You are on page 1of 10

BAB III

PEMBAHASAN

Tuberkulosis merupakan penyakit menular yang paling sering dan dalam

banyak kasus menyebabkan kematian. Penyakit ini merupakan penyakit yang

disebabkan oleh bakteri Mycobacterium tuberculosis. Tuberkulosis tidak hanya

menyerang parenkim paru namun juga bisa menyerang bagian tubuh lainnya

seperti kulit, tulang, otak, dan lain-lain.1

Berdasarkan data World Health Organization (WHO) pada tahun 2013

terdapat 9 juta penduduk dunia telah terinfeksi bakteri TB. Pada tahun 2014

terdapat 9,6 juta penduduk dunia terinfeksi bakteri TB. Jumlah kasus TB paru

tahun 2015 terbanyak berada pada wilayah Afrika (37%), wilayah Asia Tenggara

(28%), dan wilayah Mediterania Timur (17%). Di Indonesia pada tahun 2014,

jumlah penemuan kasus TB paru dengan BTA (+) yaitu 176.677 jiwa dari 248

juta penduduk dengan angka kejadian 71 per 100.000 penduduk, dengan jumlah

laki-laki 106.451 jiwa (60,3%) dan jumlah perempuan 70.226 jiwa (39,7%).2

Tuberkulosis dapat menyebar melalui udara ketika seseorang yang

terinfeksi TB aktif batuk, bersin, atau melalui ludah. Gejala klasik TB aktif yaitu

batuk kronis lebih dari 2 minggu disertai atau tanpa disertai dahak dengan bercak

darah, demam, keringat di malam hari, dan penurunan berat badan.5

Tujuan program penanggulangan TB adalah menurunkan kesakitan dan

angka kematian TB, memutuskan rantai penularan,dan mencegah terjadinya MDR

TB. Sedangkan target program penanggulangan TB adalah tercapainya penemuan

42
43

pasien paling sedikit 70% dari perkiraan dan menyembuhkan 85% dari semua

pasien tersebut serta mempertahankannya. Target ini diharapkan dapat

menurunkan tingkat prevalensi dan kematian akibat TB hingga separuhnya pada

tahun 2010 dibanding tahun 1990, dan dapat mencapai tujuan millennium

development goals (MDGs) pada tahun 2015.3

Penemuan Pasien Tuberkulosis

Kegiatan penemuan pasien terdiri dari penjaringan suspek, diagnosis,

penentuan klasifikasi penyakit dan tipe pasien. Penemuan pasien merupakan

langkah pertama dalam kegiatan program penanggulanangan TB. Penemuan dan

penyembuhan pasien TB menular, secara bermakna akan dapat menurunkan

kematian dan kesakitan TB, penularan TB di masyarakat dan sekaligus

merupakan kegiatan pencegahan penularan TB yang paling efektif di masyarakat.3

Penemuan pasien TB di lakukan dengan strategi :

a. Penemuan pasien TB dilakukan dengan cara promosi aktif kepada pasien.

Penjaringan tersangka pasien dilakukan di unit pelayanan kesehatan,

didukung dengan penyuluhan secara aktif, baik oleh petugas kesehatan

maupun masyarakat, untuk meningkatkan cakupan penemuan tersangka

pasien TB.

b. Pemeriksaan terhadap kontak pasien TB, terutama mereka yang BTA

positif dan pada keluarga anak yang menderita TB yang menunjukkan

gejala yang sama harus diperiksa dahaknya.

c. Penemuan secara aktif dari rumah ke rumah.


