You are on page 1of 13

Makalah Poroses Kimia Anorganik

Kaustik soda

Disusun oleh :

Mutiah Hermanti 20154300

Risky Septian 20154300

Yul Febrianti 2015430069


BAB 1
PENDAHULUAN
1. Latar Belakang
Pembuatan soda abu, soda kaustik dan klor merupakan salah satu industri
kimia dasar yang paling penting. Ketiga produk ini hampir seluruhnya dijual
kepada industri dimana kemudian digunakan untuk pembuatan sabun dan
detergen, serat dan plastic, kaca, petrokimia, pulp dan kertas, pupuk, bahan
peledak, pelarut dan berbagai bahan kimia lainnya. Soda abu biasa juga disebut
natrium karbonat yaitu suatu serbuk amorf putih yang membentuk agregat di
udara terbuka. Soda abu memiliki tl = 860 C, T transisi = 450 C, P karbon
dioksida = 1,2 mm pada 950 C dan d = 2,43.
Soda kaustik biasa juga disebut NaOH yaitu zat padat higroskopik, basah
leleh, berwarna putih, mudah larut dalam air dan gliserol, sedikit tembus
cahaya, dan bertekstur serat. NaOH merupakan elektrolit dan basa kuat yang
dapatdiperolehdengan cara elektrolisis NaCl dengan memakai kiatoda
raksa atau dengan sel diafragma. Dalam sel Castner Kellner, Na dibebaskan
pada katoda Hg sehingga mengamalgama dan akan bereaksi dengan air
membentuk NaOH dan hidrogen.
Klor pada mulanya hampir seluruhnya digunakan sebagai pemutih,
sekarangsudah menjadi bahan kimia yang sangat penting. Hal ini di
sebabkan oleh penggunaannya dalam sintesis bahan kimia organic, dimana
biasanya ia tidak muncul dalam produk akhir, tetapi hanya terlibat dalam
langkah antara.
Amerika Serikat adalah produsen klor terbesar dengan laju produksi 10,4
juta ton, diikuti oleh Eropa barat (9,5 juta ton), dan Jepang (3 juta ton). Baik
klorinmaupun natrium hidroksida (biasanya diperdagangkan sebagai 50
%w/w larutan)harus dipertimbangkan sebagai produk utama. Hidrogen
juga digunakan, jika memungkinkan, sebagai bahan kimia atau sebagai bahan
bakar (Ompusunggu, 2017).

1. Rumusan Masalah
a. Bagaimana sifat-sifat soda kaustik ?
b. Bagaimana konsep dasar reaksi elektrolisa pada soda kaustik ?
c. Bagaimana proses pembuatan soda kaustik ?
d. Bagaimana perhitungan neraca massa soda kaustik ?
e. Apa manfaat hasil samping soda kaustik ?

2. Tujuan
a. Mahasiswa memahami sifat-sifat soda kaustik dan kegunaannya
b. Mahasiswa memahami konsep dasar reaksi elektrolisa
c. Mahasiswa memahami proses pembuatan soda kaustik dan
menghitung neraca massa soda kaustik
d. Mahasiswa memahami perbedaan proses kaustisasi dan proses
elektrolisa
e. Mahasiswa mengetahui hasil samping industri soda kaustik dan
manfaatnya
BAB 2
PEMBAHASAN

1. Tinjauan Pustaka
NaOH merupakan zat kimia yang bersifat basa kuat. Dalam perdagangan
lebih dikenal dengan nama caustic soda yang berupa padatan (kripik/kristal)
berwarna putih. Selain dikenal dengan nama caustic soda, NaOH dikenal juga
sebagai soda api, natronloog, kostik putih, ataupun sodium hidrat. Adapun
sifat-sifat dari NaOH ini antara lain : 1. Merupakan kristal putih yang mudah
mencair atau luntur, dan dapat menyerap air dan karbon dioksida (CO2) dari
udara, larut dalam air, alcohol dan gliserol. 2. Bersifat korosif untuk jaringan
mata, kulit, dan selaput pernafasan. Oleh karena itu uap kostik soda yang
diijinkan pada di udara hanya sebanyak 2 mg tiap meter kubik udara. 3. Pada
suhu yang tinggi akan menguap, dan pada suhu yang sangat tinggi terpisah
menjadi logam Na, zat pembakar dan zat cair. 4. Titik didihnya 318ºC, berat
jenisnya 2,13 , titik bekunya 5ºC - 11ºC, titik lelehnya 97,8 ºC. 5. Tekanan
uapnya 1 mm Hg, pH larutan basa kuat. (Surya Indah, 1996: 21). NaOH ini
banyak digunakan pada pembuatan rayon, kertas, sabun, detergent, proses
pengolahan tekstil, dan sebagainya (Pedoman Praktikum Kimia Tekstil : 8).
Dalam proses pemasakan serat alam sellulosa, NaOH ini berfungsi untuk
melarutkan lemak dan kotoran (Widihastuti, 2005).

