Professional Documents
Culture Documents
PENDAHULUAN
1
1.2 Rumusan Masalah
Berdasarkan uraian diatas, dalam rumusan masalah ini dapat diambil beberapa
pertanyaan atau masalah yang akan jadi pembahasan dalam materi makalah ini. Sebagai
berikut :
2
1.3 Tujuan
3
BAB 2
TINJAUAN TEORI
Penyakit Menular Seksual (PMS) adalah penyakit yang ditularkan melalui hubungan
seksual. Penyakit menular seksual merupakan penyakit yang terjadi akibat adanya infeksi
mikroorganisme pathogen di area kelamin. Penyakit menular seksual akan akan lebih
beresiko bila melakukan hubungan seksual dengan berganti-ganti pasangan baik melaui
vagina, oral maupun anal. (Scorviani, Verra, dkk , 2012)
2.2 GONORE
2.2.1 Definisi Gonore
2.2.2 Etiologi
4
2.2.3 Tanda dan Gejala
Menurut Johnson, Joyce, 2014 Ada beberapa pendapat menegenai tanda dan gejala
penyakit Gonoroe antara lain :
1. Pada pria, gejala awal biasanya timbul dalam waktu 2-7 hari setelah terinfeksi.
2. Gejalanya berawal sebagai rasa tidak enak pada uretra, yang beberapa jam
kemudian diikuti oleh nyeri ketika berkemih dan keluarnya nanah dan penis.
3. Penderita sering berkemih dan merasakan desakan untuk berkemih, yang semakin
memburuk ketika penyakit ini menyebar ke uretra bagian atas. Lubang penis
tampak merah dan membengkak.
4. Pada wanita, gejala awal bisa timbul dalam waktu 7-21 hari setelah terinfeksi.
5. Penderita wanita seringkali tidak menunjukkan gejala selama beberapa minggu
atau bulan, dan diketahui menderita penyakit ini hanya setelah mitra seksualnya
tertular.
6. Jika timbul gejala, biasanya bersifat ringan. Tetapi beberapa penderita
menunjukkan gejala yang berat, seperti desakan untuk berkemih, nyeri ketika
berkemih, keluarnya cairan dari vagina dan demam.
7. Infeksi bisa menyerang leher rahim, rahim, saluran telur, indung telur, uretra dan
rectum, menyebabkan nyeri pinggul yang dalam atau nyeri ketika melakukan
hubungan seksual.
8. Nanah yang keluar bisa berawal dari leher rahim, uretra atau kelenjar di sekitar
lubang vagina.
9. Wanita dan pria homoseksual yang melakukan hubungan seksual melalui anus
(lubang dubur) bisa mendierita gonore pada rektumnya.
10. Penderita merasakan tidak nyaman di sekitar anusnya dan dari rektumnya keluar
cairan. Daerah di sekitar anus tampak merah dan kasar, tinjanya terbungkus oleh
lender dan nanah.
11. Pada pemeriksaan dengan anaskop akan tampak lendir dan cairan di dinding
rektum penderita.
12. Bayi baru lahir bisa terinfeksi oleh gonore dari ibunya selama proses persalinan,
sehingga terjadi pembengkakan pada kedua kelopak matanya dan dari matanya
keluar nanah.
13. Pada dewasa, bisa terjadi gejala yang sama, tetapi seringkali hanya 1 mata yang
terkena. Jika infeksi ini tidak diobati bisa terjadi kebutaan.
5
2.2.4 Pemeriksaan Penunjang
1. Pemeriksaan fisik
a. Demam.
b. Rabas purulen dari meatus uretra.
c. Meatus uretra wanita kemungkinan berwarna merah dan mengalami edema
d. Serviks mudah teriritasi, sedikit meradang(friable cervic) dan terdapat rabas
kuning kehijuan.
e. Vagina mengalami pembesaran, merah, dan pembengkakan.
f. Infeksi rektum.
g. Infeksi okular.
h. Infeksi faring.
i. Lesi kulit papiler pada tangan dan kaki.
j. PRP
k. Perihepatitis.
l. Nyeri dan suara retak ketika menggerakkan sendi terkait.
