You are on page 1of 10

BAKTERI PENYEBAB INFEKSI PADA MATA DAN TELINGA

A. Pengertian

Infeksi pada Mata


Infeksi pada mata berupa blefaritis, konjungtivis, keratitis, endoftalmitis,
hingga panoftalmitis. Blefaritis dapat disebabkan oleh bakteri, virus dan parasit.
S.aureus dan S. epidermidis merupakan penyebab paling umum.
Infeksi yang paling sering terjadi pada mata adalah konjungtivis. Bakteri
merupakan penyebab tersering konjungtivis. Faktor usia penting dalam
menentukan agen penyebab infeksi. Pada neonatus, infeksi tersering disebabkan
oleh Neisseria sp. Dan ChlamydiaI sp yang didapat dari jalan lahir. Pada anak-
anak, bakteri penyebab konjungtivis terbanyak adalah H. influenza, S. pneumoniae,
dan S. aureus.

Otitis Media Akut (OMA)


Otitis media adalah infeksi atau inflamasi/peradangan ditelinga tengah.
Otitis media sering diawali dengan infeksi pada saluran napas sepertiradang
tenggorokan atau pilek yang menyebar ke telinga tengah lewat saluran Eustachius.
Saat bakteri melalui Eustachius, mereka dapat menyebabkan infeksi di saluran
tersebut sehingga terjadi pembengkakan disekitar saluran, tersumbatnya saluran,
dan datangnya sel-sel darah putih untuk melawan bakteri. Sel- sel darah putih
akan membunuh bakteri dengan mengorbankan diri mereka sendiri. Sebagai
hasilnya terbentuklah nanah dalam telinga tengah. Selain itu pembengkakan
jaringan sekitar saluran Eustachius menyebabkan lendir yang dihasilkan sel-sel
ditelinga tengah terkumpul dibelakang gendang telinga.
Penyebab otitis media akut (OMA) dapat merupakan virus atau bakteri.
Bakteri penyebab otitis media tersering adalah Streptococcus pneumoniae, diikuti
oleh Haemophilus influenzae, Moraxella cattarhalis, Proteus mirabilis,
Streptococcus pyogenes dan Bacteriodes fragilis (anaerob) .

B. Infeksi bakterial

1. Staphylococcus aureus
Bakteri tersebut berbentuk kokus, gram positif, bergerombol dengan
diameter ± 1 µm. beberapa strain mempunyai kapsul. Non fastidious. Pada
perbenihan agar darah, berwarna kuning keemasan. Katalase positif , koagulase
positif, beberapa strain memfermentasikan manitol secara anaerob.
S. aureus dapat menyebabkan konjungtivitis, panoftalmitis, dakriosistitis kut yang
merupakan infeksi sekunder pada kantung lakrimalis.

1
Gambar. Staphylococcus aureus

2. Haemophilus influenzae
Haemophilus sp. Ditemukan sampai 75% sebagai flora normal pada
membran mukosa saluran napas baian atas orang dewasa sehat. H. influenzae pada
keadaan tertentu dapat menyebabkan meningiti, konjungtivitis, sinusitis, otitis
media, epiglotitis, pneumonia, bronkitis dan artritis.
Bakteri tersebut bersifat gram negatif, berbentuk batang pendek/ kokoid, tetapi
bila telah lama disimpan dapat berubah bentuk menjadi pleomorfik.
Bakteri ini bersifat fastidious . dalam pertumbuhannya, bakteri ini
memerlukan faktor X (hemin) dan faktor V ( Nicotinamide Adenine Dinucleotid =
NAD ) sebagai faktor pertumbuhan. Pebenihan yang biasa dipergunakan adalah
agar coklat yaitu agar darah yang dipanaskan. Pada perbenihan ini, Haemophilus
tumbuh dengan membentuk koloni – koloni kecil, bulat, konveks dan mengkilat.
Bila tumbuh dekat Staphylococcus aureus, bakteri ini akan tumbuh lebih besar
(fenomena satelit). Bakteri ini mempunyai kapsul, yang dapat dilihat dengan
reaksi serologi (Capsule swelling test) .

