You are on page 1of 13

kesehatan kita semua

Rabu, 11 November 2015

LP dan Askep Intoksikasi

LAPORAN PENDAHULUAN & ASUHAN KEPERAWATAN

“INTOKSIKASI”

akper.png

Dosen : Pariyem, S.Kep. Ns

Nama Kelompok :

1. Efi Rohmawat

2. Indra Ma’un Hamzah

3. Indras Dwi Astut

4. Nurul Rohmayant

5. Ravina Ika Damayant

6. Septyan Ferry Herlambang

7. Viving Rizky Lukyaning P

Tingkat : III B

AKADEMI KEPERAWATAN PEMKAB NGAWI

T.A 2015/2016

LAPORAN PENDAHULUAN DAN ASUHAN KEPERAWATAN

INTOKSIKASI
A. PENGERTIAN

Racun adalah zat yang ketka tertelan, terhisap, diabsorbsi, menempel pada kulit, atau dihasilkan di
dalam tubuh dalam jumlah yang relatf kecil menyebabkan cedera dari tubuh dengan adanya reaksi
kimia. Keracunan melalui inhalasi dan menelan materi toksik, baik kecelakaan dan karena kesengajaan,
merupakan kondisi bahaya yang mengganggu kesehatan bahkan dapat menimbulkan kematan. Sekitar
7% dari semua pengunjung departemen kedaruratan datang karena masalah toksik (Sartono, 2012).

Keracunan atau intoksikasi adalah keadaan patologik yang disebabkan oleh obat, serum, alkohol, bahan
serta senyawa kimia toksik, dan lain-lain. Keracunan dapat diakibatkan oleh kecelakaan atau tndakan
tdak disengaja, tndakan yang disengaja sepert usaha bunuh diri atau dengan maksud tertentu yang
merupakan tndakan kriminal. Keracunan yang tdak disengaja dapat disebabkan oleh faktor lingkungan,
baik lingkungan rumah tangga maupun lingkungan kerja (Brunner and Suddarth, 2010).

B. ETIOLOGI

Keracunan dapat terjadi karena berbagai macam penyebab yang mengandung bahan berbahaya dan
potensial dapat menjadi racun. Penyebab-penyebab tersebut antara lain:

a. Makanan

Bahan makanan pada umumnya merupakan media yang sesuai untuk pertumbuhan dan
perkembangbiakan mikroorganisme. Proses pembusukan merupakan proses awal dari akibat aktvitas
mikroorganisme yang mempengaruhi langsung kepada nilai bahan makanan tersebut untuk kepentngan
manusia. Selain itu, keracunan bahan makanan dapat juga disebabkan oleh bahan makanannya sendiri
yang beracun, terkontaminasi oleh protozoa, parasit, bakteri yang patogen dan juga bahan kimia yang
bersifat racun.

Di Indonesia ada beberapa jenis makanan yang sering mengakibatkan keracunan, antara lain:

1) Keracunan botolinum

Clostridium botolinum adalah kuman yang hidup secara anaerobik, yaitu di tempat-tempat yang tdak
ada udaranya. Kuman ini mampu melindungi dirinya dari suhu yang agak tnggi dengan jalan membentuk
spora. Karena cara hidupnya yang demikian itu, kuman ini banyak dijumpai pada makanan kaleng yang
diolah secara kurang sempurna.

Gejala keracunan botolinum muncul secara mendadak, 18-36 jam sesudah memakan makanan yang
tercemar. Gejala itu berupa lemah badan yang kemudian disusul dengan penglihatan yang kabur dan
ganda. Kelumpuhan saraf mata itu diikut oleh kelumpuhan saraf-saraf otak lainnya, sehingga penderita
mengalami kesulitan berbicara dan susah menelan.Pengobatan hanya dapat diberikan di rumah sakit
dengan penyuntkan serum anttoksin yang khas untuk botulinum. Oleh karena itu dalam hal ini yang
pentng ialah pencegahan.

Pencegahan: sebelum dihidangkan, makanan kaleng dibuka dan kemudian direbus bersama kalengnya di
dalam air sampai mendidih.

2) Keracunan jamur

Gejala muncul dalam jarak bebarapa menit sampai 2 jam sesudah makan jamur yang beracun (Amanita
spp). Gejala tersebut berupa sakit perut yang hebat, muntah, mencret, haus, berkeringat banyak,
kekacauan mental, pingsan.