2. Hasil pemeriksaan
Laboratorium
a. Kultur dari area infeksi pada uretra, servik, rektum, atau faring menunjukkan
adanya N.Gonorrhea.
b. Kultur apus konjungtiva memastikan adanya konjungtivitis gognokokal.
c. Pada pria, pewarnaan yang menunjukkan diplokokus gram negatif
menegaskan adanya gonore.
d. Identitas diplokokus gram negatif pada apusan yang diambil dari cairan sendi
dan lesi kulit mengindikasikan artritis gonokokal.
e. Fiksasi komplemen dan uji imunofluoresen serum menunjukkan titer antibodi
empat kali dari nilai normal.
f. Uji veneral disease Research Laboratory (VDRL) dapat reaktif.
g. Uji reagin plasma yang cepat mungkin reaktif (R Clevere Susanto, 2013).
6
2.2.5 Pengobatan
Menurut R Clevere Susanto, 2013
1. Antibioti, seperti seftriakson, diksisiklin dan azitromisin.
2. Obat tetes perak nitrat 1% atau salep eritomisin pada neonatus untuk mencegah
oftalmia neonatum gonokokal.
3. Pengobatan lainnya misalnya :
a. Penisilin.
b. Sefalosporin.
c. Kanamisin.
d. Quinolon.
4. Terapi umum
a. Kultur lanjutan 4 hingga 7 hari setelah terapi dan dilakukan kembali dalam 6
bulan.
b. Untuk pasien hamil, tindak lanjut akhir sebelum pelahiran.
c. Terapi yang efektif (akhir penularan dalam hitungan jam).
d. Tidak melakukan aktifitas seks sampai infeksi diobati.
Adapun beberapa pengobatan menurut Susanto R Clevere :
Gonore biasanya diobati dengan suntikan tunggal seftriakson intramuskuler (melalui
otot) atau dengan pemberian antibiotik per-oral (melaluui mulut) selama minggu
(biasanya diberikan doksisiklin).
2.2.6 Pencegahan
Untuk mencegah gonore, berikan pendidikan kesehatan pasien sebagai berikut ini :
1. Beri tahu pasien untuk menghindari kontak seksual sampai kultur terbukti
negatif dan infeks hilang.
2. Anjurkan pasangan pasien untuk menerima terapi bahkan jika pasangan itu tidak
memiliki hasil kultur positif. Rekomendasikan pada pasangan tersebut untuk
menghindari kontak seksual dengan siapapun sampai terapi selesai karena
infeksi berulang bisa sangat terjadi.
3. Berikan konseling pada pasien dan semua pasangan seksualnya untuk diperiksa
virus HIV dan infeksi hepatitis B.
4. Instruksikan pasien untuk berhari-hati ketika melakukan kontak dengan setiap
rabas tubuh untuk menghindari kontaminasi ke mata.
7
5. Beri tahu pasien untuk menggunakan anti infeksi selama jangka waktu yang
dianjurkan.
6. Untuk mencegah infeksi berulang, beri tahu pasien untuk menghindari kontak
seksual dengan siapapun yang dicurigai terinfeksi, menggunakan kondom
selama coitus, mencuci genetalia dengasabun dan air sebelum dan sesudah
coitus, serta menghindari berbagai perlengkapan waslap atau air.
7. Anjurkan pasien untuk melakukan pemeriksaan lanjutan (R Clevere Susanto,
2013).
2.2.7 Komplikasi
1. Infeksi kadang menyebar melalui aliran darah ke 1 atau beberapa sendi, dimana
sendi menjadi bengkak dan sangat nyeri, sehingga pergerakannya menjadi
terbatas.
2. Infeksi melalui aliran darah juga bisa menyebabkan timbulnya bintik-bintik merah
berisi nanah di kulit, demam, rasa tidak enak dibadan atau nyeri di beberapa sendi
yang berpindah dari satu sendi ke sendi lainnya (Sindroma artritis dermatitis).
3. Bisa terjadi infeksi jantung (endokarditis)
4. Infeksi pembungkus hati (perihepatitis) bisa menyebabkan nyeri yang menjumpai
kelaianan kandung empedu.
5. Komplikasi yang terjadi dan jarang berakibat fatal, tetapi masa penyembuhan
untuk artritis atau endokarditis berlangsung lambat (R Clevere Susanto, 2013).