Gambar Haemophilus influenzae

3. Pseudomonas aeruginosa
P. aeruginosa adalah bakteri oportunis patogen, obligat aerob, berbentuk
batang gram negatif, bersifat motil dengan flagel polar, tumbuh pada media
selektif mengandung empedu, memiliki pigmen piosianin berwarna hijau.
Oksidase poitif, sitrat positif
Dapat menginfeksi seluruh bagian tubuh dan menimbulkan berbagai
predisposisi: infeksi kulit dan luka bakar, sistitis fibrosis, pneumonia pada pasien
intubasi, infeksi saluran kemih, septikemia, osteomielitis, endokarditis, otitis
eksterna dan media, konjungtivitis, keratitis, katarak, dan infeksi pada mata
bagian orbital dan dalam.

2
Gambar Pseudomonas aeruginosa

4. Neisseria gonorrhoeae
Neisseriae merupakan bakteri gram negatif, diplokokus menyerupai sepasang
ginjal yang dapat ditemukan intraseluler atau ekstraseluler. Bersifat kapnofilik, uji
oksidase positif, reaksi biokimia pada CTA (Cysteine Trypticase Agar)
memperlihatkan bahwa N. gonorrhoeae hanya meragi glukosa

N. gonorrhoeae dapat menginfeksi traktus urogenitalis laki-laki dan


perempuan dan dapat menyebabkan konjungtivitis akut pada bayi yang baru lahir
dari ibu penderita gonore urogenital. Oftalmia neonatorum dapat merusak
penglihatan atau buta bila tidak diobati.

Gambar Neisseria gonorrhoeae

5. Chlamydia trachomatis
Chlamydia merupakan parasit intrasel obligat berbentuk sferis dengan garis
tengah 0,2-0,4 µm, dengan satu inti dan sejumlah ribosom yang diliputi oleh
dinding sel yang terdiri dari beberapa lapis, tidak bergerak. Chlamydia memiliki
siklus hidup yang unik dengan bentuk replikatif intraseluler yang disebut badan
retikuler (RB) dan bentuk infektif ekstraseluler yang disebut badan elementer
(EB). Penyebab trakhoma yang melibatkan konjungtiva dan kornea.

3
Infeksi Chlamydia okuler dapat didiagnosis dengan:
a. Mikroskopik
b. Biakan
c. Serologi untuk mendeteksi antigen dari spesimen mata
d. Deteksi asam nukleat

6. Streptococcus pneumoniae
S. pneumoniae berbentuk lanset, diplokokus gram negatif bersimpai,
tumbuh subur dalam perbenihan yang mengandung darah dan menghasilkan
hemolisis alfa, hancur dalam cairan empedu, reaksi inulin positif, reaksi optokhin
positif, reaksi katalase negatif.
Mikroorganisme tersebut dapat menyebabkan pneumonia,septikemia,
meningitis, infeksi tellinga, tengah (otitis), sinusitis dan konjungtivitis.
Identifikasi dilakukan berdasarkan morfologi sel, koloni, serta imunologi (reaksi
quellung) untuk menentukan serotipe.

Gambar Streptococcus pneumoniae

4
7. Streptococcus pyogenes
Berbentuk kokus seperti rantai, gram positif non motil, tidak berspora,
tumbuh subur dalam perbenihan yang mengandung darah dan menghasilkan
hemolisis beta, reaksi basitracin ( 0,04 unit) positif, reaksi katalase negatif.
Dapat menyebabkan infeksi saluran napas atas dan infeksi kulit serta
jaringan penunjang ( misal; selulitis, erysipelas, limfadenitis), infeksi telinga
( otitis media dan mastoiditis), infeksi tenggorokan akut ( tonsilitis dan faringitis),
septikemia dan endokarditis.

