You are on page 1of 27

LAPORAN

LABORATORIUM TEKNIK KIMIA I

FRAKSIONASI BIOMASSA

Disusun oleh :

Afri riandra (1607112214)

Fanesa (1607112211)

Fransiska Kristin (1607112226)

Muhammad Alfi Syahri (1607112225)

Revika Wulandari (1607112215)

PROGRAM STUDI S1 TEKNIK KIMIA


FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS RIAU
PEKANBARU
2018

i
Lembar Pengesahan Laporan Praktikum Laboratorium Teknik Kimia I

Fraksionasi Biomassa

Dosen pengampu praktikum labtek I dengan ini menyatakan bahwa:

Kelompok VI:
Afri Riandra (1607112214)
Fanesa (1607112211)
Fransisca Kristin (1607112226)
Muhammad Alfi Syahri (1607112225)
Revika Wulandari (1607112215)

1. Telah melakukan perbaikan-perbaikan yang disarankan oleh Dosen


Pengampu / Asisten Praktikum.
2. Telah menyelesaikan laporan lengkap Fraksionasi Biomassa dari
praktikum labtek 1 yang disetujui oleh Dosen Pengampu / Asisten
Praktikum.

3.
Catatan Tambahan:

DosenPengampu

Pekanbaru, Oktober 2017

Hari Rionaldo, ST, MT.


NIP. 19731025 199803 1 002

ii
ABSTRAK
Fraksionasi biomassa merupakan proses pemilahan biomassa menjadi komponen
utama penyusunnya yaitu, selulosa, hemiselulosa, dan lignin. Komponen tersebut
dapat di konversi menjadi berbagai macam produk seperti pull, bahan kimia,
perekat, bahan peledak dan produk lainnya. Tujuan dari percobaan ini adalah
menjelaskan pengaruh variable terhadap produk fraksionasi biomassa,
menghitung neraca massa pada sistem fraksionasi biomassa, menghitung yield
pada sistem fraksionasi biomassa dan juga menghitung persentase komponen-
komponen utama biomassa. Pada percobaan ini, bahan baku yang di gunakan
adalah ampas tebu, dengan pelarut asam formiat dan HCl sebagai katalisnya.
Dengan perbandingan bahan baku dengan pelarut adalah 1:12, dengan
memvariasikan waktu yaitu variable berubah setiap satu waktu (1 jam, 2 jam, 3
jam). Dari percobaan ini di peroleh persentase pulp pada run I adalah 50,4%,
pada run II adalah 54,83%, dan pada run III adalah 57,6%. Sedangkan
persentase lignin yang di dapat pada run I adalah 22,86%, pada run II adalah
20,95%, dan pada run II adalah18,09%. Dari hasil percobaan ini di peroleh
kesimpulan bahawa semakin lama waktu pemasakan maka persentase pulp akan
meningkat, dan sedangkan persentase lignin akan menurun.

Kata kunci : Ampas tebu, Biomassa, fraksionasi, lignin, Selulosa

iii
DAFTAR ISI
LEMBAR PENGESAHAN ............................................................................ ii
ABSTRAK ....................................................................................................... iii
DAFTAR ISI .................................................................................................... iv
DAFTAR GAMBAR ........................................................................................v
DAFTAR TABEL............................................................................................ vi
BAB 1 PENDAHULUAN
1.1 Pernyataan Masalah .....................................................................................1
1.2 Tujuan ..........................................................................................................1
BAB II TINJAUAN PUASTAKA
2.1 Biomassa ......................................................................................................2
2.1.1 Selulosa ...............................................................................................2
2.1.2 Hemiselulosa .......................................................................................3
2.1.3 Lignin ..................................................................................................4
2.2 Ampas Tebu .................................................................................................4
2.3 Proses Organosolv........................................................................................5
2.4 Fraksionasi Biomassa ...................................................................................6
BAB III METODOLOGI PERCOBAAN
3.1 Alat yang Digunakan....................................................................................7
3.2 Bahan Yang Digunakan ...............................................................................7
3.3 Variabel Percobaan ......................................................................................7
3.4 Prosedur Percobaan ......................................................................................7
3.4.1 Pemrosesan Bahan Baku ........................................................................7
3.4.2 Menghitung Kadar Air Bahan Baku ......................................................7
3.4.3 Pemasakan ..............................................................................................8
3.4.4 Recovery Lignin .....................................................................................8
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Pemrosesan Bahan Baku ..............................................................................9
4.2 Proses Fraksionasi Biomassa .......................................................................9
4.3 Recovery Lignin ..........................................................................................12
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN
5.1 Kesimpulan .................................................................................................14
5.2 Saran............................................................................................................14
DAFTAR PUSTAKA ......................................................................................15
LAMPIRAN A : PERHITUNGAN................................................................17
LAMPIRAN B : DOKUMENTASI ...............................................................21

iv
DAFTAR GAMBAR

Gambar 2.1 Struktur Kimia Selulosa ...................................................................3


