You are on page 1of 25

BAB 1

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi kedokteran menyebabkan
diketahuinya bakteri, protozoa, jamur, dan virus sebagai penyebab penyakit hubungan
seksual. Dalam penelitian, dijumpai bahwa makin bertambah penyakit yang timbul akibat
hubungan seksual dari sudut pandang etimologi ternyata penyakit hubungan sseksual
berkembang sangat cepat berkaitan dengan pertambahan dan terjadinya migrasi penduduk,
bertambahnya kemakmuran, serta terjadi perubahan perilaku seksual yang makin bebas
tanpa batas.
Penyakit kelamin adalah penyakit yang penularannya terutama melalui hubungan
seksual. Cara hubungan kelamin tidak hanya terbatas secara genito-genital saja, namun
dapat juga secara ora-genital atau ano-genital sehingga kelainan yang timbul akibat
penyakit kelamin ini tidak terbatas hanya pada daerah genital saja. Tetapi, dapat juga pada
daerah-daerah ekstra genital. Meskipun demikian, tidak berarti bahwa semuanya harus
melalui hubungan kelamin. Ada beberapa yang dapat ditularkan melalui kontak langsung
dengan alat-alat yang sehari-hari digunakan, seperti : handuk, termometer, dan sebagainya.
Selain itu, penyakit kelamin ini juga dapat menularkan penyakitnya pada janin atau bayi
dalam kandungan.
Pada zaman dahulu, penyakit kelamin di kenal sebagai Veneral Diseases yang
berasal dari kata venus ( dewi cinta), dan yang termasuk dalam venereal diseases ini yaitu
sifilis, gonorhoe, ulkus mole, limfogranuloma venereum, dan granuloma inguinale.
Namun ternyata, semakin kesini telah banyak ditemukan berbagai macam atau tipe
penyakit menular seksual lain yang disebabkan oleh perbaikan sarana dan teknik
laboratorium dan penemuan beberapa jenis penyakit secara epidemi seperti herpes
genetalis dan hepatitis B.
Oleh karena itu, istilah Veneral Diseases semakin lama semakin ditinggalkan dan
diperkenalkan dengan istilah baru yaitu Sexually Transmitted Diseases (S.T.D) yang
berarti penyakit-penyakit V.D tersebut ditambah berbagai lain yang tidak masuk V.D
istilah S.T.D ini di Indonesia kan dengan istilah P.M.S atau Penyakit Menular Seksual.

1
1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan uraian diatas, dalam rumusan masalah ini dapat diambil beberapa
pertanyaan atau masalah yang akan jadi pembahasan dalam materi makalah ini. Sebagai
berikut :

1. Apa yang dimaksud dengan PMS ?

2. Apa yang dimaksud dengan Gonore dan Sifilis?

3. Bagaimana etiologi dari Gonore dan Sifilis?

4. Bagaimana tanda dan gejala Gonore dan Sifilis ?

5. Bagaimana pengobatan Gonore dan Sifiis ?

6. Bagaimanakah cara pemeriksaan diagnostik Gonore dan Sifilis ?

7. Bagaimana pencegahan Gonore dan Sifilis ?

8. Bagaimana komplikasi yang terjadi dari Gonore dan Sifilis ?

9. Bagaimana Asuhan Keperawatan Gonore dan Sifilis ?

2
1.3 Tujuan

Pemenuhan tugas mata kuliah Keperawatan Maternitas II mengenai masalah Asuhan


Keperawatan Penyakit Menular Seksual, agar mahasiswa mampu :

1. Mengetahui dan memahami definisi dasar dari PMS

2. Mengetahui dan memahami definisi Gonore dan Sifilis

3. Mengetahui dan memahami etiologi Gonore dan Sifilis

4. Mengetahui dan memahami tanda dan gejala Gonore dan Sifilis

5. Mengetahui dan memahami pengobatan Gonore dan Sifilis

6. Mengetahui dan memahami pemeriksaan Gonore dan Sifilis

7. Mengetahui dan memahami pencegahan Gonore dan Sifilis

8. Mengetahui dan memahami komplikasi Gonore dan Sifilis

9. Mengetahui asuhan keperawatan Gonore dan Sifilis

3
BAB 2

TINJAUAN TEORI

2.1 Definisi Penyakit Menular Seksual

Penyakit Menular Seksual (PMS) adalah penyakit yang ditularkan melalui hubungan
seksual. Penyakit menular seksual merupakan penyakit yang terjadi akibat adanya infeksi
mikroorganisme pathogen di area kelamin. Penyakit menular seksual akan akan lebih
beresiko bila melakukan hubungan seksual dengan berganti-ganti pasangan baik melaui
vagina, oral maupun anal. (Scorviani, Verra, dkk , 2012)

Beberapa penyakit menular seksual yang sering ditemukan di Indonesia:


1. Disebabkan oleh Bakteri: Gonorrhoe, Sifilis, Urethritis, Vaginosis Bakterial.
2. Disebabkan oleh Virus: AIDS, Herpes Genitalis, Hepatitis B, Kondiloma Akuminata.
3. Disebabkan oleh Jamur: Kandidiasis Vaginosis.
4. Disebabkan oleh Parasit: Scabies, Pedikulosis.

2.2 GONORE
2.2.1 Definisi Gonore

Gonore adalah penyakit menular seksual yang disebabkan oleh Nesseria


gonorrhoeae yang menginfeksi lapisan dalam uretra, leher rahim, rectum dan
tenggorokan atau bagian putih mata (konjungtiva). Gonore bisa menyebar melalui
aliran darah ke bagian tubuh lainnya, terutama kulit dan persendian (Scorviani, Verra,
dkk, 2012).

