You are on page 1of 18

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Gigantisme adalah pertumbuhan abnormal, terutama dalam tinggi badan (melebihi
2,14 m), akibat kelebihan growth hormone pada anak sebelum fusi epififis. (Brooker,
2009). Frekuensi gigantisme di Amerika Serikat sangat jarang, diperkirakan ada 100 kasus
yang dilaporkan hingga saat ini. Gigantisme biasa terjadi di Negara barat karena di Negara
barat gigantisme bisa terdiagnosis secara dini, sedangkan di Afrika, Amerika Selatan dan
Asia jarang terdiagnosis secara dini. (Herder, 2008).
Pada orang dewasa, kelebihan growth hormone pada pria dan wanita adalah sama.
(Shim,2004). Gigantisme adalah kelainan yang disebabkan oleh karena sekresi Growth
Hormone (GH) yang berlebihan. Gigantisme terjadi sebelum proses penutupan epifisis.

B. Tujuan

1. Tujuan Umum
Setelah perkuliahan diharapkan mahasiswa mengetahui mengenai konsep asuhan
keperawatan pada pasien yang mengalami gangguan pada hipofisis.
2. Tujuan Khusus

1. Mahasiswa mengetahui anatomi hipofisis.


2. Mahasiswa mengetahui mekanisme gigantisme
3. Mahasiswa mengetahui pengkajian pada kasus gigantisme
4. Mahasiswa mengetahui tentang asuhan keperawatan pada pasien dengan
gangguan hipofisis.

1
BAB II

TINJAUAN TEORI

A. Defenisi Gigantisme
Gigantisme adalah pertumbuhan berlebihan akibat pelepasan hormon pertumbuhan
berlebihan, terjadi pada masa anak-anak dan remaja. Keadaan ini menyebabkan
pertumbuhan longitudinal pasien sangat cepat dan pasien akan menjadi seorang raksasa.
(Syilfia A Price, 2005).
Gigantisme adalah kondisi seseorang yang kelebihan pertumbuhan, dengan tinggi dan
besar diatas normal yang disebabkan oleh sekresi Growth Hormon (GH) berlebihan dan
terjadi sebelum dewasa atau sebelum proses penutupan epifisis. (Corwin, 2007).
Gigantisme hampir selalu merupakan akibat sekresi berlebihan GH sebelum epifisis
bersatu. Pada masa hidup selanjutnya kegagalan hipofisis cenderung terjadi dan oleh
karenanya penderitanya biasanya tidak kuat, agresif atau jantan. (David, dkk.Lecture Notes
Kedokteran Klinis).
Jadi, gigantisme adalah kondisi seseorang yang kelebihan pertumbuhan, dengan tinggi
dan besar yang diatas normal karena kelebihan jumlah hormon pertumbuhan.

B. Etiologi

Pelepasan hormon pertumbuhan berlebihan hampir selalu disebabkan oleh tumor hipofise
jinak (adenoma). Dapat juga terjadi kelainan hipotalamus yang mengarah pada pelepasan
hormon berlebihan ( Syilfia A Price, 2005).

 Gigantisme primer atau Hipofisis, penyebabnya adalah adenoma hipofisis.


 Gigantisme sekunder atau hipothalamik, disebabkan oleh karena hipersekresi GHRH dari
hipothalamus.
 Gigantisme yang disebabkan oleh tumor ektopik (paru, pankreas, dan lain-lain) yang
mensekresi GH atau GHRH.

Gigantisme disebabkan oleh sekresi GH yang berlebihan. Keadaan ini dapat diakibatkan
tumor hipofisis yang menyekresi GH atau karena kelainan hipothalamus yang mengarah pada
pelepasan GH secara berlebihan. Gigantisme dapat terjadi bila keadaan kelebihan hormon
pertumbuhan terjadi sebelum lempeng epifisis tulang menutup atau masih dalam masa
pertumbuhan. Penyebab kelebihan produksi hormon pertumbuhan terutama adalah tumor pada
sel-sel somatotrof yang menghasilkan hormon pertumbuhan.