Gambar 2.2 Struktur Kimia Hemiselulosa ...........................................................3
Gambar 2.3 Struktur Kimia Komponen Penyusun Lignin ...................................4
Gambar 2.4 Skema Fraksionasi Biomassa ...........................................................6
Gambar 4.1 Yield Pulp Yang Diperoleh ............................................................. 10
Gambar 4.2 Perolehan Recovery Lignin ............................................................. 12

v
DAFTAR TABEL

Tabel 2.1 Komposisi Penyusun Ampas tebu ..................................................... 5


Tabel 4.1 Komposisi Selulosa, Hemiselulosa, Dan Lignin Pada Beberapa
Biomassa .............................................................................................9
Tabel 4.2 Perolehan Pulp ..................................................................................10
Tabel 4.3 Perolehan Lignin .............................................................................. 12

vi
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Pernyataan Masalah


Menipisnya cadangan bahan bakar fosil dan meningkatnya populasi
manusia sangat kontradiktif dengan kebutuhan energi bagi kelangsungan hidup
manusia beserta aktivitas ekonomi dan sosialnya. Biomassa merupakan bahan
organik hasil fotosintetik yang bisa dijadikan sebagai sumber energi alternatif
demi mencukupi kebutuhan energi dunia saat ini. Karena ketersediaan limbah
yang sangat banyak menyebabkan timbulnya permasalahan limbah biomassa tidak
termanfaatkan secara optimal.
Ketersediaan biomassa dialam sangat banyak, seperti limbah pertanian,
kayu keras, kayu lunak, dan lain-lain. Biomassa sering disebut sebagai bahan
berlignoselulosa dikarenakan biomassa memiliki komponen utama yaitu selulosa,
hemiselulosa dan lignin. Pemrosesan biomassa dengan metode fraksionasi
(pemilahan) telah menjadi salah satu alternatif yang menarik untuk
dikembangkan. Oleh karena itu, pada percobaan ini untuk memisahkan ketiga
komponen biomasssa menggunakan metode fraksionasi biomassa menggunakan
pelarut organik (organosolv) dengan tanpa banyak merusak ataupun
mengubahnya. Pelarut yang digunakan pada percobaan ini yaitu asam formiat.
Bahan baku yang digunakan pada percobaan ini yaitu ampas tebu. Ampas
tebu memiliki kandungan 50% selulosa, 25% hemiselulosa dan 25% lignin.
Diharapkan pada proses fraksionasi (pemilahan) selulosa, hemiselulosa dan lignin
berlangsung dengan baik, agar hasil yang didapatkan maksimal.

1.2 Tujuan Percobaan


Tujuan dari praktikum ini adalah:
1. Mempelajari pengaruh variabel waktu terhadap produk fraksionasi
biomassa.
2. Menghitung neraca massa, yield dan persentase recovery lignin pada
sistem fraksionasi biomassa.
3. Bekerja sama di dalam tim secara professional.

1
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Biomassa
Biomassa merupakan bahan-bahan organik dari jasad hidup berupa
limbah pertanian, tumbuh- tumbuhan, dan hewan. Penggunaan biomassa sebagai
energi alternatif sangat efektif sebagai pengganti energi fosil dalam rangka
menciptakan energi yang ramah lingkungan. Diantara sumber-sumber biomassa
terbarukan seperti kayu, non-kayu, rumput, pelepah sawit, pepohonan, ubi, limbah
pertanian, jerami gandum, ampas tebu, batang dan tongkol jagung adalah contoh
biomassa yang dapat diolah menjadi energi dan dapat menjadi obyek dari
penelitian yang penting agar dapat memenuhi kebutuhan manusia. Bahan
lignoselulosa merupakan biomassa yang berasal dari tanaman dengan
komponen utama lignin, selulosa, dan hemiselulosa.

2.1.1 Selulosa
Selulosa adalah komponen utama kayu, kira-kira 40 – 50 % kayu kering.
Sebagain besar selulosa terdapat pada dinding sel dan bagian-bagian berkayu dari
tumbuhan-tumbuhan. Selulosa merupakan homopolisakarida yang tersusun atas
unit-unit β-D-glukopiranosa yang terikat satu sama lain dengan ikatan-
ikatan β-(1,4)-glikosida, yang ditunjukkan oleh gambar 2.1. Selulosa merupakan
zat penyusun tanaman yang terdapat pada struktur sel (Tillman dkk, 1998).
Selulosa yaitu suatu polisakarida yang mempunyai formula umum seperti pati.
Selulosa juga merupakan polimer glukosa yang tidak bercabang. Bentuk polimer
ini memungkinkan selulosa saling menumpuk atau terikat menjadi bentuk serat
yang sangat kuat. Panjang molekul selulosa ditentukan oleh jumlah unit glucan di
dalam polimer, disebut dengan derajat polimerisasi. Derajat polimerisasi selulosa
tergantung pada jenis tanaman dan umumnya dalam kisaran 200– 27000 unit
glucan (Sa’adah, 2010).

