You are on page 1of 16

KEPERAWATAN KEGAWATDARURATAN

ASPEK LEGAL KEPERAWATAN KEGAWATDARURATAN

OLEH :

KELOMPOK 4

D-IV KEPERAWATAN TINGKAT III SEMESTER V

 Annisa Pratiwi (P07120216031)


 Ketut Yuni Handayani (P07120216032)
 Ida Ayu Putu Gayatri Prabha (P07120216033)
 Made Ayu Sista Utami (P07120216035)
 Putu Ayu Krisnayanti (P07120216036)
 Putu Ayu Widyaningsih (P07120216037)
 Ribka Oktafia Katiningrum (P07120216038)
 Ida Ayu Putu Mirah K. (P07120216039)
 Gusti Ayu Triana Utari (P07120216040)

KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA

POLITEKNIK KESEHATAN DENPASAR

JURUSAN KEPERAWATAN

TAHUN 2018
KATA PENGANTAR

“Om Swastyastu”

Puji syukur kami panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa/ Ida Sang Hyang
Widhi Wasa yang telah memberikan rahmat serta karunia-Nya kepada kami,
sehingga kami dapat menyelesaikan makalah dengan judul "Aspek Legal
Keperawatan Kegawatdaruratan"mata kuliah Keperawatan Kegawatdaruratan di
Politeknik Kesehatan Denpasar tepat pada waktu yang telah ditentukan.

Penyusunan makalah ini tidak lepas dari bantuan dan motivasi berbagai
pihak. Untuk itu, dalam kesempatan ini kami mengucapkan terima kasih kepada
rekan-rekan yang telah membantu.

Kami menyadari makalah ini masih banyak kekurangan karena


keterbatasan kemampuan penulis. Untuk itu kami mengharapkan saran dan
kritik yang bersifat konstruktif sehingga kami dapat menyempurnakan makalah
ini.

“Om Santih, Santih, Santih, Om”

Denpasar, 2 September
2018

Penulis
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ..............................................................................i

DAFTAR ISI .....................................................................................................ii

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang ..............................................................................1


1.2 Rumusan Masalah ..............................................................................2
1.3 Tujuan ..........................................................................................2
1.4 Manfaat ..........................................................................................2

BAB II PEMBAHASAN

2.1 Aspek Legal Keperawatan ..................................................................3


2.2 Fungsi Aspek Legal Pelayanan Kesehatan Gawat
Darurat Bagi Perawat ..................................................................5
2.3 Peran Perawat dalam Penanganan Kasus Emergensi ..................5
2.4 Aspek Legal Mengenai Keperawatan
Kegawatdaruratan .............................................................................6
BAB III PENUTUP
3.1 Simpulan .......................................................................................12
3.2 Saran .......................................................................................12
DAFTAR PUSTAKA ...........................................................................13
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Praktik Keperawatan Gawat Darurat memiliki perspektif tersendiri
dalam konteks legal keperawatan. Undang-Undang yang mengaturnya tidak
membatasi kewenangan perawat terutama dalam hal mengutamakan
keselamatan nyawa pasien. Akan tetapi perawat harus memahami bukan
hanya persoalan kompetensi apa yang boleh atau tidak dilakukan dalam
tindakan kedaruratan, lebih dari itu mengutamakan hak-hak pasien disaat
kritis merupakan hal yang esensial bagi perawat di Ruangan Gawat Darurat.
Untuk mencegah dan mengatasi konflik biasanya digunakan etika dan
norma hukum yang mempunyai tolok ukur masing-masing. Oleh karena itu
dalam praktik harus diterapkan dalam dimensi yang berbeda. Artinya pada
saat kita berbicara masalah hukum, tolok ukur norma hukumlah yang
diberlakukan. Pada kenyataannya kita sering terjebak dalam menilai suatu
perilaku dengan membaurkan tolok ukur etika dan hukum Pelayanan gawat
darurat mempunyai aspek khusus karena mempertaruhkan kelangsungan
hidup seseorang. Oleh karena itu dan segi yuridis khususnya hukum
kesehatan terdapat beberapa pengecualian yang berbeda dengan keadaan
biasa. Oleh sebab itu, untuk mencegah dan mengatasi konflik ini tenaga
kesehatan harus sangat mengerti tentang aspek legal dan etik dalam
kegawatdaruratan.
1.2 Rumusan Masalah
1.2.1 Apakah yang dimaksud dengan aspek legal keperawatan?
1.2.2 Apakah fungsi aspek legal bagi pelayanan kesehatan gawat darurat
bagi perawat?
1.2.3 Bagaimana peran perawat dalam penanganan kasus emergensi?
1.2.4 Apa saja aspek legal keperawatan kegawatdaruratan?