Gambar Streptococcus pyogenes

8. Proteus sp.
Spesies penting dalam kedokteran adalah Proteus mirabilis dan Proteus
vulgaris. Keduanya merupakan batang gram negatif, bersifat anaerob fakultatif,
bersifat toleran terhadap empedu, pH alkalis, menimbulkan bau yang khas, sangat
motil, menjalar pada media perbenihan, meragi laktosa, menghasilkan urease,
reaksi indol negatif untuk Proteus mirabilis dan positif untuk Proteus Vulgaris.
Bakteri ini dapat menyebabkan infeksi pada saluran kemih, infeksi luka
operasi, septikemia, pneumonia pada penderita dengan penurunan sistem
kekebalan tubuh, otitis eksterna dan otitis media.

5
Gambar Proteus sp.

9. Moraxella catarrhalis ( Branhamella catarrhalis)


Bakteri ini bersifat kokus gram negatif, fastidious dan merupakan bakteri
oportunis di saluran nafas. Bakteri ini dapat menyebabkan berbagai infeksi seperti
bronkhitis, bronko-pneumonia, sinusitis dan otitis media.
Moraxella catarrhalis, sebuah Diplococcus gram negatif, adalah yang
ketiga paling umum mengisolasi setelah Streptococcus pneumoniae dan
Haemophilus influenzae sebagai agen penyebab otitis media, yang merupakan
penyebab utama hilangnya pendengaran konduktif pada anak-anak, dan
memburuknya paru obstruktif kronik penyakit pada orang dewasa, yang
merupakan penyebab utama keempat kematian di Amerika Serikat . Dalam host
immunocompromised, M.catarrhalis menyebabkan berbagai infeksi berat,
termasuk sepsis dan meningitis. Studi klinis dan epidemiologi mengungkapkan
tingkat kereta tinggi pada anak-anak dan menyarankan bahwa tingkat tinggi
kolonisasi dikaitkan dengan peningkatan risiko perkembangan penyakit M.
catarrhalis-mediated (28). Selain itu, jumlah strain resisten antibiotik M.
catarrhalis telah meningkat secara signifikan selama beberapa dekade terakhir.
Saat ini, patogenesis molekuler infeksi M. catarrhalis tidak sepenuhnya dipahami,
dan tidak ada vaksin untuk mencegah infeksi M. Catarrhalis.

Gambar Moraxella catarrhalis

6
10. Bacterioides fragilis
Bacteroides bersifat anaerob, gram negatif pleomorfik, tidak berspora, tidak
bergerak. Bacteroides fragilis adalah flora normal di membran mukosa. Bila
terjadi lesi di membran mukosa, bakteri ini dapat menyebabkan berbagai infeksi,
misalnya otitis media, sepsis, infeksi intra abdomen pasca operasi dan abses di
berbagai organ. Umumnya terjadi infeksi campuran antara bakteri aerob dan
anaerob.

Gambar Bacterioides fragilis

C. Pengelolaan spesimen
1. Spesimen mata

Waktu pengambilan spesimen :


Setiap saat, sebaiknya sebelum pemberian antibiotik.

Alat dan bahan


1. Usap kapas steril
2. Pot steril atau tabung steril
3. Media isolasi (agar darah, agar coklat, agar MacConkey, agar sabouraud)
4. Pewarnaan gram
5. Inkubator
6. Kaca objek
7. Lampu spirtus
8. Mikroskop
9. Sengkelit
10. Sungkup lilin

7
Prosedur pengambilan sampel :

A. Prosedur pengambilan spesimen konjungtiva


1. Gunakan usap kapas yang dibasahi dengan air garam fisiologis steril, usap
dengan cara memutar pada konjungtiva.
2. Lakukan inokulasi pada medium (agar darah, agar coklat) yang sesuai,
langsung pada saat pengambilan spesimen atau masukkan usap kapas
kedalam medium transport.
3. Lakukan apusan langsung untuk pemeriksaan mikroskopis pada saat
pengambilan spesimen dengan cara memutar usap kapas pada kaca objek
dengan luas area 1-2 cm.
4. Pengiriman dalam waktu < 15 menit pada suhu kamar (spesimen tanpa
medium transport). Pengiriman dalam waktu < 2 jam pada suhu kamar
(spesimen dalam medium transport).
5. Penyimpanan < 24 jam pada suhu kamar.
6. Untuk kecurigaan infeksi Chlamydia, usap konjungtiva atau jaringan
dimasukan ke medium transport yang mengandung antibiotik
sikloheksimid. Simpan dalam kondisi dingin sebelum dikirim ke
laboratorium. Jika terjadi penundaan biakan dalam 24 jam, harus
dibekukan -700C. tidak diperkenankan menggunakan usap yang
tangkainya terbuat dari kayu karena toksik untuk Chlamydia.