2
Gambar 2.1 Struktur Kimia Selulosa (Ibrahim, 1998)

2.1.2 Hemiselulosa
Hemiselulosa termasuk dalam kelompok polisakarida heterogen yang
dibentuk melalui jalan biosintesis yang berbeda dari selulosa. Hemiselulosa
rantainya pendek dibandingkan selulosa dan merupakan polimer campuran
dari berbagai senyawa gula, seperti xilosa, arabinosa, dan galaktosa. Selulosa
alami umumnya kuat dan tidak mudah dihidrolisis karena rantai glukosanya
dilapisi oleh hemiselulosa dan di dalam jaringan kayu selulosa terbenam dalam
lignin membentuk bahan yang kita kenal sebagai lignoselulosa.
Hemiselulosa relatif mudah dihidrolisis oleh asam menjadi komponen-
komponen monomer hemiselulosa terdiri dari D-glukosa, D-manosa, D-galaktosa,
D-xilosa, L-arabinosa, dan sejumlah kecil L-ramnosa di samping menjadi asam
D-glukuronat, asam 4-O-metil-D-g lukuronat,dan asam D-galakturonat.
Kebanyakan hemiselulosa mempunyai derajat polimerisasi hanya 200 (Palonen,
2004). Hemiselulosa mempunyai rantai polimer yang pendek dan tak
berbentuk, oleh karena itu sebagian besar dapat larut dalam air. Rantai
utama dari hemiselulosa dapat berupa homopolimer (umumnya terdiri dari
satu jenis gula yang berulang) atau juga berupa heteropolimer (campurannya
beberapa jenis gula) (Ibrahim, 1998).

Gambar 2.2 Struktur Kimia Hemiselulosa (Ibrahim, 1998)

3
2.1.3 Lignin
Lignin adalah bagian utama dari dinding sel tanaman yang merupakan
polimer terbanyak setelah selulosa. Lignin yang merupakan polimer aromatik
berasosiasi dengan polisakarida pada dinding sel sekunder tanaman dan terdapat
sekitar 20-40%. Komponen lignin pada sel tanaman (monomer guasil dan
siringil) berpengaruh terhadap pelepasan dan hidrolisis polisakarida. Lignin
adalah bahan baku berbasis bio potensial yang tersedia dalam jumlah besar dari
proses pulp kayu. Lignin memiliki struktur molekul yang mencerminkan sifat dan
heterogenitasnya yang besar bahan baku lignin dapat mengganggu penerapannya
pada aplikasi lignin bernilai tinggi (Zhang dkk, 2010)

Gambar 2.3 Struktur Kimia Komponen Penyusun Lignin (steffen, 2003)

Lignin berfungsi sebagai pengikat matrik selulosa. Unit-unit pembentuk


lignin terdiri dari p-koumaril alkohol, koniferil alkohol, dan sinapil alkohol yang
merupakan senyawa induk pembentuk makromolekul lignin. Lignin sangat
resisten terhadap degradasi, baik secara biologi, enzimatis, maupun kimia. Karena
kandungan karbon yang relatif tinggi dibandingkan dengan selulosa dan
hemiselulosa, lignin memiliki kandungan energi yang tinggi (Sa’adah, 2010).

2.2 Ampas Tebu


Ampas Tebu (bagase) adalah limbah padat yang berasal dari industri
pengolahan tebu menjadi gula (ampas tebu). Ampas ini sebagian besar
mengandung bahan- bahan lignoselulosa. Bagas mengandung air 48-52%, gula
rata-rata 3,3% dan serat rata-rata 47,7%. Serat bagas tidak dapat larut dalam air
dan sebagian besar terdiri dari selulosa, hemiselulosa dan lignin (Pandey, 2000)
Menurut data FAO (Food and Agricultural Organization) tahun 2006
tentang negara-negara produsen tebu dunia, Indonesia menduduki peringkat ke-11
dengan produksi per tahun sekitar 25.500 juta ton, dimana 35% dari produksi
tersebut merupakan ampas tebu. Bagian lain dari tanaman seperti daunnya dapat

4
pula dimanfaatkan sebagai pakan ternak dan bahan baku pembuatan pupuk
hijau atau kompos. Ampas tebu digunakan oleh pabrik gula itu sendiri
untuk bahan bakar selain itu biasanya dipakai oleh industri pembuat kertas
sebagai campuran pembuat kertas. Adapun komponen penyusun ampas tebu
disebutkan pada tabel berikut:
Tabel 2.1 Komposisi penyusun ampas tebu
Penyusun lignoselulosa Komposisi %
Selulosa 50
Hemiselulosa 25
Lignin 25
Sumber : Cheung dan Anderson (1997)
Dari besarnya kadar sellulosa yang terdapat dalam ampas tebu tersebut,
maka dapat diambil suatu analisa bahwa ampas tebu dapat digunakan sebagai
bahan baku pembuatan pulp.