44

Diagnosis Tuberkulosis ( TB)

Semua suspek TB diperiksa 3 spesimen dahak dalam waktu 2 hari, yaitu:

Sewaktu, Pagi, Sewaktu (SPS). Diagnosis TB paru pada orang dewasa dapat

ditegakkan dengan ditemukannya BTA pada pemeriksaan dahak secara

mikroskopis merupakan diagnosis utama. Pemeriksaan lain seperti foto toraks,

biakan dan uji kepekaan dapat digunakan sebagai penunjang diagnosis sepanjang

sesuai dengan indikasi.6

Tidak dibenarkan mendiagnosis TB hanya berdasarkan pemeriksaan foto

toraks saja. Foto toraks tidak memberikan gambaran yang khas pada TB Paru

sering terjadi overdiagnosis.6

Sedangkan diagnosis TB ekstra paru ditentukan dengan mengetahui gejala

dan keluhan tergantung dari organ yang terkena. Misalnya kaku kuduk pada

meningitis TB, nyeri dada pada TB pleura, pembesaran kelenjar limfe superfisialis

pada limfadenitis TB dan deformitas tulang belakang pada spondilitis TB dan

lain-lain. Diagnosis pasti sering sulit ditegakkan sedangkan diagnosis kerja

ditegakkan berdasarklan gejala klinis TB yang kuat dengan menyingkirkan

kemungkinan penyakit lain.6

Pada sebagian besar TB paru, diagnosis terutama ditegakkan dengan

pemeriksaan dahak secara mikroskopis dan tidak memerlukan foto toraks.

Namun, pada kondisi tertentu pemeriksaan foto tpraks perlu dilakukan sesuai

dengan indikasi sebagai berikut6:


45

a. Hanya 1 dari 3 spesimen dahak SPS hasil BTA positif. Pada kasus ini

pemeriksaan foto toraks dada diperlukan untuk mendukung diagnosis TB

paru BTA positif.

b. Ketiga spesimen dahak hasilnya tetap negatif setelah 3 spesimen dahak

SPS pada pemeriksaan sebelumnya hasilnya BTA negatif dan tidak ada

perbaikan setelah pemberian antibiotik non OAT.

c. Pasien tersebut di duga mengalami komplikasi sesak napas berat yang

memerlukan penanganan khusus seperti pneumotoraks, pluritus eksudativa

dan efusi perikarditis dan pasien yang mengalami hemoptisis berat.

Pengobatan

Pengobatan TB bertujuan untuk menmyembuhkan pasien, mencegah

kematian, mencegah kekambuhan, memutuskan rantai penularan dan mencegah

terjadinya resistensi kuman terhadap OAT.

Pengobatan TB dilakukan dengan prinsip-prinsip sebagai berikut6;

1. OAT harus diberikan dalam bentuk kombinasi beberapa jenis obat, dalam

jumlah cukup dan dosis tepat sesuai dengan kategori pengobatan. Jangan

gunakan OAT tunggal (monoterapi).

2. Untuk menjamin kepatuhan pasien menelan obat, dilakukan pengawasan

langsung (DOT= directly Observed Treatmaent) oleh seorang Pengawas

Menelan Obat (PMO).

3. Pengobatan TB diberikan dalam 2 tahap, yaitu tahap awal (intensif) dan

lanjutan

Tahap awal (intensif)


46

 Pada tahap awal (intensif) pasien mendapat obat setiap hari dan

perlu diawasi secara langsung untuk mencegah terjadinya resistensi

obat.

 Bila pengobatan tahap intensif tersebut diberikan secara tepat,

biasanya pasien menular menjadi tidak menular dalam kurun

waktu 2 minggu.

 Sebagian besar pasien BTA positif menjadi BTA negatif (konversi)

dalam 2 bulan

Tahap lanjutan

 Pada tahap lanjutan pasien mendapat jenis obat lebih sedikit,

namun dalam jangka waktu yang lebih lama.

 Tahap lanjutan penting untuk membunuh kuman persister sehingga

mencegah terjadinya kekambuhan.