2.3 SIFILIS
2.3.1 Definisi Sifilis
Sifilis adalah penyakit menular seksual yang disebabkan oleh Treponema
pallidum. Bakteri ini masuk ke dalam tubuh manusia melalui selaput lendir ( misalnya
di vagina atau mulut) atau melalui kulit (Scorviani, Verra, dkk, 2012).
Dalam beberapa jam, bakteri akan sampai ke kelenjar getah bening terdekat,
kemudian menyebar ke seluruh tubuh melalui aliran darah. Sifilis juga bisa
menginfeksi janin selama dalam kandungan dan menyebabkan cacat bawaan.
Seseorang yang pernah terinfeksi oleh sifilis tidak akan menjadi kebal dan bisa
terinfeksi kembali.
8
2.3.2 Etiologi
Sifilis disebabkan oleh spirochete, Treponema pallidum, yang ditemukan pada
semua tingkatan lesi, baik primer, sekunder, maupun tersier. Penyakit ini kadang
terjadi kogenital, namun lebih sering didapat melalui kontak langsung dengan orang
lain dengan lesi primer atau sekunder. Situs infeksi dapat terjadi pada tangan akibat
kontak dengan lesi sifilis. Risiko ini meningkat pada dokter atau perawat, terutama
terpajan saat memiliki luka di kulit atau membran mukosa. Umumnya spirochete
masuk melalui hubungan seksual dengan pasangan yang terinfeksi. Kontak melalui
hubungan seksual lebih sering terjadi dibandingkan dengan kontak akibat berciuman
atau minum dari gelas yang sama dengan penderita (Johnson, Joyce, 2014).
9
11. Kelahiran prematur atau lahir mati dapat terjadi (Kumalasari, Intan, dkk. 2012).
2.3.4 Klasifikasi
Klasifikasi Infeksi oleh Treponema pallidum berkembang melalui 4 tahapan :
1. Tahap 1 (Sifilis Primer)
Terjadi 9-10 hari setelah terinfeksi. Pada tahap ini timbul luka di penis, bibir
kemaluan,atau leher rahim yang tidak terasa nyeri.
2. Tahap II (Sifilis Sekunder)
Terjadi beberapa bulan setelah tahap pertama terjadi. Gejala dari tahap ini adalah
dengan adanya kelainan kulit (bercak kemerahan) yang tidak gatal, terutama pada
telapak tangan dan kaki. Selain itu, ada pembesaran kelenjar getah bening di
seluruh tubuh. Bisa juga muncul kutil di sekitar alat kelamin dan anus.
3. Tahap III (Sifilis Laten)
Pada tahap ini tidak ada keluhan ataupun gejala, namun infeksi berlanjut dengan
menyerang alat-alat atau bagian tubuh lainnya. Kondisi ini hanya dapat dilihat
setelah melalui pemeriksaan darah khusus sifilis.
4. Tahap IV (Sifilis Tersier)
Timbul 5-30 tahun setelah tahap sifilis II terjadi. Pada tahap ini terdapat kerusakan
di alat tubuh penting dan menetap pada otak, pembuluh darah jantung, serabut
saraf, serta sumsum tulang belakang (Kumalasari, Intan, dkk, 2012).
10
3. Pemeriksaan yang lain
Sinar rontgen dipakai untuk melihat kelainan khas pada tulang, yang terdapat pada
sifilis kongenital juga pada sifilis kardiovaskuler (Kumalasari, Intan, dkk. 2012).
2.3.6 Pengobatan
Antibiotik terbaik untuk semua fase sifilis biasanya adalah suntikan penisilin.
Terapi untuk sifilis:
1. Obat pilihan: Penicilin G Prokain dalam akua dosis 4,8 juta unit secara IM.
2. Obat Alternatif :
a. Tetrasikin 4 X 500 mg/hari selama 14 hari
b. Eritromisin 4 X 500 mg/hari selama 14 hari
c. Doksisiklin 2 X 100 mg/hari selama 14 hari
2.3.7 Komplikasi
Tanpa pengobatan atau penanganan, sifilis atau raja singa dapat menyebabkan
kerusakan diseluruh tubuh. Sifilis juga meningkatkan resiko infeksi HIV. Bagi wanita
dapat menyebabkan masalah selama kehamilan. Pengobatan atau penanganan dapat
membantu mencegah kerusakan dimasa yang akan datang namun dapat memperbaiki
atau membalikkan kerusakan yang telah terjadi, seperti :
1. Benjolan atau tumor kecil
2. Masalah neurologis (spesialisasi dibidang kedokteran yang memiliki fokus pada
otak dan sistem saraf)