2
C. Patofisiologis

Gigantisme disebabkan oleh sekresi GH yang berlebihan. Keadaan ini diakibatkan oleh
tumor hipofisis yang menyekresi GH atau karena kelainan hipotalamus yang mengarah pada
pelepasan GH secara berlebihan.

Sel asidofilik, sel pembentuk hormone pertumbuhan di kelenjar hipofisis anterior menjadi
sangat aktif atau bahkan timbul tumor pada kelenjar hipofisis tersebut. Hal ini mengakibatkan
sekresi hormone pertumbuhan menjadi sangat tinggi. Akibatnya, seluruh jaringan tubuh tumbuh
dengan cepat sekali, termasuk tulang. Pada Gigantisme, hal ini terjadi sebelum masa remaja,
yaitu sebelum epifisis tulang panjang bersatu dengan batang tulang sehingga tinggi badan akan
terus meningkat (seperti raksasa).

Biasanya penderita Gigantisme juga mengalami hiperglikemi. Hiperglikemi terjadi karena


produksi hormone pertumbuhan yang sangat banyak menyebabkan hormone pertumbuhan
tersebut menurunkan pemakaian glukosa di seluruh tubuh sehingga banyak glukosa yang beredar
di pembuluh darah. Dan sel-sel beta pulau Langerhans pancreas menjadi terlalu aktif akibat
hiperglikemi dan akhirnya sel-sel tersebut berdegenerasi. Akibatnya, kira-kira 10 persen pasien
Gigantisme menderita Diabetes Melitus.

Pada sebagian besar penderita Gigantisme, akhirnya akan menderita panhipopitutarisme


bila Gigantisme tetap tidak diobati sebab Gigantisme biasanya disebabkan oleh adanya tumor
pada kelenjar hipofisis yang tumbuh terus sampai merusak kelenjar itu sendiri.

Bila kelebihan GH terjadi selama masa anak-anak dan remaja, maka pertumbuhan
longitudinal pasien sangat cepat, dan pasien akan menjadi seorang raksasa. Setelah pertumbuhan
somatic selesai, hipersekresi GH tidak akan menimbulkan gigantisme, tetapi menyebabkan
penebalan tulang-tulang dan jaringan lunak yang disebut akromegali. Penebalan tulang terutama
pada wajah dan anggota gerak. Akibat penonjolan tulang rahang dan pipi, bentuk wajah menjadi
kasar secara perlahan dan tampak seperti monyet. Tangan dan kaki membesar, serta jari-jari
tangan dan kaki sangat menebal. Tangan tidak saja menjadi lebih besar, tetapi bentuknya akan
makin menyerupai persegi empat (seperti sekop) dengan jari-jari tangan lebih bulat dan tumpul.
Penderita mungkin membutuhkan ukuran sarung tangan yang lebih besar. Kaki juga menjadi

3
lebih besar dan lebih lebar. Pembesaran ini biasanya disebabkan oleh pertumbuhan dan
penebalan tulang dan peningkatan pertumbuhan jaringan lunak.

Selain itu, perubahan bentuk raut wajah dapat membantu diagnosis pada inspeksi. Raut
wajah menjadi makin kasar, sinus paranasalis dan sinus frontalis membesar. Bagian frontal
menonjol, tonjolan supraorbital menjadi semakin nyata, dan terjadi deformitas mandibula disertai
timbulnya prognatisme (rahang yang menjorok ke depan) dan gigi-geligi tidak dapat menggigit.
Pembesaran mandibula menyebabkan gigi-gigi renggang. Lidah juga membesar, sehingga
penderita sulit berbicara. Suara menjadi lebih dalam akibat penebalan pita suara.

