You are on page 1of 17

MAKALAH

PENDIDIKAN AGAMA ISLAM

“SUMBER AJARAN ISLAM (AL-QUR’AN DAN


HADITS”

OLEH

KELOMPOK 2

ARUM INDRIANI

DILHAM WAHYUDI
WINDASARI

PRODI FISIKA

FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU


PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS RIAU
TAHUN AKADEMIK 2018/2019

1
KATA PENGANTAR

Dengan menyebut nama Allah SWT yang Maha Pengasih lagi Maha
Panyayang, Kami panjatkan puja dan puji syukur atas kehadirat-Nya, yang
telah melimpahkan rahmat, hidayah, dan inayah-Nya kepada kami,
sehingga kami dapat menyelesaikan makalah ilmiah tentang sumber
ajaran dalam islam. .

Makalah ilmiah ini telah kami susun dengan maksimal dan mendapatkan
bantuan dari berbagai pihak sehingga dapat memperlancar pembuatan
makalah ini. Untuk itu kami menyampaikan banyak terima kasih kepada
semua pihak yang telah berkontribusi dalam pembuatan makalah ini.

Terlepas dari semua itu, Kami menyadari sepenuhnya bahwa masih ada
kekurangan baik dari segi susunan kalimat maupun tata bahasanya. Oleh
karena itu dengan tangan terbuka kami menerima segala saran dan kritik
dari pembaca agar kami dapat memperbaiki makalah ilmiah ini.

Akhir kata kami berharap semoga makalah ilmiah tentang Sumber Hukum
dalam Islam (Al-qur’an dan Hadits) ini dapat memberikan manfaat maupun
inpirasi terhadap pembaca.

Pekanbaru, 1 Oktober 2018

Penyusun

2
DAFTAR ISI

Kata pengantar......................................................................................................2
Daftar isi.................................................................................................................3

Bab I Pendahuluan...............................................................................................4
A. Latar belakang .................................................................................................4
B. Rumusan masalah............................................................................................4
C. Tujuan penelitian ..............................................................................................4

Bab II Isi.................................................................................................................6

Bab III Penutup ................................................................................................16


Daftar pustaka......................................................................................................17

3
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Al-Qur’an dan hadits adalah kitab rujukan paling utama bagi seluruh
umat muslim seluruh dunia. Kitab yang tidak mempunyai kecacatan
sedikitpun ajarannya berlaku sepanjang massa, membacanya bernilai
ibadah, mengamalkannya berujung kebahagiaan.
Agama islama adalah agama yang ajarannya rahmatil lil’alamin,
mereka memiliki kitab yang suci yaitu Al-Qur’an. Keontetikannya terjamin
sepanjang masa, ajarannya bersifat konprehensif dan universal, sesuai
untuk segala waktu dan tempat (shalihun li kulli makanin wa zamanin).
Diturunkan kepada makhluk yang sempurna perangainya, suci jiwanya,
panutan makhluk seluruh alam jagad raya. Oleh karena dalam makalah ini
kami akan menguraikan definisi Al-Qur’an dan Hadits secara rinci, apakah
Al-Qur’an mengalami menambahan dan pengurangan.

1.2 Rumusan Masalah


 Apa Definisi Al-Qur’an, Perbedaannya dengan Hadits Nabawi
dan Qudsi?
 Apakah Al-Qur’an itu Terbukti Keotentitasannya?
 Apakah Al-Qur’an Bersifat Konfrehensif dan sesuai untuk
Segala Waktu dan Tempat?

1.3 Tujuan dan Manfaat Penulisan


1. Tujuan Penulisan
Dalam penulisan makalah mengenai “Al-Qur’an sebagai
Sumber Hukum Islam” ini, penulis memiliki beberapa tujuan yang
penulis kelompokkan ke dalam tujuan khusus dan tujuan umum,
yaitu:

4
 Tujuan Khusus: Sebagai tugas kelompok dalam mata
Pendidikan Agama Islam di Fiska FMIPA Universitas Riau,
Semester 1 Tahun Akademik 2018/2019.
 Tujuan Umum: Mengetahui lebih dalam dan spesifik tentang
definisi Al-Qur’an sebagai sumber hukum islam,
Perbedaannya dengan hadits, keontetikannya dan sifatnya.
2. Manfaat Penulisan
Diharapkan makalah ini bisa memberikan kontribusi dalam
perkembangan pendidikan kita. Khususnya agar dapat terus
menunjang pendidikan terutama mata kuliah ushul fiqh., yang.
mana menjadi syarat untuk melanjutkan mata kuliah (semester)
selanjutnya.