1.3 Tujuan
1.3.1 mahasiswa dapat memahami mengenai aspek legal keperawatan
kegawatdaruratan.
1.3.2 Mahasiswa dapat mengetahui dan memahami fungsi aspek legal
bagi pelayanan kesehatan gawat darurat bagi perawat.
1.3.3 Mahasiswa dapat mengetahui peran perawat dalam penanganan
kasus emergensi.
1.3.4 Mahasiswa dapat mengetahui dan memahami aspek legal
keperawatan kegawatdaruratan.

1.4 Manfaat
Diharapkan mahasiswa dapat mengerti dan memahami tentang konsep
aspek legal keperawatan kegawatdaruratan, dalam memberikan pelayanan
kesehatan kepada klien, para perawat senantiasa memberikan pelayanan
yang sesuai dengan hukum yang berlaku.
BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Aspek Legal Keperawatan


Aspek Legal Keperawatan adalah aspek aturan keperawatan dalam
memberikan asuhan keperawatan sesuai lingkup wewenang dan
tanggung jawabnya pada berbagai tatanan pelayanan, termasuk hak dan
kewajibannya. Keperawatan adalah suatu bentuk pelayanan profesional
yang merupakan bagian integral dari pelayanan kesehatan, didasarkan
pada ilmu dan kiat keperawatan ditujukan kepada individu, keluarga,
kelompok, dan masyarakat baik sehat maupun sakit yang mencakup
seluruh proses kehidupan manusia.
Perawat sebagai profesi dan bagian integral dari pelayanan
kesehatan tidak saja membutuhkan kesabaran. Kemampuannya untuk
ikut mengatasi masalah-masalah kesehatan tentu harus juga bisa
diandalkan. Untuk mewujudkan keperawatan sebagai profesi yang utuh,
ada beberapa syarat yang harus dipenuhi. Setiap perawat harus
mempunyai ”body of knowledge” yang spesifik, memberikan pelayanan
kepada masyarakat, mempunyai standar kompetensi dan kode etik
profesi. Para praktisi dipersiapkan melalui pendidikan khusus pada
jenjang pendidikan tinggi.
Sikap yang terlihat pada profesionalisme adalah profesional
yang bertanggung jawab dalam arti sikap dan pelaku yang akuntabel
kepada masyarakat, baik masyarakat profesi maupun masyarakat luas.
Beberapa ciri profesionalisme tersebut merupakan ciri profesi itu
sendiri, seperti kompetensi dan kewenangan yang selalu sesuai dengan
tempat dan waktu, sikap yang etis sesuai dengan standar yang
ditetapkan oleh profesinya dan khusus untuk profesi kesehatan ditambah
dengan sikap altruis (rela berkorban). Kemampuan atau kompetensi,
diperoleh seorang profesional dari pendidikan atau pelatihannya,
sedangkan kewenangan diperoleh dari penguasa atau pemegang otoritas
di bidang tersebut melalui pemberian izin.
Aspek legal Keperawatan meliputi Kewenangan
berkaitan dengan izin melaksanakan praktik profesi. Kewenangan
memiliki dua aspek, yakni kewenangan material dan kewenangan
formal. Kewenangan material diperoleh sejak seseorang memiliki
kompetensi dan kemudian teregistrasi (registered nurse) yang disebut
Surat Ijin Perawat atau SIP. Aspek legal Keperawatan pada kewenangan
formalnya adalah izin yang memberikan kewenangan kepada
penerimanya untuk melakukan praktik profesi perawat yaitu Surat Ijin
Kerja (SIK) bila bekerja di dalam suatu institusi dan Surat Ijin Praktik
Perawat (SIPP) bila bekerja secara perorangan atau berkelompok.
Kewenangan itu, hanya diberikan kepada mereka yang memiliki
kemampuan. Namun, memiliki kemampuan tidak berarti memiliki
kewenangan. Seperti juga kemampuan yang didapat secara berjenjang,
kewenangan yang diberikan juga berjenjang. Kompetensi dalam
keperawatan berarti kemampuan khusus perawat dalam bidang tertentu
yang memiliki tingkat minimal yang harus dilampaui. Dalam profesi
kesehatan hanya kewenangan yang bersifat umum saja yang diatur oleh
Departemen Kesehatan sebagai penguasa segala keprofesian di bidang
kesehatan dan kedokteran. Sementara itu, kewenangan yang bersifat
khusus dalam arti tindakan kedokteran atau kesehatan tertentu
diserahkan kepada profesi masing-masing. Aspek Legal keperawatan
tidak terlepas dari Undang-Undang dan Peraturan tentang praktek
Keperawatan.
Penderita gawat darurat adalah penderita yang oleh karena suatu
penyebab (penyakit, trauma, kecelakaan, tindakan anestesi) yang bila
tidak segera ditolong akan mengalami cacat, kehilangan organ tubuh
atau meninggal. (Sudjito, 2003).
Kondisi emergency yang sebenarnya (frue emergency) yaitu
setiap kondisi yang secara klinik memerlukan penanganan medik
segera. Kondisi seperti ini baru dapat ditentukan setelah pasien
diperiksa oleh petugas kesehatan yang berwenang.

