You are on page 1of 18

JURNAL PSIKOLOGI

2001, NO. 1, 1 - 18

PERKOSAAN, DAMPAK, DAN ALTERNATIF


PENYEMBUHANNYA
Ekandari
Mustaqfirin
Faturochman
Universitas Gadjah Mada

ABSTRACT

Rape as a criminal behavior has continued and many victims suffered


physical, psychological, and social problems. Among other problems, post
traumatic stress disorder is a psychological problem found in four cases of rape
in this study. Since there is no systematic social and structural solution to help
the victims, family supports become the most possible treatment to lessen the
psychological and social problems after experiencing those horrible events.
Keywords: Rape, Solution.

Perkosaan sebagai suatu tindakan melaporkan kejadian yang dialaminya


kekerasan merupakan suatu tindak (Republika, 1995; Taslim,1995).
kejahatan yang dinilai sangat merugikan Korban perkosaan memiliki kemung-
dan mengganggu ketentraman dan kinan mengalami stres paska perkosaan
ketertiban hidup, terutama bagi korbannya. yang dapat dibedakan menjadi dua, yaitu
Adanya reaksi umum yang berlebihan stres yang langsung terjadi dan stres jangka
terkadang juga semakin memojokkan panjang. Stres yang langsung terjadi
korban. Peristiwa perkosaan yang merupakan reaksi paska perkosaan seperti
merupakan berita yang cukup menarik kesakitan secara fisik, rasa bersalah, takut,
untuk dibicarakan membuat masyarakat cemas, malu, marah, dan tidak berdaya.
tertarik untuk menjadikan berita tersebut Stres jangka panjang merupakan gejala
sebagai salah satu bahan pembicaraan psikologis tertentu yang dirasakan korban
(Fakih dalam Prasetyo, 1997). Akan tetapi sebagai suatu trauma yang menyebabkan
tidak jarang masyarakat justru korban memiliki rasa kurang percaya diri,
membicarakan peristiwa tersebut dari segi konsep diri yang negatif, menutup diri dari
negatifnya yang dapat membuat korban pergaulan, dan juga reaksi somatik seperti
merasa malu, takut, dan bersalah dengan jantung berdebar dan keringat berlebihan.
kejadian yang menimpa dirinya. Perasaan Apabila setelah terjadinya peristiwa
tersebut membuat korban semakin enggan perkosaan tersebut tidak ada dukungan
untuk bercerita kepada orang lain ataupun yang diberikan kepada korban, maka

ISSN : 0215 - 8884


2 EKANDARI, MUSTAQFIRIN & FATUROCHMAN

korban dapat mengalami post traumatic 2. Bersikap tenang. Hal ini dapat
stress disorder (PTSD), yaitu gangguan membantu korban merasa aman.
secara emosi yang berupa mimpi buruk, 3. Meyakinkan korban. Keluarga dapat
sulit tidur, kehilangan nafsu makan, menunjukkan empatinya terhadap
depresi, ketakutan dan stress akibat peristiwa yang dialami oleh korban.
peristiwa yang dialami korban dan telah
4. Mempersiapkan korban terhadap
terjadi selama lebih dari 30 hari. Dukungan
kemungkinan yang akan terjadi
dari semua pihak sangat diperlukan untuk
selanjutnya. Korban mungkin memer-
mencegah terjadinya PTSD.
lukan bantuan dari orang lain misalnya
Korban perkosaan dapat memperoleh dokter dan polisi jika ia melaporkan
dukungan sosial dari teman, orangtua, kasusnya
saudara, psikolog, pekerja sosial, atau siapa
5. Memberi dukungan dan melaporkan
saja yang dapat mendengarkan keluhan
perkosaan yang dialami korban ke
mereka. Orang ini harus mau menjadi
pihak yang berwajib.
pendengar yang baik serta tidak
menghakimi korban dalam arti mereka Proses pemulihan trauma yang dihadapi
memiliki pandangan bahwa kejadian yang oleh korban perkosaan merupakan suatu
menimpa korban bukan terjadi karena proses adaptasi yang harus dilalui agar
kesalahan korban. Pandangan tersebut korban dapat menerima kenyataan yang
penting untuk menumbuhkan rasa percaya telah terjadi (Hayati, 2000). Proses
diri korban dan juga kepercayaan korban penyembuhan tersebut merupakan suatu
kepada orang lain (Taslim, 1995). proses adaptasi yang berat bagi korban.
Korban harus menghadapi keluarga, pelaku
Keluarga memiliki peluang yang
dan juga masyarakat. Keluarga sebagai
banyak untuk dapat mendampingi korban
salah satu pihak yang dekat dengan korban
melewati masa-masa ‘kritis’ akibat
diharapkan dapat menjadi pendukung yang
perkosaan yang dialaminya. Mereka dapat
paling besar untuk mencegah terjadinya
memberikan dukungan dengan memberi-
PTSD tersebut. Akan tetapi seringkali
kan rasa aman kepada korban, menerima
keluarga justru merasa malu untuk
keadaan korban apa adanya, tidak
mengakui apa yang telah terjadi pada
menyalahkan korban atas apa yang telah
anggota keluarga mereka. Mereka justru
terjadi padanya, bersikap tulus dalam
menutup-nutupi peristiwa tersebut dan
berhubungan dengan korban baik secara
tidak jarang mereka mengisolasi korban
verbal maupun non-verbal (Taslim, 1995).
dari masyarakat. Dengan sikap-sikap yang
Hal ini didukung dengan adanya waktu
demikian tadi maka korban akan semakin
yang dapat diluangkan dan dilalui bersama
merasa sendirian dan tidak berarti lagi
korban serta adanya kedekatan secara
(Kompas, 1993).
emosional sebagai sesama anggota
keluarga. Menurut Agaid (2002) keluarga Sementara itu belum banyak alternatif
sebagai pihak terdekat dapat memberikan penyembuhan yang tepat bagi pemulihan
dukungan bagi korban dengan cara: dampak perkosaan yang dirasakan oleh
korban. Hal menjadi latar belakang
1. Mempercayai cerita yang disampaikan
pertanyaan pada penelitian ini, yaitu:
oleh korban.

ISSN : 0215 - 8884


PERKOSAAN, DAMPAK DAN ALTERNATIF PENYEMBUHANNYA 3

dampak apa saja yang dialami oleh korban alternatif yang mungkin akan dilalui oleh
perkosaan? serta alternatif penyembuhan korban perkosaan di dalam proses
seperti apa yang dapat dilakukan pada penyesuaian diri terhadap peristiwa yang
korban perkosaan? dialaminya.
Skema penelitian berikut ini mencoba
untuk menampilkan bermacam-macam

Dukungan
Lain

Perkosaan PTSD

Dukungan
Keluarga
Patologi

Kesembuhan

Gambar 1. Skema Proses Trauma Pada Korban Perkosaan

Berdasarkan skema tersebut maka dapat mengatasi masalah tersebut


terlihat berbagai alternatif yang dapat seiring dengan waktu yang berlalu.
dilalui oleh korban dalam proses mengatasi 2. Korban perkosaan mendapatkan
masalah yang muncul akibat perkosaan dukungan dari keluarga sejak korban
yang dialaminya, yaitu : mengalami trauma akibat perkosaan.
1. Korban perkosaan mengalami trauma Dukungan dari pihak keluarga dapat
jangka panjang yang mengakibatkan diperkuat dengan adanya dukungan
korban mengalami PTSD. Tanpa dari pihak lain seperti lembaga atau
adanya intervensi atau dukungan dari organisasi yang memiliki kepedulian
pihak lain maka korban menghadapi terhadap korban. Meskipun demikian
proses penyelesaian masalahnya ada kemungkinan bahwa korban tetap
sendiri sehingga pada akhirnya korban mengalami PTSD sebelum akhirnya ia