5
BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Definisi Al-Qur’an

Secara etimologi menurut Al-lihyani, salah seorang ahli Bahasa


(Wafat 215) berpendapat bahwa kata Al-Qur’an merupakan kata benda
(mashdar) dari kata kerja (fi’il) ‫قرأنا‬-‫قرأة‬-‫يقرأ‬-‫ قرأ‬yang berarti membaca atau
bacaan. Kata ‫ قرأنا‬yang berwazan ‫ فعالن‬bermakna ‫ مفعول‬yakni ‫ مقروء‬yang
berarti yang dibaca. Sedangkan menurut Az-zajjaj, kata al-qur’an berasal
dari kata ‫ القرأ‬yang memiliki arti himpunan. Asy’ari al-qur’an berasal dari ‫قرن‬
yang berarti menggabungkan.

Menurut Subhi As-salih, dari berbagai pendapat di atas, pendapat Al-


Lihyani lah yang didukung oleh jumhur ulama karena dipandang paling
kuat. Dengan dasar bahwa al-qur’an sendiri juga menggunakan kata ‫قرأن‬
tanpa ‫ ال‬dengan arti bacaan. Misalnya firman Allah SWT di dalam QS. Al-
Walqiah: 77

ٍ ‫( ِفي ِكتَا‬77) ,‫ِإنَّهُ لَقُ ْرآنٌ ك َِري ٌم‬


ٍ ُ‫ب َم ْكن‬
(78)‫ون‬

“Sesungguhnya Al-Qur’an adalah bacaan yang sangat mulia, pada kitab


yang terpelihara (LauhilMahfudz)”.1

Sedangkan secara terminologis, para ulama memberi rumusan definisi


yang beragam:

1. Menurut As-shabuni adalah:

“Al-Qur’an adalah kalam Allah SWT yang diturunkan kepada Nabi dan
Rasul terakhir melalui malaikat Jibril yang tertulis dalam mushaf dan
sampai kaepada kita dengan jalan tawattur (mutawattir), membacanya

1
Tim Penyusun MKD IAIN Sunan Ampel Surabaya, Study Al-Qur’an, Hal.1-2

6
merupakan ibadah yang di awali dengan surat Al-fatihah dan diakhiri
dengan surat An-Nas”.

2. Menurut Al-Zarqoni adalah:

“Al-Qur’an adalah kalam yang mengandung mu’jizat yang diturunkan


kepada Nabi Muhammad saw. Tertulis dalam mushaf, dinukil dengan cara
mutawattir, dan membacanya bernilai ibadah”.2

Berdasarkan ulasan dan pengertian diatas dapat kita simpulkan bahwa Al-
qur’an adalah merupakan surat ilahi atau kumpulan kalam Allah yang ke-
4, setelah Taurat, Zabur, dan Injil. Yang di beri nama oleh Allah dengan
sebutan Al-Qur’an. Kitab Penutup dan sekaligus penyempurna dari kitab-
kitab sebelumnya. Diturunkan kepada seorang Nabi bergelar “khatmun
nabiyyin”, Makhluk yang memiliki kesempurnaan, ketinggian derajat dan
kesucian jiwa, melalui malaikat Jibril. Membacanya tentu bernilai ibadah
dan mengamalkan isinya berhujung kepada kebahagiaan zahir dan batin.
Karena al-qur’an adalah kitab yang memiliki asupan gizi yang sangat
tinggi tanpa batas bagi umat muslim bahkan diluar umat muslim
sekalipun, proteinnya tidak dapat terhitung oleh siapapun karena bagi
siapa orang yang terus membaca, mendalami, memahami, dan
mengamalkan isi kandungannya maka jumlah protein yang masuk akan
semakin menyadarkan jiwa yang hampa dan menyehatkan anggota badan
yang penuh dengan kemaksiatan. Al-Qur’an juga merupakan salah satu
mukjizat Nabi Muhammad SAW yang bersifat permanen,
keotentitasannya terjamin terjaga, dan ajarannya bersifat konprehensif
dan universal, sesuai untuk segala waktu dan tempat (shalihun li kulli
makanin wa zamanin).