Deformitas tulang belakang karena pertumbuhan tulang yang berlebihan, mengakibatkan


timbulnya nyeri di punggung dan perubahan fisologik lengkung tulang belakang. Pemeriksaan
radiografik tengkorak pasien akromegali menunjukkan perubahan khas disertai pembesaran sinus
paranasalis, penebalan kalvarium, deformitas mandibula (yang menyerupai bumerang), dan yang
paling penting ialah penebalan dan destruksi sela tursika yang menimbulkan dugaan adanya
tumor hipofisis.

Bila akromegali berkaitan dengan tumor hipofisis, maka pasien mungkin mengalami nyeri
kepala bitemporal dan gangguan penglihatan disertai hemianopsia bitemporal akibat penyebaran
supraseral tumor tersebut, dan penekanan kiasma optikum.

Pasien dengan akromegali memiliki kadar basal GH dan IGF-1 yang tinggi dan juga dapat
diuji dengan pemberian glukosa oral. Pada subjek yang normal, induksi hiperglikemia dengan
glukosa akan menekan kadar GH. Sebaliknya, pada pasien, akromegali atau gigantisme kadar
GH gagal ditekan. CT scan dan MRI pada sela tursika memperlihatkan mikroadonema hipofisis,
serta makroadonema yang meluas ke luar sel mencakup juga sisterna di atas sela, dan daerah
sekitar sela, atau sinus sphenoid.

D. Manifestasi Klinis dan Komplikasi

Manifestasi Klinis

Beberapa penderita memiliki masalah penglihatan dan perilaku. Pada kebanyakkan kasus
yang terekam, pertumbuhan abnormal menjadi nyata pada masa pubertas, tetapi keadaan ini telah
ditegakkan seawal masa bayi baru lahir pada seorang anak dan pada usia 1 bulan. Pada

4
gigantisme, jaringan lunak seperti otot dan lainnya tetap tumbuh. Gigantisme dapat disertai
gangguan penglihatan bila tumor membesar hingga menekan khiasma optikum yang merupakan
jalur saraf mata.

Berikut ini adalah gejala gigantisme yang disebabkan oleh kelebihan sekresi GH:

1. Tanda-tanda intoleransi glukosa.


2. Hidung lebar, lidah membesar dan wajah kasar
3. Mandibula tumbuh berlebihan
4. Gigi menjadi terpisah-pisah
5. Jari dan ibu jari tumbuh menebal
6. Kelelahan dan kelemahan
7. Kehilangan penglihatan pada pemeriksaan lapang pandang secara seksama karena
khiasma optikum saraf mata tertekan.

Komplikasi

Komplikasi gigantisme dapat berupa hipopituitarisme, hipertensi, intoleransi glukosa (DM


), kardiomegali dan gagal jantung. Carpal tunnel syndrom dapat menyebabkan kelemahan ibu
jari dan atrofi thenar.Pasien dapat sangat terganggu oleh artitis panggul, lutut dan tulang
belakang. Gangguan lapang pandang dapat menjadi berat dan progesif.

1. Hipertropi jantung
2. Hipertensi
3. Diabetes melitus

E. Pemeriksaan Diagnostik dan Penunjang

Pemeriksaan Diagnostik

 Kepastian diagnosis dilakukan dengan pemeriksaan hormon pertumbuhan. Sebagai uji


penyaring pemeriksaan SM-G (IGF-1) kemungkinan dianggap paling baik.
 CT-Scan kepala. MRI untuk mengetahui adanya tumor hipofisis makro maupun mikro.

5
 Tes supresi hormon pertumbuhan (GH supresin tes) dengan beban glukosa 100gr. Dinilai
abnormal kalau terdapat kegagalan penekanan sampai dibawah 2µg/l.
 Laboratorium darah yaitu pemeriksaan darah yang mengukur kadar GH
 Rontgen tulang tengkorak untuk melihat penebalan tulang.
 Rontgen tangan dapat menunjukkan penebalan tulang dibawah ujung jari tangan dan
pembengkakan jaringan disekitar tulang

Penatalaksanaan

Bila hipersekresi GH diakibatkan oleh adanya tumor maka dilakukan pengangkatan


tumor atau dengan terapi radiasi. Pengobatan medis dengan menggunakan octreotid, suatu
analog somatostatin juga tersedia. Suntikan octreotid bisa membantu menghalangi pembentukan
hormone pertumbuhan. Octreotid dapat menurunkan sekresi kadar GH dan IGF-1, mengecilkan
ukuran tumor dan memperbaiki gambaran klinis. Obat lainnya yang juga membantu adalah
bromokriptin.