ISSN : 0215 - 8884


4 EKANDARI, MUSTAQFIRIN & FATUROCHMAN

bisa coping dengan masalah yang demikian penelitian ini juga memfor-
dihadapinya. mulasikan pertanyaan penelitian tentang:
3. Korban perkosaan mendapatkan bagaimana persoalan yang dihadapi korban
dukungan dari pihak keluarga dan perkosaan?
pihak lain seperti lembaga atau
organisasi yang memiliki kepedulian METODE
terhadap korban, akan tetapi dukungan Fokus pendekatan dalam penelitian ini
tersebut diterima oleh korban setelah ia adalah trauma yang dialami oleh
mengalami PTSD. perempuan korban perkosaan serta
4. Alternatif ke empat adalah adanya dukungan yang diberikan pihak keluarga
dukungan dari pihak keluarga dan juga korban sebagai salah satu aspek yang dapat
pihak lain sebelum korban mengalami mencegah terjadinya PTSD pada korban.
PTSD. Dukungan ini membuat korban Dinamika pemberian dukungan dari pihak
mampu mengatasi dampak perkosaan keluarga terhadap korban menjadi bagian
yang muncul pada dirinya tanpa harus penting dalam penelitian ini.
mengalami PTSD.
Definisi perkosaan dalam penelitian ini
5. Selain keempat alternatif yang adalah suatu tindakan pemaksaan hubungan
memungkinkan korban perkosaan seksual dari laki-laki kepada perempuan.
untuk mengatasi masalahnya dan Pemaksaan hubungan seksual tersebut
mencapai proses recovery, terdapat dapat berupa ancaman secara fisik maupun
alternatif lain dimana korban tidak secara psikologis.
berhasil mengatasi masalahnya dan
PTSD pada perempuan korban per-
mengalami gangguan patologis.
kosaan adalah adanya gangguan yang
Berdasarkan beberapa alternatif tersebut terjadi akibat dari peristiwa perkosaan yang
maka penelitian ini mengambil alternatif ke menimpa korban. Gangguan ini merupakan
empat sebagai dasar kerja bagi peneliti. gangguan secara emosi yang berupa mimpi
Alasan dipilihnya alternatif ke empat buruk, sulit tidur, kehilangan nafsu makan,
sebagai dasar kerja, terletak pada fungsi depresi, ketakutan dan stress akibat
keluarga dan pihak lain yang memberikan peristiwa yang dialami korban dan telah
dukungan kepada korban sehingga dapat terjadi selama lebih dari 30 hari.
membantu korban dalam mengatasi
Dukungan keluarga merupakan bentuk
masalahnya tanpa melalui tahap PTSD.
perhatian yang diberikan oleh ayah, ibu dan
Apakah dukungan tersebut akan saudara korban dalam menghadapi dampak
efektif? Penelitian ini berusaha meng- peristiwa perkosaan yang terjadi pada
analisisnya. Namun, salah satu faktor yang korban dan mencegah terjadinya PTSD.
berpengaruh terhadap efektivita tersebut Bentuk perhatian keluarga dapat berupa
adalah kondisi korban. Besarnya penyediaan waktu untuk mendengarkan
permasalahan yang dihadapi korban sangat cerita korban, kemauan untuk ber-
mempengaruhi usaha itu. Oleh karena itu komunikasi dengan korban, penerimaan
dalam penelitian ini juga dideskripsikan terhadap korban, tidak menyalahkan
permasalahan yang dihadapi itu. Dengan korban atas peristiwa perkosaan yang

ISSN : 0215 - 8884


PERKOSAAN, DAMPAK DAN ALTERNATIF PENYEMBUHANNYA 5

dialaminya, dan memberikan rasa aman menggunakan panduan pertanyaan ber-


kepada korban. dasarkan Structure Interview for PTSD
(SIP) yang dirancang oleh Davidson
A. Informan (dalam Nutt, 2000) dan disesuaikan dengan
tujuan penelitian.
Ada 2 kelompok informan:
Wawancara dilakukan secara langsung
terhadap korban. Hal ini dimaksudkan guna
1. Perempuan korban perkosaan
menjaga keakuratan data yang diperoleh
Informan penelitian ini adalah perem- serta untuk menjaga kerahasiaan korban.
puan korban perkosaan yang masih Sementara observasi terhadap hubungan
memiliki keluarga. Penelitian ini korban dan keluarganya dilakukan dengan
menggunakan 4 orang perempuan korban metode partisipatoris dimana peneliti
perkosaan sebagai informan. Usia informan terlibat secara langsung dalam melihat
adalah 17, 30, 21, dan 20 tahun. Informan penanganan korban yang didampingi oleh
memiliki status sebagai pelajar kelas 2 keluarganya.
SMA, mahasiswa dan wiraswasta. Metode analisis yang akan dilakukan
dalam penelitian ini adalah analisis
2. Keluarga korban perkosaan kualitatif dengan menganalisis empat kasus
Keluarga korban dalam hal ini adalah yang dipilih oleh peneliti. Analisis
keluarga secara biologis atau keluarga yang didasarkan pada data yang diperoleh dari
memiliki hubungan darah. korban, khususnya transkrip wawancara
dan catatan observasi, dengan mengguna-
Keluarga korban yang berhasil ditemui kan analisis isi.
oleh peneliti juga menjadi informan dalam
penelitian ini. Peneliti berhasil mewawan-
HASIL
carai 6 orang keluarga korban sebagai
informan yaitu: ayah, ibu dan 2 orang adik
korban pada kasus 1, ibu korban pada kasus A. Deskripsi Perkosaan yang Dialami
2, dan ayah korban pada kasus 4. korban
Untuk memahami fakta yang terjadi di
B. Metode Pengumpulan dan Analisis lapangan, pertama-tama dideskripsikan
Data terjadinya perkosaan pada masing-masing
kasus seperti dipaparkan di bawah ini.
Metode yang digunakan dalam pene-
litian ini adalah wawancara secara
mendalam (indepth interview) dan Kasus 1:
observasi kepada korban dan keluarganya. Korban diperkosa oleh tetangganya
Wawancara dilakukan dengan metode yang dianggap sebagai dukun oleh
wawancara semi terstruktur. Hal ini masyarakat desanya. Perkosaan terjadi
dimaksudkan agar peneliti dapat mem- selama dua kali dalam waktu yang berbeda.
peroleh informasi tanpa merasa terbatasi Pelaku memberikan alasan bahwa
oleh pertanyaan yang diajukan. Wawancara perlakuan yang diberikan kepada korban
terhadap korban dilakukan dengan