2.2.2 Etiologi

Infeksi ini disebabklan oleh bakteri Nesseria gonorrhoeae. Kondisi seringkali


ditemukan bersamaan dengan infeksi chlamydia dan akan didapati setelah kemajuan
pada Pelviks Inflamatory Deseases (PID). Jika infeksi terjadi setelah bulan ketiga
kehamilan, organisme akan berada di area pelvik lebih rendah di uretra dan serviks
terkait penyumbatan selaput lendir dalam serviks yang mencegah ekspansi ke atas
(Johnson, Joyce Y, 2014).

4
2.2.3 Tanda dan Gejala
Menurut Johnson, Joyce, 2014 Ada beberapa pendapat menegenai tanda dan gejala
penyakit Gonoroe antara lain :
1. Pada pria, gejala awal biasanya timbul dalam waktu 2-7 hari setelah terinfeksi.
2. Gejalanya berawal sebagai rasa tidak enak pada uretra, yang beberapa jam
kemudian diikuti oleh nyeri ketika berkemih dan keluarnya nanah dan penis.
3. Penderita sering berkemih dan merasakan desakan untuk berkemih, yang semakin
memburuk ketika penyakit ini menyebar ke uretra bagian atas. Lubang penis
tampak merah dan membengkak.
4. Pada wanita, gejala awal bisa timbul dalam waktu 7-21 hari setelah terinfeksi.
5. Penderita wanita seringkali tidak menunjukkan gejala selama beberapa minggu
atau bulan, dan diketahui menderita penyakit ini hanya setelah mitra seksualnya
tertular.
6. Jika timbul gejala, biasanya bersifat ringan. Tetapi beberapa penderita
menunjukkan gejala yang berat, seperti desakan untuk berkemih, nyeri ketika
berkemih, keluarnya cairan dari vagina dan demam.
7. Infeksi bisa menyerang leher rahim, rahim, saluran telur, indung telur, uretra dan
rectum, menyebabkan nyeri pinggul yang dalam atau nyeri ketika melakukan
hubungan seksual.
8. Nanah yang keluar bisa berawal dari leher rahim, uretra atau kelenjar di sekitar
lubang vagina.
9. Wanita dan pria homoseksual yang melakukan hubungan seksual melalui anus
(lubang dubur) bisa mendierita gonore pada rektumnya.
10. Penderita merasakan tidak nyaman di sekitar anusnya dan dari rektumnya keluar
cairan. Daerah di sekitar anus tampak merah dan kasar, tinjanya terbungkus oleh
lender dan nanah.
11. Pada pemeriksaan dengan anaskop akan tampak lendir dan cairan di dinding
rektum penderita.
12. Bayi baru lahir bisa terinfeksi oleh gonore dari ibunya selama proses persalinan,
sehingga terjadi pembengkakan pada kedua kelopak matanya dan dari matanya
keluar nanah.
13. Pada dewasa, bisa terjadi gejala yang sama, tetapi seringkali hanya 1 mata yang
terkena. Jika infeksi ini tidak diobati bisa terjadi kebutaan.

5
2.2.4 Pemeriksaan Penunjang
1. Pemeriksaan fisik
a. Demam.
b. Rabas purulen dari meatus uretra.
c. Meatus uretra wanita kemungkinan berwarna merah dan mengalami edema
d. Serviks mudah teriritasi, sedikit meradang(friable cervic) dan terdapat rabas
kuning kehijuan.
e. Vagina mengalami pembesaran, merah, dan pembengkakan.
f. Infeksi rektum.
g. Infeksi okular.
h. Infeksi faring.
i. Lesi kulit papiler pada tangan dan kaki.
j. PRP
k. Perihepatitis.
l. Nyeri dan suara retak ketika menggerakkan sendi terkait.
2. Hasil pemeriksaan

Laboratorium

a. Kultur dari area infeksi pada uretra, servik, rektum, atau faring menunjukkan
adanya N.Gonorrhea.
b. Kultur apus konjungtiva memastikan adanya konjungtivitis gognokokal.
c. Pada pria, pewarnaan yang menunjukkan diplokokus gram negatif
menegaskan adanya gonore.
d. Identitas diplokokus gram negatif pada apusan yang diambil dari cairan sendi
dan lesi kulit mengindikasikan artritis gonokokal.
e. Fiksasi komplemen dan uji imunofluoresen serum menunjukkan titer antibodi
empat kali dari nilai normal.
f. Uji veneral disease Research Laboratory (VDRL) dapat reaktif.
g. Uji reagin plasma yang cepat mungkin reaktif (R Clevere Susanto, 2013).

6
2.2.5 Pengobatan
Menurut R Clevere Susanto, 2013
1. Antibioti, seperti seftriakson, diksisiklin dan azitromisin.
2. Obat tetes perak nitrat 1% atau salep eritomisin pada neonatus untuk mencegah
oftalmia neonatum gonokokal.
3. Pengobatan lainnya misalnya :

a. Penisilin.
b. Sefalosporin.
c. Kanamisin.
d. Quinolon.
4. Terapi umum
a. Kultur lanjutan 4 hingga 7 hari setelah terapi dan dilakukan kembali dalam 6
bulan.
b. Untuk pasien hamil, tindak lanjut akhir sebelum pelahiran.
c. Terapi yang efektif (akhir penularan dalam hitungan jam).
d. Tidak melakukan aktifitas seks sampai infeksi diobati.
Adapun beberapa pengobatan menurut Susanto R Clevere :
Gonore biasanya diobati dengan suntikan tunggal seftriakson intramuskuler (melalui
otot) atau dengan pemberian antibiotik per-oral (melaluui mulut) selama minggu
(biasanya diberikan doksisiklin).