Tujuan Pengobatan adalah :

 Menormalkan tubuh kembali kadar GH atau IGF1/SM-C


 Memperkecil tumor atau menstabilkan besarnya tumor
 Menormalkan fungsi hipofisis
 Mencegah komplikasi akibat kelebihan kadar GH/IFG1 atau SM-C akibat pembesaran
tumor.
Pemeriksaan Penunjang

 Foto tengkorak
 CT scan otak
 Pemeriksaan kadar GH
 Tes toleransi glukosa.

6
F. Penatalaksanaan Medis

Bila hipersekresi GH diakibatkan oleh adanya tumor maka dilakukan pengangkatan tumor
atau dengan terapi radiasi.Pengobatan medis dengan menggunakan octreotid, suatu analog
somatostatin juga tersedia.Suntikan octreotid bisa membantu menghalangi pembentukan
hormone pertumbuhan. Octreotid dapat menurunkan sekresi kadar GH dan IGF-1, mengecilkan
ukuran tumor dan memperbaiki gambaran klinis. Obat lainnya yang juga membantu adalah
bromokriptin (Price, 2005)

- Terapi radiasi
- Bromokripitin, suatu antagonis dopamine efektif untuk menurunkan kadar GH.
- Pengobatan kelebihan GH biasanya adalah aksisi tumor penghasil GH secara bedah.

 Terapi
· Dikenal 2 macam terapi, yaitu:

1. Terapi pembedahan

Tindakan pembedahan adalah cara pengobatan utama. Dikenal dua macam pembedahan
tergantung dari besarnya tumor yaitu : bedah makro dengan melakukan pembedahan pada batok
kepala (TC atau trans kranial) dan bedah mikro (TESH atau trans ethmoid sphenoid
hypophysectomy). Cara terakhir ini (TESH) dilakukan dengan cara pembedahan melalui sudut
antara celah infra orbita dan jembatan hidung antara kedua mata, untuk mencapai tumor
hipofisis. Hasil yang didapat cukup memuaskan dengan keberhasilan mencapai kadar HP yang
diinginkan tercapai pada 70 – 90% kasus. Keberhasilan tersebut juga sangat ditentukan oleh
besarnya tumor.
Efek samping operasi dapat terjadi pada 6 – 20% kasus, namun pada umumnya dapat
diatasi. Komplikasi pasca operasi dapat berupa kebocoran cairan serebro spinal (CSF leak),
fistula oro nasal, epistaksis, sinusitis dan infeksi pada luka operasi. Keberhasilan terapi ditandai
dengan menurunnya kadar GH di bawah 5 µg/l. Dengan kriteria ini keberhasilan terapi dicapai
pada 50 – 60% kasus, yang terdiri dari 80% kasus mikroadenoma, dan 20 % makroadenoma.

2. Terapi radiasi

Indikasi radiasi adalah sebagai terapi pilihan secara tunggal, kalau tindakan operasi tidak
memungkinkan, dan menyertai tindakan pembedahan kalau masih terdapat gejala akut setelah
terapi pembedahan dilaksanakan.

