Professional Documents
Culture Documents
FRAKSIONASI BIOMASSA
Disusun oleh :
Fanesa (1607112211)
i
Lembar Pengesahan Laporan Praktikum Laboratorium Teknik Kimia I
Fraksionasi Biomassa
Kelompok VI:
Afri Riandra (1607112214)
Fanesa (1607112211)
Fransisca Kristin (1607112226)
Muhammad Alfi Syahri (1607112225)
Revika Wulandari (1607112215)
3.
Catatan Tambahan:
DosenPengampu
ii
ABSTRAK
Fraksionasi biomassa merupakan proses pemilahan biomassa menjadi komponen
utama penyusunnya yaitu, selulosa, hemiselulosa, dan lignin. Komponen tersebut
dapat di konversi menjadi berbagai macam produk seperti pull, bahan kimia,
perekat, bahan peledak dan produk lainnya. Tujuan dari percobaan ini adalah
menjelaskan pengaruh variable terhadap produk fraksionasi biomassa,
menghitung neraca massa pada sistem fraksionasi biomassa, menghitung yield
pada sistem fraksionasi biomassa dan juga menghitung persentase komponen-
komponen utama biomassa. Pada percobaan ini, bahan baku yang di gunakan
adalah ampas tebu, dengan pelarut asam formiat dan HCl sebagai katalisnya.
Dengan perbandingan bahan baku dengan pelarut adalah 1:12, dengan
memvariasikan waktu yaitu variable berubah setiap satu waktu (1 jam, 2 jam, 3
jam). Dari percobaan ini di peroleh persentase pulp pada run I adalah 50,4%,
pada run II adalah 54,83%, dan pada run III adalah 57,6%. Sedangkan
persentase lignin yang di dapat pada run I adalah 22,86%, pada run II adalah
20,95%, dan pada run II adalah18,09%. Dari hasil percobaan ini di peroleh
kesimpulan bahawa semakin lama waktu pemasakan maka persentase pulp akan
meningkat, dan sedangkan persentase lignin akan menurun.
iii
DAFTAR ISI
LEMBAR PENGESAHAN ............................................................................ ii
ABSTRAK ....................................................................................................... iii
DAFTAR ISI .................................................................................................... iv
DAFTAR GAMBAR ........................................................................................v
DAFTAR TABEL............................................................................................ vi
BAB 1 PENDAHULUAN
1.1 Pernyataan Masalah .....................................................................................1
1.2 Tujuan ..........................................................................................................1
BAB II TINJAUAN PUASTAKA
2.1 Biomassa ......................................................................................................2
2.1.1 Selulosa ...............................................................................................2
2.1.2 Hemiselulosa .......................................................................................3
2.1.3 Lignin ..................................................................................................4
2.2 Ampas Tebu .................................................................................................4
2.3 Proses Organosolv........................................................................................5
2.4 Fraksionasi Biomassa ...................................................................................6
BAB III METODOLOGI PERCOBAAN
3.1 Alat yang Digunakan....................................................................................7
3.2 Bahan Yang Digunakan ...............................................................................7
3.3 Variabel Percobaan ......................................................................................7
3.4 Prosedur Percobaan ......................................................................................7
3.4.1 Pemrosesan Bahan Baku ........................................................................7
3.4.2 Menghitung Kadar Air Bahan Baku ......................................................7
3.4.3 Pemasakan ..............................................................................................8
3.4.4 Recovery Lignin .....................................................................................8
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Pemrosesan Bahan Baku ..............................................................................9
4.2 Proses Fraksionasi Biomassa .......................................................................9
4.3 Recovery Lignin ..........................................................................................12
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN
5.1 Kesimpulan .................................................................................................14
5.2 Saran............................................................................................................14
DAFTAR PUSTAKA ......................................................................................15
LAMPIRAN A : PERHITUNGAN................................................................17
LAMPIRAN B : DOKUMENTASI ...............................................................21
iv
DAFTAR GAMBAR
v
DAFTAR TABEL
vi
BAB I
PENDAHULUAN
1
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Biomassa
Biomassa merupakan bahan-bahan organik dari jasad hidup berupa
limbah pertanian, tumbuh- tumbuhan, dan hewan. Penggunaan biomassa sebagai
energi alternatif sangat efektif sebagai pengganti energi fosil dalam rangka
menciptakan energi yang ramah lingkungan. Diantara sumber-sumber biomassa
terbarukan seperti kayu, non-kayu, rumput, pelepah sawit, pepohonan, ubi, limbah
pertanian, jerami gandum, ampas tebu, batang dan tongkol jagung adalah contoh
biomassa yang dapat diolah menjadi energi dan dapat menjadi obyek dari
penelitian yang penting agar dapat memenuhi kebutuhan manusia. Bahan
lignoselulosa merupakan biomassa yang berasal dari tanaman dengan
komponen utama lignin, selulosa, dan hemiselulosa.