2.3 Proses Organosolv


Myerly dkk (1981) menyatakan bahwa pemanfaatan biomassa secara
efisien dapat dilakukan dengan menerapkan konsep biomass refining yaitu
pemrosesan dengan menggunakan pelarut organik (organosolv processes),
dengan cara melakukan fraksionasi biomasa menjadi komponen-komponen
utama penyusunnya : selulosa, hemiselulosa dan lignin, tanpa banyak merusak
ataupun mengubahnya. Proses pulping dengan menggunakan pelarut organik
seperti asam asetat, asam formiat, ester, etanol, metanol, aseton, fenol dan
kelompok kimia dengan atom C rendah sebagai pelarut. Pelarut organik yang
banyak dikembangkan para peneliti dalam proses organosolv adalah asam formiat.
Keunggulan digunakan asam formiat sebagai media pemroresan adalah memiliki
selektifitas yang tinggi terhadap proses delignifikasi, harga relatif murah,
dapat dilakukan pada suhu rendah dan tekanan atmosfir (Li dkk, 2012).
Kelebihan dari organosolv dibandingkan dengan proses konvensional adalah:
1. Tidak menyebabkan timbulnya pencemaran gas-gas berbau.
2. Pelarut organik yang sudah dipakai dapat digunakan kembali setelah
dilakukan pemurnian terlebih dahulu.
3. Proses dapat dilakukan dengan temperatur dan tekanan rendah.

5
Pelarut organik yang banyak telah dapat memisahkan secara selektif
selulosa, hemiselulosa dan lignin dari berbagai biomassa misalnya ampas tebu,
kayu lunak dan kayu keras. Pembuatan pulp dari ampas tebu akan dikatakan
berhasil baik apabila didapatkan pulp dengan kandungan lignin rendah dan
kandungan selulosa tinggi. Untuk menghasilkan pulp yang baik yang perlu
diperhatikan disamping tipe dan macam pelarut organik yang digunakan adalah,
delignifikasi berlangsung semaksimal mungkin serta menghindari terjadinya
reaksi-reaksi repolimerisasi lignin yang telah larut. Degradasi polisakarida
dijaga agar hanya terjadi pada hemiselulosa dan tidak sampai terjadi pada
selulosa.

2.4 Fraksionasi Biomassa


Fraksionasi biomassa merupakan proses pemilahan biomassa menjadi
komponen utama penyusunnya, yaitu selulosa, hemiselulosa dan lignin.
Komponen tersebut dapat dikonversi menjadi berbagai produk seperti pulp,
perekat, bahan kimia dan bahan peledak (Dapia dkk, 2002). Fraksionasi
biomassa menggunakan pelarut organik banyak dikembangkan, karena lebih
murah dan relatif ramah lingkungan. Pelarutnya bisa di recorvery serta cocok
untuk proses skala tengah. Fraksionasi biomassa dengan pelarut organik juga
dikenal dengan organosolv proses yang menggunakan pelarut seperti alkohol,
asam organik, ester, fenol dan keton (Johannson dkk, 1987).
Pada proses fraksionasi biomassa dengan pelarut organik, proses penyisihan
lignin (delignifikasi) dan proses hidrolisis polisakarida (terutama pada
hemiselulosa) bisa terjadi secara serempak dalam suatu tahap proses. Secara
umum skema proses fraksionasi biomassa menggunakan pelarut organik dapat
dilihat pada gambar 2.2 berikut ini.

Gambar 2.4. Skema Fraksionasi Biomassa (Sumber: Tim Penyusun, 2018)

6
BAB III
METODOLOGI PERCOBAAN

3.1 Alat yang digunakan


Sebagai wadah untuk tempat pemasakan digunakan erlenmeyer 1000 ml
dilengkapi dengan kondensor sebagai pendingin yang digantikan dengan
erlenmeyer dibuat dalam keadaan terbalik. Electric hot plate digunakan sebagai
sumber pemanas. Pada percobaan recovery lignin digunakan alat sentrifugasi.
Peralatan lain adalah gelas ukur 10 ml dan 200 ml, pipet tetes, kertas saring, kain
kasa dan gelas piala 1000 ml dan 250 ml.

3.2 Bahan yang digunakan


Pada proses pemasakan bahan baku yang digunakan adalah ampas tebu
sebanyak 30 gram. Pada recovery lignin black liguid hasil penyaringan pada
proses pemasakan bahan baku. Bahan kimia yang digunakan adalah asam formiat
98% dengan katalis HCl 32% cairan untuk pencuci digunakan akuades.