2.2.6 Pencegahan
Untuk mencegah gonore, berikan pendidikan kesehatan pasien sebagai berikut ini :
1. Beri tahu pasien untuk menghindari kontak seksual sampai kultur terbukti
negatif dan infeks hilang.
2. Anjurkan pasangan pasien untuk menerima terapi bahkan jika pasangan itu tidak
memiliki hasil kultur positif. Rekomendasikan pada pasangan tersebut untuk
menghindari kontak seksual dengan siapapun sampai terapi selesai karena
infeksi berulang bisa sangat terjadi.
3. Berikan konseling pada pasien dan semua pasangan seksualnya untuk diperiksa
virus HIV dan infeksi hepatitis B.
4. Instruksikan pasien untuk berhari-hati ketika melakukan kontak dengan setiap
rabas tubuh untuk menghindari kontaminasi ke mata.

7
5. Beri tahu pasien untuk menggunakan anti infeksi selama jangka waktu yang
dianjurkan.
6. Untuk mencegah infeksi berulang, beri tahu pasien untuk menghindari kontak
seksual dengan siapapun yang dicurigai terinfeksi, menggunakan kondom
selama coitus, mencuci genetalia dengasabun dan air sebelum dan sesudah
coitus, serta menghindari berbagai perlengkapan waslap atau air.
7. Anjurkan pasien untuk melakukan pemeriksaan lanjutan (R Clevere Susanto,
2013).

2.2.7 Komplikasi
1. Infeksi kadang menyebar melalui aliran darah ke 1 atau beberapa sendi, dimana
sendi menjadi bengkak dan sangat nyeri, sehingga pergerakannya menjadi
terbatas.
2. Infeksi melalui aliran darah juga bisa menyebabkan timbulnya bintik-bintik merah
berisi nanah di kulit, demam, rasa tidak enak dibadan atau nyeri di beberapa sendi
yang berpindah dari satu sendi ke sendi lainnya (Sindroma artritis dermatitis).
3. Bisa terjadi infeksi jantung (endokarditis)
4. Infeksi pembungkus hati (perihepatitis) bisa menyebabkan nyeri yang menjumpai
kelaianan kandung empedu.
5. Komplikasi yang terjadi dan jarang berakibat fatal, tetapi masa penyembuhan
untuk artritis atau endokarditis berlangsung lambat (R Clevere Susanto, 2013).

2.3 SIFILIS
2.3.1 Definisi Sifilis
Sifilis adalah penyakit menular seksual yang disebabkan oleh Treponema
pallidum. Bakteri ini masuk ke dalam tubuh manusia melalui selaput lendir ( misalnya
di vagina atau mulut) atau melalui kulit (Scorviani, Verra, dkk, 2012).
Dalam beberapa jam, bakteri akan sampai ke kelenjar getah bening terdekat,
kemudian menyebar ke seluruh tubuh melalui aliran darah. Sifilis juga bisa
menginfeksi janin selama dalam kandungan dan menyebabkan cacat bawaan.
Seseorang yang pernah terinfeksi oleh sifilis tidak akan menjadi kebal dan bisa
terinfeksi kembali.

8
2.3.2 Etiologi
Sifilis disebabkan oleh spirochete, Treponema pallidum, yang ditemukan pada
semua tingkatan lesi, baik primer, sekunder, maupun tersier. Penyakit ini kadang
terjadi kogenital, namun lebih sering didapat melalui kontak langsung dengan orang
lain dengan lesi primer atau sekunder. Situs infeksi dapat terjadi pada tangan akibat
kontak dengan lesi sifilis. Risiko ini meningkat pada dokter atau perawat, terutama
terpajan saat memiliki luka di kulit atau membran mukosa. Umumnya spirochete
masuk melalui hubungan seksual dengan pasangan yang terinfeksi. Kontak melalui
hubungan seksual lebih sering terjadi dibandingkan dengan kontak akibat berciuman
atau minum dari gelas yang sama dengan penderita (Johnson, Joyce, 2014).

2.3.3 Tanda dan Gejala


1. Timbul benjolan di sekitar alat kelamin.
2. Tahapan awal akan menunjukkan chancre di area masuknya Treponema pallidum,
yang tercatat selama 4 minggu.
3. Mengalami demam, berat badan menurun, serta cacar.
4. Kadang-kadang disertai pusing dan nyeri tulang seperti flu, yang akan menghilang
dengan sendirinya tanpa diobati.
5. Ada bercak kemerahan pada tubuh sekitar 6-12 minggu setelah berhubungan
seksual.
6. Gejala sekunder tercatat selama 6 minggu hingga 6 bulan setelah infeksi:
a. Kondilomata lata (penipisan/plak kulit seperti kutil) pada vulva yang sangat
menular
b. Radang sendi akut serta pembengkakan liver dan limpa
c. Kelenjar getah bening membesar dan kaku, dan iritis
d. Sakit tenggorokan kronis, dan suara serak
7. Selama 2-3 tahun pertama, penyakit ini tidak menunjukkan gejala apapun.
Namun, setelah 5-10 tahun penyakit ini akan menyerang susunan saraf otak,
pembuluh darah, dan jantung.
8. Pada perempuan hamil, penyakit ini dapat menular kepada bayi yang
dikandungnya sehingga mengakibatkan kerusakan pada kulit, hati, limpa, dan
keterbelakangan mental.
9. Bayi mungkin memperlihatkan gejala sekunder jika terinfeksi di uterus.
10. Jika sifilis ditularkan melalui plasenta, pertumbuhan dalam uterus akan lenyap.