Tindakan pertolongan: apabila tdak ada muntah-muntah, penderita dirangsang agar muntah. Kemudian
lambungnya dibilas dengan larutan encer kalium permanganat (1 gram dalam 2 liter air), atau dengan
puth telur campur susu. Bila perlu, berikan napas buatan dan kirim penderita ke rumah sakit.

3) Keracunan jengkol

Keracunan jengkol terjadi karena terbentuknya kristal asam jengkol dalam saluran kencing. Ada beberapa
hal yang diduga mempengaruhi tmbulnya keracunan, yaitu: jumlah yang dimakan, cara penghidangan
dan makanan penyerta lainnya.

Gejala klinisnya sepert: sakit pinggang yang disertai dengan sakit perut, nyeri sewaktu kencing, dan
kristal-kristal asam jengkol yang berwarna puth nampak keluar bersama air kencing, kadang-kadang
disertai darah.

Tindakan pertolongan: pada keracunan yang ringan, penderita diberi minum air soda sebanyak-
banyaknya. Obat-obat penghilang rasa sakit dapat diberikan untuk mengurangi sakitnya. Pada keracunan
yang lebih berat, penderita harus dirawat di rumah sakit.

4) Keracunan ikan laut

Beberapa jenis ikan laut dapat menyebabkan keracunan. Diduga racun tersebut terbawa dari ganggang
yang dimakan oleh ikan itu. Gejala-gejala keracunan berbagai binatang laut tersebut muncul kira-kira 20
menit sesudah memakannya.Gejala itu berupa: mual, muntah, kesemutan di sekitar mulut, lemah badan
dan susah bernafas.

Tindakan pertolongan: usahakan agar dimuntahkan kembali makanan yang sudah tertelan itu. Kalau
mungkin lakukan pula pembilasan lambung dan pernafasan buatan. Obat yang khas untuk keracunan
binatang-binatang laut itu tdak ada.

5) Keracunan singkong

Racun singkong ialah senyawa asam biru (cyanida). Singkong beracun biasanya ditanam hanya untuk
pembatas kebun, dan binatangpun tdak mau memakan daunnya. Racun asam biru tersebut bekerja
sangat cepat. Dalam beberapa menit setelah termakan racun singkong, gejala-gejala mulai tmbul. Dalam
dosis besar, racun itu cepat mematkan.

b. Minyak Tanah

Penyebabnya karena meminum minyak tanah. Insiden Intoksikasi minyak tanah:

1) Terutama pada anak-anak < 6 tahun. Khususnya pada negara-negara berkembang.

2) Daerah perkotaan > daerah pedesaan

3) Pria > wanita

4) Umumnya terjadi karena kelalaian orang tua

Gejala dan Tanda

Gejala dan tanda klinis utamanya berhubungan dengan saluran napas, pencernaan, dan CNS. Awalnya
penderita akan segera batuk, tersedak, dan mungkin muntah, meskipun jumlah yang tertelan hanya
sedikit. Sianosis, distress pernapasan, panas badan, dan batuk persisten dapat terjadi kemudian. Pada
anak yang lebih besar mungkin mengeluh rasa panas pada lambung dan muntah secara spontan. Gejala
CNS termasuk lethargi, koma, dan konvulsi. Pada kasus yang gawat, pembesaran jantung, atrial fibrilasi,
dan fatal ventrikular fibrilasi dapat terjadi. Kerusakan ginjal dan sumsum tulang juga pernah dilaporkan.
Gejala lain sepert bronchopneumonia, efusi pleura, pneumatocele, pneumomediastnum,
pneumothorax, dan subcutaneus emphysema. Tanda lain sepert rash pada kulit dan dermatts bila
terjadi paparan pada kulit. Sedangkan pada mata akan terjadi tanda-tanda iritasi pada mata hingga
kerusakan permanen mata.

c. Baygon

Baygon adalah insektsida kelas karbamat, yaitu insektsida yang berada dalam golongan propuxur.
Penanganan keracunan Baygon dan golongan propuxur lainnya adalah sama. Contoh golongan karbamat
lain adalah carbaryl (sevin), pirimicarb (rapid, aphox), tmethacarb (landrin) dan lainnya.

Gejala keracunan sangat mudah dikenali yaitu diare, inkontnensia urin, miosis, fasikulasi otot, cemas dan
kejang. Miosis, salvias, lakrimasi, bronkospasme, keram otot perut, muntah, hiperperistaltk dan letargi
biasanya terlihat sejak awal. Kematan biasanya karena depresi pernafasan.