3.3 Variabel percobaan


Pemasakan dioperasikan dengan variasi waktu 60 menit, 120 menit dan
180 menit. Setelah waktu operasi tercapai, pemanasan dihentikan dan reaktor
didinginkan.

3.4 Prosedur percobaan


3.4.1 Pemrosesan bahan baku
Sebelum melakukan percobaan ampas tebu dipotong dengan ukuran ± 2
cm. Selanjutnya potongan ampas tebu dikeringkan dengan cara sinar matahari dan
ditimbang sebanyak 3 gram.

3.4.2 Menghitung kadar air bahan baku


Ampas tebu ditimbang sebanyak 10 gram, kemudian dipanaskan
menggunakan oven sampai berat bahan baku konstan setelah itu bahan baku
ditimbang kembali dan dihitung kadar airnya.

7
3.4.3 Pemasakan
Ampas tebu sebnayak 30 gram yang telah diketahui kadar airnya dan
dirajang berukuran kecil dimasukkan ke dalam erlenmeyer. Setelah itu cairan
pemasak dimasukkan dengan komposisi yang telah dihitung sesuai dengan
kondisi proses. Pada percobaan pertama dilakukan dengan perbandingan 1 : 12,
yaitu asam formiat sebanyak 232,38 ml. Biomassa dan asam formiat dimasukkan
ke dalam erlenmeyer sesuai perthitungan. Kondensor refluks dipasang sebagai
penutup reaktor dan sirkulasi air pendingin dialirkan. Kemudian pemanas
dihidupkan setelah cairan mendidih(menghasilkan refluks), katalis berupa HCl
sebesar 18,24 ml dimasukkan kedalam reaktor melalui bagian dan waktu dicatat
sebagai awal pemasakan setelah 60 menit, pemanas dimatikan dan didinginkan
reaktor.
Setelah reaktor didinginkan, sirkulasi air pendingin dimatikan dan
kondensor dilepaskan dari reaktor hasil dari faksionasi biomassa disaring dengan
menggunakan kain kasa sedangkan cairan black liquor di tampung didalam botol.
Setelah itu, padatan di cuci dengan akuades dan di saring kembali sampai cairan
turun. Selanjutnya dicuci dengan akuades samapai bersih, kemudian padatan
dikeringkan di udara terbuka selama 24 jam. Setelah percobaan pertama selesai,
dilanjutkan dengan percobaan kedua dan ketiga dengan variasu waktu 2 jam dan 3
jam dengan perbandingan sama, setelah itu dioven sampai berat ketiga sampel
konstan dan kadar air serta selulosanya dapat diukur perhitungan pengolahan pulp
(selulosa):
erat pulp kering
Perolehan pulp = 100
erat iomassa kering

3.4.4 Recovery lignin


Untuk recovery lignin, black liquor hasil ketiga run masing- masing
dimasukkan di sentrifugasi dengan kecepatan 2000 rpm selama 10 menit. Setelah
selesai, campuran difitrasi menggunakan kertas saring. Padatan diperoleh
dikeringkan dalam oven sampai beratnya konstan dan diperoleh berat lignin yang
di recovery dari sampel black liquor. Perhitungan perolehan lignin :
. lack liquor
erat lignin sampel
. sampel
Perolehan lignin = 100
erat lignin dalam ahan aku

8
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Pemrosesan Bahan Baku


Bahan baku biomassa yang digunakan didalam praktikum adalah ampas
tebu. Ampas tebu memiliki serat yang hampir sama dengan batang kayu, dimana
komposisi selulosa yang cukup tinggi. Berdasarkan analisis kimia komposisi
ampas tebu disajikan pada tabel dibawah ini:
Tabel 4.1 Komposisi selulosa, hemiselulosa dan lignin pada beberapa biomassa
Jenis Limbah Selulosa (%) Hemiselulosa (%) Lignin (%)
Batang kayu daun lebar 40-55 24-40 18-25
Batang kayu daun jarum 45-50 25-35 25-35
Tongkol jagung 45 35 15
Ampas tebu 50 25 25
Tandan kosong sawit 41,30-46,50 25,30-33,80 27,60-23,50
(Sumber: Hermiati et al., 2010)
Berdasarkan tabel diatas, maka ampas tebu dikatakan baik untuk dijadikan
bahan fraksionasi biomassa. Sebelum tahapan fraksionasi maka ampas tebu yang
telah dikumpulan dan peroleh dipisahkan dari pengotor berupa pasir untuk
selanjutnya dipotong menjadi berukuran kecil dengan tujuan untuk mempermudah
proses penghalusan bahan baku yang nantinya akan diukur kadar airnya.
Disamping itu terdapat tujuan lain yakni untuk memperluas bidang kontak
biomassa dengan pelarut pada proses fraksionasi. Bahan baku yang nantinya
dapat digunakan dalam fraksionasi harus memiliki kadar air < 10 %.
Beradasarkan hasil yang diperoleh yaitu sebesar 3,5 % maka bahan baku
layak untuk melewati proses fraksionasi. Jika kadar air > 10 % maka hal ini
mempersulit pemisahan komponen utama biomassa yaitu selulosa, hemiselulosa
dan lignin.