9
11. Kelahiran prematur atau lahir mati dapat terjadi (Kumalasari, Intan, dkk. 2012).

2.3.4 Klasifikasi
Klasifikasi Infeksi oleh Treponema pallidum berkembang melalui 4 tahapan :
1. Tahap 1 (Sifilis Primer)
Terjadi 9-10 hari setelah terinfeksi. Pada tahap ini timbul luka di penis, bibir
kemaluan,atau leher rahim yang tidak terasa nyeri.
2. Tahap II (Sifilis Sekunder)
Terjadi beberapa bulan setelah tahap pertama terjadi. Gejala dari tahap ini adalah
dengan adanya kelainan kulit (bercak kemerahan) yang tidak gatal, terutama pada
telapak tangan dan kaki. Selain itu, ada pembesaran kelenjar getah bening di
seluruh tubuh. Bisa juga muncul kutil di sekitar alat kelamin dan anus.
3. Tahap III (Sifilis Laten)
Pada tahap ini tidak ada keluhan ataupun gejala, namun infeksi berlanjut dengan
menyerang alat-alat atau bagian tubuh lainnya. Kondisi ini hanya dapat dilihat
setelah melalui pemeriksaan darah khusus sifilis.
4. Tahap IV (Sifilis Tersier)
Timbul 5-30 tahun setelah tahap sifilis II terjadi. Pada tahap ini terdapat kerusakan
di alat tubuh penting dan menetap pada otak, pembuluh darah jantung, serabut
saraf, serta sumsum tulang belakang (Kumalasari, Intan, dkk, 2012).

2.3.5 Pemeriksaan Penunjang


1. Pemeriksaan Laboratorium (kimia darah, ureum, kreatinin, GDS, analisa urin,
darah rutin)
2. Pemeriksaan Treponema Pallidum
Cara pemeriksaan adalah: mengambil serum dari lesi kulit dan dilihat bentuk dan
pergerakannya dengan microscope lapangan gelap. Pemeriksaan dilakukan 3 hari
berturut-turut jika pada hasil pada hari 1 dan 2 negatif sementara itu lesi
dikompres dengan larutan garam, bila negatif bukan selalu berarti diagnosisnya
bukan sifilis, mungkin kumannya terlalu sedikit. 2. Pemeriksaan TTS atau
serologic tes for sifilis, TTS dibagi menjadi 2 yaitu Test non treponemal dan Tes
treponemal.

10
3. Pemeriksaan yang lain
Sinar rontgen dipakai untuk melihat kelainan khas pada tulang, yang terdapat pada
sifilis kongenital juga pada sifilis kardiovaskuler (Kumalasari, Intan, dkk. 2012).

2.3.6 Pengobatan
Antibiotik terbaik untuk semua fase sifilis biasanya adalah suntikan penisilin.
Terapi untuk sifilis:
1. Obat pilihan: Penicilin G Prokain dalam akua dosis 4,8 juta unit secara IM.
2. Obat Alternatif :
a. Tetrasikin 4 X 500 mg/hari selama 14 hari
b. Eritromisin 4 X 500 mg/hari selama 14 hari
c. Doksisiklin 2 X 100 mg/hari selama 14 hari

2.3.7 Komplikasi
Tanpa pengobatan atau penanganan, sifilis atau raja singa dapat menyebabkan
kerusakan diseluruh tubuh. Sifilis juga meningkatkan resiko infeksi HIV. Bagi wanita
dapat menyebabkan masalah selama kehamilan. Pengobatan atau penanganan dapat
membantu mencegah kerusakan dimasa yang akan datang namun dapat memperbaiki
atau membalikkan kerusakan yang telah terjadi, seperti :
1. Benjolan atau tumor kecil
2. Masalah neurologis (spesialisasi dibidang kedokteran yang memiliki fokus pada
otak dan sistem saraf)
3. Masalah kardiovaskular (penyakit gangguan pada jantung dan pembuluh darah)
4. Infeksi HIV
5. Komplikasi kehamilan dan persalinan.

11
BAB 3

TEORI ASUHAN KEPERAWATAN

3.1 Asuhan Keperawatan Gonorea


3.1.1 Pengkajian Gonorea
1. Pengumpulan Data
a. Riwayat Keperawatan

1) Identitas, meliputi :

Nama, Usia : angka terjadi pada perempuan pada usia 15-19 tahun dan
laki-laki di usia 20-24 tahun, Jenis kelamin, Agama, Suku bangsa,
Pekerjaan, Pendidikan, Status perkawinan, Alamat, Tanggal MRS.

2) Keluhan utama

Klien biasanya mengatakan nyeri saat kencing. Namun ada juga yang
asimtomatik.

3) Riwayat penyakit dahulu

Perlu ditanyakan apakah klien pernah mengalami penyakit ini sebelumnya.

