Professional Documents
Culture Documents
2001, NO. 1, 1 - 18
ABSTRACT
korban dapat mengalami post traumatic 2. Bersikap tenang. Hal ini dapat
stress disorder (PTSD), yaitu gangguan membantu korban merasa aman.
secara emosi yang berupa mimpi buruk, 3. Meyakinkan korban. Keluarga dapat
sulit tidur, kehilangan nafsu makan, menunjukkan empatinya terhadap
depresi, ketakutan dan stress akibat peristiwa yang dialami oleh korban.
peristiwa yang dialami korban dan telah
4. Mempersiapkan korban terhadap
terjadi selama lebih dari 30 hari. Dukungan
kemungkinan yang akan terjadi
dari semua pihak sangat diperlukan untuk
selanjutnya. Korban mungkin memer-
mencegah terjadinya PTSD.
lukan bantuan dari orang lain misalnya
Korban perkosaan dapat memperoleh dokter dan polisi jika ia melaporkan
dukungan sosial dari teman, orangtua, kasusnya
saudara, psikolog, pekerja sosial, atau siapa
5. Memberi dukungan dan melaporkan
saja yang dapat mendengarkan keluhan
perkosaan yang dialami korban ke
mereka. Orang ini harus mau menjadi
pihak yang berwajib.
pendengar yang baik serta tidak
menghakimi korban dalam arti mereka Proses pemulihan trauma yang dihadapi
memiliki pandangan bahwa kejadian yang oleh korban perkosaan merupakan suatu
menimpa korban bukan terjadi karena proses adaptasi yang harus dilalui agar
kesalahan korban. Pandangan tersebut korban dapat menerima kenyataan yang
penting untuk menumbuhkan rasa percaya telah terjadi (Hayati, 2000). Proses
diri korban dan juga kepercayaan korban penyembuhan tersebut merupakan suatu
kepada orang lain (Taslim, 1995). proses adaptasi yang berat bagi korban.
Korban harus menghadapi keluarga, pelaku
Keluarga memiliki peluang yang
dan juga masyarakat. Keluarga sebagai
banyak untuk dapat mendampingi korban
salah satu pihak yang dekat dengan korban
melewati masa-masa ‘kritis’ akibat
diharapkan dapat menjadi pendukung yang
perkosaan yang dialaminya. Mereka dapat
paling besar untuk mencegah terjadinya
memberikan dukungan dengan memberi-
PTSD tersebut. Akan tetapi seringkali
kan rasa aman kepada korban, menerima
keluarga justru merasa malu untuk
keadaan korban apa adanya, tidak
mengakui apa yang telah terjadi pada
menyalahkan korban atas apa yang telah
anggota keluarga mereka. Mereka justru
terjadi padanya, bersikap tulus dalam
menutup-nutupi peristiwa tersebut dan
berhubungan dengan korban baik secara
tidak jarang mereka mengisolasi korban
verbal maupun non-verbal (Taslim, 1995).
dari masyarakat. Dengan sikap-sikap yang
Hal ini didukung dengan adanya waktu
demikian tadi maka korban akan semakin
yang dapat diluangkan dan dilalui bersama
merasa sendirian dan tidak berarti lagi
korban serta adanya kedekatan secara
(Kompas, 1993).
emosional sebagai sesama anggota
keluarga. Menurut Agaid (2002) keluarga Sementara itu belum banyak alternatif
sebagai pihak terdekat dapat memberikan penyembuhan yang tepat bagi pemulihan
dukungan bagi korban dengan cara: dampak perkosaan yang dirasakan oleh
korban. Hal menjadi latar belakang
1. Mempercayai cerita yang disampaikan
pertanyaan pada penelitian ini, yaitu:
oleh korban.
dampak apa saja yang dialami oleh korban alternatif yang mungkin akan dilalui oleh
perkosaan? serta alternatif penyembuhan korban perkosaan di dalam proses
seperti apa yang dapat dilakukan pada penyesuaian diri terhadap peristiwa yang
korban perkosaan? dialaminya.
