteomeatal anterior
– Ostium sinus frontalis
– Resesus frontalis
– Ostium sinus maksilaris
– Infundibulum
– Meatus medius
• Osteomeatal posterior
– Ostium sinus sphenoidalis
– Resesus sphenoethmoidalis
– Meatus superior
Sistem Mukulosiliar
• di dalam sinus juga terdapat mukosa bersilia dan palut lendir di
atasnya.
• di dalam sinus, silia bergerak secara teratur untuk mengalirkan
lendir menuju ostium alamiahnya mengikuti jalur-jalur yang sudah
tertentu polanya.
• Lendir yang berasal dari kelompok sinus anterior yang bergabung di
infundibulum etmoid dialirkan ke nasofaring di depan muara tuba
eustachius.
• Lendir yang berasal dari kelompok sinus posterior bergabung di
resesus sfenoetmoidalis, dialirkan ke nasofaring di postero-superior
muara tuba.
• Inilah sebabnya pada sinusitis didapati sekret pasca-nasal (post
nasal drip), tetapi belum tentu ada sekret di rongga hidung.
FISIOLOGI HIDUNG

Pengatur Penyaring
Jalan
kondisi dan
napas
udara pelindung

Proses Resonansi Indera


Bicara suara penghidu

Refleks
Nasal
Fisiologi

• Fisiologi Respirasi
Udara ke hidung  nares anterior  lalu
naik ke atas setinggi konka media  turun
ke bawah ke arah nasofaring  Aliran
udara di hidung ini berbentuk lengkungan
atau arkus. Akan tetapi di bagian depan
aliran udara memecah, sebagian akan
melalui nares anterior dan sebagian lain
kembali ke belakang membentuk pusaran
dan bergabung dengan aliran dari
nasofaring.
Fisiologi

• Fungsi Penghidu
Sebagai indra penghidu & pengecap dengan adanya mukosa
olfaktorius pada atap rongga hidung, konka superior dan
sepertiga bagian atas septum.
• Resonansi Suara
Resonansi oleh hidung penting untuk kualitas suara ketika
berbicara dan menyanyi..
Mukosa Penghidu

-Di atap rongga hidung,


konka superior dan
sepertiga atas septum.
- epitel torak berlapis semu
tidak bersilia
-tiga macam sel, yaitu sel
penunjang, sel basal dan
sel reseptor penghidu.
N. I = N. OLFACTORIUS
o Masuk : Lamina Cribrosa Os Ethmoidale
o Sp. Subarach : anterior Cisterna Chiasmatis
o Nucleus : TIDAK ADA
o Lintasan :
Fila Olfactoria → Bulbus Olfactorius → Tractus Olfatorius
(pd mucosa cav. Nasi) (ganti neuron) ↓
(ke subst. perforata ant)

stria olfactoria

St. Olf. Lateralis St. Olf. Intermedia St. Olf. Medialis
(paling besar/penting) ↓ ↓
↓ Cortex Subst. Perf. Ant ke bulbus olf. Kontralat
area periamygdalae + (area olf. Primer) + sistem Limbik +
prepiriformis (uncus) area Brodmann 25
(cortex olf. PRIMER) (cortex olf. PRIMER)

Area Entorrhinal
(pd gyrus parahippocampi) = Area Olfactoris SECUNDER (area Brodmann 28)

o Ggl. Sensoris + Parasympathis : TIDAK ADA


nn.craniales
37
ssp/sist.neuropsi/fkuh/jil/peb2006
nn.craniales
38
ssp/sist.neuropsi/fkuh/jil/peb2006
Fisiologi

• Hidung membantu pembentuk konsonan


nasal (m,n,ng), rongga mulut tertutup dan
Proses Bicara hidung terbuka dan palatum mole turun
untuk aliran udara.

• Mukosa hidung merupakan reseptor reflex


yang berhubungan dengan saluran cerna,
Reflex Nasal kardiovaskuler dan pernapasan  Irirasi
mukosa hidung  reflex bersin & napas
berhenti.
Fisiologi

Pengatur Kondisi Penyaring dan


udara Pelindung

Mengatur kelembaban udara


yang di lakukan oleh palut lendir Debu dan bakteri akan melekat
(mucous blanket). pada palut lendir dan partikel-
partikel yang besar akan
dikeluarkan dengan refleks
bersin. Palut lendir ini akan
Mengatur suhu dimungkinkan dialirkan ke nasofaring oleh
karena banyaknya pembuluh gerakan silia. Faktor lain ialah
darah di epitel dan permukaan enzim lysozyme.
konka dan septum yang luas.
FUNGSI SINUS PARANASAL

Sebagai pengatur kondisi udara (air conditioning)

Sebagai penahan suhu (termal insulators)

Membantu keseimbangan kepala

Membantu resonansi suara

Sebagai peredam perubahan tekanan udara

Membantu produksi mukus

You might also like