You are on page 1of 6

X-Ray Diffraction (XRD)

BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Difraksi sinar-X pertama kali ditemukan oleh Max von Laue tahun 1913 dan pengembangannya
oleh Bragg, merupakan salah satu metode baku yang penting untuk mengkarakterisasi material.
Sejak saat itu sampai sekarang metode difraksi sinar-X digunakan untuk mendapatkan informasi
struktur kristal material logam maupun paduan, mineral, senyawa inorganic,polimer, material
organik, superkonduktor (Suharyana, 2012), orientasi kristal, jenis kristal, ukuran butir, konstanta
kisi dan lain-lain. Pada perusahaan semen dan perusahaan-perusahaan besar lain, XRD digunakan
sebagai alat uji jaminan mutu suatu bahan.
1.2 Tujuan
Karakterisasi XRD bertujuan untuk menentukan sistem kristal. Metode difraksi sinar-X dapat
menerangkan parameter kisi, jenis struktur, susunan atom yang berbeda pada kristal, adanya
ketidaksempurnaan pada kristal, orientasi, butir-butir dan ukuran butir (Smallman, 1991).
1.3 Manfaat
Manfaat dari penyusunan makalah ini adalah sebagai berikut :

1. Dapat memenuhi tugas mata kuliah fabrikasi


2. Dapat menambah wawasan dan pengetahuan mengenai prinsip kerja X-Ray Diffraction
3. Sebagai referensi dan dapat membantu mahasiswa lain dalam memahami teori X-Ray
Diffraction.