2.2 Perbedaan Al-Qur’an Dengan Hadits Nabawi dan Qudsi

2
Ibid, hal-3

7
Definisi Al-Qur’an telah dikemukakan di halaman sebelumnya.
Untuk mengetahui perbedaan antara Al-Qur’an, hadits Nabawi dan hadits
Qudsi, maka terlebih dahulu kami akan mendefinisikan hadits Nabawi dan
Qudsi.

A. Hadits Nabawi

Secara bahasa bermakna “dhiddu al-qadim”(lawan dari lama atau


baru). Yang dimaksud dari hadits secara umum adalah setiap kata-kata
yang diucapkan dan dinukil serta disampaikan oleh manusia, baik kata-
kata itu diperoleh melalui pendengaran atau wahyu ketika dalam keadaan
terjaga ataupun tidur. Dalam pengertian ini Al-Qur’an juga bisa disebut
hadits, seperti yang terdapat dalam QS. An-nisa:87.

“Dan siapakah pula yang lebih benar perkataan (hadits)nya dari


pada Allah?’’.

Demikian juga apa yang terjadi ketika seseorang ketika tidurnya, seperti
yang termktub dalam QS.Yusuf:101

“Ya Tuhanku, sesungguhnya Engkau telah menganugerahkan


kepadaku sebahagian kerajaan dan telah mengajarkan kepadaku
sebahagian takbir mimpi. (Ya Tuhan). Pencipta langit dan bumi.
Engkaulah Pelindungku di dunia dan di akhirat, wafatkanlah aku dalam
keadaan Islam dan gabungkanlah aku dengan orang-orang yang saleh”.

Adapun secara istilah, hadits adalah apa saja yang disandarkan kepada
nabi baik berupa perkataan, perbuatan, ketetapan, maupun sifatnya.3

Sementara para ahli ushul memberikan definisi hadits yang lebih


terbatas dari rumusan diatas, mereka berpendapat bahwa hadits adalah”

3
Syaikh Manna Al-Qatthan, Pengantar Study Ilmu Al-Qur’an, hal.23-24

8
“Segala perkataan Nabi saw yang dapat dijadikan dalil untuk penetapan
hukum syariat”.

Dengan pengertian ini, segala perkataan atau aqwal Nabi saw yang
tidak mengandung misi kerur, makan, minum,asulannya, seperti tentang
berpakaian, berbicara, tidur, makan, minum, atau segala yang
menyangkut hal ihwal Nabi, tidak termasuk hadits.4

B. Hadits Qudsi

Kata qudsi dinisbahkan kepada quds (kesucian). Nisbah ini


menunjukkan rasa ta’zhim (hormat akan kebesaran dan kesuciannya),
oleh karenanya kata itu sendiri menunjukkan kebersihan dan kesucian
secara bahasa. Hadits qudsi adalah hadits yang dinisbahkan kepada Dzat
yang Maha Suci, yaitu Allah swt. Secara terminologis pengertian hadis
qudsi terdapat dua versi.

1) Hadits qudsi merupakan kalam Allah Swt (baik dalam substansi


maupun struktur bahasanya), dan Nabi hanya sebagai orang yang
menyampaikan.
2) Hadits qudsi adalah perkataan dari Nabi, sedangkan isi dari
perkataan tersebut berasal dari Allah SWT. Maka dalam redaksinya
sering memakai kalimat (‫)قال هللا تعالى‬, seperti contoh Hadits Qudsi
yang diriwayat oleh Abu Hurairah:
‫ يقول هللا تعالى أنا عند ظن‬، ‫روى أبو هريرة رضي هللا عنه قال رسول هللا صلى هللا عليه وسلم‬
‫عبدي بي وأنا معه حين يذكرني فإن ذكرني في نفسه ذكرته في نفسي وإن ذكرني في مأل ذكرته‬
‫في مأل خير منه‬