ISSN : 0215 - 8884


6 EKANDARI, MUSTAQFIRIN & FATUROCHMAN

adalah salah satu syarat yang harus melihat tempat kostnya yang baru dan ia
dilakukan dalam rangka proses penyem- dipaksa untuk masuk ke kamar pelaku.
buhan korban. Korban tidak mampu Korban bingung dengan perlakuan pelaku.
bercerita kepada keluarganya. Ia akhirnya Pada awalnya ia berusaha menyem-
mampu bercerita satu minggu setelah bunyikan peristiwa tersebut dengan
kejadian yang pertama. Berdasarkan hasil harapan bahwa masalah tersebut tidak
tes di rumah sakit, diketahui bahwa korban berkepanjangan. Korban akhirnya merasa
mengalami kehamilan akibat dari tidak mampu menghadapi masalahnya
perkosaan yang dialaminya. sendirian sehingga ia memutuskan untuk
bercerita kepada orangtuanya.
Kasus 2:
B. Dampak Perkosaan
Perkosaan terjadi di Arab Saudi. Pelaku
adalah dua orang yang dipercaya korban
sebagai orang yang dapat menolong 1. Dampak fisik
dirinya. Perkosaan terjadi di tengah gurun Perkosaan sebagai salah satu bentuk
pasir yang jauh dari keramaian sehingga kekerasan, baik dilakukan dengan cara
korban tidak dapat menerima pertolongan halus maupun kasar akan menimbulkan
dari siapapun juga. Korban diancam akan dampak bagi korbannya. Perkosaan yang
dibunuh apabila tidak menuruti keinginan dilakukan dengan menggunakan kekerasan
pelaku. Sebelum terjadi perkosaan korban fisik jelas akan menimbulkan dampak
sempat diberi obat oleh pelaku. Korban secara fisik pada korban. Hal ini terlihat
tidak dapat menceritakan peristiwa yang pada kasus 2 di mana korban diancam
dialaminya kepada pihak keluarga di dengan menggunakan pedang dan pistol.
Indonesia karena ia disekap oleh pelaku Korban mengalami pemukulan, pendarahan
selama empat bulan. dan sempat pingsan setelah kejadian
tersebut.
Kasus 3: “Kayak apa pedang istilahnya kalau orang
Perkosaan dilakukan dengan modus sini. Dia hadap ke saya, di taruh ke leher
penyembuhan. Korban dibuat bingung saya. Saya njerit. Kamu jangan sekali-kali
dengan pemikiran tentang kondisi dirinya gerak atau teriak. Walaupun sampai nangis
yang sakit secara fisik dan psikis. gitu nggak bakalan ada orang tahu…”
Perkataan pelaku yang dapat menyem- “Sebelum diperkosa itu saya udah
buhkan korban membuat ia mau melakukan di…setelah S nempeleng, si A dateng-
permintaan pelaku. Korban tidak mau nya gak nempeleng mula-mulanya,
menceritakan kejadian yang dialaminya karena saya berontak dia langsung
kepada pihak keluarga dengan alasan tidak tonyor saya sampai mata saya
mau menambah beban keluarganya. bengkak, lebam gitu.”
“Jadi saya sebelum diperkosa itu
Kasus 4: disiksa duluan. Udah ditempeleng,
Perkosaan dilakukan oleh teman satu udah diinjek dada saya. Udah itu A
fakultas korban. Korban diajak untuk ngerjain saya, nggak tahu saya

ISSN : 0215 - 8884


PERKOSAAN, DAMPAK DAN ALTERNATIF PENYEMBUHANNYA 7

kayaknya udah pendarahan ya “…sekitar sebulan setelahnya ya…tiga


…waktu itu belum sampai satu menit minggu sampai sebulan setelahnya
dia keluar.” setiap pagi tu pengin muntah, …
“Trus saya ditinggal tu, seingat saya, cuman aku selalu pengin muntah…
mungkin saya pingsan ya.” pokoknya kayak masuk anginlah…
isinya mual, pengin muntah gitu dan
Sementara itu pada kasus 4 korban juga nggak bisa diisi makanan kalo pagi.”
sempat didorong ke tempat tidur yang
berada di bawah. Korban yang berusaha Hal yang sama juga dirasakan oleh
mengadakan perlawanan akhirnya meng- korban pada kasus 1, dimana korban
alami pendarahan selama tiga hari akibat merasa kesakitan pada saat pelaku berusaha
penetrasi yang dilakukan oleh pelaku. memasukkan alat kemaluannya. Pada
peristiwa yang kedua pelaku bahkan
“Waktu itu W sempat nendang dia, melakukannya dengan tergesa-gesa
tapi trus W ditolakin lagi, trus celana sehingga korban merasa kesakitan.
W ditarik sama dia dibuang, dilempar
jauh-jauh dari W, jadi W berusaha “Saya ngerasa licin punya dia
ngambil celana W, tapi tiap kali W terpeleset terus... tapi masuk, saya
mau ngambil W ditolakin lagi sama ngerasa sakit ... Yang kedua langsung
dia.”“Heemm ... setelah kejadian itu melakukan seperti tergesa-gesa, masuk
W pendarahan tiga hari.” juga tapi saya merasa sakit terus
dilepas”.
Perkosaan yang menggunakan cara
halus juga menimbulkan dampak secara Berdasarkan keterangan korban maka
fisik bagi korban. Pada kasus 3 korban dapat dilihat bahwa dampak secara fisik
mengalami bekas gigitan yang baru dapat pada korban perkosaan meliputi sakit pada
hilang setelah jangka waktu satu minggu vagina, pendarahan, memar akibat pukulan
dari kejadian. Pada saat terjadi penetrasi atau benturan, pusing, mual, muntah dan
korban merasakan sakit pada vaginanya. bekas gigitan.
Korban merasa pusing dan mual, bahkan
muntah selama beberapa hari setelah 2. Dampak psikologis
kejadian tersebut. Secara umum perkosaan dapat
“…aku bener-bener ngerasa mengakibatkan dampak jangka panjang dan
kesakitan…” dampak jangka pendek. Kedua dampak
“Aku pendarahan selama tiga tersebut tidak selalu muncul dalam bentuk
hari…kejadian itu meninggalkan yang sama pada masing-masing korban.
bekas-bekas di badanku kayak bekas Selain itu waktu munculnya dampak
gigitan, bekas apa…dan aku benci tersebut akan berbeda satu sama lain. Hal
banget ngeliat itu aku jijik melihat ini terlihat pada kasus berikut :
badanku sendiri aku benci ngeliat
peristiwa itu aku jijik banget trus Kasus 1 :
ngeliat badankupun aku jadi jijik Korban mengaku sedih apabila teringat
gitu.” dengan peristiwa tersebut. Korban merasa

