You are on page 1of 8

LAPORAN BIOKIMIA KI-3161

Percobaan VII
PENENTUAN ANGKAPENYABUNAN NETRALISASI
EKIVALEN DAN UJI GLISEROL DALAM MINYAK

Nama : Syamsul Bahri

NIM : 10510040

Kelompok :5

Tanggal Percobaan : 8 November 2012

Tanggal Laporan : 14 November 2012

Asisten : Sari Dewi K.

Laboratorium Biokimia

PROGRAM STUDI KIMIA

FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM

INSTITUT TEKNOLOGI BANDUNG

2012
Percobaan VII
Penentuan Angka Penyabunan Netralisasi Ekivalen dan Uji Gliserol dalam Minyak

I. Tujuan Percobaan
- Menentukan angka penyabunan dan uji gliserol dalam minyak

II. Teori dasar

Lipid mengacu pada golongan senyawa hidrokarbon alifatik nonpolar dan hidrofobik.
Karena nonpolar, lipid tidak larut dalam pelarut polar seperti air, tetapi larut dalam pelarut
nonpolar, seperti alkohol, eter atau kloroform. Fungsi biologis terpenting lipid di antaranya
untuk menyimpan energi, sebagai komponen struktural membran sel, dan sebagai
pensinyalan molekul.

Lipid adalah senyawa organik yang diperoleh dari proses dehidrogenasi endotermal
rangkaian hidrokarbon. Lipid bersifat amfifilik, artinya lipid mampu membentuk struktur
seperti vesikel, liposom, atau membran lain dalam lingkungan basah. Lipid biologis
seluruhnya atau sebagiannya berasal dari dua jenis subsatuan atau "blok bangunan"
biokimia: gugus ketoasil dan gugus isoprena. Dengan menggunakan pendekatan ini, lipid
dapat dibagi ke dalam delapan kategori: asil lemak, gliserolipid, gliserofosfolipid,
sfingolipid, sakarolipid, dan poliketida (diturunkan dari kondensasi subsatuan ketoasil); serta
lipid sterol dan lipid prenol (diturunkan dari kondensasi subsatuan isoprena).

III. Data Pengamatan

- Penentuan angka penyabunan


Konsentrasi HCl = 0.5 N
Vblanko = 49.7 mL
Vsampel = 28.2 mL
- Uji Akrolein

minyak, gliserol, hasil refluks


- Uji Kolorimetri

hasil refluks, gliserol, minyak


Uji/Senyawa Gliserol Minyak Gliserol hasil uji
penyabunan
Akrolein Bening, tidak ada Kuning, tidak ada Awalnya
perubahan warna,pada perubahan warna, berwarna kunig
awalnya berbau tidak berbau khas bening, lalu
kaporit, berbau akrolein berubah menjadi
khas(akrolein) bening, pada
awalnya berbau
buah lengkeng,
setelah mendidih
bau khas
akrolein
Kolorimetri Ketika penambahan Ketika penambahan Ketika
HCl berubah menjadi HCl berubah penambahan
sedikit kuning, lalu menjadi sedikit HCl berubah
pada saat ditambahkan kuning, lalu pada menjadi sedikit
α-naftol berubah saat ditambahkan kuning, lalu
menjadi ungu, α-naftol berubah pada saat
kemudian ketika menjadi ungu, ditambahkan α-
penambahan asam kemudian ketika naftol berubah
sulfat menjadi kuning penambahan asam menjadi ungu,
muda sulfat menjadi dua kemudian ketika
fasa, yaitu di atas penambahan
warna hitam, asam sulfat
bawah berwarna menjadi kuning
coklat

IV. Pengolahan Data


- Penentuan angka penyabunan
mol KOHbereaksi = (Vblanko – Vsampel) x konsentrasi HCl
mol KOHbereaksi = (49.7 – 28.2) x 0.5
mol KOHbereaksi = 10.75 mmol = 0.01075 mol
massa KOHbereaksi = 10.75 x 56
massa KOHbereaksi = 602 mg
AP =