7
Radiasi memberikan manfaat pengecilan tumor, menurunkan kadar GH , tetapi dapat pula
mempengaruhi fungsi hipofisis. Penurunan kadar GH umumnya mempunyai korelasi dengan
lamanya radiasi dilaksanakan. Eastment dkk menyebutkan bahwa, terjadi penurunan GH 50%
dari kadar sebelum disinar (base line level), setelah penyinaran dalam kurun waktu 2 tahun, dan
75% setelah 5 tahun penyinaran.
Peneliti lainnya menyebutkan bahwa, kadar HP mampu diturunkan dibawah 5 µg/l setelah
pengobatan berjalan 5 tahun, pada 50% kasus. Kalau pengobatan dilanjutkan s/d 10 tahun maka,
70% kasus mampu mencapai kadar tersebut.

G. Pengkajian

1. Anamnesa

Identitas pasien meliputi nama, umur, jenis kelamin, agama, pendidikan, pekerjaan,
suku/bangsa, alamat, jenis kelamin, status perkawinan, dan penanggung biaya.

2. Keluhan Utama

Keluhan utama pasien dengan gigantisme adalah pertumbuhan organ tubuh yang berlebih
serta postur tubuh yang tinggi.

3. Riwayat penyakit sekarang

Berisi tentang kapan terjadinya gigantisme, apa yang dirasakan klien dan apa saja yang
sudah dilakukan untuk mengatasi sakitnya.

4. Riwayat penyakit dahulu

Adanya riwayat tumor hipofisis atau penyakit lain yang berkaitan dengan gigantisme.

5. Riwayat Kesehatan Keluarga

Ada anggota keluarga pasien yang mengalami gigantisme.

6. Riwayat Psikososial

8
Berhubungan dengan perasaan dan emosi yang di alami pasien mengena.i sakitnya dan
tanggapan keluarga tentang penyakitnya

7. Pemeriksaan Fisik
 BREATH (B1) : Biasanya pada pasien akromegali dan gigantisme tidak terjadi
perubahan pola nafas. Bunyi nafas normal. Gangguan nafas biasanya terjadi akibat
adanya proses pembesaran tumor hipofisis.
 BLOOD (B2) : Pada gigantisme biasanya tidak terjadi perubahan dalam kerja jantung.
 BRAIN (B3) : Pada tumor hipofisis yang mengakibatkan akromegali biasanya terjadi
nyeri kepala bitemporal, gangguan penglihatan disertai hemi-anopsia bitemporal akibat
penyebaran supraselar tumor dan penekanan kiasma optikum.
 BLADDER (B4) : Pada gigantisme terjadi pertumbuhan alat kelamin yang tidak
sempurna. Pola BAK biasanya normal. Pada akromegali terdapat penurunan libido,
impotensi, oligomenorea, infertilitas, nyeri senggama pada wanita, batu ginjal.
 BOWEL (B5) : pola BAB normal, terjadi deformitas mandibula disertai timbulnnya
prognatisme (rahang ang menjorok ke depan) dan gigi geligi tidak dapat menggigit
sehingga meyulitkan dalam mengunyah makanan.
 BONE (B6) : Pada gigantisme pertumbuhan longitudinal, pembesaran pada kaki dan
tangan perubahan bentuk yang terjadi membesar. Deformitas tulang belakang karena
pertumbuhan tulang yang berlebihan, mengakibatkan timbulnya nyeri punggung dan
perubahan fisiologik tulang belakang. Terdapat nyeri sendi pada bahu tulang dan lutut

H. WOC (terlampir)

I. Asuhan Keperawatan Nanda Noc Nic

No. NANDA NOC NIC


1. Nutrisi 1. Status Nutrisi 1.Manajemen Nutrisi
Aktivitas:
kurang dari -Asupan nutrisi adekuat
 Mengontrol penyerapan
kebutuhan -Asupan makanan adekuat