4) Riwayat penyakit sekarang


P : tanyakan penyebab terjadinya infeksi ?
(terinfeksinya dikarenakan sering berhubungan seks tanpa pengaman)
Q : tanyakan bagaimana gambaran nyeri tersebut
(berupa rasa gatal, panas sewaktu kencing terdapat pada ujung penis atau
bagian distal uretra, rasa nyeri saat ereksi)
R : tanyakan pada daerah manayang sakit, apakah menjalar
(rasa tidak nyaman pada uretra, kemudian diikuti rasa neyeri ketika
berkemih)
S : kaji skala nyeri untuk dirasakan
(rata-rata nyeri berskala 7)
T : kapan keluhan dirasakan
(keluhan dirasakan pada saat berkemih)

12
5) Riwayat kesehatan keluarga

Tanyakan pada keluarga, apakah ada anggota keluarga pasien yang


menderita penyakit yang sama dengan pasien sekarang dan juga apakah
ada penyakit keturunan yang diderita keluarga pasien.

b. Pola-pola fungsi kesehatan

1) Pola persepsi dan tatalaksana hidup

Perlu dikaji bagaimana kebiasaan kesehatannya dalam kehidupan


keseharian, misalnya PH dari klien seperti mandi dan gosok gigi serta
kebiasaan dalam mengkonsumsi minum-minuman keras dan perokok

2) Pola tidur dan istirahat

Perlu dikaji bagaimana kebiasaan pola tidur klien setiap harinya, sebelum
dan setelah sakit, biasanya klien akan mengalami gangguan pola tidur
karena proses inflamasi dan pembengkakan jika telah terjadi komplikasi

3) Pola aktivitas dan latihan

Perlu dikaji kegiatan keseharian dari klien, dan keteraturan klien dalam
berolahraga

4) Pola hubungan dan peran

Perlu dikaji bagaimana peran klien dengan keluarganya dan lingkungan


sekitarnya, biasanya pada klien dengan gonorea hubungan peran dengan
keluarga terutama suami atau istri kurang baik, sehingga meyebabkan
pelampiasannya dengan orang lain yang telah terjangkit gonorea.

5) Pola persepsi dan konsep diri

Perlu dikaji bagaimana persepsi klien dengan kondisi tubuhnya yang


menderita gonorea, apakah hal ini akan mempengaruhi konsep diri klien
yang menyebabkan klien ini akan merasa rendah diri.

6) Pola sensori dan kognitif

13
Perlu dikaji tingkat pengetahuan klien mengenai penyakit yang dideritanya
dan juga kognitif klien, misalnya tingkatan pendidikannya. Biasanya pada
klien gonorea tingkat pendidikannya rendah sehingga mereka sulit
mendapatkan pekerjaan dan akan melakukan pekerjaan yang bisa
menyebabkan tertularnya gonorea.

7) Pola penanggulangan stress


Perlu dikaji bagaimana klien dalam menangani stress yang dialami
berhubungan dengan kondisi sakitnya.
8) Pola tata nilai dan kepercayaan

Perlu dikaji bagaimana kebiasaan beribadah klien, serta kepercayaannya.

9) Pola reproduksi dan seksual

Perlu dikaji apakah klien masih dalam masa subur atau tidak, berapa
jumlah anaknya, apakah menggunakan alat kontrasepsi dan dengan kondisi
sakitnya saat ini bagaimana pola seksualitas dari klien, biasanya klien
mengalami perubahan dalam pola seksualnya karena adanya inflamasi
pada organ reproduksinya.

10) Pola eliminasi

Perlu dikaji frekuensi dan konsistensi BAB serta BAK klien setiap
harinya, apakah mengalami gangguan atau tidak, biasanya klien
mengalami disuria dan sulit untuk BAB serta diikuti dengan rasa nyeri.

11) Pola nutrisi dan metabolisme

Klien perlu dikaji dengan kondisi sakitnya, apakah klien mengalami


gangguan pola makan, namun biasanya klien akan merasa malas, dan
mengalami gangguan pola makannya karena adanya inflamasi pada
faringnya sehingga akan mengalami penurunan metabolisme tubuh.
c. Pemeriksaan Fisik
1) Tingkat kesadaran

GCS : biasanya kesadaran pasien normal yaitu 4,5,6. Observasi TTV klien,
terdiri dari Nadi, Tekanan darah, RR, Suhu.

14
2) Pengkajian persistem

a) Sistem integumen

Biasanya terjadi inflamasi jaringan sekitar uretra, genital lesions dan


skin rashes

b) Sistem kardiovaskuler

Kaji apakah bunyi jantung normal atau mengalami gangguan, biasanya


pada klien bunyi jantung normal, namun akan mengalami peningkatan
nadi karena proses dari inflamasi yang mengakibatkan demam

c) Sistem pernapasan

Perlu dikaji pola napas klien, auskultasi paru-paru untuk mengetahui


bunyi napas, dan juga kaji anatomi pada sistem pernapasan, apakah
terjadi peradangan atau tidak. Baiasanya pada klien terdapat
peradangan pada faringnya karena adanya penyakit

d) Sistem pengindraan

Kaji konjungtiva, apakah ada peradangan atau tidak (konjungtiva tidak


mengalami peradangan, namun akan mengalami peradangan jika pada
konjungtivis gonoroe dan juga bisa ditemukan adanya pus atau nanah)

e) Sistem pencernaan
1. Kaji mulut dan tenggorokan termasuk toksil (Mulut sudah terjaga
PHnya dan tidak terdapat toksil)
2. Pada faring biasanya mengalami inflamasi sehingga akan
mengalami gangguan dalam pola makan
3. Apakah terdapat diare / tidak (Pola eliminasi vekal tidak
mengalami gangguan)
4. Anus (Biasanya pasien mengalami inflamasi jaringan akibat
infeksi yang menyebabkan klien sulit dan nyeri saat BAB)

f) Sistem Perkemihan
Biasanya klien akan mengalami , retensi urin karena inflamasi prostat,
keluar nanah dari penis dan kadang –kadang ujung uretra disertai darah,

15
pembengkakan frenulum pada pria, dan pembengkakan kelenjar
bartoloni serta labia mayora pada wanita yang juga disertai dengan
nyeri tekan.
g) Sistem Muskuluskeletal
Biasanya pada pasien laki – laki tidak mengalami kesulitan bergerak,
sedangkan pada pasien wanita yang sudah mengalami komplikasi akan
mengalami kesulitan dalam bergerak dan juga saat duduk karena
terjadinya komplikasi pembengkakan pada kelenjar bartholini dan juga
labio mayoranya.