2.2 Fungsi Aspek Hukum dan Legalitas Pelayanan Kesehatan Gawat


Darurat Bagi Perawat
a. Hukum Menyediakan kerangka kerja untuk menetapkan tindakan
asuhan keperawatan gawat darurat.
b. Hukum juga memberikan penjelasan tentang tanggung jawab
perawat gawat darurat yang berbeda dari tanggung jawab tenaga
kesehatan lainnya
c. Hukum dapat membantu perawat gawat darurat menetapkan batas
batas tindakan keperawatan mandiri (otonomi profesi)
d. Hukum membantu keperawatan dalam menjaga standar asuhan
keperawatan yang dibuat oleh profesi keperawatan.
e. Aspek aspek Hukum dan perlindungan hukum Pelayanan Gawat
Darurat oleh profesi keperawatan.

2.3 Peran Perawat dalam Penanganan Kasus Emergensi


Peran perawat di bagian emergency telah mengalami perubahan
dalam kaitannya dengan perkembangan beberapa tahun terakhir ini yaitu
meningkatnya. Penggunaan bagian emergency oleh mereka yang
memerlukan pengobatan dan meningkatnya kepuasan terhadap
pelayanan yang diberikan serta mampu menekan angka kematian dan
kecatatan pada kasus emergency.
Perawat-perawat di bagian emergency mempunyai ketrampilan sebagai
berikut :
1. Mengkaji dan menentukan priorotas (penyeleksi : pasien yang
memerlukan pengobatan segera)
2. Menangani pasien-pasien yang menpunyai resiko dan
kecemasan yang tinggi.
3. Ketrampilan teknik yang khusus (memberi cairan per parutral
Defrilator, resusitasi in tubasi, mengoperasikan alat-alat
monitoring)
4. Mengisterprestasikan hasil pemeriksaan laboratorium dan EKG
serta tindakan-tindakan yang diperlukan

2.4 Aspek Legal Mengenai Keperawatan Kegawatdaruratan


1. Pasal 23 UU No.36 Tahun 2009 tentang kewenangan tenaga
kesehatan
(1) Tenaga kesehatan berwenang untuk menyelenggarakan
pelayanan kesehatan
(2) Kewenangan untuk menyelenggarakan pelayanan kesehatan
sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilakukan sesuai dengan
bidang keahlian yang dimiliki.
(3) Dalam menyelenggarakan pelayanan kesehatan, tenaga
kesehatan wajib memiliki izin dari pemerintah.
(4) Selama memberikan pelayanan kesehatan sebagaimana
dimaksud pada ayat (1) dilarang mengutamakan kepentingan
yang bernilai materi.
(5) Ketentuan mengenai perizinan sebagaimana dimaksud pada ayat
(3) diatur dalam Peraturan Menteri.

2. Pasal 2 ayat (1) dan (3) UU No. 32 Tahun 1996 tentang jenis tenaga
kesehatan.
(1) Tenaga kesehatan terdiri dari:
a. Tenaga medis;
b. Tenaga keperawatan;
c. Tenaga kefarmasian;
d. Tenaga kesehatan masyarakat;
e. Tenaga gizi;
f. Tenaga keterampilan fisik;
g. Tenaga keteknisian medis.
(2) Tenaga keperawatan meliputi perawat dan bidan.

3. Pasal 24 UU No.36 Tahun 2009 tentang syarat tenaga kesehatan


(1) Tenaga kesehatan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 23 harus
memenuhi ketentuan kode etik, standar profesi, hak pengguna
pelayanan kesehatan, standar pelayanan, dan standar prosedur
operasional.
(2) Ketentuan mengenai kode etik dan standar profesi sebagaimana
dimaksud pada ayat (1) diatur oleh organisasi profesi.
(3) Ketentuan mengenai hak pengguna pelayanan kesehatan, standar
pelayanan, dan standar prosedur operasional sebagaimana
dimaksud pada ayat (1) diatur dengan Peraturan Menteri.