ISSN : 0215 - 8884


8 EKANDARI, MUSTAQFIRIN & FATUROCHMAN

marah dan jengkel kepada pelaku. Korban setengah bulan karena gangguan jiwa.
merasa bersalah kepada keluarga terutama Korban mengaku shock dan sering diam.
kepada orang tuanya akibat dari peristiwa Selama di rumah sakit tersebut korban
tersebut. Ia takut apabila suatu saat ada mendapatkan perawatan medis dan
seorang laki-laki yang ia sukai tetapi tidak mengkonsumsi obat sehari tiga kali.
mau menerima keadaan dirinya. Korban “Nggak bisa dimaafin…kalau inget itu
juga merasa takut apabila peristiwa tersebut kepala sering pusing-pusing… tapi
diketahui oleh pihak sekolah maka ia akan saya pernah dirawat di rumah sakit
dikeluarkan dari sekolah dan tidak dapat selama satu bulan setengah…
meneruskan pendidikannya. Korban juga kayaknya shock…”
merasa sering pusing, pucat, lesu, malas
tersenyum, dan tidak memiliki semangat. “Waktu dipenjara… M diasingkan ke
rumah sakit karena gangguan jiwa...
“Ya… aku sedih. Aku takut kalau guru sering diem gitu... khan minum pil
dan teman-teman tahu. Soalnya aku sehari tiga kali.”
takut kalo nggak bisa sekolah lagi. Aku
takut dikeluarin dari sekolah. Nanti Apabila mengingat kejadian tersebut
khan masa depanku semakin suram. korban mengaku sering pusing, tidak mau
Trus selain itu kalau suatu hari nanti makan, tidak dapat memaafkan kejadian
aku dekat sama laki-laki dan ternyata tersebut, lemas, merasa tidak berharga,
ia tahu kejadian ini aku takut kalau dia hidupnya tidak berarti lagi, tidak percaya
nggak bisa menerima”. diri, minder dan sering melamun. Korban
mengaku tidak dapat melupakan kejadian
“pucat, lesu, aku jadi males senyum,
tersebut, terutama ketika ia difoto oleh
rasanya nggak ada semangat gitu”
pelaku pada saat terjadi perkosaan. Korban
“mmm… wujud dari kesehatanku
sempat merasa benci kepada laki-laki dan
sering tertekan, mmm… sering
mengaku trauma. Korban membatasi diri
tertekan, sering pusing, apalagi kalau
dalam bergaul dengan laki-laki.
teringat peristiwa itu. Yah... kayaknya
aku jadi sering ngerasa bersalah. Trus “Sudah lemas … kayaknya saya nggak
aku sering nangis, terutama kalau pas berharga … kepikiran kayak nggak
sholat. Aku seringnya menyalahkan ada artinya… setelah kejadian itu
diri sendiri”. kayaknya nggak ada artinya hidup
lagi... tapi karena banyak dorongan
dari kawan-kawan harus bangkit,
Kasus 2 : harus gimana gitu… kayakya udah
Korban pingsan setelah kejadian. Selain takut ke sana lagi.”
itu ia mengalami pendarahan pada daerah “… tapi saya kayaknya saya udah
kelaminnya. Korban merasa sedih, marah, nggak ada rasa bangkit, percaya diri
jengkel, dan tidak berdaya menghadapi udah nggak ada lagi. Bener-bener
kejadian tersebut. Jangka panjangnya kejadian itu nggak bisa saya lupakan.
korban merasa tertekan dan memiliki Kadang saya sering melamun. Tapi
keinginan untuk bunuh diri. Ia sempat sekarang nggak. Yah kadang-kadang
dimasukkan ke rumah sakit selama satu

ISSN : 0215 - 8884


PERKOSAAN, DAMPAK DAN ALTERNATIF PENYEMBUHANNYA 9

inget… kalau kita nginget itu kayaknya ngeliat itu aku jijik melihat badanku
sakiiit gitu” sendiri aku benci ngeliat peristiwa itu
“Ho..oh… sejak kejadian itu ngeliat aku jijik banget trus ngeliat
laki-laki udah jera... kayaknya benci badankupun aku jadi jijik gitu lho…
gitu…perasaan itu… memang nggak aku maunya itu segera ilang.”
semua laki-laki sama ya... tapi “Tiga minggu sampai sebulan
perasaan saya sudah mengatakan laki- setelahnya setiap pagi tu pengin
laki tuh begitu… kayaknya gimana gitu muntah, aku sempat takut kalau aku
sama laki-laki… jadi waktu pulang itu hamil dan aku sudah dikasih pil anti
… laki-laki itu semuanya sama hamil dan aku yakin nggak hamil,
gitu…M membatasi diri… bergaul lagian aku juga udah haid, cuman aku
dengan laki-laki tuh nggak ada... selalu pengin muntah… pokoknya
mungkin trauma ya…” kayak masuk anginlah… isinya mual,
pengin muntah gitu dan nggak bisa
Kasus 3: diisi makanan kalo pagi.”

Korban merasa kesakitan dan sadar “Menurut teman-teman yang ikut


bahwa apa yang terjadi pada dirinya nemenin aku aku, kalau tidur suka
bukanlah sebuah proses penyembuhan. Ia ngigau gitu…suka menceracau gitu.”
merasa jijik pada saat pelaku meraba alat “Mmm… ingin bunuh diri nggak sih,
kelaminnya. Setelah itu ia merasa cuman kadang capek aja, capek
menyesal, jijik, benci kepada pelaku, dan ngerasain sampai udah nggak ngerti
marah. Akan tetapi ia tidak berani harus gimana gitu lho… capek mikirin,
mengungkapkan hal tersebut sehingga capek ngerasain, capek ngebayangin.
semua perasaan tersebut hanya dipendam Soalnya segala sesuatu yang aku liat
sendiri dan untuk jangka panjang ia pasti nyambungnya ke sana. Bikin aku
memiliki perasaan ketakutan jika teman teringat lagi. Ngeliat teman-teman di
kost tahu apa yang terjadi padanya. Korban kost nanti aku teringat lagi. Kadang
mengalami pendarahan selama tiga hari. capek dengan itu aja. Penginnya
Korban merasa benci dan jijik apabila sembunyi. Pengin tidur.”
mengingat peristiwa tersebut serta melihat
bekas-bekas gigitan di badannya. Setelah Kasus 4:
kejadian tersebut korban mengalami
perasaan ingin muntah, mual dan tidak Korban merasa lemas dan sakit pada
dapat diisi makanan pada pagi hari. saat terjadi perkosaan. Korban menangis
Menurut teman-temannya jika tidur korban dan merasa bingung sejak pelaku menarik
sering menceracau atau mengigau. Hal ini celananya. Setelah sampai di tempat kost ia
berlangsung kurang lebih selama satu merasa marah dan kesal, akan tetapi ia
bulan. tidak tahu harus berbuat apa. Setelah
kejadian tersebut korban merasa marah,
“…kejadian itu meninggalkan bekas- bingung, sedih dan kesal.
bekas di badanku kayak bekas gigitan,
bekas apa… dan aku benci banget “Trus dia berusaha nyopot celananya
W. W kan bingung waktu itu.”