3.1.2 Diagnosa Gonorea


1. Gangguan rasa nyaman berhubungan dengan gejala terkait penyakit.
2. Peningkatan suhu tubuh berhubungan dengan adanya reaksi penyakit (reaksi
inflamasi)
3. Gangguan integritas kulit berhubungan dengan kerusakan jaringan yang ditandai
dengan adanya abses dan kemerahan

3.1.3 Intervensi Gonorea


No Diagnosa Tujuan dan Kriteria Hasil Intervensi
Keperawatan
1 Gangguan rasa Tujuan setelah dilakukan 1) Lakukan
nyaman tindakan keperawatan selama pendekatan pada
berhubungan 3x24 jam diharapkan gangguan klien dan keluarga
dengan gejala rasa nyaman dapat teratasi 2) Jelaskan pada klien
terkait penyakit. dengan kriteria hasil sebagai penyebab rasa
berikut : nyeri
1. Klien tampak rileks saat 3) Ajarkan klien
berkemih tehnik relaksasi
2. Klien akan menggunakan dan dekstraksi
pencegahan non analgetik untuk mengurangi
untuk mengurangi rasa nyeri
nyerinya. 4) Anjurkan klien
3. Klien tampak tenang. untuk napas

16
panjang.
2 Peningkatan suhu Tujuan setelah dilakukan 1) Bina hubungan
tubuh berhubungan tindakan keperawatan selama saling percaya
dengan adanya 1x24 jam diharapkan dengan klien
reaksi penyakit Peningkatan suhu tubuh dapat 2) Tingkatkan inktake
(reaksi inflamasi). teratasi dengan kriteria hasil cairan dan nutrisi
sebagai berikut : klien
1. Suhu tubuh klien normal 3) Kolaborasi dengan
2. Klien tampak nyaman tim medis lain
3. Tanda vital klien normal dalam pemberian
4. Tidak ada perubahan warna obat antipiretik.
kulit dan klien tidak pusing.
3 Gangguan Tujuan setelah dilakukan 1) Bina hubungan
integritas kulit tindakan keperawatan selama saling percaya
berhubungan 3x24 jam diharapkan Gangguan dengan klien dan
dengan kerusakan integritas kulit dapat teratasi keluarga klien
jaringan yang dengan kriteria hasil sebagai 2) Jelaskan pada klien
ditandai dengan berikut : agar tetap menjaga
adanya abses dan 1. Abses tidak ada kekeringan dan
kemerahan. 2. Kemerahan tidak ada kebersihan di
3. Mempertahankan integritas daerah luka
kulit 3) Observasi kondisi
4. Tidak terjadi infeksi dan kerusakan jaringan
komplikasi. kulit klien, catat
adanya
pembengkakan dan
kemerahan
4) Bersihkan dan
keringkan kulit
khususnya daerah
dengan
kelembaban tinggi.

17
3.2 Asuhan Keperawatan Sifilis
3.2.1 Pengkajian Sifilis
1. Pengumpulan Data
a. Identitas Pasien
Di dalam identitas hal-hal yang perlu di kaji antara lain nama pasien,
alamat pasien, umur pasien biasnya kejadian ini mencakup semua usia antara
anak-anak sampai dewasa, tanggal masuk ruma sakit penting untuk di kaji
untuk melihat perkembangan dari pengobatan, penanggung jawab pasien agar
pengobatan dapat di lakukan dengan persetujuan dari pihak pasien dan petugas
kesehatan.
b. Riwayat Kesehatan
1) Keluhan Utama (keluhan yang dirasakan pasien saat dilakukan pengkajian).
Apakah ada gejala: keputihan tidak biasa jumlah banyak atau terus keluar
warna tidak biasa, rasa gatal, bau busuk amis atau asam.
2) Riwayat penyakit Sekarang (riwayat penyakit yang diderita pasien saat
masuk rumah sakit).
Apakah ada gejala: keputihan tidak biasa jumlah banyak atau terus keluar
warna tidak biasa, rasa gatal, bau busuk amis atau asam. Apakah nyeri saat
BAK, apakah ada pembengkakan kelenjar lipat paha, nyeri perut bagian
bawah (nyeri berkepanjangan, hanya saat haid, hanya saat hubungan
seksual), apakah ada daging atau kutil pada alat kelamin, gangguan
menstruasi, kapan terjadi haid terakhir (sedang haid sekarang atau sedang
hamil)
3) Riwayat penyakit keluarga (adakah riwayat penyakit yang sama diderita
oleh anggota keluarga yang lain atau riwayat penyakit lain baik bersifat
genetis maupun tidak).
Apakah ada anggota keluarga yang juga pernah terkena penyakit tumor
mata, tumor lain, atau penyakit degeneratif lainnya
4) Riwayat penyakit dahulu (riwayat penyakit yang sama atau penyakit lain
yang pernah diderita oleh pasien).
Apakah klien ada riwayat terkena penyakit menular seksual. Faktor resiko
(pasien sendiri bukan pasangannya) lebih dari satu pasangan seksual dalam
satu bulan terakhir, hubungan seksual dengan pekerja seks dalam 1 bulan