Sifat fisika dan kimia NaOH adalah sebagai berikut

a. Sifat Fisik
BAHAN BAKU
BAHAN BAKU UTAMA
TAMBAHAN
SIFAT FISIK
Natrium Natrium
Air Asam Klorida
Clorida Carbonat
Fasa Padat Cair Padat Cair
Rumus Molekul NaCl H 2O Na2CO3 HCl
Berat Molekul 58,45 18,0153 106 36,5
(g/mol)
Titik Lebur, 1 atm 800,4 0 8510 −27,32 (larutan 38%)
0
( C)
Titik Didih, 1 atm 1413 100 - 110 (larutan 20,2%)
(0C)
Densitas (g/ml) 1,13 0.998 2,533 1,18
Kapasitas Panas 1,8063 4184 4,3350 -
(cal/mol ⁰C)
Panas Penguapan 40.810 40.7 kJ/mol 7.000 -
cal/mol cal/mol
Entalpi - –286.0 - -
Pembentukan
Standar (kJ/mol)
Tabel 2.1 sifat fisik bahan baku

b. Sifat Kimia

 Natrium Klorida (NaCl):

Dengan perak nitrat membentuk endapan perak klorida


NaCl + AgNO3 → NaNO3 + AgCl

 Asam Klorida (HCl)

Hidrogen klorida (HCl) adalah asam monoprotik, yang berarti


bahwa ia dapat berdisosiasi melepaskan satu H+ hanya sekali.
Dalam larutan asam klorida, H+ ini bergabung dengan molekul
air membentuk ion hidronium, H3O+:

HCl + H2O → H3O+ + Cl−

Ion lain yang terbentuk adalah ion klorida, Cl−. Asam klorida
oleh karenanya dapat digunakan untuk membuat garam klorida,
seperti natrium klorida. Asam klorida adalah asam kuat karena ia
berdisosiasi penuh dalam air
 Natrium Karbonat (Na2CO3)
CO2 murni dapat diperoleh dari melakukan pemanasan natrium
bikarbonat pada persamaan berikut:
2 NaHCO3  Na2CO3 + CO2 + H2O

2.1 Spesifikasi Produk


Industri Kaustik Soda mengahasilkan Natrium Hidroksida, Cl2 (l) dan H2 (g) .
Berikut karakteristik dari ketiganya.
 Natrium hidroksida (NaOH)
Natrium hidroksida (NaOH), juga dikenal sebagai soda kaustik atau
sodium hidroksida, adalah sejenis basa logam kaustik. Natrium
Hidroksida terbentuk dari oksida basa natrium oksida dilarutkan dalam
air. Natrium hidroksida membentuk larutan alkalin yang kuat ketika
dilarutkan ke dalam air. Ia digunakan di berbagai macam bidang industri,
kebanyakan digunakan sebagai basa dalam proses produksi bubur kayu
dan kertas, tekstil, air minum, sabun dan deterjen. Natrium hidroksida
adalah basa yang paling umum digunakan dalam laboratorium kimia.
Natrium hidroksida murni berbentuk putih padat dan tersedia dalam
bentuk pelet, serpihan, butiran ataupun larutan jenuh 50%. Ia bersifat
lembap cair dan secara spontan menyerap karbon dioksida dari udara
bebas. Ia sangat larut dalam air dan akan melepaskan panas ketika
dilarutkan. Ia juga larut dalam etanol dan metanol, walaupun kelarutan
NaOH dalam kedua cairan ini lebih kecil daripada kelarutan KOH. Ia
tidak larut dalam dietil eter dan pelarut non-polar lainnya. Larutan
natrium hidroksida akan meninggalkan noda kuning pada kain dan kertas.

Sifat-Sifat NaOH
Berikut adalah sifat-sifat fisik dari kaustik soda atau NaOH
a. Sifat fisik

Natrium Hidroksida
Nama Sistematis Natrium Hidroksida
Nama lain Soda kaustik
Sifat
Rumus molekul NaOH
Massa molar 39,9971 g/mol
Penampilan zat padat putih
Densitas 2,1 g/cm³, padat
Titik leleh 318°C (591 K)
Titik didih 1390°C (1663 K)
Kelarutan dalam air 111 g/100 ml (20°C)
Kebasaan (pKb) -2,43
Tabel 2.2 sifat fisik NaOH

2. Reaksi Elektrolisa
Proses Elektrolisis dengan Sel Membran

Terdapat beberapa tahapan proses dalam pembuatan kaustik soda ini,


diantaranya : tahap pemurnian bahan baku, proses utama, tahap pengolahan
akhir.
1. Pemurnian Bahan Baku
Tahap pemurnian bahan baku merupakan tahap awal dari proses
ini. Tahap pemurnian bahan baku meliputi pencampuran, pengendapan
pengotor, penyaringan pengotor, penukaran ion.
1) Pencampuran
Garam (97,7%) dilarutkan bersama air proses dan garam lemah
recycle pada suhu 90,6oC ke dalam tangki pencampur untuk
mendapatkan larutan garam konsentrasi 27%. Larutan garam jenuh
keluar dari tangki pencampur memiliki suhu 67,1oC memasuki
tangki pengendap, suhu operasi yang baik untuk pengendapan adalah
diatas 60oC.