1) Efek muskarinik (parasimpatk) berupa: miosis (pinpoint), Hipersalivasi, lakrimasi, Hipersekresi


bronchial, Bronkospasme, Hiperperistaltk : mual, muntah, diare, kram perut., Inkontnensia urin,
Pandangan kabur, Bradikardi

2) Efek nikotnik berupa: fasikulasi otot, kejang, kelumahan otot, paralysis, ataksia, takikardi
(hipertensi).

3) Efek SSP berupa: sakit kepala, bicara ngawur, bingung, kejang, koma, dan depresi pernafasan.
4) Efek pada kardiovaskular bergantung pada reseptor mana yang lebih dominan.

d. Bahan kimia umum ( Chemical toxicants ) yang terdiri dari berbagai golongan sepert pestsida
( organoklorin, organofosfat, karbamat ), golongan gas (nitrogen metana, karbon monoksida, klor ),
golongan logam (tmbal, posfor, air raksa,arsen) ,golongan bahan organik ( akrilamida, anilin, benzena
toluene, vinil klorida fenol ).

e. Racun yang dihasilkan oleh makluk hidup ( Biological toxicants ) mis : sengatan serangga, gigitan ular
berbisa , anjing dll (Djoko Widodo, 2013).

C. PATOFISIOLOGI

Penyebab terbanyak keracunan adalah pada sistem saraf pusat dengan akibat penurunan tngkat
kesadaran dan depresi pernapasan. Fungsi kardiovaskuler mungkin juga terganggu,sebagian karena efek
toksik langsung pada miokard dan pembuluh darah perifer,dan sebagian lagi karena depresi pusat
kardiovaskular diotak.Hipotensi yang terjadi mungkin berat dan bila berlangsung lama dapat
menyebabkan kerusakan ginjal,hipotermia terjadi bila ada depresi mekanisme pengaturan suhu tubuh.
Gambaran khas syok mungkin tdak tampak karena

adanya depresi sistem saraf pusat dan hipotermia, Hipotermia yang terjadi akan memperberat
syok,asidemia,dan hipoksia (Brunner and Suddarth, 2010).

D. MANIFESTASI KLINIK

1. Rasa terbakar di tenggorokan dan lambung.


2. Pernafasan yang cepat dan dalam, hilang selera makan, anak terlihat lemah.

3. Mual, muntah, haus, buang air besar cair.

4. Sakit kepala, telinga berdenging, sukar mendengar, dan pandangan kabur.

5. Bingung.

6. Koma yang dalam dan kematan karena kegagalan pernafasan

7. Reaksi lain yang kadang bisa terjadi : demam tnggi, haus, banyak berkeringat

bintk merah kecil di kulit dan membran mukosa (Noer Syaifoellah,2006).

E. KOMPLIKASI

a. Kejang

b. Koma

c. Hent jantung

d. Hent napas

e. Syok (Brunner and Suddarth, 2010).

F. PEMERIKSAAN PENUNJANG

1. Laboratorium toksikologi

2. uji darah, urin, isi lambung, atau muntah.

3. foto sinar X abdomen (Noer Syaifoellah,2006).

G. PENATALAKSANAAN

1. Tindakan Emergenci

Airway : Bebaskan jalan nafas, kalau perlu lakukan intubasi.

Breathing : Berikan pernafasan buatan bila penderita tdak bernafas spontan atau pernapasan tdak
adekuat.

Circulaton : Pasang infus bila keadaan penderita gawat dan perbaiki perfusi jaringan.
2. Identfikasi Penyebab Keracunan

Bila mungkin lakukan identfikasi penyebab keracunan, tapi hendaknya usaha mencari penyebab
keracunan ini tdak sampai menunda usaha-usaha penyelamatan penderita yang harus segera dilakukan.

3. Eliminasi

Emesis, merangsang penderita supaya muntah pada penderita yang sadar atau dengan pemberian
sirup ipecac 15 - 30 ml. Dapat diulang setelah 20 menit bila tdak berhasil. Katarsis, ( intestnal lavage ),
dengan pemberian laksan bila diduga racun telah sampai diusus halus dan besar. Kumbah lambung atau
gastric lavage, pada penderita yang kesadarannya menurun,atau pada penderita yang tdak kooperatf.
Hasil paling efektf bila kumbah lambung dikerjakan dalam 4 jam setelah keracunan.

Keramas rambut dan memandikan seluruh tubuh dengan sabun. Emesis,katarsis dan kumbah
lambung sebaiknya hanya dilakukan bila keracunan terjadi kurang dari 4 – 6 jam. Pada koma derajat
sedang hingga berat tndakankumbah lambung sebaiknya dukerjakan dengan bantuan pemasangan pipa
endotrakeal berbalon untuk mencegah aspirasi pnemonia.