Skema penelitian berikut ini mencoba
untuk menampilkan bermacam-macam
Dukungan
Lain
Perkosaan PTSD
Dukungan
Keluarga
Patologi
Kesembuhan
bisa coping dengan masalah yang demikian penelitian ini juga memfor-
dihadapinya. mulasikan pertanyaan penelitian tentang:
3. Korban perkosaan mendapatkan bagaimana persoalan yang dihadapi korban
dukungan dari pihak keluarga dan perkosaan?
pihak lain seperti lembaga atau
organisasi yang memiliki kepedulian METODE
terhadap korban, akan tetapi dukungan Fokus pendekatan dalam penelitian ini
tersebut diterima oleh korban setelah ia adalah trauma yang dialami oleh
mengalami PTSD. perempuan korban perkosaan serta
4. Alternatif ke empat adalah adanya dukungan yang diberikan pihak keluarga
dukungan dari pihak keluarga dan juga korban sebagai salah satu aspek yang dapat
pihak lain sebelum korban mengalami mencegah terjadinya PTSD pada korban.
PTSD. Dukungan ini membuat korban Dinamika pemberian dukungan dari pihak
mampu mengatasi dampak perkosaan keluarga terhadap korban menjadi bagian
yang muncul pada dirinya tanpa harus penting dalam penelitian ini.
mengalami PTSD.
Definisi perkosaan dalam penelitian ini
5. Selain keempat alternatif yang adalah suatu tindakan pemaksaan hubungan
memungkinkan korban perkosaan seksual dari laki-laki kepada perempuan.
untuk mengatasi masalahnya dan Pemaksaan hubungan seksual tersebut
mencapai proses recovery, terdapat dapat berupa ancaman secara fisik maupun
alternatif lain dimana korban tidak secara psikologis.
berhasil mengatasi masalahnya dan
PTSD pada perempuan korban per-
mengalami gangguan patologis.
kosaan adalah adanya gangguan yang
Berdasarkan beberapa alternatif tersebut terjadi akibat dari peristiwa perkosaan yang
maka penelitian ini mengambil alternatif ke menimpa korban. Gangguan ini merupakan
empat sebagai dasar kerja bagi peneliti. gangguan secara emosi yang berupa mimpi
Alasan dipilihnya alternatif ke empat buruk, sulit tidur, kehilangan nafsu makan,
sebagai dasar kerja, terletak pada fungsi depresi, ketakutan dan stress akibat
keluarga dan pihak lain yang memberikan peristiwa yang dialami korban dan telah
dukungan kepada korban sehingga dapat terjadi selama lebih dari 30 hari.
membantu korban dalam mengatasi
Dukungan keluarga merupakan bentuk
masalahnya tanpa melalui tahap PTSD.
perhatian yang diberikan oleh ayah, ibu dan
Apakah dukungan tersebut akan saudara korban dalam menghadapi dampak
efektif? Penelitian ini berusaha meng- peristiwa perkosaan yang terjadi pada
analisisnya. Namun, salah satu faktor yang korban dan mencegah terjadinya PTSD.
berpengaruh terhadap efektivita tersebut Bentuk perhatian keluarga dapat berupa
adalah kondisi korban. Besarnya penyediaan waktu untuk mendengarkan
permasalahan yang dihadapi korban sangat cerita korban, kemauan untuk ber-
mempengaruhi usaha itu. Oleh karena itu komunikasi dengan korban, penerimaan
dalam penelitian ini juga dideskripsikan terhadap korban, tidak menyalahkan
permasalahan yang dihadapi itu. Dengan korban atas peristiwa perkosaan yang
adalah salah satu syarat yang harus melihat tempat kostnya yang baru dan ia
dilakukan dalam rangka proses penyem- dipaksa untuk masuk ke kamar pelaku.
buhan korban. Korban tidak mampu Korban bingung dengan perlakuan pelaku.
bercerita kepada keluarganya. Ia akhirnya Pada awalnya ia berusaha menyem-
mampu bercerita satu minggu setelah bunyikan peristiwa tersebut dengan
kejadian yang pertama. Berdasarkan hasil harapan bahwa masalah tersebut tidak
tes di rumah sakit, diketahui bahwa korban berkepanjangan. Korban akhirnya merasa
mengalami kehamilan akibat dari tidak mampu menghadapi masalahnya
perkosaan yang dialaminya. sendirian sehingga ia memutuskan untuk
bercerita kepada orangtuanya.