9
tubuh -Asupan cairan adekuat makanan/cairan dan menghitung
-Anergi dalam batas normal intake kalori harian, jika
-Ration berat dan tinggi dalam diperlukan
batas normal  Memantau ketepatan urutan
makanan untuk memenuhi
2. Pengontrolan Berat Badan kebutuhan nutrisi harian
- Berat badan sesuai  Menentukan jumlah kalori dan
- Pola makan sesuai jenis zat makanan yang
-Mempertahankan intake kalori diperlukan untuk memenuhi
optimal harian kebutuhan nutrisi, ketika
- Latihan dengan intake kalori berkolaborasi dengan ahli
seimbang makanan, jika diperlukan
 Menetukan makanan pilihan
dengan mempertimbangkan
budaya dan agama
 Memberi pasien makanan dan
minuman tinggi protein, tinggi
kalori, dan bernutrisi yang siap
dikonsumsi, jika diperlukan
 Membantu pasien untuk memilih
makanan lembut, lunak dan tidak
asam, jika diperlukan
 Mengatur pemasukan makanan,
jika diperlukan
 Memberi pemeliharaan yang
diperlukan dalam batas makanan
yang ditentukan
 Anjurkan membawa masakan
rumah ke tempat bekerja, jika
diperlukan

10
 Menawarkan tanaman herbal dan
rempah-rempah sebagai
pengganti garam
 Mengontrol keadaan lingkungan
untuk membuat udara teras
menyenangkan dan relaks
 Memberi makanan yang punya
daya tarik, dengan cara yang
menyenangkan, member
penambahan warna, tekstur, dan
variasi
 Melakukan perawatan mulut
sebelum makan, jika diperlukan
 Membantu pasien membentuk
posisi duduk yang benar sebelum
makan
 Mengajarkan pasien dan kelurga
tentang memilih makanan
 Mengajarkan dan merencanakan
makan, jika dipelukan
 Memberi pasien dan keluarga
contoh tertulis makanan pilihan

2. Pengontrolan Berat Badan


Aktivitas :
 Menunjukkan hasil diagnose
untuk menentukan penyebab
penurunan berat badan, jika
diperlukan
 Menimbang berat badan pasien
pada jarak waktu tertentu, jika

11
diperlukan
 Menentukan penyebab mual
dan/atau muntah, dan pengobtan
yang tepat
 Melakukan pengobatan untuk
mengurangi mual dan nyeri
sebelum makan, jika diperlukan
 Mengontrol konsumsi kalori
harian
 Memantau jumlah serum
albumin, lymphocyte, dan
elektrolit
 Anjurkan meningkatkan intake
kalori
 Menunjukkan bagaimana cara
meningkatkan intake kalori
 Memberi variasi nutrisi makanan
yang tinggi kalori
 Melakukan perawatan mulut
sebelum makan, jika diperlukan
 Ajarkan pasien dan keluarga
rencana makan, jika diperlukan
 Membuat grafik kemajuan
penambahan berat badan dan
tempatkan pada lokasi yang
strategis
2. Gangguan 1.Ambulansi : Berjalan 1.Terapi Latihan : Ambulasi
Mobilitas fisik - Pertahanan berat Aktivitas:
- Berjalan dengan langkah efektif,  Membantu pasien menggunakan
lambat, sedang dan cepat
footwear sebagai fasilitas
- Berjalan dengan langkah naik
dan turun berjalan dan pencegahan
- Berjalan dengan miring ke atas

12
dan ke bawah kecelakaan
- Berjalan jarak yang di inginkan
 Mengatur tinggi rendah tempat
tidur, jika diperlukan

2.Posisi Tubuh : Inisiatif  Mengganti posisi tidur dengan

Sendiri mudah dilakukan

-kemampuan merubah posisi  Membantu pasien untuk duduk

sendiri dan menyamping dari tempat

-Mampu merubah posisi yg tidur

diinginkan  Konsultasi dengan terapi fisik


tentang rencana ambulansi, jika
diperlukan
 Mengintruksikan pasien
bagaiman posisi yang benar
dalam proses berpindah
 Gunakan gaitbelt untuk
membentu berpindah dan
ambulansi, jika diperlukan
 Menolang pasien untuk
berpindah, jika dibutuhkan
 Menyediakan cueing ard di
kepala sebagai fasilitas untuk
berpindah
 jika dibutuhkan
 Mengintruksikan pasien tentang
keamanan berpindah dan teknik
ambulansi
 Membantu pasien untuk berdiri
dan ambulansi jarak jauh
 Membantu pasien untuk
meningkatkan kemandirian