5)‫صحيحيهما‬ ‫(أخرجه البخاري ومسلم في‬

C. Perbedaan ( Al-Qur’an, Hadits Nabawi, dan Qudsi)

4
Tim Penyusun MKD IAIN Sunan Ampel Surabaya, Study Hadits, Hal.2-3
5
http://wildanesia.blogspot.com/

9
Ada beberapa perbedaan antara Al-Qur’an dengan hadits qudsi
sebagai berikut:

 Al-Qur’an Al-karim adalah kalam Allah yang diwahyukan kepada


Rasulullah dengan lafadznya, dan dengannya orang arab ditantang
untuk membuat ayat seperti yang ada dalam Al-Qur’an. Karena Al-
Qur’an merupakan mukjizat yang abadi hingga hari kiamat.
Sedangkan hadits qudsi tidak untuk menantang dan tidak pula
sebagai berfunsi sebagai mukjizat.
 Al-Qur’an Al-karim dari Allah baik lafadz maupun maknanya. Itulah
wahyu. Adapun hadits qudsi maknanya saja yang dari Allah,
sedang lafadz (redaksi)nya dari Rasulullah saw. Hadits qudsi itu
wahyu dalam makna, bukan dalam lafadz.
 Membaca Al-Qur’an Al-karim merupakan ibadah, karena itu dibaca
dalam shalat.
“Maka bacalah apa yang mudah bagimu dari Al-Qur’an”. (QS.Al-
Muzammil:20). Untuk hadits qudsi tidak disuruh membacanya di
dalam shalat. Allah memberikan pahala membaca hadits qudsi
umum saja.6
Sedangkan hadits nabawi ada dua macam:
1. Tauqifi. Kandungannya diterima oleh Rasulull ah dari wahyu,
lalu dijelaskan kepada manusia dengan kata-katanya.
2. Taufiqi. Yang bersifat tauqifi adalah disimpulkan oleh Rasulullah
saw, menurut pemahamannya dalam Al-Qur’an atau mengambil
dengan istimbat dengan perenungan dan ijtihad. Wahyu akan
mendiamkannya jika simpulan itu benar.

2.3 Otentitas Al-Qur’an Baik dari Penambahan atau Pengurangan

6
Syaikh Manna Al-Qatthan, Pengantar Study Ilmu Al-Qur’an, hal.26-27

10
Dalam KBBI autentik bermakna dapat dipercaya, asli. Sedangkan
Al-Qur’an adalah kalamullah yang diturunkan kepada Nabi Muhammad
SAW melalui perantaraan Malaikat Jibril. Jadi autentik Al-Qur’an ialah
semuanya adalah betul-betul dari Allah SWT murni dan tidak ada
keraguan didalamnya sesuai Firman Allah SWT didalam Al-Qur’an surah
Al-Baqarah ayat dua;

) 2 : ‫ذلك الكثب الريب فيه هدى للمتقين ( البقره‬

Artinya: Kitab (Al-Qur’an) ini tidak ada keraguan padanya; petunjuk bagi
mereka yang bertakwa. (Al-Baqarah: 2)

Al-Qur’an merupakan perkataan Allah swt yang diturunkan kepada


nabi Muhammad Saw melalui perantaraan malaikat jibril, ke Autentitasan
Al-Qur’an ini sudah terbukti dari dahulu hingga sekarang, dan Allah telah
berjanji akan menjaga keasliannya Al-Qur’an ini sesuai dengan firman
allah swt dalam surah Al-Hijr ayat sembilan;

) 9 : ‫نزلنا الذّ كروإ ّنا له لحا فظون ( الحجر‬


ّ ‫إنّا نحن‬

Artinya: Sesungguhnya Kamilah yang menurunkan Al-Qur’an, dan


sesungguhnya Kami benar-benar memeliharanya. (Al-Hijr: 9)