ISSN : 0215 - 8884


10 EKANDARI, MUSTAQFIRIN & FATUROCHMAN

“Setelah itu… W cuman bisa nangis… “Yaa selama itu W trauma banget, W
trus dia bilang... yang jahatnya dia itu nggak berani tidur sendirian, W
malah bilang ke W udah kamu nggak selalu minta ditemenin sama temen W.
usah nangis, kamu khan baik, udah W juga sempet nginep di rumahnya A,
suatu saat pasti ada orang yang mau masalahnya kalau sendirian W pasti
sama kamu. Dia cuma bilang gitu. W inget … inget kejadian itu trus W
cuma… W tu nggak tahu harus gimana nggak bisa tidur, tiap tidur tuh pasti W
harus berbuat apa. W cuma duduk di yaa selalu terbangun gitu lho.”
situ cuma duduk lemes banget. Trus “He em, W putus asa pengin bunuh
baru dia nganterin. Baru dia nganterin diri trus karena W sampe merokok gitu
W ke sini.” lho. Merokok W kata orang sih bisa
“Waktu kejadian di sana itu W cuma ngurangin stres, jadi W coba merokok
bingung, tapi setelah sampai, W di gimana. Merokok trus tapi kalau untuk
kost, baru W itu ngerasa marah gitu ke minuman atau ke obat-obatan itu
lho. W marah kenapa dia itu sejahat belum sih berfikir ke situ. Tapi W
itu. W tu kesel, tapi W tu nggak tahu pernah berfikir W tu udah udah nggak
marahnya harus gimana… W cuman… berharga gitu trus kalaupun ada apa-
W nggak tahu harus marah sama apa apalagi yang perlu dipertahankan,
siapa.” pernah rasa kayak gitu pernah ada.”
Korban merasa memiliki beban secara Berdasarkan data tersebut dapat
psikologis berhubungan dengan peristiwa dipetakan bahwa ada beberapa akibat yang
tersebut. Ia tidak konsentrasi dalam belajar, sama yang dirasakan oleh korban, yaitu:
merasa malu dengan teman-temannya, dan marah, lemas, pusing apabila teringat
memiliki perasaan takut jika tidak ada laki- dengan peristiwa perkosaan, marah kepada
laki yang mau menerimanya. Korban pelaku, merasa bersalah, merasa tidak
merasa sudah tidak berharga. Ia sempat berharga, takut untuk berhubungan dengan
merasa putus asa dan ingin bunuh diri. laki-laki ataupun khawatir bahwa tidak ada
Korban merasa trauma. Ia tidak berani tidur laki-laki yang mau menerima kondisi
sendirian dan harus ditemani. Jika sendirian korban. Pada tingkat tertentu korban
ia selalu teringat dengan kejadian tersebut merasa memiliki keinginan untuk bunuh
dan ia tidak dapat tidur. Setiap tertidur ia diri. Hal ini berhubungan dengan perasaan
pasti terbangun kembali. Hal ini tidak berharga yang dirasakan oleh korban.
berlangsung sekitar dua minggu. Selain itu Perbedaan dampak pada masing-masing
korban mengalami pendarahan selama tiga korban dipengaruhi oleh berbagai hal yang
hari, sering mual, pusing dan ada dialami oleh korban seperti faktor
kemungkinan stress. hubungan dengan pelaku, perlakuan pelaku
“Beban di W itu beban psikologis. W selama perkosaan, perlakuan pelaku setelah
jadi nggak… kuliah jadi nggak melakukan perkosaan, pengalaman serta
kosentrasi, sama temen-temen juga pengetahuan yang dimiliki korban, reaksi
rasanya malu.” dari lingkungan sekitar, serta dukungan
dari pihak keluarga.

ISSN : 0215 - 8884


PERKOSAAN, DAMPAK DAN ALTERNATIF PENYEMBUHANNYA 11

3. Dampak sosial-psikologis “Apalagi waktu mucul di TV itu


tetangga-tetangga tahu, saya malu itu,
Pemikiran dan mitos-mitos mengenai
untuk keluar rumah saya udah malu
perkosaan menjadi stressor tersendiri bagi
gitu…. mungkin mereka sudah tahu
korban. Ketakutan korban mengenai
dari situ.”
penerimaan dari masyarakat menjadi salah
satu beban bagi korban. Ketakutan ini “Yah satu dua bulan gitu…tapi
meliputi penerimaan dari masyarakat memang jarang kok... di rumah itu
sekitar, penerimaan dari pihak sekolah, memang nggak pernah kemana-
serta hubungan korban dengan laki-laki mana… soalnya M itu kalau punya
secara umum maupun secara khusus. masalah nggak mau orang lain tahu,
apalagi M diperkosa sampai lima
Kasus 1: kali…. di majalah di koran khan ada…
berdatangan tetangga, guru saya ngaji
Korban memiliki ketakutan jika waktu SD datang, pokoknya cerita
peristiwa yang dialaminya diketahui oleh gimana kok sampai terjadi, tapi M
pihak sekolah dan juga teman-temannya. khan minder ya.”
Ketakutan ini didasari pada alasan bahwa
jika pihak sekolah mengetahui peristiwa Kasus 3:
tersebut maka korban akan dikeluarkan dari
sekolah dan ia tidak dapat meneruskan Pada awalnya korban tidak ingin teman-
pendidikannya. Korban juga takut apabila teman kostnya tahu kecuali teman
ia suatu saat dekat dengan laki-laki dan sekamarnya. Korban juga tidak mem-
ternyata laki-laki tersebut tidak dapat beritahu pihak keluarganya dengan alasan
menerima keadaannya. ia tidak ingin menambah masalah dan
beban bagi keluarganya, terutama bagi ibu
“Soalnya aku takut kalo nggak bisa
korban.
sekolah lagi. Aku takut dikeluarin dari
sekolah. Nanti khan masa depanku “Aku nggak bisa nahan dan aku cerita
semakin suram. Trus selain itu kalau sama dia... aku cuma pengin
suatu hari nanti aku dekat sama laki- sebenarnya dia aja yang tahu.”
laki dan ternyata ia tahu kejadian ini “Beban juga sih… cuman saya mau
aku takut kalau dia nggak bisa memberitahukan mereka nggak tega…
menerima”. tidak tega… soalnya sudah terlalu
banyak… mereka sendiri sedang
Kasus 2: menghadapi masalah terlalu banyak.
… nggak tega aja sih … takut bikin
Reaksi dari masyarakat dirasakan oleh
mereka sakit gitu lho… terutama ibu
korban pada saat ia sudah kembali ke
ya …udah terlalu sering sakit. Kalau
rumahnya. Korban merasa malu untuk
ditambah dengan ini lagi ibuku akan
bertemu dengan tetangganya. Bahkan
seperti apa …”
korban juga merasa malu untuk keluar
rumah selama kurang lebih dua bulan.