18
terakhir, mengalami 1 atau lebih episode PMS dalam 1 tahun terakhir,
pekerjaan suami beresiko tinggi.
c. Pemeriksaan Fisik
1) Sistem integument
Kulit : biasanya terdapat lesi. Berupa papula, makula, postula.
2) Kepala dan Leher
a) Kepala : Biasanya terdapat nyeri kepala
b) Mata : Pada sifilis kongenital terdapat kelainan pada mata (keratitis
inter stisial).
c) Saat Hidung : Pada stadium III dapat merusak tulang rawan pada
hidung dan palatum.
d) Telinga : Pada sifilis kengenital dapat menyebabkan ketulian.
e) Mulut : Pada sifilis kongenital, gigi Hutchinson (incisivus I atas kanan
dan kiri bentuknya seperti obeng).
f) Leher : Pada stadium II biasanya terdapat nyeri leher.
g) Sistem Pernafasan : kelelahan terus menerus, kaku kuduk, malaise.
Tanda (kelemahan, perubahan tanda-tanda vital)
3) Sistem kardiovaskuler : Kemungkinan adanya hipertensi, arteriosklerosis
dan penyakit jantung reumatik sebelumnya.
4) Sistem penceranaan : Biasanya terjadi anorexia pada stadium II.
5) Sistem musculoskeletal : Pada neurosifilis terjadi athaxia.
6) Sistem Neurologis : Biasanya terjadi parathesia.
7) Sistem perkemihan : penurunan berkemih, nyeri pada saat kencing, kencing
keluat nanah. Tanda : kencing bercampur nanah, nyeri pada kencing.
8) Sistem Reproduksi : Biasanya terjadi impotensi.
d. Pengkajian 11 Fungsional Gordon
1) Pola persepsi kesehatan manajemen kesehatan
a) Tanyakan pada klien bagaimana pandangannya tentang penyakit yang
dideritanya dan pentingnya kesehatan bagi klien?
b) Kaji apakah klien merokok atau minum alkohol?
c) Apakah klien mengetahui tanda dan gejala penyakitnya?
2) Pola nutrisi metabolik
a) Tanyakan kepada klien bagaimana pola makannya sebelum sakit dan
pola makan setelah sakit?

19
b) Apakah ada perubahan pola makan klien?
c) Kaji apa makanan kesukaan klien?
d) Kaji riwayat alergi makanan maupun obat-obatan tertentu.
e) Biasanya klien mengalami gejala: anoreksia, nausea
f) Tanda: vomiting
3) Pola eliminasi
a) Kaji bagaimana pola miksi dan defekasi klien apakah mengalami
gangguan?
b) Kaji apakah klien menggunakan alat bantu untuk eliminasi nya?
c) Apakah klien merasakan nyeri saat BAK dan BAB?
d) Apakah penyakit ini mengganggu kenyamanan saat BAK dan BAB?
e) Biasanya klien mengalami gejala: penurunan berkemih, nyeri pada
saat kencing, kencing keluar Nanah.
f) Tanda: kencing bercampur nanah,nyeri pada saat kencing.
4) Pola aktivas latihan
a) Kaji bagaimana klien melakukan aktivitasnya sehari-hari sebelum
menghadapi pembedahan, apakah klien dapat melakukannya sendiri
atau malah dibantu keluarga?
b) Apakah aktivitas terganggu karena penyakit yang dihadapinya?
c) Biasanya klien mengalami gejala: kelelahan terus- menerus, kaku
kuduk, malaise.
d) Tanda: kelemahan, perubahan tanda- tanda vital (tekanan darah
kadang-kadang naik).
5) Pola istirahat tidur
a) Kaji perubahan pola tidur klien, berapa lama klien tidur dalam sehari?
b) Apakah klien mengalami gangguan dalam tidur, seperti nyeri ?
6) Pola kognitif persepsi
a) Kaji tingkat kesadaran klien, apakah klien mengalami gangguan pada
panca indra?
b) sdsBagaimana kemampuan berkomunikasi, memahami serta
berinteraksi klien terhadap orang lain?
7) Pola persepsi diri dan konsep diri
a) Kaji bagaimana klien memandang dirinya dengan penyakit yang
dideritanya apakah klien merasa rendah diri ?

20
b) Apakah sering merasa marah, cemas, takut, depresi, karena penyakit
yang dideritanya?
c) Apakah klien merasa kurang percaya diri karena penyakitnya?
8) Pola peran hubungan
a) Kaji bagaimana peran fungsi klien dalam keluarga sebelum dan
selama dirawat di Rumah Sakit dan bagaimana hubungan sosial klien
dengan masyarakat sekitarnya?
b) Biasanya klien akan kurang percaya diri bergaul dengan masyarakat
9) Pola reproduksi dan seksualitas
a) Kaji apakah ada masalah hubungan dengan pasangan?
b) Apakah ada perubahan kepuasan pada seksualitas klien
c) Kaji pasien, apakah saat berhubungan memakai alat pelindung?
d) Apakah klien mengganti-ganti pasangannya?
e) Biasanya pada pemeriksaan alat kelamin bagian luar ditemukan:
f) Ulkus genital: sakit bila disentuh, tepi luka jelas atau tepi mengantong
g) Pembengkakan Kelenjar Inguinal: sakit bila disentuh, bekas luka
kelenjar lipat paha
h) Kutil Genital: vulva vagina, anus.
i) Keputihan tidak biasa jumlah banyak atau terus keluar warna tidak
biasa, rasa gatal, bau busuk amis atau asam, ada daging atau kutil pada
alat kelamin.
10) Pola koping dan toleransi stress
a) Kaji apa yang biasa dilakukan klien saat ada masalah ?
b) Apakah klien menggunakan obat-obatan untuk menghilangkan stres ?
c) Biasanya klien akan mengalami stres dan depresi karena penyakitnya,
takut tidak diterima dalam masyarakat.
11) Pola nilai dan kepercayaan
a) Kaji bagaimana pengaruh agama terhadap klien menghadapi
penyakitnya ?
b) Apakah ada pantangan agama dalam proses penyembuhan klien?
c) Kaji` bagaimana pengaruh agama terhadap klien menghadapi
pembedahan ?