4. Pasal 27 UU No. 36 Tahun 2009 tentang perlindungan hukum bagi


tenaga kesehatan.
(1) Tenaga kesehatan berhak mendapatkan imbalan dan pelindungan
hukum dalam melaksanakan tugas sesuai dengan profesinya.
(2) Tenaga kesehatan dalam melaksanakan tugasnya berkewajiban
mengembangkan dan meningkatkan pengetahuan dan
keterampilan yang dimiliki.
(3) Ketentuan mengenai hak dan kewajiban tenaga kesehatan
sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dan ayat (2) diatur dalam
Peraturan Pemerintah.
5. Pasal 32 UU No. 36 Tahun 2009 tentang menyelamatkan nyawa klien
(1) Dalam keadaan darurat, fasilitas pelayanan kesehatan, baik
pemerintah maupun swasta, wajib memberikan pelayanan
kesehatan bagi penyelamatan nyawa pasien dan pencegahan
kecacatan terlebih dahulu.
(2) Dalam keadaan darurat, fasilitas pelayanan kesehatan, baik
pemerintah maupun swasta dilarang menolak pasien dan/atau
meminta uang muka.

6. UU No. 36 Tahun 2009 Pasal 34 tentang kualifikasi dan izin profesi


tenaga kesehatan
(1) Setiap pimpinan penyelenggaraan fasilitas pelayanan kesehatan
perseorangan harus memiliki kompetensi manajemen kesehatan
perseorangan yang dibutuhkan.
(2) Penyelenggara fasilitas pelayanan kesehatan dilarang
mempekerjakan tenaga kesehatan yang tidak memiliki
kualifikasi dan izin melakukan pekerjaan profesi.
(3) Ketentuan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dan ayat (2)
dilaksanakan sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-
undangan.

7. UU No. 36 Tahun 2009 Pasal 56 tentang menerima atau menolak


pertolongan kecuali tidak sadarkan diri.
(1) Setiap orang berhak menerima atau menolak sebagian atau
seluruh tindakan pertolongan yang akan diberikan kepadanya
setelah menerima dan memahami informasi mengenai tindakan
tersebut secara lengkap.
(2) Hak menerima atau menolak sebagaimana dimaksud pada ayat
(1) tidak berlaku pada:
a. penderita penyakit yang penyakitnya dapat secara cepat
menular ke dalam masyarakat yang lebih luas;
b. keadaan seseorang yang tidak sadarkan diri; atau c.
gangguan mental berat.
(4) Ketentuan mengenai hak menerima atau menolak sebagaimana
dimaksud pada ayat (1) diatur sesuai dengan ketentuan peraturan
perundang-undangan.

8. UU No. 36 Tahun 2009 Pasal 58 tentang tuntutan ganti rugi oleh klien
kecuali untuk tindakan penyelamatan nyawa dan pencegahan
kecacatan.
(1) Setiap orang berhak menuntut ganti rugi terhadap seseorang,
tenaga kesehatan, dan/atau penyelenggara kesehatan yang
menimbulkan kerugian akibat kesalahan ata u kelalaian dalam
pelayanan kesehatan yang diterimanya.
(2) Tuntutan ganti rugi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) tidak
berlaku bagi tenaga kesehatan yang melakukan tindakan
penyelamatan nyawa atau pencegahan kecacatan seseorang
dalam keadaan darurat.
(3) Ketentuan mengenai tata cara pengajuan tuntutan sebagaimana
dimaksud pada ayat (1) diatur sesuai dengan ketentuan peraturan
perundang-undangan.

9. Pasal 82 UU No. 36 Tahun 2009 tentang pelayanan kesehatan pada keadaan


bencana

(1) Pemerintah, pemerintah daerah, dan masyarakat bertanggung


jawab atas ketersediaan sumber daya, fasilitas, dan pelaksanaan
pelayanan kesehatan secara menyeluruh dan berkesinambungan
pada bencana.
(2) Pelayanan kesehatan sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
meliputi pelayanan kesehatan pada tanggap darurat dan
pascabencana.

(3) Pelayanan kesehatan sebagaimana dimaksud pada ayat (2)


mencakup pelayanan kegawatdaruratan yang bertujuan untuk
menyelamatkan nyawa dan mencegah kecacatan lebih lanjut.

10. Pasal 85 UU No. 36 Tahun 2009 tentang menyelamatkan nyawa klien


pada keadaan bencana,

(1) Dalam keadaan darurat, fasilitas pelayanan kesehatan, baik


pemerintah maupun swasta wajib memberikan pelayanan
kesehatan pada bencana bagi penyelamatan nyawa pasien dan
pencegahan kecacatan.