2) Pengendapan Pengotor
Larutan garam dari tangki pencampur memasuki tangki pengendap
untuk diendapkan pengotornya, diantaranya CaSO4,
MgSO4, CaCl2, MgCl2 menggunakan Na2CO3 dan NaOH dengan
reaksi sebagai berikut:
CaSO4 + Na2CO3 → CaCO3↓ + Na2SO4
MgSO4 + 2NaOH → Mg(OH)2 ↓+ Na2SO4
CaCl2 + Na2SO4 → CaSO4↓ + 2NaCl
MgCl2 + 2NaOH → Mg(OH)2↓ + 2NaCl
CaCl2 + Na2CO3 → CaCO3 ↓ + 2NaCl
Reagen dan pengotor bereaksi membentuk endapan dan dikeluarkan
dari dasar tangki. Pemberian reagen dilakukan dengan kadar berlebih
untuk mendapatkan hasil yang optimum. Sekitar 60% dari pengotor
yang mengendap keluar dari bagian bawah tangki
pengendap, sedangkan larutan lainya keluar dari bagian atas clarifier
menuju ke filter.

3) Penyaringan (Filtrasi)
Endapan yang masih tersisa seluruhnya difilter dalam filter press.

4) Penukaran Ion
Selama proses sedimentasi tidak semua ion bereaksi dengan reagen
dan dan akan terdapat ion-ion yang tidak diinginkan sehingga
diperlukan perlakuan lebih lanjut agar NaCl yang akan di elekrolisis
terbebas dari pengotor ‘impuritis’. Karena itu digunakan resin untuk
mengikat ion-ion tersebut.
Larutan NaCl dilewatkan pada resin. Resin yang mengikat kation
disebut resin kation dan resin yang mengikat anion disebut resin anion.
Reaksi penukaran ion yang terjadi adalah:
Resin kation : R-H + A- → R-A + H+
Resin anion : R-OH – B+ → R-B + OH-
Proses diatas terjadi secara reversible sehingga bila resin sudah
jenuh, atau tidak bisa menangkap atau mengikat ion mineral
positif/negative, bisa diregenerasi kembali. Regenerasi dilakukan
dengan mereaksikan kembali resin dengan asam-basa yaitu NaOH dan
H2SO4 sehingga ion mineral positif yang sudah terikat di resin akan
terlepas lagi. Reaksi regenerasi sebagai berikut:
2(R-A) + H2SO4 → 2(R-H) + A2SO4
2R-B + NaOH → R-OH + NaB

2. Proses Utama
Prosen utama merupakan tahapan inti dari industri soda kaustik ini.
Proses ini terdiri dari pengasaman dan elektrolisis.
1) Penambahan HCl (Pengasaman)
Penambahan HCl dilakukan untuk mengurangi terjadinya
pembentukan chlorate pada sel elektrolisa, larutan masuk anoda
diasamkan hingga pH 4.

2) Elektrolisa
Larutan yang keluar dari resin penukar ion sebelum memasuki sel
elektrolisa akan dipanaskan terlebih dahulu. Proses elektrolisa
menggunakan titanium sebagai sel anoda dan nikel sebagai sel katoda
yang dialiri arus DC (direct current) sebagai sumber energi.
Pada anoda feed masuk adalah larutan garam, ion Cl- pada NaCl
teroksidasi dan membuntuk Cl2 sedangkan ion Na+ kehilangan
pasangan dan bergerak menuju katoda. Pada katoda feed masuk
adalah H2O dan NaOH recycle, ion H+ dari H2O tereduksi menjadi H2
sehingga ion OH- kehilangan pasangan. Ion Na+ dan OH- ini
selanjutnya bertemu dan membentuk NaOH. Dihasilkan larutan NaOH
yang dihasilkan 32%.
Reaksi yang terjadi adalah sebagai berikut :
- Anode
Ionisasi : NaCl  Na+ + Cl-
2Cl-  Cl2 (g) + 2e-
- Katode
Ionisasi : H2O  H+ + OH-
2 H+ + 2 e–  H2 (g)

Reaksi elektrolisis larutan garam (NaCl) secara keseluruhan dapat


dituliskan sebagai berikut:

2NaCl + 2H2O  2NaOH +Cl2(g) + H2(g)