Kasus 2:
B. Dampak Perkosaan
Perkosaan terjadi di Arab Saudi. Pelaku
adalah dua orang yang dipercaya korban
sebagai orang yang dapat menolong 1. Dampak fisik
dirinya. Perkosaan terjadi di tengah gurun Perkosaan sebagai salah satu bentuk
pasir yang jauh dari keramaian sehingga kekerasan, baik dilakukan dengan cara
korban tidak dapat menerima pertolongan halus maupun kasar akan menimbulkan
dari siapapun juga. Korban diancam akan dampak bagi korbannya. Perkosaan yang
dibunuh apabila tidak menuruti keinginan dilakukan dengan menggunakan kekerasan
pelaku. Sebelum terjadi perkosaan korban fisik jelas akan menimbulkan dampak
sempat diberi obat oleh pelaku. Korban secara fisik pada korban. Hal ini terlihat
tidak dapat menceritakan peristiwa yang pada kasus 2 di mana korban diancam
dialaminya kepada pihak keluarga di dengan menggunakan pedang dan pistol.
Indonesia karena ia disekap oleh pelaku Korban mengalami pemukulan, pendarahan
selama empat bulan. dan sempat pingsan setelah kejadian
tersebut.
Kasus 3: “Kayak apa pedang istilahnya kalau orang
Perkosaan dilakukan dengan modus sini. Dia hadap ke saya, di taruh ke leher
penyembuhan. Korban dibuat bingung saya. Saya njerit. Kamu jangan sekali-kali
dengan pemikiran tentang kondisi dirinya gerak atau teriak. Walaupun sampai nangis
yang sakit secara fisik dan psikis. gitu nggak bakalan ada orang tahu…”
Perkataan pelaku yang dapat menyem- “Sebelum diperkosa itu saya udah
buhkan korban membuat ia mau melakukan di…setelah S nempeleng, si A dateng-
permintaan pelaku. Korban tidak mau nya gak nempeleng mula-mulanya,
menceritakan kejadian yang dialaminya karena saya berontak dia langsung
kepada pihak keluarga dengan alasan tidak tonyor saya sampai mata saya
mau menambah beban keluarganya. bengkak, lebam gitu.”
“Jadi saya sebelum diperkosa itu
Kasus 4: disiksa duluan. Udah ditempeleng,
Perkosaan dilakukan oleh teman satu udah diinjek dada saya. Udah itu A
fakultas korban. Korban diajak untuk ngerjain saya, nggak tahu saya
marah dan jengkel kepada pelaku. Korban setengah bulan karena gangguan jiwa.
merasa bersalah kepada keluarga terutama Korban mengaku shock dan sering diam.
kepada orang tuanya akibat dari peristiwa Selama di rumah sakit tersebut korban
tersebut. Ia takut apabila suatu saat ada mendapatkan perawatan medis dan
seorang laki-laki yang ia sukai tetapi tidak mengkonsumsi obat sehari tiga kali.
mau menerima keadaan dirinya. Korban “Nggak bisa dimaafin…kalau inget itu
juga merasa takut apabila peristiwa tersebut kepala sering pusing-pusing… tapi
diketahui oleh pihak sekolah maka ia akan saya pernah dirawat di rumah sakit
dikeluarkan dari sekolah dan tidak dapat selama satu bulan setengah…
meneruskan pendidikannya. Korban juga kayaknya shock…”
merasa sering pusing, pucat, lesu, malas
tersenyum, dan tidak memiliki semangat. “Waktu dipenjara… M diasingkan ke
rumah sakit karena gangguan jiwa...
“Ya… aku sedih. Aku takut kalau guru sering diem gitu... khan minum pil
dan teman-teman tahu. Soalnya aku sehari tiga kali.”
takut kalo nggak bisa sekolah lagi. Aku
takut dikeluarin dari sekolah. Nanti Apabila mengingat kejadian tersebut
khan masa depanku semakin suram. korban mengaku sering pusing, tidak mau
Trus selain itu kalau suatu hari nanti makan, tidak dapat memaafkan kejadian
aku dekat sama laki-laki dan ternyata tersebut, lemas, merasa tidak berharga,
ia tahu kejadian ini aku takut kalau dia hidupnya tidak berarti lagi, tidak percaya
nggak bisa menerima”. diri, minder dan sering melamun. Korban
mengaku tidak dapat melupakan kejadian
“pucat, lesu, aku jadi males senyum,
tersebut, terutama ketika ia difoto oleh
rasanya nggak ada semangat gitu”
pelaku pada saat terjadi perkosaan. Korban
“mmm… wujud dari kesehatanku
sempat merasa benci kepada laki-laki dan
sering tertekan, mmm… sering
mengaku trauma. Korban membatasi diri
tertekan, sering pusing, apalagi kalau
dalam bergaul dengan laki-laki.