4. Ant dotum (Penawar Racun)

Atropin sulfat ( SA ) bekerja dengan menghambat efek akumulasi Akh pada tempat penumpukan.

a. Mula-mula diberikan bolus IV 1 - 2,5 mg

b. Dilanjutkan dengan 0,5 – 1 mg setap 5 - 10 - 15 menitsamapi tmbulk gejala

gejala atropinisasi ( muka merah,mulut kering,takikardi,midriasis,febris dan

psikosis).

c. Kemudian interval diperpanjang setap 15 – 30 - 60 menit selanjutnya setap 2

– 4 –6 – 8 dan 12 jam.

d. Pemberian SA dihentkan minimal setelaj 2 x 24 jam. Penghentan yang

mendadak dapat menimbulkan rebound effect berupa edema paru dan

kegagalan pernafasan akut yang sering fatal (Suzanne C. Brenda G.2011).


KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN

A. PENGKAJIAN

1. Data Subyektf

a. Pengkajian difokuskan pada masalah yang mendesak sepert jalan nafas dan sirkulasi yang
mengancam jiwa, adanya gangguan asam basa, keadaan status jantung dan status kesadaran.

b. Riwayat kesadaran : riwayat keracunan, bahan racun yang digunakan, berapa lama diketahui setelah
keracunan, ada masalah lain sebagai pencetus keracunan dan sindroma toksis yang ditmbulkan dan
kapan terjadinya.

2. Data Obyektf

a. Saluran pencernaan : mual, muntah, nyeri perut, dehidrasi dan perdarahan saluran pencernaan.

b. Susunan saraf pusat : pernafasan cepat dan dalam tnnitus, disorientasi, delirium, kejang sampai
koma.

c. BMR meningkat : tachipnea, tachikardi, panas dan berkeringat.

d. Gangguan metabolisme karbohidrat : ekskresi asam organic dalam jumlah besar, hipoglikemi atau
hiperglikemi dan ketosis.

e. Gangguan koagulasi : gangguan aggregasi trombosit dan trombositopenia.

f. Gangguan elektrolit : hiponatremia, hipernatremia, hipokalsemia atau hipokalsemia (Mansjoer


Arif,2009).

B. PEMERIKSAAN FISIK

1. Keadaan umum

Kesadaran menurun

2. Pernafasan
Nafas tdak teratur

3. Kardiovaskuler

Hipertensi, nadi aritmia

4. Persarafan

Kejang, miosis, vasikulasi, penurunan kesadaran, kelemahan, paralise

5. Gastrointestnal

Muntah, diare

6. Integumen

Berkeringat

7. Muskuloskeletal

Kelelahan, kelemahan

8. Integritas Ego

Gelisah, pucat

9. Eliminasi

Diare

10. Selaput lendir

Hipersaliva

11. Sensori

Mata mengecil/membesar, pupil miosis (Mansjoer Arif,2009).

C. PEMERIKSAAN PENUNJANG

Pemeriksaan laboratorium dengan pemeriksaan lengkap ( urin, gula darah, cairan lambung, analisa gas
darah, darah lengkap, osmolalitas serum, elektrolit, urea N, kreatnin, glukosa, transaminase hat ), EKG,
Foto toraks/ abdomen, Skrining toksikologi untuk kelebihan dosis obat, Tes toksikologi kuanttatf
(Mansjoer Arif,2009).

D. DIAGNOSIS YANG MUNGKIN MUNCUL


1. Tidak efektfnya pola nafas berhubungan dengan distress pernapasan

2. Resiko kekurangan cairan tubuh.

3. Penurunan kesadaran berhubungan dengan depresi sistem saraf pusat

4. Gangguan pemenuhan kebutuhan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan
mual,muntah

5. Perubahan perfusi berhubungan dengan efek toksik pada miokard

6. Perubahan suhu tubuh berhubungan dengan depresi mekanisme suhu tubuh

7. Cemas berhubungan dengan Tidak efektfnya koping individu (Doengoes, 2014).

E. RENCANA KEPERAWATAN

1. Perubahan perfusi jaringan berhubungan dengan efek toksik pada mioakrd

Tujuan : Mempertahankan perfusi jaringan yang adekuat

Intervensi :

a. Kaji adanya perubahan tanda-tanda vital.