ISSN : 0215 - 8884


12 EKANDARI, MUSTAQFIRIN & FATUROCHMAN

Kasus 4: C. Dukungan Keluarga


Korban merasa malu apabila masalah 1. Dukungan psikologis
tersebut diketahui oleh teman-teman
Keluarga korban memberikan dukungan
kuliahnya. Ia juga takut apabila terjadi
secara psikologis dengan cara mau
kehamilan dan nantinya tidak ada laki-laki
menerima korban dan peristiwa yang
yang mau menerima dirinya dengan
menimpanya, tidak menyalahkan korban
anggapan ia telah kehilangan miliknya
atas peristiwa yang terjadi padanya,
yang paling berharga. Sementara itu pihak
menghibur korban, memberdayakan korban
kampus memberikan reaksi yang tidak
kembali agar mau meneruskan sekolahnya,
mendukung dengan alasan bahwa
menumbuhkan kepercayaan korban bahwa
perkosaan tersebut terjadi di luar
korban masih dapat meneruskan hidupnya
lingkungan kampus sehingga tidak
seperti semula. Keluarga korban juga
mencoret nama kampus. Korban tidak
menyediakan waktu bagi korban serta mau
melaporkan kasusnya karena ia memiliki
membantu kesulitan apapun yang dialami
ketidakpercayaan terhadap kampus dalam
oleh korban. Mereka mau mengerti
menangani kasus seperti yang dialaminya.
keadaan korban pada masa “kritisnya” serta
Hal ini didukung dengan tanggapan negatif
memberikan rasa aman bagi korban. Secara
dari pihak kampus dan tanggapan dosen
fisik kehadiran anggota keluarga membuat
yang terkesan menyalahkan korban.
korban tidak merasa sendiri dalam
“W juga ngerasa mungkin nanti menghadapi masalahnya. Dukungan ini
ngerasa nggak ada lagi laki-laki yang sangat terlihat pada kasus 1 dan 4.
mau nerima W. Masalahnya bagi
wanita itu kan yang paling berharga!” Kasus 1:
“… sama temen-temen juga rasanya
“Mereka bilang supaya aku nggak
malu, walaupun W tahu bahwa mereka
patah semangat, mendorong aku, gak
tuh belum tahu, tapi W ngerasa udah
usah takut ada apa-apa. Mereka
nggak seperti merek,.”
mendukung 100 %.”
“W nggak hamil yaa mereka udah
“Nggak, mereka menganggap itu
bersyukur banget gitu lho. Masalahnya
sebagai mmm…apa namanya… o iya...
kalau misalnya nanti W hamil kan
mereka nganggap itu sebagai musibah
kuliahnya jadi berhenti.”
yang menimpa keluarga kami.”
Berdasarkan keterangan di atas terlihat “Si T itu suka menghibur aku. Meski
bahwa masyarakat memiliki peran di dalam masih kecil … tapi dia udah dewasa,
menumbuhkan ketakutan yang dialami oleh pinter ngibur, gak usah sedih.”
korban sehubungan dengan adanya mitos-
mitos mengenai perkosaan. Ketakutan yang
2. Dukungan materi
dimiliki korban adalah bahwa peristiwa
tersebut diketahui orang lain, korban tidak Keluarga korban berusaha untuk
dapat meneruskan sekolah atau kuliahnya, memberikan dukungan terhadap korban
terjadi kehamilan dan tidak ada laki-laki dengan segala kemampuan yang mereka
yang mau menerima keadaannya. miliki. Pada saat korban memerlukan

ISSN : 0215 - 8884


PERKOSAAN, DAMPAK DAN ALTERNATIF PENYEMBUHANNYA 13

pemeriksaan maka mereka mengupayakan “Tidak tega…soalnya sudah terlalu


kesembuhan korban tanpa menghitung banyak…mereka sendiri sedang
masalah biaya. Masalah materi bagi menghadapi masalah terlalu banyak
keluarga yang mampu memang tidak …”
menjadi masalah utama. Hal ini terlihat “ …masalah …keuangan. Mereka
pada contoh kasus 4 dimana ayah korban menganggap ayah tiri saya tidak bisa
langsung datang ke Yogyakarta dengan membiayai keluarga….”
menggunakan pesawat terbang dan tinggal
selama satu minggu di Yogyakarta. Akan
3. Dukungan sosial
tetapi pada contoh kasus 1 dimana korban
berasal dari keluarga dengan perekonomian Pihak keluarga yang mengetahui
menengah ke bawah, maka masalah biaya masalah korban berusaha menyelesaikan
menjadi salah satu hambatan dalam perkara tersebut hingga tuntas. Pada kasus
menyelesaikan masalah yang dialami oleh 1 ayah korban mengajak masyarakat desa
korban. Kesediaan pihak keluarga untuk untuk menangkap pelaku. Ia sempat
menyembuhkan korban dan menyelesaikan mengeluarkan kata-kata keras yang intinya
masalah tersebut tanpa memikirkan dana menyuruh orang-orang di sekelilingnya
yang harus dikeluarkan menjadi salah satu untuk tidak membicarakan peristiwa yang
faktor pendorong bagi proses recovery dialami anaknya kepada siapapun agar
korban. berita tersebut tidak menyebar. Ia juga
“Apapun yang terjadi padaku, membicarakan masalah tersebut dengan
misalnya aku harus operasi, apapun pihak sekolah. Keterangan ini diperoleh
akan mereka biayai, yang penting aku peneliti pada saat observasi mengenai
bisa sekolah dan tetap konsentrasi ke kelanjutan kasus korban di kepolisian dan
pelajaran”. pengambilan keputusan mengenai
kehamilan yang dialami korban.
Ayah korban juga mengatakan,
Hal yang sama juga dilakukan oleh
“Meski kula niki mboten gadah arta ayah korban pada kasus 4. Ia berusaha
ning nggih kula golek-goleke ngge menemui keluarga pelaku guna
ngobati anak kula. Soale kula mesakke memberitahukan perbuatan pelaku terhadap
kalih bocahe. Anak kula nika kok korban. Ia juga berusaha mencari jalan
ketula-tula terus ta. Nek lapor barang keluar dengan bermusyawarah bersama
nggih kula bela-belani ngeterke nganti pihak fakultas.
mboten nyambut gawe.”
“Bapak langsung ke kampus
Pada kasus 3, korban yang mengetahui ngelaporin kejadian itu, tapi dosen
kesulitan ekonomi yang dimiliki oleh kampus emm … waktu itu minta bukti,
keluarganya di luar Jawa lebih memilih buktinya apa sementara bukti udah
tidak memberitahukan masalah yang nggak ada trus mereka bilang kalau
dialaminya. Ia merasa lebih baik memang untuk mengeluarkan anak ini
merahasiakan peristiwa yang dialaminya dari kampus, emm kampus itu nggak
daripada menambah beban keluarga. berhak, masalahnya kejadian di luar
kampus, trus kata mereka …dan itu

ISSN : 0215 - 8884


14 EKANDARI, MUSTAQFIRIN & FATUROCHMAN

tidak…maksudnya tidak mencoret korban yang jauh dari keluarga dan


nama kampus, tidak membawa nama kurangnya sarana informasi, serta korban
kampus.” yang merasa bersalah atas apa yang
“…sampai sekarang kayaknya nggak dialaminya. Alasan lain yang dikemukakan
ada …nggak ada tindak lanjut lagi, korban adalah perasaan takut serta malu
trus setelah itu bapak ke ke orang apabila peristiwa tersebut diketahui oleh
tuanya anak itu mau mau bapak itu orang lain.
penginnya orang tuanya itu tahu Tiga dari empat orang informan dalam
anaknya itu gimana, trus penginnya penelitian ini akhirnya memutuskan untuk
bapak itu biar orang tuanya itu bisa memberitahu keluarganya mengenai
mendidik anaknya. Tapi tanggapan peristiwa yang mereka alami. Dua orang
dari orang tua anak itu juga nggak korban mendapat dukungan yang positif
baik, malah mereka nggak terima… dari pihak keluarga. Keluarga yang
malah mereka nggak terima …” diberitahu pada awalnya merasa kaget dan
“…Waktu ke sana yaa bapak sama tidak menyangka atas kejadian yang
orang tua sempet berantem mulut gitu menimpa korban. Pihak keluarga korban
sempet marah karena orang tuanya pada awalnya menyayangkan peristiwa
nggak terima trus bapak waktu itu yang dialami oleh korban. Akan tetapi
usaha bapak selain itu ke rumah sakit setelah mengetahui kondisi korban dan
islam trus ke Rifka Annisa.” penderitaan yang dialami korban, maka
keluarga memberikan dukungan baik dari
segi emosional, materi, maupun sosial.
4. Proses Dukungan Keluarga
Pernyataan pihak keluarga yang
Data yang diperoleh pada penelitian ini mengatakan bahwa peristiwa tersebut
menunjukkan kenyataan bahwa tidak bukanlah kesalahan korban dirasakan
semua korban memperoleh dukungan dari sebagai dukungan terbesar bagi korban dan
keluarga. Setelah terjadinya perkosaan membantu proses penyembuhannya.
korban pada umumnya mengalami trauma Kehadiran pihak keluarga yang mau
baik secara fisik maupun secara psikis. mendengarkan dan berbagi cerita dengan
Secara fisik korban mengalami sakit pada korban menumbuhkan perasaan berharga,
bagian tubuhnya, terutama pada daerah diterima oleh orang lain serta perasaan
vagina. Tiga orang korban mengalami tidak sendiri dalam menghadapi masalah
pendarahan selama beberapa hari setelah yang dialaminya. Hal tersebut membuat
perkosaan yang dialaminya. beban yang ditanggung oleh korban
Korban pada umumnya tidak dapat menjadi berkurang. Korban dapat segera
langsung menceritakan kejadian yang coping terhadap peristiwa yang dialaminya
dialaminya kepada keluarganya. Mereka dan berusaha bangkit lagi seperti sediakala.
memiliki pertimbangan-pertimbangan Perhatian yang diberikan keluarga kepada
untuk tidak bercerita kepada keluarga. korban baik secara langsung maupun tidak
Pertimbangan tersebut antara lain karena langsung sangat berguna bagi korban. Dua
tidak ingin menjadi beban bagi keluarga, orang korban yang masih bersekolah
tidak ingin merepotkan keluarga, posisi akhirnya mau kembali meneruskan