3. Masalah kardiovaskular (penyakit gangguan pada jantung dan pembuluh darah)
4. Infeksi HIV
5. Komplikasi kehamilan dan persalinan.
11
BAB 3
1) Identitas, meliputi :
Nama, Usia : angka terjadi pada perempuan pada usia 15-19 tahun dan
laki-laki di usia 20-24 tahun, Jenis kelamin, Agama, Suku bangsa,
Pekerjaan, Pendidikan, Status perkawinan, Alamat, Tanggal MRS.
2) Keluhan utama
Klien biasanya mengatakan nyeri saat kencing. Namun ada juga yang
asimtomatik.
12
5) Riwayat kesehatan keluarga
Perlu dikaji bagaimana kebiasaan pola tidur klien setiap harinya, sebelum
dan setelah sakit, biasanya klien akan mengalami gangguan pola tidur
karena proses inflamasi dan pembengkakan jika telah terjadi komplikasi
Perlu dikaji kegiatan keseharian dari klien, dan keteraturan klien dalam
berolahraga
13
Perlu dikaji tingkat pengetahuan klien mengenai penyakit yang dideritanya
dan juga kognitif klien, misalnya tingkatan pendidikannya. Biasanya pada
klien gonorea tingkat pendidikannya rendah sehingga mereka sulit
mendapatkan pekerjaan dan akan melakukan pekerjaan yang bisa
menyebabkan tertularnya gonorea.
Perlu dikaji apakah klien masih dalam masa subur atau tidak, berapa
jumlah anaknya, apakah menggunakan alat kontrasepsi dan dengan kondisi
sakitnya saat ini bagaimana pola seksualitas dari klien, biasanya klien
mengalami perubahan dalam pola seksualnya karena adanya inflamasi
pada organ reproduksinya.
Perlu dikaji frekuensi dan konsistensi BAB serta BAK klien setiap
harinya, apakah mengalami gangguan atau tidak, biasanya klien
mengalami disuria dan sulit untuk BAB serta diikuti dengan rasa nyeri.
GCS : biasanya kesadaran pasien normal yaitu 4,5,6. Observasi TTV klien,
terdiri dari Nadi, Tekanan darah, RR, Suhu.
14
2) Pengkajian persistem
a) Sistem integumen
b) Sistem kardiovaskuler
c) Sistem pernapasan
d) Sistem pengindraan
e) Sistem pencernaan
1. Kaji mulut dan tenggorokan termasuk toksil (Mulut sudah terjaga
PHnya dan tidak terdapat toksil)
2. Pada faring biasanya mengalami inflamasi sehingga akan
mengalami gangguan dalam pola makan
3. Apakah terdapat diare / tidak (Pola eliminasi vekal tidak
mengalami gangguan)
4. Anus (Biasanya pasien mengalami inflamasi jaringan akibat
infeksi yang menyebabkan klien sulit dan nyeri saat BAB)
f) Sistem Perkemihan
Biasanya klien akan mengalami , retensi urin karena inflamasi prostat,
keluar nanah dari penis dan kadang –kadang ujung uretra disertai darah,
15
pembengkakan frenulum pada pria, dan pembengkakan kelenjar
bartoloni serta labia mayora pada wanita yang juga disertai dengan
nyeri tekan.
g) Sistem Muskuluskeletal
Biasanya pada pasien laki – laki tidak mengalami kesulitan bergerak,
sedangkan pada pasien wanita yang sudah mengalami komplikasi akan
mengalami kesulitan dalam bergerak dan juga saat duduk karena
terjadinya komplikasi pembengkakan pada kelenjar bartholini dan juga
labio mayoranya.
16
panjang.
2 Peningkatan suhu Tujuan setelah dilakukan 1) Bina hubungan
tubuh berhubungan tindakan keperawatan selama saling percaya
dengan adanya 1x24 jam diharapkan dengan klien
reaksi penyakit Peningkatan suhu tubuh dapat 2) Tingkatkan inktake
(reaksi inflamasi). teratasi dengan kriteria hasil cairan dan nutrisi
sebagai berikut : klien
1. Suhu tubuh klien normal 3) Kolaborasi dengan
2. Klien tampak nyaman tim medis lain
3. Tanda vital klien normal dalam pemberian
4. Tidak ada perubahan warna obat antipiretik.
kulit dan klien tidak pusing.