Ummat islam semua sepakat bahwa kumpulan wahyu Allah SWT


yang di turunkan kepada nabi Muhammad SAW. yang disebut Al-Qur’an
dan yang termuat dalam mushaf yang sering kita lihat dan baca baik yang
terjemahan ataupun bukan, kesemuanya itu adalah autentik (semuanya
adalah betul-betul dari Allah SWT.), dan semua wahyu yang telah
diturunkan dan diterima oleh Nabi Muhammad SAW. dari Allah melalui
Malaikat Jibril telah termuat dalam Al-Qur’an. Keautenikan ini dapat kita
buktikan dari kehati-hatian para sahabat-sahabat Nabi SAW dalam
memeliharanya sebelum ia dibukukan dan dikumpulkan satu persatu dari
para sahabat-sahabat Nabi, dari dedaunan, tulang belulang, pelapa kurma
dan lain-lain. ini terdapat dalam buku-buku sejarah Islam. Sebelum Al-
Qur’an ini di bukukan dan terkumpul menjadi sebuah mushaf baik yang

11
terjemahan ataupun bukan terjemahan. Dan kehati-hatian para sahabat
juga ketika mengumpulkannya menjadi mushaf.

Al-Qur’an ini, 7”ia disampaikan dan disebarluaskan secara


periwayatan oleh orang banyak yang tidak mungkin bersekongkol untuk
berdusta. Bentuk periwayatan seperti itu dinamai periwayatan secara
mutawatir yang menghasilkan suatu kebenaran yang tidak meragukan.
Oleh karena itu, Al-Qur’an itu bersifat autentik”.

Dalam pembukuan Al-Qur’an pada masa khalifa Abu Bakar,


pembukuan ini dilakukan secara teliti dan sangat hati-hati, dan
mencocokkan tulisan yang sudah ada dengan Hafalan para penghafal,
dan mengumpulkan para penghafal-penghafal Al-Qur’an yang terpercaya
yang ada pada masa itu, dimana orang arab terkenal dengan hafalan Al-
Qur’an mereka yang kuat dan sangat luar biasa, jadi wajar kalau misalkan
di bumi Arab banyak para hafiz Al-Qur’an baik anak-anak, dewasa dan
orang tua. Dan menurut sejarah, setelah pembukuan Al-Qur’an tersebut
lalu disimpan secara aman oleh Khalifah Abu Bakar, Lalu pindah ke
Tangan Umar ibn Khattab dan setelah beliau wafat, pindah ketangan
Hafsah binti ‘Umar (istri Nabi). Terakir diadakan pentashihan pada masa
khalifah ‘Usman sehingga menghasilkan satu naskah yang autentik yang
disebut mushaf Imam. Salinan dari naskah (mushaf) itu dikirimkan ke kota-
kota besar lain, sedangkan yang selain dari itu, dibakar. Mushaf Imam
yang dijadikan standar itu dijadikan rujukan bagi perbanyakan dan
pentashihan berikutnya, sehingga berkembang dalam bentuk aslinya
sampai waktu ini.

Dengan demikian, dapat kita pastikan dengan seyakin yakinnya bahwa


seluruh ayat-ayat yang terdapat dalam Al-Qur’an baik dari segi lafaz dan
wurud-nya adalah qath’i (meyakinkan) serta tidak diragukan lagi.