4.2 Proses Fraksionasi


Fraksionasi biomassa digunakan untuk memilah komponen penyusun
utama berupa selulosa, hemiselulosa dan lignin. Organosolv termasuk kedalam
salah satu Proses fraksionasi biomassa dengan memanfaatkan pelarut organik
sebagai media pemrosesannya. Pada praktikum ini digunakan asam formiat. Asam
formiat mempunyai beberapa keunggulan yaitu memiliki selektifitas yang tinggi

9
terhadap proses delignifikasi, harga yang relatif murah serta dapat dilakukan pada
suhu relatif rendah dan tekanan atmosfer. Asam formiat juga dapat digunakan
sebagai pelarut berbagai jenis biomassa seperti limbah pertanian, perkebunan
serta rumpu-rumputan, (Oktarizona et al., 2016).
Pada fraksionasi ini digunakan perbandingan bahan baku dan larutan
pemasak 1:12 dengan jumlah bahan baku ampas tebu 30 gram, asam formiat 98
% 232,45 ml, HCl 32 % 1,737 ml dan akuades 61 ml. HCl digunakan sebagai
katalis dengan tujuan untuk menurunkan suhu pemasakan, sebab proses
fraksionasi menggunakan pelarut organic bisanya akan berlangsung dalam suhu
yang tinggi untuk terjadinya proses delignifikasi.
Pada percobaan ini, variasi kondisi operasi terletak pada lamanya proses
pemasakan. Proses pemasakan dilakukan untuk memisahkan lignin serta
hidrolisis polisakarida tetapi tidak menghilangkan selulosa. Kualitas pulp yang
diperoleh pada percobaan ini ditampilkan pada tabel dibawah ini:
Tabel 4.2 Perolehan pulp
Waktu Pemasakan Berat pulp kering Yield
Run
(jam) (gram) (%)
I 1 15,12 50,4
II 2 16,45 54,83
III 3 17,28 57,6

Berdasarkan tabel diatas terlihat bahwa pulp yang diperoleh mengalami


peningkatan beriringan dengan semakin lamanya waktu pemasakan. Persentase
ini akan lebih terlihat berdasarkan grafik dibawah ini:

Gambar 4.1 Yield pulp yang diperoleh

10
Yield terendah dengan nilai 50,4 % diberlangsungkan dengan waktu pemasakan
selama 1 jam. Sedangkan yield tertinggi dengan waktu pemasakan 3 jam senilai
57 %. Menurut (Oktarizona et al., 2016) bahwa semakin pekat asam formiat akan
berdampak pada penurunan yield pulp. Hal ini disebabkan karena hilangnya zat
ekstraktif, delignifikasi dan hidrolisis polisakarida.
Dari kondisi operasi yang dilakukan hal yang paling tampak adalah
pengaruh dari waktu pemasakan menggunakan asam formiat yang cukup pekat
yakni sebesar 80 %. Pada prosesnya pemasakan bahan baku ampas tebu dengan
waktu yang lama bertujuan untuk mendegradasi lignin. Hal inilah yang mendasari
proses delignifikasi atau proses memisahkan lignin dari pulp. Semakin lama
pemasakan tentu akan semakin banyak ikatan lignin yang dipecah. Ikatan tersebut
adalah ikatan -aril eter yang merupakan pengikat rantai rantai polimer lignin
pada makromolekul ligoselulosa.
Maka dari hal-hal tersebut seharusnya yield pulp yang diperoleh tidak
mengalami kenaikan sebab sudah semakin banyak lignin yang dipisahkan.
Namun, kenaikan jumlah persentase yield pulp dari waktu pemasakan 1 jam, 2
jam, hingga 3 jam bisa disebabkan karena lignin yang seharusnya terpisah dan
bercampur dengan larutan pemasak, justru kembali dengan cara polimerisasi
lignin karena pengaruh dari asam formiat yang berkonsentrasi tinggi sehingga
yield pulp lebih tinggi dibandingkan dengan pulp secara teoritis yaitu lebih dari 50
%.
Sedangkan menurut (Zulfansyah et al.,2011), Meningkatnya kadar lignin
dalam pulp pada sebagian kondisi proses disebabkan oleh faktor pemasakan
lainnya yaitu degradasi olisakarida. Sesuai dengan penelitian yang dilakukan
bahwa Kadar lignin akan menurun dengan bertambahnya waktu pemasakan dari 1
menjadi 2 jam, tetapi meningkat kembali jika waktu pemasakan ditambah menjadi
3 jam. Sehingga hal inilah yang menyebabkan kadar lignin didalam pulp
meningkat. Oleh karena itu, dapat diketahui bahwa waktu optimum pemasakan
untuk memisahkan lignin dari pulp adalah selama 1 jam. Hal ini didasarkan pada
teori bahwa yield yang ideal untuk pembuatan pulp adalah sebanding dengan
kadar selulosa bahan baku.