3 Gangguan Tujuan setelah dilakukan 1) Bina hubungan
integritas kulit tindakan keperawatan selama saling percaya
berhubungan 3x24 jam diharapkan Gangguan dengan klien dan
dengan kerusakan integritas kulit dapat teratasi keluarga klien
jaringan yang dengan kriteria hasil sebagai 2) Jelaskan pada klien
ditandai dengan berikut : agar tetap menjaga
adanya abses dan 1. Abses tidak ada kekeringan dan
kemerahan. 2. Kemerahan tidak ada kebersihan di
3. Mempertahankan integritas daerah luka
kulit 3) Observasi kondisi
4. Tidak terjadi infeksi dan kerusakan jaringan
komplikasi. kulit klien, catat
adanya
pembengkakan dan
kemerahan
4) Bersihkan dan
keringkan kulit
khususnya daerah
dengan
kelembaban tinggi.
17
3.2 Asuhan Keperawatan Sifilis
3.2.1 Pengkajian Sifilis
1. Pengumpulan Data
a. Identitas Pasien
Di dalam identitas hal-hal yang perlu di kaji antara lain nama pasien,
alamat pasien, umur pasien biasnya kejadian ini mencakup semua usia antara
anak-anak sampai dewasa, tanggal masuk ruma sakit penting untuk di kaji
untuk melihat perkembangan dari pengobatan, penanggung jawab pasien agar
pengobatan dapat di lakukan dengan persetujuan dari pihak pasien dan petugas
kesehatan.
b. Riwayat Kesehatan
1) Keluhan Utama (keluhan yang dirasakan pasien saat dilakukan pengkajian).
Apakah ada gejala: keputihan tidak biasa jumlah banyak atau terus keluar
warna tidak biasa, rasa gatal, bau busuk amis atau asam.
2) Riwayat penyakit Sekarang (riwayat penyakit yang diderita pasien saat
masuk rumah sakit).
Apakah ada gejala: keputihan tidak biasa jumlah banyak atau terus keluar
warna tidak biasa, rasa gatal, bau busuk amis atau asam. Apakah nyeri saat
BAK, apakah ada pembengkakan kelenjar lipat paha, nyeri perut bagian
bawah (nyeri berkepanjangan, hanya saat haid, hanya saat hubungan
seksual), apakah ada daging atau kutil pada alat kelamin, gangguan
menstruasi, kapan terjadi haid terakhir (sedang haid sekarang atau sedang
hamil)
3) Riwayat penyakit keluarga (adakah riwayat penyakit yang sama diderita
oleh anggota keluarga yang lain atau riwayat penyakit lain baik bersifat
genetis maupun tidak).
Apakah ada anggota keluarga yang juga pernah terkena penyakit tumor
mata, tumor lain, atau penyakit degeneratif lainnya
4) Riwayat penyakit dahulu (riwayat penyakit yang sama atau penyakit lain
yang pernah diderita oleh pasien).
Apakah klien ada riwayat terkena penyakit menular seksual. Faktor resiko
(pasien sendiri bukan pasangannya) lebih dari satu pasangan seksual dalam
satu bulan terakhir, hubungan seksual dengan pekerja seks dalam 1 bulan
18
terakhir, mengalami 1 atau lebih episode PMS dalam 1 tahun terakhir,
pekerjaan suami beresiko tinggi.
c. Pemeriksaan Fisik
1) Sistem integument
Kulit : biasanya terdapat lesi. Berupa papula, makula, postula.
2) Kepala dan Leher
a) Kepala : Biasanya terdapat nyeri kepala
b) Mata : Pada sifilis kongenital terdapat kelainan pada mata (keratitis
inter stisial).
c) Saat Hidung : Pada stadium III dapat merusak tulang rawan pada
hidung dan palatum.
d) Telinga : Pada sifilis kengenital dapat menyebabkan ketulian.
e) Mulut : Pada sifilis kongenital, gigi Hutchinson (incisivus I atas kanan
dan kiri bentuknya seperti obeng).
f) Leher : Pada stadium II biasanya terdapat nyeri leher.
g) Sistem Pernafasan : kelelahan terus menerus, kaku kuduk, malaise.