2.1.1 Selulosa
Selulosa adalah komponen utama kayu, kira-kira 40 – 50 % kayu kering.
Sebagain besar selulosa terdapat pada dinding sel dan bagian-bagian berkayu dari
tumbuhan-tumbuhan. Selulosa merupakan homopolisakarida yang tersusun atas
unit-unit β-D-glukopiranosa yang terikat satu sama lain dengan ikatan-
ikatan β-(1,4)-glikosida, yang ditunjukkan oleh gambar 2.1. Selulosa merupakan
zat penyusun tanaman yang terdapat pada struktur sel (Tillman dkk, 1998).
Selulosa yaitu suatu polisakarida yang mempunyai formula umum seperti pati.
Selulosa juga merupakan polimer glukosa yang tidak bercabang. Bentuk polimer
ini memungkinkan selulosa saling menumpuk atau terikat menjadi bentuk serat
yang sangat kuat. Panjang molekul selulosa ditentukan oleh jumlah unit glucan di
dalam polimer, disebut dengan derajat polimerisasi. Derajat polimerisasi selulosa
tergantung pada jenis tanaman dan umumnya dalam kisaran 200– 27000 unit
glucan (Sa’adah, 2010).
2
Gambar 2.1 Struktur Kimia Selulosa (Ibrahim, 1998)
2.1.2 Hemiselulosa
Hemiselulosa termasuk dalam kelompok polisakarida heterogen yang
dibentuk melalui jalan biosintesis yang berbeda dari selulosa. Hemiselulosa
rantainya pendek dibandingkan selulosa dan merupakan polimer campuran
dari berbagai senyawa gula, seperti xilosa, arabinosa, dan galaktosa. Selulosa
alami umumnya kuat dan tidak mudah dihidrolisis karena rantai glukosanya
dilapisi oleh hemiselulosa dan di dalam jaringan kayu selulosa terbenam dalam
lignin membentuk bahan yang kita kenal sebagai lignoselulosa.
Hemiselulosa relatif mudah dihidrolisis oleh asam menjadi komponen-
komponen monomer hemiselulosa terdiri dari D-glukosa, D-manosa, D-galaktosa,
D-xilosa, L-arabinosa, dan sejumlah kecil L-ramnosa di samping menjadi asam
D-glukuronat, asam 4-O-metil-D-g lukuronat,dan asam D-galakturonat.
Kebanyakan hemiselulosa mempunyai derajat polimerisasi hanya 200 (Palonen,
2004). Hemiselulosa mempunyai rantai polimer yang pendek dan tak
berbentuk, oleh karena itu sebagian besar dapat larut dalam air. Rantai
utama dari hemiselulosa dapat berupa homopolimer (umumnya terdiri dari
satu jenis gula yang berulang) atau juga berupa heteropolimer (campurannya
beberapa jenis gula) (Ibrahim, 1998).