13
dalam ambulansi jarak jauh
 Meningkatkan kemandirian
ambulansi dengan batas aman

2. Posisi
Aktivitas :
 Menyediakan tempat tidur yang
terapeutik

 Memelihara kenyamanan tempat


tidur

 Menempatkan dalam posisi yang


terapeutik

 Posisi dalam mempersiapkan


kesajajaran tubuh

 Memperbaiki bagian tubuh

 Menyarankan untuk peningkatan


rentang latihan

 Memasang footboard untuk tidur

 Gunakan teknik log roll untuk


berputar

 Menghindari tempat yang akan


melukai

 Menopang dengan backrest, jika


diperlukan

 Menginstruksikan kepada pasien


bagaimana menggunakan posisi
yang bagus dan gerak tubuh yang
bagus dalam beraktifitas

 Mengontrol sistem pelayanan


untuk mengatur persiapan

 Memelihara posisi akan integritas


dari sistem

 Memperbaiki kepala waktu tidur,


jika diperlukan

14
 Mengatur indikasi kondisi kulit

 Membantu imobilisasi setiap 2


jam, sesuai jadwal

 Menempatkan posisi tempat tidur


yang nyaman agar mudah dalam
perpindahan posisi

 Menempatkan lampu ditempat


yang mudah dijangkau

3. Nyeri 1. Kontrol Nyeri 1.Manajemen Nyeri


Aktivitas :
-Mencari Faktor penyebab
 Lakukan penilaian nyeri secara
-Lamanya nyeri komprehensif dimulai dari
lokasi, karakteristik, durasi,
-Penggunaan Analgesik
frekuensi, kualitas, intensitas
-Pantau TTV dan penyebab.
-Kontrol nyeri  Kaji ketidaknyamanan secara
nonverbal, terutama untuk
pasien yang tidak bisa
2. Tingkatan Nyeri mengkomunikasikannya secara
efektif
-Laporan nyeri dapat berkurang  Tentukan dampak nyeri terhadap
-Kekambuhan nyeri dapat kehidupan sehari-hari (tidur,
nafsu makan, aktivitas,
berkurang kesadaran, mood, hubungan
-Rasa mengganggu dapat sosial, performance kerja dan
melakukan tanggung jawab
berkurang sehari-hari)
-Kurang istirahat dapat berkurang  Evaluasi bersama pasien dan
tenaga kesehatan lainnya dalam
menilai efektifitas pengontrolan
nyeri yang pernah dilakukan
 Menyediakan informasi tentang
nyeri, contohnya penyebab
nyeri, bagaimana kejadiannya,
mengantisipasi
ketidaknyamanan terhadap
prosedur
 Pilihlah variasi dari ukuran
pengobatan (farmakologis,
nonfarmakologis, dan hubungan
atar pribadi) untuk mengurangi
nyeri
 Pertimbangkan tipe dan sumber

15
nyeri ketika memilih metoda
mengurangi nyeri
 Kolaborasikan dengan pasien
dan tenaga kesehatan lainnya
untuk memilih dan
mengimplementasikan metoda
dalam mengatasi nyeri secara
non-farmakologi.
 Modifikasi metode kontrol nyeri
sesuai dengan respon pasien
 Anjurkan untuk istirahat/tidur
yang adekuat untuk mengurangi
nyeri
 Beritahu dokter jika metoda
yang digunakan tidak berhasil
atau jika ada komplain dari
pasien mengenai metoda yang
diberikan
 Menyediakan informasi yang
akurat untuk meningkatkan
pengetahuan keluarga terhadap
respon nyeri.

