Professional Documents
Culture Documents
Percobaan VII
PENENTUAN ANGKAPENYABUNAN NETRALISASI
EKIVALEN DAN UJI GLISEROL DALAM MINYAK
NIM : 10510040
Kelompok :5
Laboratorium Biokimia
2012
Percobaan VII
Penentuan Angka Penyabunan Netralisasi Ekivalen dan Uji Gliserol dalam Minyak
I. Tujuan Percobaan
- Menentukan angka penyabunan dan uji gliserol dalam minyak
Lipid mengacu pada golongan senyawa hidrokarbon alifatik nonpolar dan hidrofobik.
Karena nonpolar, lipid tidak larut dalam pelarut polar seperti air, tetapi larut dalam pelarut
nonpolar, seperti alkohol, eter atau kloroform. Fungsi biologis terpenting lipid di antaranya
untuk menyimpan energi, sebagai komponen struktural membran sel, dan sebagai
pensinyalan molekul.
Lipid adalah senyawa organik yang diperoleh dari proses dehidrogenasi endotermal
rangkaian hidrokarbon. Lipid bersifat amfifilik, artinya lipid mampu membentuk struktur
seperti vesikel, liposom, atau membran lain dalam lingkungan basah. Lipid biologis
seluruhnya atau sebagiannya berasal dari dua jenis subsatuan atau "blok bangunan"
biokimia: gugus ketoasil dan gugus isoprena. Dengan menggunakan pendekatan ini, lipid
dapat dibagi ke dalam delapan kategori: asil lemak, gliserolipid, gliserofosfolipid,
sfingolipid, sakarolipid, dan poliketida (diturunkan dari kondensasi subsatuan ketoasil); serta
lipid sterol dan lipid prenol (diturunkan dari kondensasi subsatuan isoprena).
AP =
H2C-OH CH2
gliserol akrolein
Dari hasil percobaan, gliserol menghasilkan bau yang khas akrolein yaitu seperti
bau kaporit. Kemudian untuk minyak seperti lemak terbakar. Pada uji untuk hasil
safonifikasi, pada awalnya berbau seperti buah lengkeng. Kemudian setelah
dipanaskan hingga mendidih baru tercium bau khas akrolein. Hal ini disebabkan
karena masih ada alkohol yang terdapat dalam larutan yang belum menguap.
Sehingga setelah mendidih alkohol sudah menguap semuanya. Uji ini
membuktikan reaksi safonifikasi berlangsung karena terbentuk gliserol yang
bereaksi dengan reagen akrolein yang menghasilkan akrolein yang berbau khas.
Uji selanjutnya yang dilakukan adalah uji kolorimetri. Pada uji kalorimetri,
larutan yang dihasilkan dari reaksi safonifikasi dan larutan gliserol 10 % sebagai
standar ditambahkan dengan air, kemudian ditambahkan dengan NaOCl. Hal ini
dimaksudkan untuk memutuskan rantai karbon dan diganti dengan gugus –ONa,
atau dengan kata lain dimaksudkan agar larutan yang mengandung gliserol yang
nantinya akan bereaksi dengan asam kuat (HCl pekat), gugus dapat terlindungi
dengan adanya NaOCl dari gugus fungsi HCl. Setelah ditambahkan HCl pekat
kemudian dididihkan untuk membuang kelebihan asam. Selanjutnya, penambahan
senyawa α-naftol untuk merubah komponen gugus benzena/aromatik yang dengan
bantuan senyawa H2SO4 akan mampu memisahkan gugus –OH pada gugus
benzene. Sehingga terbentuknya larutan yang hijau, sekaligus menandakan
keberadaan gliserol dalam larutan sampel. Akan tetapi dari hasil percobaan,
larutan standar gliserol dan larutan dari hasil safonifikasi yang positif terdapat
gliserol tidak berubah warna menjadi hijau tetapi berwarna kuning. Hal ini
dimungkinkan karena H2SO4 sudah terkontaminasi. Terlihat dari larutan asam
sulfat yang seharusnya berwarna bening berwarna merah muda. Persamaan
reaksinya :
Netralisasi ekivalen didefinisikan sebagai jumlah garam asam yang diperlukan
untuk menetralkan satu ekivalen alkali. Percobaan ini tidak dilakukan. Dalam
praktiknya, netralisasi ekivalen ditentukan dengan mentitrasi asam organik
anhidris dengan standar alkali.
VI. Kesimpulan
- Angka penyabunan : 240.8 mg KOH dalam 1 gram minyak
- Uji akrolein menghasilkan hasil yang positif untuk gliserol dan hasil dari
Safonofikasi, hasil negatif untuk minyak
- Uji kolorimetri menghasilkan hasil yang negatif untuk gliserol, hasil safonifikasi
dan minyak
NE =
NE =
NE = 1666.67 g/mol
3. Hasil penyabunan suatu lemak/minyak netral adalah gliserol dan campuran
garam dari asam lemak. Asam lemak dengan berat molekul tinggi berbeda
dengan garamnya tidak larut dalam air, tetapi larut dalam pelarut non-polar
seperti eter. Dengan demikian asam lemak dengan berat molekul tinggi
tersebut dapat dipisahkan dari gliserol dengan mengasamkan campuran, lalu
diikuti dengan penyaringan atau dengan mengekstraksinya dengan eter.
Perhitungan berat molekul rata-rata dari fraksi asam lemak dapat dilakukan
dengan menggunakan netralisasi ekivalen sampelnya. Jadi berat molekul rata-
ratanya adalah 1666.67 g/mol.