AP =

AP = 240.8 mg KOH/gram minyak


V. Pembahasan
Pada percobaan ini dilakukan penentuan angka penyabunan dari suatu reaksi
safonifikasi dengan menggunakan KOH alkoholis. Kemudian dari hasil
penyabunan tersebut dilakukan uji kualitatif yaitu uji akrolein dan uji kolorimetri.
Uji ini dilakukan terhadap gliserol, minyak dan hasil dari safonifikasi.
Pada percobaan pertama dilakukan uji penyabunan untuk minyak. Minyak sampel
dilarutkan dengan KOH alkoholis dan dilakukan refluks yang dilakukan pada
penangas. Fungsi pemanasan tersebut untuk menghilangkan alkohol. Tujuannya
adalah agar alkohol tersebut tidak mengganggu pembuatan sabunnya. Proses
pemanasan dilakukan dengan refluks agar campuran tidak langsung menguap dan
reaksi pencampurannya lebih baik. Fungsi penambahan KOH adalah untuk
menghidrolisis lemak. Persamaan reaksinya :

Kemudian sabun tersebut dititrasi dengan HCl untuk menentukan banyaknya


KOH yang dapat menghidrolisis ketika reaksi. HCl akan bereaksi dengan KOH
sisa. Kemudian larutan KOH direfluks dengan perlakuan yang sama ketika
bereaksi dengan minyak. Larutan KOH yang direfluks pun dititrasi oleh HCl.
Tujuannya adalah untuk mengetahui KOH awal. Dengan cara tersebut, maka akan
dapat ditentukan banyaknya KOH yang bereaksi dengan minyak. Tujuan
mengetahui banyaknya KOH yang bereaksi adalah untuk menentukan banyaknya
miligram KOH yang dapat bereaksi dengan 1 gram minyak yang didefinisikan
sebagai angka penyabunan. Angka penyabunan untuk lemak yang berbeda akan
memiliki angka penyabunan yang berbeda pula. Dari hasil percobaan, nilai angka
penyabunannya adalah 240.8 mg KOH dalam 1 gram minyak. Angka ini sangat
besar untuk angka penyabunan. Biasanya angka penyabunan untuk minyak adalah
antara 190-205. Hal ini mungkin disebabkan karena masih banyak alkohol yang
belum bereaksi dengan minyak. Untuk menguji bahwa yang dihasilkan adalah
sabun dan gliserol, maka dilakukan uji akrolein dan uji kolorimetri.
Pada uji akrolein terjadi karena adanya dehidrasi dan oksidasi gliserol menjadi
akrolein. Uji akrolein ini akan mudah diamati karena adanya bau akrolein yang
merupakan hasil reaksi yang mempunyai bau yang khas. Pada uji akrolein terjadi
agen penghidrasi KHSO4 akan menarik air sehingga gliserol akan terdehidrasi
kedalam bentuk aldehid tidak jenuh atau akrolein. Persamaan reaksinya :
H2C-OH HC=O