teringat peristiwa itu. Yah... kayaknya
aku jadi sering ngerasa bersalah. Trus “Sudah lemas … kayaknya saya nggak
aku sering nangis, terutama kalau pas berharga … kepikiran kayak nggak
sholat. Aku seringnya menyalahkan ada artinya… setelah kejadian itu
diri sendiri”. kayaknya nggak ada artinya hidup
lagi... tapi karena banyak dorongan
dari kawan-kawan harus bangkit,
Kasus 2 : harus gimana gitu… kayakya udah
Korban pingsan setelah kejadian. Selain takut ke sana lagi.”
itu ia mengalami pendarahan pada daerah “… tapi saya kayaknya saya udah
kelaminnya. Korban merasa sedih, marah, nggak ada rasa bangkit, percaya diri
jengkel, dan tidak berdaya menghadapi udah nggak ada lagi. Bener-bener
kejadian tersebut. Jangka panjangnya kejadian itu nggak bisa saya lupakan.
korban merasa tertekan dan memiliki Kadang saya sering melamun. Tapi
keinginan untuk bunuh diri. Ia sempat sekarang nggak. Yah kadang-kadang
dimasukkan ke rumah sakit selama satu
inget… kalau kita nginget itu kayaknya ngeliat itu aku jijik melihat badanku
sakiiit gitu” sendiri aku benci ngeliat peristiwa itu
“Ho..oh… sejak kejadian itu ngeliat aku jijik banget trus ngeliat
laki-laki udah jera... kayaknya benci badankupun aku jadi jijik gitu lho…
gitu…perasaan itu… memang nggak aku maunya itu segera ilang.”
semua laki-laki sama ya... tapi “Tiga minggu sampai sebulan
perasaan saya sudah mengatakan laki- setelahnya setiap pagi tu pengin
laki tuh begitu… kayaknya gimana gitu muntah, aku sempat takut kalau aku
sama laki-laki… jadi waktu pulang itu hamil dan aku sudah dikasih pil anti
… laki-laki itu semuanya sama hamil dan aku yakin nggak hamil,
gitu…M membatasi diri… bergaul lagian aku juga udah haid, cuman aku
dengan laki-laki tuh nggak ada... selalu pengin muntah… pokoknya
mungkin trauma ya…” kayak masuk anginlah… isinya mual,
pengin muntah gitu dan nggak bisa
Kasus 3: diisi makanan kalo pagi.”
“Setelah itu… W cuman bisa nangis… “Yaa selama itu W trauma banget, W
trus dia bilang... yang jahatnya dia itu nggak berani tidur sendirian, W
malah bilang ke W udah kamu nggak selalu minta ditemenin sama temen W.
usah nangis, kamu khan baik, udah W juga sempet nginep di rumahnya A,
suatu saat pasti ada orang yang mau masalahnya kalau sendirian W pasti
sama kamu. Dia cuma bilang gitu. W inget … inget kejadian itu trus W
cuma… W tu nggak tahu harus gimana nggak bisa tidur, tiap tidur tuh pasti W
harus berbuat apa. W cuma duduk di yaa selalu terbangun gitu lho.”
situ cuma duduk lemes banget. Trus “He em, W putus asa pengin bunuh
baru dia nganterin. Baru dia nganterin diri trus karena W sampe merokok gitu
W ke sini.” lho. Merokok W kata orang sih bisa
“Waktu kejadian di sana itu W cuma ngurangin stres, jadi W coba merokok
bingung, tapi setelah sampai, W di gimana. Merokok trus tapi kalau untuk
kost, baru W itu ngerasa marah gitu ke minuman atau ke obat-obatan itu
lho. W marah kenapa dia itu sejahat belum sih berfikir ke situ. Tapi W
itu. W tu kesel, tapi W tu nggak tahu pernah berfikir W tu udah udah nggak
marahnya harus gimana… W cuman… berharga gitu trus kalaupun ada apa-
W nggak tahu harus marah sama apa apalagi yang perlu dipertahankan,
siapa.” pernah rasa kayak gitu pernah ada.”