21
3.2.2 Diagnosa Sifilis
1. Nyeri akut berhubungan dengan agens cedera biologis (mis. Infeksi, iskemia,
neoplasma).
2. Hipertermi berhubungan dengan respon sistemik ulkus mole
3. Gangguan integritas jaringan kulit berhubungan dengan adanya ulkus pada
genitalia

3.2.3 Intervensi Sifilis


No Diagnosa Tujuan dan Kriteria Hasil Intervensi
Keperawatan
1. Nyeri akut Tujuan setelah dilakukan tindakan 1) Lakukan dan awasi
berhubungan dengan keperawatan selama 8 jam latihan rentang
agens cedera diharapkan Nyeri akut teratasi gerak aktif dan
biologis (mis. dengan kriteria hasil sebagai pasif.
Infeksi, iskemia, berikut : 2) Dorong ekspresi,
neoplasma). 1. Pasien tidak mengeluh nyeri perasaan tentang
2. Skala nyeri 0-1 (0-4) nyeri Ajarkan
3. Pasien tidak gelisah. teknik relaksasi,
distraksi, massage.
3) Jelaskan dan bantu
pasien dengan
tindakan pereda
nyeri
nonfarmakologi
dan noninvasive.
2. Hipertermi Tujuan setelah dilakukan tindakan 1) Pantau suhu pasien
berhubungan keperawatan selama 8 jam (derajat dan pola)
dengan respon diharapkan Hipertermi teratasi 2) Berikan kompres
sistemik ulkus dengan kriteria hasil sebagai hangat
mole. berikut : 3) Anjurkan pasien
1. Suhu tubuh normal (36-37 C) untuk banyak
2. Kulit tidak panas, tidak minum 1500-2000
kemerahan. cc/hari.

22
3. Turgor kulit elastic 4) Anjurkan pasien
4. Mukosa bibir lembab. untuk
menggunakan
pakaian yang tipis
dan mudah
menyerap keringat.
3. Gangguan integritas Tujuan setelah dilakukan tindakan 1) Kaji kerusakan
jaringan kulit keperawatan selama 1-2 minggu kulit yang terjadi
berhubungan diharapkan Gangguan integritas pada klien
dengan adanya jaringan kulit teratasi dengan 2) Catat ukuran atau
ulkus pada genitalia. kriteria hasil sebagai berikut : warna, kedalam
1. Pertumbuhan jaringan luka dan kondisi
meningkat sekitar luka.
2. Keadaan luka membaik 3) Lakukan perawatan
3. Luka menutup luka dengan Teknik
4. Mencapai penyembuhan luka steril
tepat waktu. 4) Tingkatkan asupan
nutrisi
5) Anjurkan pasien
untuk menjaga
kebersihan kulit
dengan cara mandi
sehari 2 kali.

23
BAB 4
PENUTUP
4.1 Kesimpulan

Penyakit menular seksual adalah infeksi yang di tularkan dari satu orang ke orang lain
saat berhubungan badan. Semua orang, pria, wanita (bahkan bahkan anak-anak) bisa
tertular penyakit kelamin ini. Penyakit yang umum terjadi adalah: gonore, sifilis, herpes,
HIV/Aids, Trikomoiasis.

Infeksi yang ditularkan lewat hubungan seksual, atau Penyakit kelamin menular adalah
penyakit yang cara penularanyya melalui hubungan kelamin. Yang ditularkan dari satu
orang ke orang lain saaat berhubungan badan. Tempat terjangkitnya penyakit tersebut tidak
semata-mata pada alat kelamin saja, tetapi dapat terjadi diberbagai tempat diluar alat
kelamin.yang tergolong dari penyakkit ini adalah : sifilis, gonore, ulkus mole,
linfegranuloma venereum, granuloma inguinale.

4.2 Saran
4.2.1 Bagi instansi terkait

1. Dalam rangka mencegah penyebar luasan penyakit seksual ini maka perlu
meningkatkan upaya promotif dengan cara melakukan penyuluhan tentang
penyakit menular seksual sehingga masyarakat lebih dapat waspada.

2. Melakukan pengendalian terhadap makin banyaknya kegiatan seks bebas.

4.2.2 Bagi masyarakat

1. Agar dapat mengendalikan dan memutus mata rantai penyebaran penyakit


seksual dengan cara tidak berganti – ganti pasangan.

2. Dan melakukan hubungan seksual secara aman.

24
DAFTAR PUSTAKA

Johnson, Joyce. 2014. Keperawatan Maternitas. Yogyakarta: Rapha Publishing.

Kumalasari, Intan, dkk. 2012. Kesehatan Reproduksi (untuk keperawatan dan kebidanan).
Jakarta : Salemba Medika

Mutaqin, Arif & Sarikumala. 2012. Asuhan Keperawatan Gangguan Integumen. Jakarta:
Salemba Medika

R, Clevere Susanto. 2013 Penyakit Kulit dan Kelamin. Yogyakarta: Nuha Medika

Scorviani, Verra, dkk. 2012. Mengupas Tuntas 9 Jenis PMS (Penyakit Menular Seksual).
Yogyakarta: 2012

25

You might also like