B. Prosedur pengambilan spesimen kornea


1. Pengambilan spesimen dilakukan oleh dokter klinis
2. Spesimen diinokulasi langsung pada medium (BHI dengan 10%
agar domba, agar sabouraud) yang sesuai.
3. Lakukan apusan langsung sebanyak 2 sediaan untuk pemeriksaan
mikroskopis pada saat pengambilan spesimen dengan cara
memutar usap kapas pada kaca objek dengan luas area 1-2 cm.
4. Pengiriman dalam waktu < 15 menit pada suhu kamar (spesimen
dalam biakan)
5. Penyimpanan < 24 jam pada suhu kamar.

2. Spesimen telinga

Pada pemeriksaan telinga, mula-mula yang harus dilakukan adalah inspeksi


telinga luar, perhatikan apakah ada kelainan bentuk telinga, tanda- tanda
peradangan, tumor dan secret yang keluar dari liang telinga. Pengamatan
dilakukan pada telinga bagian depan dan belakang. Setelah selesai mengamati
bagian-bagian telinga, lakukan palpasi pada telinga, apakah ada nyeri tekan, nyeri
tarik atau tanda-tanda pembesaran kelenjar pre dan post aurikuler. Kemudian
lakukan pemeriksaan auskultasi pada telinga dengan menggunakan stetoskop,
pemeriksaan ini dapat dilakukan pada kasus-kasus tertentu misalnya pada
penderita dengan keluhan tinnitus objektif.

8
Waktu pengambilan :
Setiap saat, sebaiknya sebelum pemberian antibiotik.
Alat dan bahan :
1. Usap kapas steril
2. Pot steril atau tabung steril
3. Media isolasi (agar darah, agar coklat, agar MacConkey, agar sabouraud)
4. Pewarnaan gram
5. Inkubator
6. Kaca objek
7. Lampu spirtus
8. Mikroskop

A. Prosedur pengambilan spesimen telinga dalam


1. Pada gendang telingan yang masih utuh, bersihkan lubang telingan dengan
cairan sabun dan kumpulkan cairan dengan cara aspirasi/timpanosentesis
(dilakukan oleh dokter klinis)
2. Pada gendang telinga yang sudah ruptur, ambil cairan dengan
menggunakan usap kapas yang lentur melalui spekulum telinga dan biakan
hanya untuk aerob
3. Spesimen dimasukan ke dalam wadah steril atau usap kapas dimasukan
kedalam medium transport. Untuk spesimen berupa aspirasi dan biopsi
bisa dilakukan biakan anaerob dan dimasukkan ke dalam medium cair
tioglikolat dalam suasana anaerob.

B. Prosedur pengambilan spesimen telinga luar


1. Basahi usap kapas dengan air garam fisiologis steril dan bersihkan
debris atau krusta dari liang telinga.
2. Dengan usap kapas baru steril, usap telinga luar secara perlahan searah
jarum jam.
3. Masukan kedalam medium transport.
4. Pengiriman < 2 jam pada suhu kamar
5. Penyimpanan < 24 jam pada suhu 40C
6. Pada otitis eksterna, lakukan swab sampai ke dasar lesi untuk
mendapatkan isolat Streptococcus.

9
Daftar pustaka

- https://www.slideshare.net/pjj_kemenkes/kb-1-43234183
- http://www.atlm.web.id/2013/09/makalah-moraxella_12.html
- Staf Pengajar Departemen Mikrobiologi Klinik FKUI.2012. penuntun
praktikum Mikrobiologi Kedokteran. Fakultas kedokteran Universitas
Indonesia. Jakarta

10

You might also like