Program Nasional Penanggulangan TB di Indonesia menggunakan panduan

OAT6:

Kategori 1 : 2HRZE/4H3R3

Kategori 2 : 2HRZES/HRZE/5H3R3E3

Kategori 3 : 2 HRZ/4H3R3

a. Kategori 1 ini diberiakan untuk pasien baru :

- Pasien baru TB paru BTA positif

- Pasien TB paru BTA negatif foto toraks positif

- Pasien TB ekstra paru


47

b. Kategori 2 ini diberikan untuk pasien BTA positif yang telah diobati

sebelumnya:

-pasien kambuh

- pasien gagal

- pasien dengan pengobatan setelah putus berobat

Program Nasional Penanggulangan TB di Indonesia menggunakan panduan

OAT3:

Kategori 1 : 2HRZE/4H3R3

Kategori 2 : 2HRZES/HRZE/5H3R3E3

Kategori 3 : 2 HRZ/4H3R3

Indikator Program TB

Guna menilai kemajuan atau keberhasilan penanggulangan TB digunakan

indikator. Indikator yang digunakan nasional ada 2 yakni:

a. Angka penemuan kasus baru TB BTA positif (Case Detection Rate =

CDR)(target angka CDR >70%) yaitu proporsi jumlah pasien baru

BTA(+) yang ditemukan dan diobati terhadap jumlah pasien baru BTA(+)

yang diperkirakan ada dalam wilayah tersebut. Angka Penemuan Kasus

(Case Detection Rate = CDR) menggambarkan cakupan penemuan pasien

baru BTA positif pada wilayah tersebut.


48

Perkiraan jumlah pasien baru TB BTA positif diperoleh berdasarkan

perhitungan angka insidens kasus TB paru BTA positif dikali dengan

jumlah penduduk. Target Case Detection Rate Program Penanggulangan

TB Nasional minimal 70%. Data dari Puskesmas Alalak Selatan untuk

capaian CDR Tahun 2017 yaitu 48.89% masih dibawah target minimal

nasional.

b. Angka keberhasilan pengobatan (success rate = SR) (target angka

kesembuhan >85%)

Kementrian Kesehatan RI telah menerbitkan pedoman nasional

pengendalian tuberkulosis yang bertujuan untuk menurunkan angka kesakitan dan

kematian akibat TB dalam rangka pencapaian tujuan pembangunan kesehatan

untuk meningkatkan derajatkesehatan masyarakat.Memiliki sasaran strategi

nasional pengendalian TB yaitumenurunkan prevalensi TB dari 235 per 100.000

penduduk menjadi 224 per100.000 penduduk.Sasaran keluaran adalah: (1)

meningkatkan prosentase kasus baru TB paru(BTA positif) yang ditemukan dari

73% menjadi 90%; (2) meningkatkanprosentase keberhasilan pengobatan kasus

baru TB paru (BTA positif)mencapai 88%; (3) meningkatkan prosentase provinsi

dengan CDR di atas70% mencapai 50%; (4) meningkatkan prosentase provinsi

dengankeberhasilan pengobatan di atas 85% dari 80% menjadi 88%.3

Strategi nasional program pengendalian TB nasional terdiri dari 7

strategi3:
49

1. Memperluas dan meningkatkan pelayanan DOTS yang bermutu

2. Menghadapi tantangan TB/HIV, MDR-TB, TB anak dan kebutuhanmasyarakat

miskin serta rentan lainnya

3. Melibatkan seluruh penyedia pelayanan pemerintah, masyarakat (sukarela),

perusahaan dan swasta melalui pendekatan Public-Private Mix dan menjamin

kepatuhan terhadap International Standards for TB Care

4. Memberdayakan masyarakat dan pasien TB.

5. Memberikan kontribusi dalam penguatan sistem kesehatan danmanajemen

program pengendalian TB

6. Mendorong komitmen pemerintah pusat dan daerah terhadap program TB

7. Mendorong penelitian, pengembangan dan pemanfaatan informasi strategis.

Terdiri dari rincian kegiatan3:

A. Tatalaksana dan Pencegahan TB

1. Penemuan Kasus Tuberkulosis

2. Pengobatan Tuberkulosis

3. Pemantauan dan Hasil Pengobatan Tuberkulosis

4. Pengendalian Infeksi pada sarana layanan

5. Pencegahan Tuberkulosis

B. Manajemen Program TB

1. Perencanaan program Tuberkulosis

2. Monitoring dan Evaluasi Program Tuberkulosis

3. Manajemen Logistik Program Tuberkulosis

4. Pengembangan Ketenagaan Program Tuberkulosis


50

5. Promosi program Tuberkulosis

C. Pengendalian TB komprehensif

1. Penguatan Layanan Laboratorium Tuberkulosis

2. Public - Private Mix (Pelibatan Semua Fasilitas Pelayanan Kesehatan)

3. Kolaborasi TB-HIV

4. Pemberdayaan Masyarakat dan Pasien TB

5. Pendekatan kolaborasi dalam kesehatan paru

6. Manajemen TB Resist Obat

7. Penelitian tuberkulosis

Puskesmas Teluk Dalam sudah menjalankan program untuk mendeteksi

kasus TB. Melalui program P2 TB yaitu CDR TB. Namun, pada pelaksanaannya

masih belum menunjukkan hasil yang memuaskan. Berdasarkan laporan tahunan

program P2 TB tahun 2016 didapatkan bahwa angka CDR TB sebesar 86,9% (40

orang) sedangkan pada tahun 2017 menurun menjadi menjadi 57,69% (30 orang).

Hal ini menyebabkan tidak tercapainya target yang ingin dicapai yaitu ≥ 70%.

Sedangkan pada Januari hingga September 2018 sudah didapatkan 14 penderita

positif TB. Data ini jika dirata-rata akan menunjukkan penurunan angka CDR TB

di wilayah kerja Puskesmas Teluk Dalam. Rendahnya angka CDR TB tersebut

dapat dianalisis dari dua kemungkinan. Pertama, karena memang rendahnya kasus

TB. Kedua, tenaga puskesmas maupun kader masih belum optimal dalam

mendeteksi kasus TB tersebut.

Berdasarkan hasil wawancara dengan pemegang program P2 TB di

Pukesmas Teluk Dalam, disebutkan bahwa sebagian besar kasus TB yang tercatat
51

merupakan temuan yang ada di puskesmas ketika pasien berobat, sementara

temuan pada saat dilaksanakannya kegiatan puskesmas di luar gedungsangat

minim. Hal ini disebabkan karena beberapa hal seperti kurangnya tenaga kerja

puskesmas khususnya dalam program P2 TB dan pemegang program P2 TB

memegang program lain sehingga penemuan kasus TB melalui kunjugan rumah

tidak rutin dilakukan. Faktor lain yang menyebabkan tidak aktifnya kader

membantu tenaga kesehatan. Beberapa faktor tersebut menjadi penyebab

rendahnya angka CDR TB di Puskesmas Teluk Dalam.

Pemberdayaan masyarakat sangat penting dilakukan dalam upaya

meningkatkan derajat kesehatan khususnya dilingkungan padat penduduk dengan

fasilitas pelayanan yang minim. Kelurahan Teluk Dalam sendiri termasuk dalam

kawasan kategori sangat padat dengan jumlah penduduk sebanyak 33.346 dan

kepadatan penduduk yaitu 14.129jiwa/km2 sehingga sulit untuk pemegang

program bekerja untuk mendeteksi kasus TB tanpa dibantu oleh pihak lain.

Mengingat luas dan padatnya wilayah kerja Puskesmas Teluk Dalam,

kurangnya petugas pada program P2 TB, dan ketidak aktifan kader dapat diatasi

dengan pembentukan kelompok masyarakat yang dibekali ilmu tentang gejala TB

dan bahaya TB untuk mempermudah dan mempercepat penjaringan pasien suspek

TB.

You might also like