ISSN : 0215 - 8884


PERKOSAAN, DAMPAK DAN ALTERNATIF PENYEMBUHANNYA 15

sekolahnya setelah pihak keluarga memberi korban ini dapat dikategorikan ke dalam
pengertian kepada pihak sekolah dan PTSD.
fakultas.
Pada korban yang mengalami PEMBAHASAN
perkosaan di luar negeri dan tidak memiliki Perkosaan yang dialami oleh korban
akses komunikasi kepada keluarga, maka dalam penelitian ini terjadi dengan cara
dampak yang dialaminya berlangsung yang berbeda. Dua korban mengalami
cukup lama. Hal tersebut juga disebabkan perkosaan dengan dalih pengobatan, satu
karena peristiwa yang menimpanya korban diperkosa oleh teman, sementara
berlangsung selama empat bulan dan korban terakhir diperkosa saat bekerja di
disertai dengan perlakuan yang sangat luar negeri. Pelaku perkosaan dalam
kasar. Sambutan pihak keluarga yang penelitian ini adalah orang yang dikenal,
menerima korban setelah pulang ke rumah bahkan dipercaya oleh korban. Hal ini
membuat korban merasa lega dan diterima memperkuat pendapat Warshaw (1994)
oleh keluarga. Meskipun demikian korban yang mengatakan bahwa pelaku dan korban
merasa harus menghadapi tekanan dari dapat saja saling kenal melalui aktivitas
masyarakat sendirian karena keluarga yang sama, teman lama, tetangga, teman
dirasakan tidak banyak membantu dalam sekelas, teman kerja, kencan buta, ataupun
hal tersebut. teman seperjalanan. Dengan demikian hal
Pengaruh dukungan tersebut terlihat ini juga mematahkan anggapan bahwa
dengan jelas apabila dibandingkan dengan perkosaan hanya dilakukan oleh orang
seorang korban yang sama sekali tidak asing atau orang yang tidak dikenal oleh
mendapatkan dukungan dari keluarga. korban (Tridiatno, dalam Hayati dkk.,
Korban tidak memperoleh dukungan sebab 2000).
ia tidak mau menceritakan masalahnya Kedudukan korban pada kasus
kepada keluarga yang tinggal di luar Jawa. perkosaan ini sebagai pihak yang lemah.
Ia memilih untuk tidak bercerita kepada Pada kasus perkosaan dengan dalih
keluarga karena tidak ingin menambah pengobatan, korban tidak dapat menolak
beban dan masalah yang dihadapi keinginan pelaku meskipun korban merasa
keluarganya. Korban yang menanggung ragu ataupun tidak mau menuruti
bebannya seorang diri akhirnya mengalami permintaan tersebut. Lokasi perkosaan,
trauma yang cukup lama, bahkan yaitu di sebuah hotel dan daerah tepi
berlangsung lebih dari satu bulan. Korban sungai, membuat posisi korban dalam
mengalami kesulitan tidur, mimpi buruk, persepsi masyarakat tidak dipandang
gangguan makan, pusing, bahkan terkadang sebagai korban perkosaan. Hal ini
pingsan. Hampir setiap saat korban teringat disebabkan karena tempat-tempat tersebut
dengan perkosaan yang dialaminya tanpa identik dengan tempat untuk melakukan
dapat berbagi dengan keluarganya. hubungan seks secara sukarela. Pandangan
Berdasarkan dampak yang dirasakan yang berlaku dalam masyarakat membuat
korban dan jangka waktu munculnya korban merasa malu dan takut untuk
gangguan maka dampak yang dialami oleh bercerita ataupun berhubungan dengan
orang lain. Kemudian pada kasus

ISSN : 0215 - 8884


16 EKANDARI, MUSTAQFIRIN & FATUROCHMAN

perkosaan di luar negeri, korban yang tidak muntah. Korban merasakan pusing dan
memiliki akses apapun menjadi percaya mual di setiap pagi selama beberapa hari.
dengan orang yang mengaku sebagai polisi Pada tubuh korban juga terdapat bekas-
dan berkata akan menolongnya. Saat terjadi bekas pukulan, bekas gigitan, perlakuan
perkosaan, ia tidak mengenal lokasi kasar yang disertai pemukulan. Sementara
kejadian dan kesulitan dalam memperoleh itu secara psikologis korban mengalami
pertolongan (mengingat statusnya sebagai perasaan lemas, sedih, takut, bersalah,
warga asing). jengkel, rendah diri, marah, tidak percaya
Kenyataan yang ditemui pada proses diri, dendam, benci, dan tidak berharga
terjadinya perkosaan menunjukkan bahwa lagi. Perasaan ini dialami oleh korban baik
korban pada awalnya tidak menyangka pada saat kejadian maupun setelah
ataupun tidak menyadari bahwa perbuatan kejadian. Intensitas serta lama terjadinya
pelaku adalah suatu perkosaan. Hal ini dampak ini berbeda pada tiap korban.
terjadi karena cara yang dilakukan oleh Perlakuan yang diberikan pelaku dapat
pelaku untuk membuat korban percaya dan memberikan pengaruh terhadap perbedaan
tidak mampu menolak kemauannya. Pada dampak yang dirasakan oleh korban.
dasarnya memang terdapat berbagai macam Pandangan yang selama ini berkembang
perkosaan baik yang dilakukan dengan dalam masyarakat mengenai kasus
kekerasan secara fisik maupun dengan cara perkosaan ternyata memiliki dampak pada
merayu korban. Kenyataan ini senada korban. Tidak jarang masyarakat justru
dengan pernyataan Warshaw (1994) yang menyalahkan korban atas peristiwa yang
mengatakan bahwa perkosaan dengan dialaminya. Mereka menganggap bahwa
pelaku yang dikenal baik oleh korban perkosaan terjadi karena korban turut ambil
membuat korban terkadang tidak bagian dalam peristiwa tersebut.
menyadari bahwa perbuatan pelaku Korban merasa takut untuk bercerita
merupakan suatu perkosaan. Pelaku mengenai apa yang dialaminya kepada
sebagai orang yang dikenal oleh korban orang lain, bahkan pada keluarganya. Hal
sudah mengetahui situasi dimana ia akan ini disebabkan karena adanya ketakutan
melakukan perkosaan. Korban yang bahwa orang lain tidak akan menerima
memiliki relasi kuasa di bawah pelaku keadaan korban. Selain itu korban juga
tidak mempunyai kekuatan untuk menolak takut dianggap telah mencemarkan nama
keinginan pelaku, selain itu pada saat baik keluarga. Selain itu korban yang
mereka dimungkinkan untuk menolak masih bersekolah juga takut apabila pihak
keinginan pelaku mereka tidak memiliki sekolah serta teman-temannya tidak mau
akses untuk melakukan hal tersebut. menerima dia. Hal seperti ini membuat
Semua korban perkosaan dalam korban untuk beberapa saat mengalami
penelitian ini mengalami dampak baik kebingungan antara ingin bercerita kepada
secara fisik dan psikologis. Secara fisik, orang lain dengan ketakutan yang
korban mengalami rasa sakit dan dirasakannya. Hal ini sesuai dengan
pendarahan pada alat kemaluan (vagina) pendapat Agaid (2002) yang menyatakan
setelah peristiwa perkosaan. Korban juga bahwa dalam kondisi seperti ini korban
sering merasa pusing, mual, dan ingin mengalami beban ganda yaitu mengalami