3
2.1.3 Lignin
Lignin adalah bagian utama dari dinding sel tanaman yang merupakan
polimer terbanyak setelah selulosa. Lignin yang merupakan polimer aromatik
berasosiasi dengan polisakarida pada dinding sel sekunder tanaman dan terdapat
sekitar 20-40%. Komponen lignin pada sel tanaman (monomer guasil dan
siringil) berpengaruh terhadap pelepasan dan hidrolisis polisakarida. Lignin
adalah bahan baku berbasis bio potensial yang tersedia dalam jumlah besar dari
proses pulp kayu. Lignin memiliki struktur molekul yang mencerminkan sifat dan
heterogenitasnya yang besar bahan baku lignin dapat mengganggu penerapannya
pada aplikasi lignin bernilai tinggi (Zhang dkk, 2010)
4
pula dimanfaatkan sebagai pakan ternak dan bahan baku pembuatan pupuk
hijau atau kompos. Ampas tebu digunakan oleh pabrik gula itu sendiri
untuk bahan bakar selain itu biasanya dipakai oleh industri pembuat kertas
sebagai campuran pembuat kertas. Adapun komponen penyusun ampas tebu
disebutkan pada tabel berikut:
Tabel 2.1 Komposisi penyusun ampas tebu
Penyusun lignoselulosa Komposisi %
Selulosa 50
Hemiselulosa 25
Lignin 25
Sumber : Cheung dan Anderson (1997)
Dari besarnya kadar sellulosa yang terdapat dalam ampas tebu tersebut,
maka dapat diambil suatu analisa bahwa ampas tebu dapat digunakan sebagai
bahan baku pembuatan pulp.
5
Pelarut organik yang banyak telah dapat memisahkan secara selektif
selulosa, hemiselulosa dan lignin dari berbagai biomassa misalnya ampas tebu,
kayu lunak dan kayu keras. Pembuatan pulp dari ampas tebu akan dikatakan
berhasil baik apabila didapatkan pulp dengan kandungan lignin rendah dan
kandungan selulosa tinggi. Untuk menghasilkan pulp yang baik yang perlu
diperhatikan disamping tipe dan macam pelarut organik yang digunakan adalah,
delignifikasi berlangsung semaksimal mungkin serta menghindari terjadinya
reaksi-reaksi repolimerisasi lignin yang telah larut. Degradasi polisakarida
dijaga agar hanya terjadi pada hemiselulosa dan tidak sampai terjadi pada
selulosa.
6
BAB III
METODOLOGI PERCOBAAN
7
3.4.3 Pemasakan
Ampas tebu sebnayak 30 gram yang telah diketahui kadar airnya dan
dirajang berukuran kecil dimasukkan ke dalam erlenmeyer. Setelah itu cairan
pemasak dimasukkan dengan komposisi yang telah dihitung sesuai dengan
kondisi proses. Pada percobaan pertama dilakukan dengan perbandingan 1 : 12,
yaitu asam formiat sebanyak 232,38 ml. Biomassa dan asam formiat dimasukkan
ke dalam erlenmeyer sesuai perthitungan. Kondensor refluks dipasang sebagai
penutup reaktor dan sirkulasi air pendingin dialirkan. Kemudian pemanas
dihidupkan setelah cairan mendidih(menghasilkan refluks), katalis berupa HCl
sebesar 18,24 ml dimasukkan kedalam reaktor melalui bagian dan waktu dicatat
sebagai awal pemasakan setelah 60 menit, pemanas dimatikan dan didinginkan
reaktor.
Setelah reaktor didinginkan, sirkulasi air pendingin dimatikan dan
kondensor dilepaskan dari reaktor hasil dari faksionasi biomassa disaring dengan
menggunakan kain kasa sedangkan cairan black liquor di tampung didalam botol.