7
Amir Syarifuddin, Ushul Fiqhi, hal 58

12
2.4 Al-Qur’an Kitab Suci yang Konprehensif

Al-Quran merupakan kitab yang memang sudah tak asing lagi bagi
kalangan muslimin yang selalu mencari dan menggali isi kandungan –Nya
yang tak terhingga. Bahkan tak sedikit non-muslim juga yang ikut andil
dalam mempelajari pengenalan Al-Quran secara lebih dalam. Sehingga,
mereka mampu menerima karunia dan rahmat tuhan dengan
mendapatkan hidayah dari Allah SWT. Semuanya itu karena keagungan
Al-Quran yang tak ternilai dan terhingga akan kekuasaan ilmu
didalamnya.
Ada suatu perumpamaan yang menggambarkan bahwa
“Seandainya lautan dijadikan cairan tinta untuk menuliskan isi kandungan
ayat-ayat dalam Al-Quran maka air laut itu pun tak akan pernah
cukup untuk menuliskannya”. Itulah alasan, mengapa al-quran dijadikan
sumber utama untuk mendapatkan petunjuk dalam kehidupan sehari-hari
dan merupakan pedoman yang berkompetensi untuk menanamkan
keimanan serta memudahkan setiap halnya dalam melakukan amar ma’ruf
Nahi mungkar dan hal-hal yang berkenaan dengan amal sholeh. Dengan
begitu selama kita mampu dan berkeinginan untuk selalu berpegang
teguh pada ajaran al-quran yang haqiqi.
Al-quran memerintahkan umatnya untuk memanfaatkan segala
sesuatu yang diberikan semaksimal mungkin tanpa harus menyia-
nyiakannya, bahkan umat manusia dituntun untuk mengisi seluruh
waktunya untuk mempelajari, mentadabburi, dan mentafakkuri isi
kandungan ayat al-quran sehingga menimbulkan keinginan berintrospeksi
diri untuk selalu mendekatkan diri kepada sang maha pencipta dengan
melakukan berbagai amal kebaikan dan menjauhi segala bentuk
kemungkaran.
Sebelum kita menginjak pada pembahasan tentang pentingnya al-
quran menjadi sumber komprehensif sepanjang masa dan tak kenal
tempat dimana al-quran didakwahkan atau diserukan, kemanapun al-
quran didakwahkan oleh setiap orangnya, setidaknya ada hal yang perlu
digarisbawahi bahwa seyogyanya kita memahami pentingnya waktu untuk

13
digunakan dalam memperbanyak amal ibadah, karena inilah kesempatan
setiap orang untuk mendekatkan diri kepada Allah SWT. Sebagaimana
yang telah dijanjikaan oleh Allah bahwa barang siapa yanag berbuat
kebaikan dengan mendekatkan diri kepada Allah maka layaklah untuknya
ridho-Nya dan memberi kewenangan kepada orang tersebut untuk
berbuat apa saja sepanjang ia berdzikir kepada Allah dan masih mampu
menjauhi kema’siatan, karena tuahan selalu mengawasi kemanapun kita
pergi dan dimanapun kita berada.
Sungguh, ridho Allah atas amal sholeh yang telah dilakuakan
merupakan sesuatu yang paling berharga yang dapaat diberikan kepada
seluruh manusia yanag taat. Begitu juga dengan ilmu pengethuan dalam
al-quran yang telah disediakan bagi kalangan umat yang mau berfikir itu
dirancang oleh al-quran dengan melibatkan akal dan qolbu. Oleh karena
itu, Al-quran sebagai kitab terpadu, mengahadapi dan memperlakukan
manusia dengan memperhatikan seluruh unsur manusiawi, jiwa, akal dan
jasmaninya.
Disisi lain agar manusia tidak larut dalam alam material, Al-quran
menggunakan benda alam sebagai tali penghubung untuk mengingatkan
manussia akan kehadiran Allah SWT dan bahwa segala sesuatu yang
terjadi sekecil apapun adalah dibwah kekusaan, pengetahuan
dan pengaturan yang maha kuasa.
Al-Quran menempuh berbagai cara untuk mengantarkan manusia
kepda kesempurnaan kemanusiaanya antara lain dengan mengemukakan
kisah afaktual dan simbolik. Ada beberapa tujuan diturunkannnya Al-
Quran adalah sebagai berikut :

1. Untuk membersihkan akal dan menyucikan jiwa manusia dari


segala bentuk kemungkaran serta memntapakan keyakianan
tentang keesaan yang sempurna Tuhaan semesta alam.
2. Untuk mengajarkan kemnusiaan yang adil dan beradab, yakni
manusia meruoakan suatu umat yang seharusnya dapat bekerja
sama dalam pengbdian kepada Allah dan tugas pengkholifahan.