BAB II
TINJAUN PUSTAKA
2.1 Sinar- X
Hamburan sinar-X dihasilkan jika suatu elektroda logam ditembakkan dengan elektron-elektron
dengan kecepatan tinggi dalam tabung vakum. Suatu kristal dapat digunakan untuk mendifraksi
berkas sinar-X dikarenakan orde dari panjang gelombang sinar-X hampir sama atau lebih kecil
dengan orde jarak antar atom dalam suatu kristal (Zulianingsih, 2012).
Karakterisasi menggunakan metode difraksi merupakan metode analisa yang penting untuk
menganalisa suatu kristal. Karakterisasi XRD dapat digunakan untuk menentukan struktur kristal
menggunakan sinar-X. Metode ini dapat digunakan untuk menentukan jenis struktur, ukuran butir,
konstanta kisi, dan FWHM. Sinar-X merupakan gelombang elektromagnetik dengan panjang
gelombang diantara 400-800 nm (Smallman & Bishop, 1999).
Sinar-X merupakan gelombang elektromagnetik bertenaga tinggi berkisar antara sekitar 200eV
sampai dengan 1 MeV, terletak antara ultra-ungu dan sinar-γ. Sinar ini dihasilkan ketika partikel
bermuatan listrik, misalnya elektron, yang bergerak dengan kecepatan tinggi ditumbukkan pada
logam berat. Pada peristiwa ini tenaga kinetic partikel elektron berubah menjadi radiasi
elektromagnetik. Panjang gelombang radiasi yang dipancarkan bergantung pada tenaga kinetic
elektron. Sebuah elektron yang menumbuk atom sasaran menghasilkan sebuah photon sinar-X
dengan tenaga sebesar dengan Ee adalah tenaga elektron, yang dinamakan sinar-X
Bremsstrahlung. Setelah menumbuk, elektron memiliki tenaga sebesar E < Ee. Karena keadaan
awal dan akrir elektron tidak terkuantisasi, maka photon yang dihasilkan memiliki spektrum
dengan panjang gelombang yang semambung. Sebuah elektron yang dipercepat menggunakan
beda potensial sebesar volt, elektron memiliki tenaga gerak sebesar dan tenaga maksimum sinar-
X yang dihasilkan adalah . Selain radiasi Bremsstrahlung, elektron yang ditumbukkan ke logam
berat akan menghasilkan radiasi sinar-X dengan gelombang cemiri. Proses terjadinya sinar-X
cemiri adalah sebagai berikut. Tumbukan antara elektron bebas yang dipercepat dengan atom
sasaran menghasilkan transfer tenaga. Elektron bebas yang ditumbukkan memberikan tenaganya
kepada elektron orbit atom sasaran. Apabila tenaga yang ditransfer cukup besar, terjadi peristiwa
ionisasi. Tenaga ionisasi elektron terluar hanyalah sekitar 100 eV dani tenaga ionisasi elektron dari
kulit K sekitar 120 keV. Tetapi sinar-X memiliki kebolehjadian yang lebih besar berinteraksi
dengan elektron di kulit K daripada dengan elektron di kulit atom yang lebih luar (Suharyana,
2012).
Misalkan sebuah elektron di kulit K terionisasi sehingga terdapat sebuah kekosongan elektron di
kulit K. Tempat yang kosong ini segera diisi oleh elektron yang berada pada keadaan tenaga yang
lebih tinggi, misalnya elektron di kulit L atau M yang disertai dengan pancaran sebuah photon.
Jika elektron pengisi kekosongan berasal dari kulit L maka sinar-X yang dihasilkan dinamakan
sinar-x Ka. Sedangkan jika berasal dari kulit Ldinamakan sinar-X Kb, dan bila berasal dari
kulit M dinamakan sinar-X Kg(Suharyana, 2012).
Ketika kulit L terdapat sebuah lubang elektron karena ditinggalkan oleh elektron yang berpindah
ke kulit K, maka sebuah elektron dari kulit M, N atau O akan bertransisi mengisi lubang tersebut.
Kelebihan tenaga elektron yang berpindah dipancarkan dalam bentuk sebuah photon yaitu radiasi
sinar-X cemiri. Bila elekron yang mengisi berasal dari kulit M maka sinar-X yang terjadi
dinamakan sinar-X La, sedangkan jika berasal dari kulit N dinamakan sinar-X Lb.
2.2 Filter
Untuk keperluan difraksi, sinar-X yang dipergunakan hanyalah yang memiliki panjang gelombang
tertentu saja, biasanya dipilih yang paling intens yaitu sinar-X
Ka. Sinar ini dapat dipilah dari sinar-X Bremsstrahlung serta sinar-X Kb menggunakan
monokromator. Material monokromator yang sering digunakan analah Kristal tunggal Ge atau C.
Sinar-X dengan panjang gelombang tunggal akan memberikan data difraksi yang sangat bagus.
Namun, harga monokromator elatif sangat mahal. Cara lain yang lebih murah untuk mendapatkan
sinar-X cemiri dengan panjang gelombang tunggal adalah dengan memasang filter, yaitu logam
tipis dengan ketebalan tertentu. Jenis filter logam yang diperlukan bergantung pada sumber radiasi
sinar-X yang digunakan. Jenis filter yang sesuai dapat dilihat pada Tabel di bawah ini. Perlu
dituliskan di sini, penggunaan filter memang murah, dapat menghalangi sinar-X namun
kerugiannya adalah intensitas menjadi berkurang (Suharyana, 2012).
2.1 Prinsip Kerja XRD
Komponen utama XRD yaitu terdiri dari tabung katoda (tempat terbentuknya sinar-X), sampel
holder dan detektor. Pada XRD yang berada di lab pusat MIPA ini menggunakan sumber Co
dengan komponen lain berupa cooler yang digunakan untuk mendinginkan, karena ketika proses
pembentukan sinar-X dikeluarkan energi yang tinggi dan menghasilkan panas. Kemudian
seperangkat komputer dan CPU.
XRD memberikan data-data difraksi dan kuantisasi intensitas difraksi pada sudut-sudut dari suatu
bahan. Data yang diperoleh dari XRD berupa intensitas difraksi sinar-X yang terdifraksi dan sudut-
sudut 2θ. Tiap pol ayang muncul pada pola XRD mewakili satu bidang kristal yang memiliki
orientasi tertentu. (Widyawati, 2012).
Suatu kristal yang dikenai oleh sinar-X tersebut berupa material (sampel), sehingga intensitas sinar
yang ditransmisikan akan lebih rendah dari intensitas sinar datang. Berkas sinar-X yang
dihamburkan ada yang saling menghilangkan (interferensi destruktif) dan ada juga yang saling
menguatkan (interferensi konstrktif). Interferensi konstruktif ini merupakan peristiwa difraksi
seperti pada Gambar 2.5 (Grant & Suryanayana, 1998).
Gambar 2.1 Difraksi Sinar-X (Grant & Suryanayana, 1998)
Berdasarkan Gambar 2.1 dapat dituliskan suatu persamaan yang disebut dengan hukum Bragg.
Persamaan tersebut adalah :
Beda lintasan (δ) = n λ (2.1)
δ = DE + EC’ (2.2)
δ = 2EC’ (2.3)
δ = 2EC sinθ , EC = d (2.4)
δ = 2 d sinθ (2.5)
sehingga beda lintasannya
n λ = 2 d sinθ (2.6)
dengan λ merupakan panjang gelombang, d adalah jarak antar bidang, n adalah bilangan bulat
(1,2,3, …) yang menyatakan orde berkas yang dihambur, dan θ adalah sudut difraksi.
Suatu material jika dikenai sinar-X maka intensitas sinar yang ditransmisikan akan lebih rendah
dari intensitas sinar datang, hal ini disebabkan adanya penyerapan oleh material dan juga
penghamburan oleh atom-atom dalam material tersebut. Berkas sinar-X yang dihamburkan ada
yang saling menghilangkan karena fasenya berbeda dan ada juga yang saling menguatkan karena
fasenya yang sama. Berkas sinar-X yang menguatkan (interferensi konstruktif) dari gelombang
yang terhambur merupakan peristiwa difraksi. Sinar-X yang mengenai bidang kristal akan
terhambur ke segala arah, agar terjadi interferensi konstruktif antara sinar yang terhambur dan
beda jarak lintasnya maka harus memenuhi pola nλ (Taqiyah, 2012).