Tanda (kelemahan, perubahan tanda-tanda vital)
3) Sistem kardiovaskuler : Kemungkinan adanya hipertensi, arteriosklerosis
dan penyakit jantung reumatik sebelumnya.
4) Sistem penceranaan : Biasanya terjadi anorexia pada stadium II.
5) Sistem musculoskeletal : Pada neurosifilis terjadi athaxia.
6) Sistem Neurologis : Biasanya terjadi parathesia.
7) Sistem perkemihan : penurunan berkemih, nyeri pada saat kencing, kencing
keluat nanah. Tanda : kencing bercampur nanah, nyeri pada kencing.
8) Sistem Reproduksi : Biasanya terjadi impotensi.
d. Pengkajian 11 Fungsional Gordon
1) Pola persepsi kesehatan manajemen kesehatan
a) Tanyakan pada klien bagaimana pandangannya tentang penyakit yang
dideritanya dan pentingnya kesehatan bagi klien?
b) Kaji apakah klien merokok atau minum alkohol?
c) Apakah klien mengetahui tanda dan gejala penyakitnya?
2) Pola nutrisi metabolik
a) Tanyakan kepada klien bagaimana pola makannya sebelum sakit dan
pola makan setelah sakit?
19
b) Apakah ada perubahan pola makan klien?
c) Kaji apa makanan kesukaan klien?
d) Kaji riwayat alergi makanan maupun obat-obatan tertentu.
e) Biasanya klien mengalami gejala: anoreksia, nausea
f) Tanda: vomiting
3) Pola eliminasi
a) Kaji bagaimana pola miksi dan defekasi klien apakah mengalami
gangguan?
b) Kaji apakah klien menggunakan alat bantu untuk eliminasi nya?
c) Apakah klien merasakan nyeri saat BAK dan BAB?
d) Apakah penyakit ini mengganggu kenyamanan saat BAK dan BAB?
e) Biasanya klien mengalami gejala: penurunan berkemih, nyeri pada
saat kencing, kencing keluar Nanah.
f) Tanda: kencing bercampur nanah,nyeri pada saat kencing.
4) Pola aktivas latihan
a) Kaji bagaimana klien melakukan aktivitasnya sehari-hari sebelum
menghadapi pembedahan, apakah klien dapat melakukannya sendiri
atau malah dibantu keluarga?
b) Apakah aktivitas terganggu karena penyakit yang dihadapinya?
c) Biasanya klien mengalami gejala: kelelahan terus- menerus, kaku
kuduk, malaise.
d) Tanda: kelemahan, perubahan tanda- tanda vital (tekanan darah
kadang-kadang naik).
5) Pola istirahat tidur
a) Kaji perubahan pola tidur klien, berapa lama klien tidur dalam sehari?
b) Apakah klien mengalami gangguan dalam tidur, seperti nyeri ?
6) Pola kognitif persepsi
a) Kaji tingkat kesadaran klien, apakah klien mengalami gangguan pada
panca indra?
b) sdsBagaimana kemampuan berkomunikasi, memahami serta
berinteraksi klien terhadap orang lain?
7) Pola persepsi diri dan konsep diri
a) Kaji bagaimana klien memandang dirinya dengan penyakit yang
dideritanya apakah klien merasa rendah diri ?
20
b) Apakah sering merasa marah, cemas, takut, depresi, karena penyakit
yang dideritanya?
c) Apakah klien merasa kurang percaya diri karena penyakitnya?
8) Pola peran hubungan
a) Kaji bagaimana peran fungsi klien dalam keluarga sebelum dan
selama dirawat di Rumah Sakit dan bagaimana hubungan sosial klien
dengan masyarakat sekitarnya?
b) Biasanya klien akan kurang percaya diri bergaul dengan masyarakat
9) Pola reproduksi dan seksualitas
a) Kaji apakah ada masalah hubungan dengan pasangan?
b) Apakah ada perubahan kepuasan pada seksualitas klien
c) Kaji pasien, apakah saat berhubungan memakai alat pelindung?
d) Apakah klien mengganti-ganti pasangannya?
e) Biasanya pada pemeriksaan alat kelamin bagian luar ditemukan:
f) Ulkus genital: sakit bila disentuh, tepi luka jelas atau tepi mengantong
g) Pembengkakan Kelenjar Inguinal: sakit bila disentuh, bekas luka
kelenjar lipat paha
h) Kutil Genital: vulva vagina, anus.
i) Keputihan tidak biasa jumlah banyak atau terus keluar warna tidak
biasa, rasa gatal, bau busuk amis atau asam, ada daging atau kutil pada
alat kelamin.