Rasional : Data tersebut berguna dalam menentukan perubahan perfusi

b. Kaji daerah ekstremitas dingin,lembab,dan sianosis

Rasional : Ekstremitas yang dingin,sianosis menunjukan penurunan perfusi jaringan

c. Berikan kenyamanan dan istrahat

Rasional : Kenyamanan fisik memperbaiki kesejahteraan pasien istrahat mengurangi komsumsi oksigen

d. Kolaborasi dengan dokter dalam pemberian terapi antdotum

Rasional : Obat antdot (penawar) dapat mengakumulasi penumpukan racun.

2. Tidak efektfnya pola napas berhubungan dengan depresi pernapasan


Tujuan : Mempertahankan pola napas tetap efektf

Intervensi :

a. Observasi tanda-tanda vital.

Rasional : Untuk mengetahui keadaan umum pasien dalam menentukan tndakan selanjutnya

b. Berikan O2 sesuai anjuran dokter

Rasional : Terapi oksigen meningkatkan suplai oksigen ke jantung

c. Jika pernafasan depresi ,berikan oksigen(ventlator) dan lakukan sucton.

Rasional : Ventlator bisa membantu memperbaiki depresi jalan napas

d. Berikan kenyamanan dan istrahat pada pasien dengan memberikan asuhan keperawatan individual

Rasional : Kenyamanan fisik akan memperbaiki kesejahteraan pasien dan mengurangi


kecemasan,istrahat mengurangi komsumsi oksigen miokard

3. Penurunan kesadaran berhubungan dengan depresi sistem saraf pusat

Tujuan : Setelah dilakukan tndakan perawatan diharapkan dapat mempertahankan tngkat kesadaran
klien (komposments)

Intervensi :

a. Monitor vital sign tap 15 menit

Rasional : bila ada perubahan yang bermakna merupakan indikasi penurunan kesadaran

b. Catat tngkat kesadaran pasien

Rasional : Penurunan kesadaran sebagai indikasi penurunan aliran darah otak.

c. Kaji adanya tanda-tanda distress pernapasan,nadi cepat,sianosis dan kolapsnya pembuluh darah

Rasional : Gejala tersebut merupakan manifestasi dari perubahan pada otak, ginjal, jantung dan paru.

d. Monitor adanya perubahan tngkat kesadaran

Rasioanal : Tindakan umum yang bertujuan untuk keselamatan hidup, meliput resusitasi : Airway,
breathing, sirkulasi

e. Kolaborasi dengan tm medis dalam pemberian ant dotum

Rasional : Ant dotum (penawar racun) dapat membantu mengakumulasi penumpukan racun

4. Cemas berhubungan dengan koping yang tdak efektf


Tujuan : Setelah dilakukan tndakan perawatan kecemasan berkurang

Intervensi :

a. Kaji tngkat kecemasan pasien

Rasional : Tingkat kecemasan ringan dan sedang bisa ditoleransi dengan pemberian pengertan
sedangkan yang berat diperlukan tndakan medikamentosa

b. Jelaskan mekanisme pengobatan

Rasional : Pengetahuan terhadap mekanisme pengobatan diharapkan dapat mengurangi kecemasan


pasien

c. Tingkatkan mekanisme koping yang efektf

Rasional : Kecemasan akan dapat teratasi jika mekanisme koping yang dimiliki efektf

d. Jika keracunan sebagai usaha untuk bunuh diri maka lakukan safety precautons.

8. Rasional : Konsultasi psikiatri atau perawat psikiatri klinis dapat membantu proses pengobatan
(Doengoes, 2014).

DAFTAR PUSTAKA

Noer Syaifoellah,2006,Ilmu Penyakit Dalam,FKUI,Jakarta

Mansjoer Arif,2009, Kapita Selekta Kedokteran Edisi 3 jilid 1 Media Aesculapius,FKUI,Jakarta

Suzanne C. Brenda G.2011,Keperawatan Medikal Bedah,EGC,Jakarta

Bunner and Suddarth.2010. Keperawatan Medikal Bedah, vol 3. EGC. Jakarta

Sartono. 2012. Racun dan Keracunan. Widya Merdeka. Jakarta.

Widodo, Djoko. 2013. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam. Balai Pustaka. Jakarta

Dongoes, Marillyn. 2014. Rencana Asuhan Keperawatan. EGC: Jakarta

Indra Hamzah di 00.10


Berbagi

Tidak ada komentar:

Postng Komentar

Beranda

Lihat versi web

Mengenai Saya

Foto saya

Indra Hamzah

Lihat profil lengkapku

Diberdayakan oleh Blogger.

You might also like