ISSN : 0215 - 8884


PERKOSAAN, DAMPAK DAN ALTERNATIF PENYEMBUHANNYA 17

perkosaan serta harus menyembunyikan Kesediaan keluarga korban untuk


peristiwa yang dialaminya dari orang lain. membantu korban sepenuhnya membuat
Dukungan dari berbagai pihak sangat korban bangkit kembali. Meskipun ada
dibutuhkan oleh korban dalam menghadapi keluarga yang mengalami kesulitan secara
masalah yang dialaminya. Dukungan dari ekonomi akan tetapi mereka tetap
pihak keluarga sebagai salah satu pihak mengusahakan biaya untuk pengobatan
yang dekat dengan korban sangat besar korban dan penyelesaian perkara perkosaan
artinya dalam mendukung proses recovery tersebut.
korban (Hayati, 2000; Warshaw, 1994).
Kedekatan secara fisik memiliki arti yang KESIMPULAN
penting dalam proses penyembuhan Berdasarkan data yang diperoleh pada
korban. Perasaan aman dan tidak sendiri penelitian ini maka terlihat beberapa
dalam menghadapi masalah yang bentuk dukungan keluarga terhadap korban
dialaminya membuat korban merasa yaitu dukungan secara emosional,
tenang. Perasaan ini muncul karena korban dukungan secara psikologis, dukungan
merasa memiliki tempat bergantung dan secara materi, dan dukungan secara
keluarga yang dapat diandalkan dalam sosiologis. Dukungan tersebut membantu
menghadapi masalahnya. Hal ini tidak korban dalam menghadapi trauma yang
dimiliki oleh korban yang tidak didampingi dialaminya. Semua korban perkosaan
oleh keluarga secara langsung. Misalnya dalam penelitian ini mengalami trauma
pada kasus 2, korban berada di luar negeri setelah terjadi perkosaan pada diri mereka,
dan tidak didampingi oleh keluarganya akan tetapi korban yang mendapat
sama sekali. Perasaan sendiri dalam dukungan dari keluarga lebih cepat
menghadapi masalahnya membuat beban beradaptasi dan menyelesaikan masalah-
yang dialami korban semakin berat. nya.
Perhatian yang tulus serta empati yang Keluarga korban perkosaan dapat
ditunjukkan keluarga korban terhadap memberikan dukungan kepada korban
masalah yang dialaminya membuat korban sebagai alternatif penyembuhan yang
merasa masih berharga. Perasaan tersebut dialaminya. Dukungan yang diberikan
membuat korban memiliki dorongan dan dapat berupa memberikan perhatian kepada
semangat untuk bangkit lagi dan korban, menyediakan waktu untuk
meneruskan kehidupannya seperti semula. mendengarkan masalah yang dihadapi
Penerimaan keluarga ini senada dengan korban, membantu korban dalam menjalin
pernyataan Taslim (1995) yang mengata- hubungan dan komunikasi dengan
kan bahwa keluarga dapat memberikan masyarakat. Dukungan secara materi perlu
dukungan dengan memberikan rasa aman disediakan bagi korban dalam rangka
kepada korban, menerima keadaan korban proses pemeriksaan secara medis serta
apa adanya, tidak menyalahkan korban atas pengurusan perkara apabila korban
apa yang terjadi padanya, serta bersikap memutuskan untuk melaporkan masalah-
tulus dalam berhubungan dengan korban nya. Lembaga pendamping korban
baik secara verbal maupun non-verbal. kekerasan terhadap perempuan maupun
profesional yang menangani masalah

ISSN : 0215 - 8884


18 EKANDARI, MUSTAQFIRIN & FATUROCHMAN

perkosaan sebaiknya melibatkan pihak Hayati, Sciortino, Wanindita, Umar,


keluarga di dalam memberikan penanganan Irawanto, Sulistyorini, Chusairi,
terhadap korban. Mahendradhata, Wirodono, Tridiatno,
Zakiah, Carwoto, Sembiring, dan
DAFTAR PUSTAKA Muflih. 2000. Menggugat Harmoni.
Yogyakarta: Kerjasama Ford
Agaid, N. 2002. “Penyerangan Seksual Foundation dengan Rifka Annisa
Terhadap Anak atau Perlakuan Salah Women’s Crisis Center.
Secara Seksual Terhadap Anak” dalam
Training Workshop on Protective Nutt, David. 2000. Post Traumatic Stress
Behavior Against Child Sexual Abuse Disorder : Diagnosis, Management and
Among Street and Sexually Exploited Treatment, London: Martin Dunitz Ltd.
Children, Jakarta, ICWF-Childhope Taslim, A. 1995. Bila Perkosaan Terjadi.
Asia Philippines, 3-7 Maret 2002. Jakarta: Kalyanamitra, Komunikasi dan
Jakarta. Informasi Perempuan.
Fakih, M. 1997. “Perkosaan dan Kekerasan Warshaw, R. 1994. I Never Called It Rape.
Perspektif Analisis Gender”, dalam Eko New York: Ms. Foundation for
Prasetyo dan Suparman Marzuki (ed). Education and Communication, Inc.
Perempuan Dalam Wacana Perkosaan, ……, 1993. Jangan Biarkan Korban
Yogyakarta: Perkumpulan Keluarga Perkosaan Makin Menderita. Kompas,
Berencana Indonesia 28 Februari 1993.
Hayati, E. N. 2000. Panduan Untuk ……, 1995. Hukum Saja Tak Cukup
Pendamping Perempuan Korban Membantu Korban Perkosaan Memikul
Kekerasan Konseling Berwawasan Beban. Republika, 30 Juli 1995.
Gender. Yogyakarta: Rifka Annisa.

ISSN : 0215 - 8884

You might also like