11
4.3 Recovery Lignin
Recovery lignin dilakukan dengan menggunakan larutan black liquor yang
merupakan filtrat hasil pemerasan ampas tebu yang dimasak dengan larutan
pemasak. Untuk memeperoleh lignin maka black liquor dicampur akuades dengan
perbandingan 1:2,5. Akuades digunakan sebab lignin tidak dapat larut didalam air.
Hal ini bertujuan untuk memepermudah pemisahan lignin dari larutan pemasak.
Selanjutnya lignin di sentrifuge dengan kecepatan 2000 Rpm supaya terbentuk
endapan lignin yang lebih cepat. Hasil yang diperoleh dari recovery lignin
diperlihatkan pada tabel berikut ini:
Tabel 4.3 Perolehan lignin
Waktu Pemasakan Berat Lignin Kering Yield
Run
(jam) (gram) (%)
I 1 0,715 22,86
II 2 0,755 20,95
III 3 0,795 18,09

Dari tabel diatas dapat dilihat bahwa kadar lignin yang diperoleh dari
larutan black liquor mengalami penurunan sejalan dengan lamanya waktu
pemasakan. Dibawah ini akan ditampilkan grafik yang menggambarkan hubungan
antara waktu pemasakan dengan yield lignin.

25,00%

20,00%

15,00%
Yield

10,00%

5,00%

0,00%
1 jam 2 jam 3 jam
Waktu Pemasakan

Gambar 4.2 Perolehan recovery lignin


Berdasarkan grafik maka dapat diketahui bahwa lamanya proses
pemasakan serta penggunaan asam formiat yang cukup tinggi berpengaruh
terhadap yield lignin yang diperoleh. Semakin lama waktu reaksi maka semakin
banyak lignin yang tersisihkan disamping terjadinya penyusunan kembali lignin
yang disebut sebagai polimerisasi. Sehingga kadar lignin yang diperoleh didalam

12
black liquor semakin sedikit. Yield lignin yang mendekati kadar lignin secara
teoritis senilai 25 % yaitu 22, 86 % terjadi pada waktu pemasakan 1 jam yang
merupakan kondisi optimum untuk memperoleh yield lignin tertinggi.

13
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan
Dari percobaan yang telah dilakukan, dapat diketahui bahwa penggunaan
asam formiat dengan konsentrasi tinggi dan dilakukan dalam waktu pemasakan
yang lama akan berpengaruh terhadap perolehan yield pulp dan lignin. Yield pulp
dan lignin terbaik diperoleh dengan lama pemasakan selama 1 jam dengan
persentase 50,4 % dan 22,86 %.

5.2 Saran
Praktikum harus dilakukan dengan hati-hati mengingat bahwa asam
formiat yang digunakan berkonsentrasi tinggi serta ketelitian dalam menghitung
neraca massa dan dalam proses pengukuran berat maupun volume

14
DAFTAR PUSTAKA

Dapia, S., Santos, V dan Parajo, J.C., 2002, Study of Formic Acid as an Agent for
Biomass Fractionation. Biomass and Energy. 22: 213-221
FAO., 2006, Mayor Food And Agricultural Commodities And Procedures: Sugar
Cane 2006. Dilihat 3 Oktober 2018, http://www.fao.org/es/ess/
top/commodity.html, (Diakses tanggal 2 oktober 2018)
Ibrahim, M., 1998, Clean Fractionation of Biomass - Steam Explosion and
Extraction. Faculty of The Virginia Polytechnic Institute and State
University
Johansson, A., O. Aaltonen, P. Ylinen. 1987, Organosolv pulping : Method and
pulping properties. Biomass. 13: 45-46
Li, T., P. Yang, A. Zhang, X. Zou, L. Peng. R. Wanmg. J. Yang, and Y.Qi Y.,
2012, Differential responses of the diazotrophiccommunityt to aluminium-
tolerant and aluminium-sensitivesoybean genotypes in acidic soil.
European Journal of SoilBiology. 53:76-85
Myerly, R.C, M.D. Nicholson. R. Katzen, JM. Taylor., 1981, The Forest Refinery.
Chemtech. March : 186 – 192
Oktarizona, S., Zulfansyah, dan Helwani, Z., 2016, Pengaruh Kondisi Proses
Terhadap Yield dan Kadar Lignin Pulp Pada Fraksionasi Rumput Perimping
dalam Media Asam Formiat., Jom FTeknik., Vol. 3:1-5
Palonen, H., 2004, Role Of Lignin In The Enzymatic Hydrolysis Of
Lignocellulose VTT Biotechnology. Helsinki University of Technology,
Finland
Pandey, A., C.R. Soccol, P. Nigam, and V.T Soccol., 2000, Biotechnological
potential ofagro-industrial residues. I: Sugarcane bagasse.Bioresour.
Technol. 74: 69–80
Steffen, K.T., 2003, Degradation of recalcitrant biopolymers and polycyclic
aromatic hydrocarbons by litter-decomposing basidiomycetous fungi.
[disertasi]. Helsinki: Division of Microbiology Department of Applied
Chemistry and Microbiology Viikki Biocenter, University of Helsinki