Setelah itu, padatan di cuci dengan akuades dan di saring kembali sampai cairan
turun. Selanjutnya dicuci dengan akuades samapai bersih, kemudian padatan
dikeringkan di udara terbuka selama 24 jam. Setelah percobaan pertama selesai,
dilanjutkan dengan percobaan kedua dan ketiga dengan variasu waktu 2 jam dan 3
jam dengan perbandingan sama, setelah itu dioven sampai berat ketiga sampel
konstan dan kadar air serta selulosanya dapat diukur perhitungan pengolahan pulp
(selulosa):
erat pulp kering
Perolehan pulp = 100
erat iomassa kering
8
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
9
terhadap proses delignifikasi, harga yang relatif murah serta dapat dilakukan pada
suhu relatif rendah dan tekanan atmosfer. Asam formiat juga dapat digunakan
sebagai pelarut berbagai jenis biomassa seperti limbah pertanian, perkebunan
serta rumpu-rumputan, (Oktarizona et al., 2016).
Pada fraksionasi ini digunakan perbandingan bahan baku dan larutan
pemasak 1:12 dengan jumlah bahan baku ampas tebu 30 gram, asam formiat 98
% 232,45 ml, HCl 32 % 1,737 ml dan akuades 61 ml. HCl digunakan sebagai
katalis dengan tujuan untuk menurunkan suhu pemasakan, sebab proses
fraksionasi menggunakan pelarut organic bisanya akan berlangsung dalam suhu
yang tinggi untuk terjadinya proses delignifikasi.
Pada percobaan ini, variasi kondisi operasi terletak pada lamanya proses
pemasakan. Proses pemasakan dilakukan untuk memisahkan lignin serta
hidrolisis polisakarida tetapi tidak menghilangkan selulosa. Kualitas pulp yang
diperoleh pada percobaan ini ditampilkan pada tabel dibawah ini:
Tabel 4.2 Perolehan pulp
Waktu Pemasakan Berat pulp kering Yield
Run
(jam) (gram) (%)
I 1 15,12 50,4
II 2 16,45 54,83
III 3 17,28 57,6
10
Yield terendah dengan nilai 50,4 % diberlangsungkan dengan waktu pemasakan
selama 1 jam. Sedangkan yield tertinggi dengan waktu pemasakan 3 jam senilai
57 %. Menurut (Oktarizona et al., 2016) bahwa semakin pekat asam formiat akan
berdampak pada penurunan yield pulp. Hal ini disebabkan karena hilangnya zat
ekstraktif, delignifikasi dan hidrolisis polisakarida.
Dari kondisi operasi yang dilakukan hal yang paling tampak adalah
pengaruh dari waktu pemasakan menggunakan asam formiat yang cukup pekat
yakni sebesar 80 %. Pada prosesnya pemasakan bahan baku ampas tebu dengan
waktu yang lama bertujuan untuk mendegradasi lignin. Hal inilah yang mendasari
proses delignifikasi atau proses memisahkan lignin dari pulp. Semakin lama
pemasakan tentu akan semakin banyak ikatan lignin yang dipecah. Ikatan tersebut
adalah ikatan -aril eter yang merupakan pengikat rantai rantai polimer lignin
pada makromolekul ligoselulosa.
Maka dari hal-hal tersebut seharusnya yield pulp yang diperoleh tidak
mengalami kenaikan sebab sudah semakin banyak lignin yang dipisahkan.
Namun, kenaikan jumlah persentase yield pulp dari waktu pemasakan 1 jam, 2
jam, hingga 3 jam bisa disebabkan karena lignin yang seharusnya terpisah dan
bercampur dengan larutan pemasak, justru kembali dengan cara polimerisasi
lignin karena pengaruh dari asam formiat yang berkonsentrasi tinggi sehingga
yield pulp lebih tinggi dibandingkan dengan pulp secara teoritis yaitu lebih dari 50
%.