14
3. Untuk menciptakaan persatuan dan kesatuan, bukan hanya antara
suku bangsa, tettapi kesatuan alam semesta, kesatuan kehidupan
dunia dan akhirat, natural dan supranatural, kesatuan ilmu, iman
dan rasio, kebenaran, kepribadian manusiaa, kemerdekaan dan
determinisme, sosial, politik dan ekonomi, semuanya itu berada
dalam kekuasaan Allah SWT.
4. Untuk mengajaka maanuisa berfikir dan bekerja sama dalam
bidang kehidupan bermasyarakat dan bernegara melalui
musyawarah dan mufakat yang dipimpin oleh hikmah
kebijaksanaan.
5. Untuk mebasmi kemiskinan material dan spiritual, kebodhan,
penyakit, dan penderitaan hidup, serta pemerasan manusia dalam
bidang politik, ekonomi, dan juga agama.
6. Untuk memadukan kebenaran dan keadilan dengan rahmat dn
kasih sayaang dengaan menjadikan keaadlian sosial sebaagai
landasan pokok kehidupaan masyarakat maanusia.
7. Untuk memberi jalan tengah antara falsafah monopoli kapitalisme
dengan falsfah kolektif komunisme, mserta menciptakan manusia
yanag ingin menyeru pada kebaikan dan mencegah kemungkaran.
8. Untuknmenekankan peranan ilmu dan tekonologi, demi
menciptakan satu peradaban yanag sejalan dengan jati dir manusia
dengan panduan dan paduaan Nur Ilahi.8

BAB III

PENUTUP

3.1 Kesimpulan

8
Quraish Shihab, Wawasan Al-Qur’an Tafsir Maudhu’i atas pelbagai persoalan.

15
Al-Qur’an adalah sumber semua aspek kehidupan. Berdasarkan
pembahasan dan berbagai pengertian diatas dapat kita simpulkan bahwa
Al-qur’an adalah merupakan surat ilahi atau kumpulan kalam Allah yang
ke-4, setelah Taurat, Zabur, dan Injil. Yang di beri nama oleh Allah dengan
sebutan Al-Qur’an. Kitab Penutup dan sekaligus penyempurna dari kitab-
kitab sebelumnya. Diturunkan kepada seorang Nabi bergelar “khatmun
nabiyyin”, Makhluk yang memiliki kesempurnaan, ketinggian derajat dan
kesucian jiwa, melalui malaikat Jibril. Membacanya tentu bernilai ibadah
dan mengamalkan isinya berhujung kepada kebahagiaan zahir dan batin.
Karena al-qur’an adalah kitab yang memiliki asupan gizi yang sangat
tinggi tanpa batas bagi umat muslim bahkan diluar umat muslim
sekalipun, proteinnya tidak dapat terhitung oleh siapapun karena bagi
siapa orang yang terus membaca, mendalami, memahami, dan
mengamalkan isi kandungannya maka jumlah protein yang masuk akan
semakin menyadarkan jiwa yang hampa dan menyehatkan anggota badan
yang penuh dengan kemaksiatan. Al-Qur’an juga merupakan salah satu
mukjizat Nabi Muhammad SAW yang bersifat permanen,
keotentitasannya terjamin terjaga, dan ajarannya bersifat konprehensif
dan universal, sesuai untuk segala waktu dan tempat, apapun aspek atau
permasalahan yang kita dapat di alam dunia ini resep penyembuhan dan
sekaligus penyelesaiannya ada dalam Al-Qur’an Al-karim.

3.2 Kritik dan Saran

Penulis bukan yang selalu benar, maka oleh karena itu penulis
haus sekali dengan kritik dan saran yang dapat membangun karakter
penulis untuk lebih baik lagi dalam menulis. Jika pembaca menemukan
kesalahan dalam penulisan atau pengetikan dan lain sebagainya, penulis
berharap kepada pembaca agar tidak sungkan-sungkan untuk mengkritik
sekaligus memberikan saran.

16
DAFTAR PUSTAKA

Sunan Ampel Tim Penyusun MKD IAIN.”Study Al-Qur’an”. Surabaya: IAIN


Sunan Ampel Press, 2011, hlm. 1-3.

Sunan Ampel Tim Penyusun MKD IAIN.”Study Hadits”. Surabaya: IAIN


Sunan Ampel Press, 2011, hlm. 3-4.

Al-Qatthan, Syaikh Manna. “ Pengantar Study Ilmu Al-Qur’an”. Jakarta: Al-


kaustar, 2006 hal. 23-24.

Quraish Shihab, Wawasan Al-Qur’an Tafsir Maudhu’i atas pelbagai


persoalan. Jakarta: Lentera Hati. 1998. Hal.-(ebook).

Syarifuddin, Amir. “Ushul Fiqhi”. Jakarta: Kencana, 2009 hal. 58

17

You might also like