(2) Fasilitas pelayanan kesehatan dalam memberikan pelayanan


kesehatan pada bencana sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
dilarang menolak pasien dan/atau meminta uang muka terlebih
dahulu.

11. UU No. 36 Tahun 2009 Pasal 190 tentang ketentuan pidana terkait
dengan kedaruratan klien.

(1) Pimpinan fasilitas pelayanan kesehatan dan/atau tenaga


kesehatan yang melakukan praktik atau pekerjaan pada
fasilitas pelayanan kesehatan yang dengan sengaja tidak
memberikan pertolongan pertama terhadap pasien yang
dalam keadaan gawat darurat sebagaimana dimaksud
dalam Pasal 32 ayat (2) atau Pasal 85 ayat (2) dipidana
dengan pidana penjara paling lama 2 (dua) tahun dan
denda paling banyak Rp200.000.000,00 (dua ratus juta
rupiah).
(2) Dalam hal perbuatan sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
mengakibatkan terjadinya kecacatan atau kematian,
pimpinan fasilitas pelayanan kesehatan dan/atau tenaga
kesehatan tersebut dipidana dengan pidana penjara paling
lama 10 (sepuluh) tahun dan denda paling banyak
Rp1.000.000.000,00 (satu miliar rupiah).

12. Pasal 11 Peraturan Menteri Kesehatan No. 585/Men.


Kes./Per/IX/1989 tentang informed consent yang menyatakan
dalam hal pasien tidak sadar/pingsan serta tidak didampingi oleh
keluarga terdekat dan secara medic berada dalam keadaan gawat
darurat dan atau darurat yang memerlukan tindakan medis segera
untuk kepentingannya, tidak diperlukan persetujuan dari
siapapun.

13. Pasal 10 ayat (1) Peraturan Menteri Kesehatan No. HK


02.02/MENKES/148/I/2010 yang menyatakan bahwa dalam
keadaan darurat untuk penyelamatan nyawa seseorang/pasien
dan tidak ada dokter di tempat kejadian, perawat dapat
melakukan pelayanan kesehatan diluar kewenangan sebagaimana
dimaksud dalam pasal 8.
BAB III

PENUTUP

3.1 Simpulan

Aspek Legal Keperawatan adalah aspek aturan keperawatan


dalam memberikan asuhan keperawatan sesuai lingkup
wewenang dan tanggung jawabnya pada berbagai tatanan
pelayanan, termasuk hak dan kewajibannya. Aspek legal
Keperawatan meliputi Kewenangan berkaitan dengan izin
melaksanakan praktik profesi. Kewenangan memiliki dua aspek,
yakni kewenangan material dan kewenangan formal. Adapun
dasar hukum legalitas keperawatan kegawatdaruratan telah
diatur dalam UU. No. 36 Tahun 2009 dan beberapa peraturan
menteri kesehatan, yakni Peraturan Menteri Kesehatan No.
585/Men. Kes./Per/IX/1989 tentang informed consent dan
Peraturan Menteri Kesehatan No. HK
02.02/MENKES/148/I/2010.

3.2 Saran

Setelah mempelajari materi mengenai aspek legal keperawatan


kegawatdaruratan, diharapkan mahasiswa dapat memahami
tanggung jawab, hak dan kewajiban perawat sebagai tenaga
kesehatan dalam melakukan pelayanan kegawatdaruratan.
DAFTAR PUSTAKA

Dewi, Rosliana.2013. Implementasi Permenkes RI No. HK


02.02/MENKES/148/I/2010 Tentang Izin dan Penyelenggaraan
Praktik Perawat Di BLID RS Sekarwangi Kabupaten
Sukabumi.Stikes Sukabumi. Diakses di jurnal.stikesmi.ac.id pada 2
September 2018.

Pamuncak, Aristya Windiana.2008.Penerapan Peraturan Menteri Kesehatan


No. 585/Men.Kes./Per/IX/1989 Pada Pelayanan Medis Di Rumah
Sakit Islam Surakarta.Universitas Sebelas Maret. Diakses di
eprints.uns.ac.id pada 2 September 2018.

Undang-undang Republik Indonesia Nomor 36 Tahun 2009 Tentang Kesehatan


diakses di binfar.depkes.go.id pada 2 September 2018.

Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 32 tahun 1996 Tentang Tentang


Tenaga Kesehatan diakses di pelayanan.jakarta.go.id pada 2
September 2018.

You might also like