Sedangkan menurut (Zulfansyah et al.,2011), Meningkatnya kadar lignin
dalam pulp pada sebagian kondisi proses disebabkan oleh faktor pemasakan
lainnya yaitu degradasi olisakarida. Sesuai dengan penelitian yang dilakukan
bahwa Kadar lignin akan menurun dengan bertambahnya waktu pemasakan dari 1
menjadi 2 jam, tetapi meningkat kembali jika waktu pemasakan ditambah menjadi
3 jam. Sehingga hal inilah yang menyebabkan kadar lignin didalam pulp
meningkat. Oleh karena itu, dapat diketahui bahwa waktu optimum pemasakan
untuk memisahkan lignin dari pulp adalah selama 1 jam. Hal ini didasarkan pada
teori bahwa yield yang ideal untuk pembuatan pulp adalah sebanding dengan
kadar selulosa bahan baku.
11
4.3 Recovery Lignin
Recovery lignin dilakukan dengan menggunakan larutan black liquor yang
merupakan filtrat hasil pemerasan ampas tebu yang dimasak dengan larutan
pemasak. Untuk memeperoleh lignin maka black liquor dicampur akuades dengan
perbandingan 1:2,5. Akuades digunakan sebab lignin tidak dapat larut didalam air.
Hal ini bertujuan untuk memepermudah pemisahan lignin dari larutan pemasak.
Selanjutnya lignin di sentrifuge dengan kecepatan 2000 Rpm supaya terbentuk
endapan lignin yang lebih cepat. Hasil yang diperoleh dari recovery lignin
diperlihatkan pada tabel berikut ini:
Tabel 4.3 Perolehan lignin
Waktu Pemasakan Berat Lignin Kering Yield
Run
(jam) (gram) (%)
I 1 0,715 22,86
II 2 0,755 20,95
III 3 0,795 18,09
Dari tabel diatas dapat dilihat bahwa kadar lignin yang diperoleh dari
larutan black liquor mengalami penurunan sejalan dengan lamanya waktu
pemasakan. Dibawah ini akan ditampilkan grafik yang menggambarkan hubungan
antara waktu pemasakan dengan yield lignin.
25,00%
20,00%
15,00%
Yield
10,00%
5,00%
0,00%
1 jam 2 jam 3 jam
Waktu Pemasakan
12
black liquor semakin sedikit. Yield lignin yang mendekati kadar lignin secara
teoritis senilai 25 % yaitu 22, 86 % terjadi pada waktu pemasakan 1 jam yang
merupakan kondisi optimum untuk memperoleh yield lignin tertinggi.
13
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
5.1 Kesimpulan
Dari percobaan yang telah dilakukan, dapat diketahui bahwa penggunaan
asam formiat dengan konsentrasi tinggi dan dilakukan dalam waktu pemasakan
yang lama akan berpengaruh terhadap perolehan yield pulp dan lignin. Yield pulp
dan lignin terbaik diperoleh dengan lama pemasakan selama 1 jam dengan
persentase 50,4 % dan 22,86 %.
5.2 Saran
Praktikum harus dilakukan dengan hati-hati mengingat bahwa asam
formiat yang digunakan berkonsentrasi tinggi serta ketelitian dalam menghitung
neraca massa dan dalam proses pengukuran berat maupun volume
14
DAFTAR PUSTAKA
Dapia, S., Santos, V dan Parajo, J.C., 2002, Study of Formic Acid as an Agent for
Biomass Fractionation. Biomass and Energy. 22: 213-221
FAO., 2006, Mayor Food And Agricultural Commodities And Procedures: Sugar
Cane 2006. Dilihat 3 Oktober 2018, http://www.fao.org/es/ess/
top/commodity.html, (Diakses tanggal 2 oktober 2018)
Ibrahim, M., 1998, Clean Fractionation of Biomass - Steam Explosion and
Extraction. Faculty of The Virginia Polytechnic Institute and State
University
Johansson, A., O. Aaltonen, P. Ylinen. 1987, Organosolv pulping : Method and
pulping properties. Biomass. 13: 45-46
Li, T., P. Yang, A. Zhang, X. Zou, L. Peng. R. Wanmg. J. Yang, and Y.Qi Y.,
2012, Differential responses of the diazotrophiccommunityt to aluminium-
tolerant and aluminium-sensitivesoybean genotypes in acidic soil.