Antara sel anoda dan katoda dibatasi oleh membran, yaitu nafion
yang hanya dapat dilalui oleh ion positif.
Hasil samping dari proses elektrolisa ini berupa gas chlorine (Cl2) dan
gas Hydrogen (H2). Gas Cl2 diproses lebih lanjut menjadi Cl2 liquid,
sedangkan gas H2 diblower ke udara karena jumlahnya relatif sedikit.

garam

lar garam

pemurnian
biasa

pemurnian dengan
penukar ion

GAMBAR 2.1 Diagram alir proses pemurnian dan proses elektrolisis

Larutan keluar anoda di recycle kembali menuju tangki


pencampur. Sedangkan larutan keluar katoda mengandung NaOH
32%, 10% direcycle kembali sebagai umpan dan sebagian yang lain
diproses lebih lanjut untuk mendapatkan NaOH 50% (Sanusi, 2015)
3. Proses Pembuatan Kaustik Soda

4. Proses Pengolahan Produk Samping

Proses ini dilakukan untuk megolah Cl2 berfasa gas menjadi Cl2 yang
berfasa cair. Proses tersebut terdiri dari:

1) Pendinginan

Gas Cl2 keluar dari bagian atas anoda masih mengandung H2O yang
terikut dan sedikit O2 untuk mendapatkan Cl2 liquid dengan kemurnian 99,65%
kandungan air harus dihilangkan terlebih dahulu. Dimana Gas Cl2 didinginkan
menggunakan brine hingga suhunya mencapai 10oC pada suhu ini campuran
gas Cl2 telah berada pada dua fase. Campuran gas-liquid ini kemudian
dipisahkan dalam flash separator, produk atas dari flash separator berupas gas
yang memiliki kandungan Cl2 sekitar 99,65.

2) Pengeringan

Setelah didinginkan, gas klor dikeringkan dengan asam sulfat di dalam


menara pembasuh. Sampai pada menara asam sulfat ini, klor basah itu harus
ditangani dengan menggunakan bahan yang tahan, seperti poliester, polivinil
klorida, dan lain-lain.

3) Pemampatan dan Pencairan Klor

Untuk mendapatkan Cl2 liquid, gas Cl2 terlebih dahulu dinaikan


tekananya, kemudian dikondensasikan. Kompresi dilakukan dalam dua stage,
kompresi pertama tekanan Cl2 gas 1 atm dinaikan tekananya menjadi 4 atm,
dan didapatkan suhu keluar kompresor 154oC. Selanjutnya dilakukan
pendinginan dari gas Cl2 untuk meringankan beban kompresor ke dua, gas Cl2
didinginkan menggunakan brine hingga suhu 50oC. Kompresi yang kedua
menaikan tekanan gas Cl2 dari tekanan 4 atm menjadi tekanan 6 atm. Gas Cl2
keluar dari kompresor kedua pada suhu 93oC, kemudian didinginkan dengan
air pendingin hingga suhu 45oC, dan dikondensasikan sehingga menjadi liquid
hingga suhu 8oC.

Pada elektrolisa ini terjadi reaksi samping. Reaksi samping yang terjadi
yaitu pembentukan Chlorate (NaClO3) reaksi pembentukan chlorate :

H2O + Cl2 ↔ HClO + HCl

HClO + 3NaOH → NaClO3 + 2NaCl + 3H2O

Perpindahan ion yang terjadi dalam elektrolisa juga tidak sempurna,


sekitar 5% ion Cl- lolos menuju katoda (Uhde), dan sekitar 5% ion OH- lolos
menuju anoda, membentuk NaOH dan kemudian membentuk chlorate.

Reaksi samping lain yang terjadi adalah sebagian dari H2O di anoda juga
teroksidasi dengan reaksi:

H2O → 2H+ + O2 + 2e-

Reaksi ini menghasilkan gas O2 yang akan keluar dari bagian atas anoda,
dan ion H+ yang akan menuju ke katoda, kemudian ion H+ bereaksi dengan
OH- manjadi H2O (back mixing).

Pengotor yang tidak dikehendaki dalam kaustik 50% adalah besi klorida,
NaCl, dan NaClO3. Penyingkiran besi-besi biasanya dilakukan dengan
mengolah kaustik itu dengan 1% berat serbuk kalsium karbonat dan menyaring
campuran yang dihasilkan. Klorida dan klorat dikeluarkan dengan meneteskan
kaustik 50% itu ke dalam kolom larutan ammonia 50%. Pengolahan ini
menghasilkan kaustik yang hampir bebas sama sekali dari klorida dan klorat
GAMBAR 2.3 Block diagram pembuatan NaOH

5. Perbedaan Proses Kaustisasi Dan Proses Elektrolisa

6. Neraca Massa

BAB 3
KESIMPULAN

You might also like