Korban merasa memiliki beban secara Berdasarkan data tersebut dapat
psikologis berhubungan dengan peristiwa dipetakan bahwa ada beberapa akibat yang
tersebut. Ia tidak konsentrasi dalam belajar, sama yang dirasakan oleh korban, yaitu:
merasa malu dengan teman-temannya, dan marah, lemas, pusing apabila teringat
memiliki perasaan takut jika tidak ada laki- dengan peristiwa perkosaan, marah kepada
laki yang mau menerimanya. Korban pelaku, merasa bersalah, merasa tidak
merasa sudah tidak berharga. Ia sempat berharga, takut untuk berhubungan dengan
merasa putus asa dan ingin bunuh diri. laki-laki ataupun khawatir bahwa tidak ada
Korban merasa trauma. Ia tidak berani tidur laki-laki yang mau menerima kondisi
sendirian dan harus ditemani. Jika sendirian korban. Pada tingkat tertentu korban
ia selalu teringat dengan kejadian tersebut merasa memiliki keinginan untuk bunuh
dan ia tidak dapat tidur. Setiap tertidur ia diri. Hal ini berhubungan dengan perasaan
pasti terbangun kembali. Hal ini tidak berharga yang dirasakan oleh korban.
berlangsung sekitar dua minggu. Selain itu Perbedaan dampak pada masing-masing
korban mengalami pendarahan selama tiga korban dipengaruhi oleh berbagai hal yang
hari, sering mual, pusing dan ada dialami oleh korban seperti faktor
kemungkinan stress. hubungan dengan pelaku, perlakuan pelaku
“Beban di W itu beban psikologis. W selama perkosaan, perlakuan pelaku setelah
jadi nggak… kuliah jadi nggak melakukan perkosaan, pengalaman serta
kosentrasi, sama temen-temen juga pengetahuan yang dimiliki korban, reaksi
rasanya malu.” dari lingkungan sekitar, serta dukungan
dari pihak keluarga.
sekolahnya setelah pihak keluarga memberi korban ini dapat dikategorikan ke dalam
pengertian kepada pihak sekolah dan PTSD.
fakultas.
Pada korban yang mengalami PEMBAHASAN
perkosaan di luar negeri dan tidak memiliki Perkosaan yang dialami oleh korban
akses komunikasi kepada keluarga, maka dalam penelitian ini terjadi dengan cara
dampak yang dialaminya berlangsung yang berbeda. Dua korban mengalami
cukup lama. Hal tersebut juga disebabkan perkosaan dengan dalih pengobatan, satu
karena peristiwa yang menimpanya korban diperkosa oleh teman, sementara
berlangsung selama empat bulan dan korban terakhir diperkosa saat bekerja di
disertai dengan perlakuan yang sangat luar negeri. Pelaku perkosaan dalam
kasar. Sambutan pihak keluarga yang penelitian ini adalah orang yang dikenal,
menerima korban setelah pulang ke rumah bahkan dipercaya oleh korban. Hal ini
membuat korban merasa lega dan diterima memperkuat pendapat Warshaw (1994)
oleh keluarga. Meskipun demikian korban yang mengatakan bahwa pelaku dan korban
merasa harus menghadapi tekanan dari dapat saja saling kenal melalui aktivitas
masyarakat sendirian karena keluarga yang sama, teman lama, tetangga, teman
dirasakan tidak banyak membantu dalam sekelas, teman kerja, kencan buta, ataupun
hal tersebut. teman seperjalanan. Dengan demikian hal
Pengaruh dukungan tersebut terlihat ini juga mematahkan anggapan bahwa
dengan jelas apabila dibandingkan dengan perkosaan hanya dilakukan oleh orang
seorang korban yang sama sekali tidak asing atau orang yang tidak dikenal oleh
mendapatkan dukungan dari keluarga. korban (Tridiatno, dalam Hayati dkk.,
Korban tidak memperoleh dukungan sebab 2000).
ia tidak mau menceritakan masalahnya Kedudukan korban pada kasus
kepada keluarga yang tinggal di luar Jawa. perkosaan ini sebagai pihak yang lemah.