European Journal of SoilBiology. 53:76-85
Myerly, R.C, M.D. Nicholson. R. Katzen, JM. Taylor., 1981, The Forest Refinery.
Chemtech. March : 186 – 192
Oktarizona, S., Zulfansyah, dan Helwani, Z., 2016, Pengaruh Kondisi Proses
Terhadap Yield dan Kadar Lignin Pulp Pada Fraksionasi Rumput Perimping
dalam Media Asam Formiat., Jom FTeknik., Vol. 3:1-5
Palonen, H., 2004, Role Of Lignin In The Enzymatic Hydrolysis Of
Lignocellulose VTT Biotechnology. Helsinki University of Technology,
Finland
Pandey, A., C.R. Soccol, P. Nigam, and V.T Soccol., 2000, Biotechnological
potential ofagro-industrial residues. I: Sugarcane bagasse.Bioresour.
Technol. 74: 69–80
Steffen, K.T., 2003, Degradation of recalcitrant biopolymers and polycyclic
aromatic hydrocarbons by litter-decomposing basidiomycetous fungi.
[disertasi]. Helsinki: Division of Microbiology Department of Applied
Chemistry and Microbiology Viikki Biocenter, University of Helsinki
15
Tillman, A. D., H. Hartadi, S. Reksohadiprodjo, S. Prawiro Kusuma, dan S.
Lebdosoekoekojo., 1998, Ilmu Makanan Ternak Dasar. Gadjah Mada
University Press,Yogyakarta
Tim Penyusun., 2018, Penuntun Praktikum Laboratorium Teknik Kimia 1.
Universitas Riau,Pekanbaru
Zhang, M., Qi, W., Liu, R., Wu, S dan He, Z., 2010, Fractionating Lignocellulose
by Formic Acid: Characterization of Major Components. Biomass and
Bioenergy. 34: 525-532
Zulfansyah, Fermi. I. M, Amraini. Z. S, Rionaldo. H, Utami. S. M., 2011,
Pengaruh Kondisi Proses Terhadap Yield dan Kadar Lignin Pulp dari
Pelepah Sawit dengan Proses Asam Formiat, Jurnal Rekayasa Kimia dan
Lingkungan Vol. 9, No. 1
16
LAMPIRAN A
PERHITUNGAN
HCl = 32%
Berat Kering Bahan Baku = 30 gram – (30 gram x 0,035) = 28,95 gram
17
Neraca Massa Total
Komposisi Larutan
- HCl (32%)
Jumlah HCl yang diperluka 2% dari biomassa = gram =0,579
gram
- Air
Komposisi Air : 100- (80+0,16) = 19,84%
gram
18
Volume Air yang dibutuhkan = = 61,0228 ml
a.Perolehan Pulp
Run I
Run II
Run III
c.Perolehan Lignin
Nisbah = 1: 2,5
19
- Run I
Berat kertas saring = 0,69 gram
Berat lignin sampel = 0,715 gram
240ml
(0,715-0,6 )gram ( )
3,5 ml
Perolehan lignin = x 100%
7,5 gram
Perolehan lignin = 22,86%
- Run II
Berat kertas saring = 0,73 gram
Berat lignin sampel = 0,755 gram
220ml
(0,755-0,73)gram ( )
3,5 ml
Perolehan lignin = x 100%
7,5 gram
Perolehan lignin = 20,95%
- Run III
Berat kertas saring = 0,77 gram
Berat lignin sampel = 0,795 gram
1 0ml
(0,7 5-0,77)gram ( )
3,5 ml
Perolehan lignin = x 100%
7,5 gram
Perolehan lignin = 18,09%
20
LAMPIRAN B
DOKUMENTASI
21