10) Pola koping dan toleransi stress
a) Kaji apa yang biasa dilakukan klien saat ada masalah ?
b) Apakah klien menggunakan obat-obatan untuk menghilangkan stres ?
c) Biasanya klien akan mengalami stres dan depresi karena penyakitnya,
takut tidak diterima dalam masyarakat.
11) Pola nilai dan kepercayaan
a) Kaji bagaimana pengaruh agama terhadap klien menghadapi
penyakitnya ?
b) Apakah ada pantangan agama dalam proses penyembuhan klien?
c) Kaji` bagaimana pengaruh agama terhadap klien menghadapi
pembedahan ?
21
3.2.2 Diagnosa Sifilis
1. Nyeri akut berhubungan dengan agens cedera biologis (mis. Infeksi, iskemia,
neoplasma).
2. Hipertermi berhubungan dengan respon sistemik ulkus mole
3. Gangguan integritas jaringan kulit berhubungan dengan adanya ulkus pada
genitalia
22
3. Turgor kulit elastic 4) Anjurkan pasien
4. Mukosa bibir lembab. untuk
menggunakan
pakaian yang tipis
dan mudah
menyerap keringat.
3. Gangguan integritas Tujuan setelah dilakukan tindakan 1) Kaji kerusakan
jaringan kulit keperawatan selama 1-2 minggu kulit yang terjadi
berhubungan diharapkan Gangguan integritas pada klien
dengan adanya jaringan kulit teratasi dengan 2) Catat ukuran atau
ulkus pada genitalia. kriteria hasil sebagai berikut : warna, kedalam
1. Pertumbuhan jaringan luka dan kondisi
meningkat sekitar luka.
2. Keadaan luka membaik 3) Lakukan perawatan
3. Luka menutup luka dengan Teknik
4. Mencapai penyembuhan luka steril
tepat waktu. 4) Tingkatkan asupan
nutrisi
5) Anjurkan pasien
untuk menjaga
kebersihan kulit
dengan cara mandi
sehari 2 kali.
23
BAB 4
PENUTUP
4.1 Kesimpulan
Penyakit menular seksual adalah infeksi yang di tularkan dari satu orang ke orang lain
saat berhubungan badan. Semua orang, pria, wanita (bahkan bahkan anak-anak) bisa
tertular penyakit kelamin ini. Penyakit yang umum terjadi adalah: gonore, sifilis, herpes,
HIV/Aids, Trikomoiasis.
Infeksi yang ditularkan lewat hubungan seksual, atau Penyakit kelamin menular adalah
penyakit yang cara penularanyya melalui hubungan kelamin. Yang ditularkan dari satu
orang ke orang lain saaat berhubungan badan. Tempat terjangkitnya penyakit tersebut tidak
semata-mata pada alat kelamin saja, tetapi dapat terjadi diberbagai tempat diluar alat
kelamin.yang tergolong dari penyakkit ini adalah : sifilis, gonore, ulkus mole,
linfegranuloma venereum, granuloma inguinale.
4.2 Saran
4.2.1 Bagi instansi terkait
1. Dalam rangka mencegah penyebar luasan penyakit seksual ini maka perlu
meningkatkan upaya promotif dengan cara melakukan penyuluhan tentang
penyakit menular seksual sehingga masyarakat lebih dapat waspada.
24
DAFTAR PUSTAKA
Kumalasari, Intan, dkk. 2012. Kesehatan Reproduksi (untuk keperawatan dan kebidanan).
Jakarta : Salemba Medika
Mutaqin, Arif & Sarikumala. 2012. Asuhan Keperawatan Gangguan Integumen. Jakarta:
Salemba Medika
R, Clevere Susanto. 2013 Penyakit Kulit dan Kelamin. Yogyakarta: Nuha Medika
Scorviani, Verra, dkk. 2012. Mengupas Tuntas 9 Jenis PMS (Penyakit Menular Seksual).
Yogyakarta: 2012
25