15
Tillman, A. D., H. Hartadi, S. Reksohadiprodjo, S. Prawiro Kusuma, dan S.
Lebdosoekoekojo., 1998, Ilmu Makanan Ternak Dasar. Gadjah Mada
University Press,Yogyakarta
Tim Penyusun., 2018, Penuntun Praktikum Laboratorium Teknik Kimia 1.
Universitas Riau,Pekanbaru
Zhang, M., Qi, W., Liu, R., Wu, S dan He, Z., 2010, Fractionating Lignocellulose
by Formic Acid: Characterization of Major Components. Biomass and
Bioenergy. 34: 525-532
Zulfansyah, Fermi. I. M, Amraini. Z. S, Rionaldo. H, Utami. S. M., 2011,
Pengaruh Kondisi Proses Terhadap Yield dan Kadar Lignin Pulp dari
Pelepah Sawit dengan Proses Asam Formiat, Jurnal Rekayasa Kimia dan
Lingkungan Vol. 9, No. 1

16
LAMPIRAN A

PERHITUNGAN

A.1 Perhitungan Kadar Air Biomassa

Massa Sampel = 2 gram

Berat Kering Sampel = 1,93 gram

assa Sampel- assa ering Sampel


( )
assa Sampel

A.2 Perhitungan Neraca Massa Biomassa

Asam Formiat = 98%

HCl = 32%

Berat Bahan Baku = 30 gram

Ratio Biomassa: larutan pemasak = 1:12

Berat Kering Bahan Baku = 30 gram – (30 gram x 0,035) = 28,95 gram

Xair= 0,035 Xair= 0,68

F2 As. Formiat 98% F5

Gambar A.1 Neraca Massa

17
Neraca Massa Total

Ratio biomassa: larutan pemasak= 1:12

Maka, berat larutan pemasak

Komposisi Larutan

- Asam Formiat 98%


Jumlah asam formiat yang dibutuhkan (80%) = x 347,4 gram
=283,59 gram

Volume asam formiat yang dibutuhkan 232,45 ml

- HCl (32%)
Jumlah HCl yang diperluka 2% dari biomassa = gram =0,579
gram

% HCl dalam larutan pemasak = x 100%


= 0,16%

Jumlah HCl yang dibutuhkan 0,16% = x 347,4 gram


= 1,737 gram

Volume HCl yang dibutuhkan = = 1,46 ml

- Air
Komposisi Air : 100- (80+0,16) = 19,84%

Neraca massa komponen air:

gram

18
Volume Air yang dibutuhkan = = 61,0228 ml

A.3 Perolehan Pulp dan Lignin

a.Perolehan Pulp

Run I

Berat pulp kering = 15,12 gram

Perolehan Pulp = x 100% = 50,4%

Run II

Berat pulp kering = 16,45 gram

Perolehan Pulp = x 100% = 54,83%

Run III

Berat pulp kering = 17,28 gram

Perolehan Pulp = x100% = 57,6%

b. Perolehan Black Liquor

Run Volume Black Liquor (ml) Waktu (menit)


1 240 60
2 220 120
3 190 180

c.Perolehan Lignin

Berat lignin sampel = 0,25 x 30 gram = 7,5 gram

Kecepatan sentrifuge= 2000 rpm

Nisbah = 1: 2,5

19
- Run I
Berat kertas saring = 0,69 gram
Berat lignin sampel = 0,715 gram

240ml
(0,715-0,6 )gram ( )
3,5 ml
Perolehan lignin = x 100%
7,5 gram
Perolehan lignin = 22,86%

- Run II
Berat kertas saring = 0,73 gram
Berat lignin sampel = 0,755 gram

220ml
(0,755-0,73)gram ( )
3,5 ml
Perolehan lignin = x 100%
7,5 gram
Perolehan lignin = 20,95%

- Run III
Berat kertas saring = 0,77 gram
Berat lignin sampel = 0,795 gram

1 0ml
(0,7 5-0,77)gram ( )
3,5 ml
Perolehan lignin = x 100%
7,5 gram
Perolehan lignin = 18,09%

20
LAMPIRAN B
DOKUMENTASI

Gambar B.1 Bahan Baku Gambar B.2 Proses Pemasakan


Bahan Baku

Gambar B.3 Hasil sentrifuge Gambar B.4 Perolehan black


black liquor liquor dan Pulp

21

You might also like