Ia memilih untuk tidak bercerita kepada Pada kasus perkosaan dengan dalih
keluarga karena tidak ingin menambah pengobatan, korban tidak dapat menolak
beban dan masalah yang dihadapi keinginan pelaku meskipun korban merasa
keluarganya. Korban yang menanggung ragu ataupun tidak mau menuruti
bebannya seorang diri akhirnya mengalami permintaan tersebut. Lokasi perkosaan,
trauma yang cukup lama, bahkan yaitu di sebuah hotel dan daerah tepi
berlangsung lebih dari satu bulan. Korban sungai, membuat posisi korban dalam
mengalami kesulitan tidur, mimpi buruk, persepsi masyarakat tidak dipandang
gangguan makan, pusing, bahkan terkadang sebagai korban perkosaan. Hal ini
pingsan. Hampir setiap saat korban teringat disebabkan karena tempat-tempat tersebut
dengan perkosaan yang dialaminya tanpa identik dengan tempat untuk melakukan
dapat berbagi dengan keluarganya. hubungan seks secara sukarela. Pandangan
Berdasarkan dampak yang dirasakan yang berlaku dalam masyarakat membuat
korban dan jangka waktu munculnya korban merasa malu dan takut untuk
gangguan maka dampak yang dialami oleh bercerita ataupun berhubungan dengan
orang lain. Kemudian pada kasus
perkosaan di luar negeri, korban yang tidak muntah. Korban merasakan pusing dan
memiliki akses apapun menjadi percaya mual di setiap pagi selama beberapa hari.
dengan orang yang mengaku sebagai polisi Pada tubuh korban juga terdapat bekas-
dan berkata akan menolongnya. Saat terjadi bekas pukulan, bekas gigitan, perlakuan
perkosaan, ia tidak mengenal lokasi kasar yang disertai pemukulan. Sementara
kejadian dan kesulitan dalam memperoleh itu secara psikologis korban mengalami
pertolongan (mengingat statusnya sebagai perasaan lemas, sedih, takut, bersalah,
warga asing). jengkel, rendah diri, marah, tidak percaya
Kenyataan yang ditemui pada proses diri, dendam, benci, dan tidak berharga
terjadinya perkosaan menunjukkan bahwa lagi. Perasaan ini dialami oleh korban baik
korban pada awalnya tidak menyangka pada saat kejadian maupun setelah
ataupun tidak menyadari bahwa perbuatan kejadian. Intensitas serta lama terjadinya
pelaku adalah suatu perkosaan. Hal ini dampak ini berbeda pada tiap korban.
terjadi karena cara yang dilakukan oleh Perlakuan yang diberikan pelaku dapat
pelaku untuk membuat korban percaya dan memberikan pengaruh terhadap perbedaan
tidak mampu menolak kemauannya. Pada dampak yang dirasakan oleh korban.
dasarnya memang terdapat berbagai macam Pandangan yang selama ini berkembang
perkosaan baik yang dilakukan dengan dalam masyarakat mengenai kasus
kekerasan secara fisik maupun dengan cara perkosaan ternyata memiliki dampak pada
merayu korban. Kenyataan ini senada korban. Tidak jarang masyarakat justru
dengan pernyataan Warshaw (1994) yang menyalahkan korban atas peristiwa yang
mengatakan bahwa perkosaan dengan dialaminya. Mereka menganggap bahwa
pelaku yang dikenal baik oleh korban perkosaan terjadi karena korban turut ambil
membuat korban terkadang tidak bagian dalam peristiwa tersebut.
menyadari bahwa perbuatan pelaku Korban merasa takut untuk bercerita
merupakan suatu perkosaan. Pelaku mengenai apa yang dialaminya kepada
sebagai orang yang dikenal oleh korban orang lain, bahkan pada keluarganya. Hal
sudah mengetahui situasi dimana ia akan ini disebabkan karena adanya ketakutan
melakukan perkosaan. Korban yang bahwa orang lain tidak akan menerima
memiliki relasi kuasa di bawah pelaku keadaan korban. Selain itu korban juga
tidak mempunyai kekuatan untuk menolak takut dianggap telah mencemarkan nama
keinginan pelaku, selain itu pada saat baik keluarga. Selain itu korban yang
mereka dimungkinkan untuk menolak masih bersekolah juga takut apabila pihak
keinginan pelaku mereka tidak memiliki sekolah serta teman-temannya tidak mau
akses untuk melakukan hal tersebut. menerima dia. Hal seperti ini membuat
Semua korban perkosaan dalam korban untuk beberapa saat mengalami
penelitian ini mengalami dampak baik kebingungan antara ingin bercerita kepada
secara fisik dan psikologis. Secara fisik, orang lain dengan ketakutan yang
korban mengalami rasa sakit dan dirasakannya. Hal ini sesuai dengan
pendarahan pada alat kemaluan (vagina) pendapat Agaid (2002) yang menyatakan
setelah peristiwa perkosaan. Korban juga bahwa dalam kondisi seperti ini korban
sering merasa pusing, mual, dan ingin mengalami beban ganda yaitu mengalami