H2C-OH +KHSO4 C-H + 2 H2O

H2C-OH CH2

gliserol akrolein
Dari hasil percobaan, gliserol menghasilkan bau yang khas akrolein yaitu seperti
bau kaporit. Kemudian untuk minyak seperti lemak terbakar. Pada uji untuk hasil
safonifikasi, pada awalnya berbau seperti buah lengkeng. Kemudian setelah
dipanaskan hingga mendidih baru tercium bau khas akrolein. Hal ini disebabkan
karena masih ada alkohol yang terdapat dalam larutan yang belum menguap.
Sehingga setelah mendidih alkohol sudah menguap semuanya. Uji ini
membuktikan reaksi safonifikasi berlangsung karena terbentuk gliserol yang
bereaksi dengan reagen akrolein yang menghasilkan akrolein yang berbau khas.
Uji selanjutnya yang dilakukan adalah uji kolorimetri. Pada uji kalorimetri,
larutan yang dihasilkan dari reaksi safonifikasi dan larutan gliserol 10 % sebagai
standar ditambahkan dengan air, kemudian ditambahkan dengan NaOCl. Hal ini
dimaksudkan untuk memutuskan rantai karbon dan diganti dengan gugus –ONa,
atau dengan kata lain dimaksudkan agar larutan yang mengandung gliserol yang
nantinya akan bereaksi dengan asam kuat (HCl pekat), gugus dapat terlindungi
dengan adanya NaOCl dari gugus fungsi HCl. Setelah ditambahkan HCl pekat
kemudian dididihkan untuk membuang kelebihan asam. Selanjutnya, penambahan
senyawa α-naftol untuk merubah komponen gugus benzena/aromatik yang dengan
bantuan senyawa H2SO4 akan mampu memisahkan gugus –OH pada gugus
benzene. Sehingga terbentuknya larutan yang hijau, sekaligus menandakan
keberadaan gliserol dalam larutan sampel. Akan tetapi dari hasil percobaan,
larutan standar gliserol dan larutan dari hasil safonifikasi yang positif terdapat
gliserol tidak berubah warna menjadi hijau tetapi berwarna kuning. Hal ini
dimungkinkan karena H2SO4 sudah terkontaminasi. Terlihat dari larutan asam
sulfat yang seharusnya berwarna bening berwarna merah muda. Persamaan
reaksinya :
Netralisasi ekivalen didefinisikan sebagai jumlah garam asam yang diperlukan
untuk menetralkan satu ekivalen alkali. Percobaan ini tidak dilakukan. Dalam
praktiknya, netralisasi ekivalen ditentukan dengan mentitrasi asam organik
anhidris dengan standar alkali.

VI. Kesimpulan
- Angka penyabunan : 240.8 mg KOH dalam 1 gram minyak
- Uji akrolein menghasilkan hasil yang positif untuk gliserol dan hasil dari
Safonofikasi, hasil negatif untuk minyak
- Uji kolorimetri menghasilkan hasil yang negatif untuk gliserol, hasil safonifikasi
dan minyak

VII. Daftar Pustaka


Clark, J.M. 1964. Experimental Biochemistry. W.H Freeman and Company. p. 52-
54.
Nelson, D.L., Cox, M.M., “Lehninger Principles of Biochemistry”, 4th ed., Mc.
Graw-Hill Company, 2004, p.238-270
http://mawardiarsyam.blogspot.com/ tanggal akses 13 November 2012 17.20
http://cheryblitz.wordpress.com/2011/12/13/bilangan-saponifikasi-angka-
penyabunan/ tanggal akses 13 November 2012 17.25
Jawaban Pertanyaan
1. Angka penyabunan didefinisikan sebagai banyaknya dalam miligram KOH
yang digunakan untuk menghidrolisis 1 gram minyak untuk menjadi sabun.
Angka penyabunan yang didapat dari percobaan adalah 240.8 mg KOH dalam
1 gram minyak
2. Netralisasi ekivalen didefinisikan sebagai jumlah garam asam yang diperlukan
untuk menetralkan satu ekivalen alkali. Percobaan ini tidak dilakukan. Dalam
praktiknya, netralisasi ekivalen ditentukan dengan mentitrasi asam organik
anhidris dengan standar alkali. Persamaan yang digunakan adalah

NE =

NE =

NE = 1666.67 g/mol
3. Hasil penyabunan suatu lemak/minyak netral adalah gliserol dan campuran
garam dari asam lemak. Asam lemak dengan berat molekul tinggi berbeda
dengan garamnya tidak larut dalam air, tetapi larut dalam pelarut non-polar
seperti eter. Dengan demikian asam lemak dengan berat molekul tinggi
tersebut dapat dipisahkan dari gliserol dengan mengasamkan campuran, lalu
diikuti dengan penyaringan atau dengan mengekstraksinya dengan eter.
Perhitungan berat molekul rata-rata dari fraksi asam lemak dapat dilakukan
dengan menggunakan netralisasi ekivalen sampelnya. Jadi berat molekul rata-
ratanya adalah 1666.67 g/mol.

You might also like