2. Manajemen Pengobatan
Aktivitas :
 Hindari interupsi ketika
persiapan pemeriksaan dari
administrasi obat.
 Ikuti lima benar dari
administrasi pengobatan
 Periksa dosis dari pesanan obat
sebelum pemberian obat.
 Menulis resep obat dari obat
yang direkomendasikan, harus
tepat, mengikuti penulisan resep
dari dokter
 Pantau kemungkinan dari alergi
obat, interaksi dan
kontraindikasi obat termasuk
obat di apotik dan obat herbal
 Catat alergi pasien sebelum
pemberian masing-masing obat
dan obat pegangan, jika
diperlukan
 Informasikan tipe dari
pengobatan pasien, alasan

16
pemberian, aksi obat yang
diharapkan, dan efek yang
merugikan dari pengobatan, jika
diperlukan
 Perhatikan tanggal kadarluasa
pada botol obat.
 Hindari pemberian obat yang
tidak diberi label dengan benar
4. Gangguan 1.Pasien dapat Menerima 1.Peningkatan Body Image
Citra Tubuh Perubahan pada dirinya Aktivitas :
-Mengidentifikasi kekuatan  Diskusikan dengan klien tentang
personal perubahan dirinya
- Pengakua terhadap perubahan  Bantu klien dalam memutuskan
actual pada fungsi tubuh tingkat actual perubahan dalam
- Memelihara hubungan sosial tubuh atau level fungsi tubuh
yang dekat dan hubungan  monitor frekuensi pernyataan
personal klien
 berikan dukungan dan suport
mental serta spiritual.
 Libatkan keluarga untuk
memberikan dukungan sacara
mental dan spiritual

5. Gangguan 1. Fungsi Sensori : Penglihatan 1. Peningkatan Komunikasi :


Persepsi -Ketajaman penglihatan pusat Defisit Penglihatan
Sensori (kiri) Aktivitas :
Penglihatan -Ketajaman penglihatan pusat Catat reaksi pasienterhadap
(kanan) rusaknya/kemungkinan
-Ketajaman penglihatan sekitar rusaknya penglihatan (misal :
(kiri) depresi, menarikdiri, dan menolak
-Ketajaman penglihatan sekitar kenyataan)
(kanan) Menerima reaksi pasien terhadap
-Lapang pandang pusat(kiri) rusaknya penglihatan
-Lapang pandang pusat(kanan) Andalkan penglihatan pasienyang
-Lapang pandang sekitar(kiri) tersisa sebagaimana mestinya
-Lapang pandang sekitar(kanan) Sediakan kaca pembesar
-Respon ataukacamata prisma sewajarnya
untukrangsangan penglihatan untuk membaca
Bacakan surat,koran, daninformasi
lainnya
Orientasikan pasen terhadap
lingkungan, staf, orang lain di
areanya
Letakkan barang yang
dibutuhkan/posisi bel pemanggil
dalam jangkauan

17
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan

Gigantisme terjadi akibat hipersekresi persisten dari GH, yang merangsang sekresi IGF-1
oleh hati dan akhirnya menyebabkan manifestasi klinis. Akromegali terjadi apabila peningkatan
GH terjadi setelah dewasa sedangkan pada anak-anak maupun remaja akan muncul sebagai
gigantisme.
Penyebab terbanyak (95 %) dari akromegali / gigantisme adalah adenoma hipofisis yang
mensekresi GH dan jarang sekali disebabkan oleh GH / GHRH ektopik.
Gambaran klinik ditentukan oleh tingginya GH / IGF-1 dan efek massa tumor.
Konsekuensi akromegali / gigantisme dapat meningkatkan angka morbiditas dan motalitas,
terutama oleh komplikasi cardioserobrovaskuler dan pernafasan.
Pilihan utama pengobatan adalah operasi transsphenoid, namun akhir-akhir ini pesat
perkembangan pengobatan medis / farmakologis.Oleh karena pengobatan radiasi masih banyak
kelemahannya, penggunaannya hanya sebagai penunjang pada kasus-kasus tertentu.

18

You might also like