BAB III
PENUTUP
1.1 Kesimpulan
Berdasarkan tinjauan pustaka yang telah diuraikan XRD dapat digunakan untuk menentukan
sistem kristal. Metode difraksi sinar-X dapat menerangkan parameter kisi, jenis struktur, susunan
atom yang berbeda pada kristal, adanya ketidaksempurnaan pada kristal, orientasi, butir-butir dan
ukuran butir.

1.2 Saran
Penulisan makalah laporan selanjutnya diharapkan dapat lebih detail dan memberikan spesifikasi
pembahasan aplikasi dalam bidang industri.
Daftar Pustaka
Grant, N. M., & Suryanayana, C. (1998). X-Ray Diffraction : A Partical Approach. New York:
Plennum Press.
Smallman, R., & Bishop, R. (1999). Modern Physics Metallurgy and Materials
Engineering. Oxford: Butterworth-Heinemann.
Suharyana. (2012). Dasar-Dasar Dan Pemanfaatan Metode Difraksi Sinar-X. Surakarta:
Universitas Sebelas Maret.
Taqiyah, R. (2012). Perbandingan Struktur Kristal dan Morfologi Lapisan Tipis Barium Titanat
(BT) dan Barium Zirkonium Titanat (BZT) yang ditumbuhkan dengan Metode Sol-Gel. Surakarta:
Skripsi, Fisika FMIPA Universitas Sebelas Maret.
Widyawati, N. (2012). Analisa Pengaruh Heating Rate terhadap tingkat Kristal dan Ukuran Butir
Lapisan BZT yang Ditumbuhkan dengan Metode Sol Gel. Surakarta: Universitas Sebelas Maret.
Zulianingsih, N. (2012). Analisa Pengaruh Jumlah Lapisan Tipis BZT yang ditumbuhkan dengan
Metode Sol Gel terhadap Ketebalan dan Sifat Listrik (Kurva Histerisis). Surakarta: Universitas
Sebelas Maret.
This entry was posted in Physics. Bookmark the permalink.

Post navig
bbnhgjhgj

You might also like