Professional Documents
Culture Documents
Kaustik soda
Disusun oleh :
1. Rumusan Masalah
a. Bagaimana sifat-sifat soda kaustik ?
b. Bagaimana konsep dasar reaksi elektrolisa pada soda kaustik ?
c. Bagaimana proses pembuatan soda kaustik ?
d. Bagaimana perhitungan neraca massa soda kaustik ?
e. Apa manfaat hasil samping soda kaustik ?
2. Tujuan
a. Mahasiswa memahami sifat-sifat soda kaustik dan kegunaannya
b. Mahasiswa memahami konsep dasar reaksi elektrolisa
c. Mahasiswa memahami proses pembuatan soda kaustik dan
menghitung neraca massa soda kaustik
d. Mahasiswa memahami perbedaan proses kaustisasi dan proses
elektrolisa
e. Mahasiswa mengetahui hasil samping industri soda kaustik dan
manfaatnya
BAB 2
PEMBAHASAN
1. Tinjauan Pustaka
NaOH merupakan zat kimia yang bersifat basa kuat. Dalam perdagangan
lebih dikenal dengan nama caustic soda yang berupa padatan (kripik/kristal)
berwarna putih. Selain dikenal dengan nama caustic soda, NaOH dikenal juga
sebagai soda api, natronloog, kostik putih, ataupun sodium hidrat. Adapun
sifat-sifat dari NaOH ini antara lain : 1. Merupakan kristal putih yang mudah
mencair atau luntur, dan dapat menyerap air dan karbon dioksida (CO2) dari
udara, larut dalam air, alcohol dan gliserol. 2. Bersifat korosif untuk jaringan
mata, kulit, dan selaput pernafasan. Oleh karena itu uap kostik soda yang
diijinkan pada di udara hanya sebanyak 2 mg tiap meter kubik udara. 3. Pada
suhu yang tinggi akan menguap, dan pada suhu yang sangat tinggi terpisah
menjadi logam Na, zat pembakar dan zat cair. 4. Titik didihnya 318ºC, berat
jenisnya 2,13 , titik bekunya 5ºC - 11ºC, titik lelehnya 97,8 ºC. 5. Tekanan
uapnya 1 mm Hg, pH larutan basa kuat. (Surya Indah, 1996: 21). NaOH ini
banyak digunakan pada pembuatan rayon, kertas, sabun, detergent, proses
pengolahan tekstil, dan sebagainya (Pedoman Praktikum Kimia Tekstil : 8).
Dalam proses pemasakan serat alam sellulosa, NaOH ini berfungsi untuk
melarutkan lemak dan kotoran (Widihastuti, 2005).
a. Sifat Fisik
BAHAN BAKU
BAHAN BAKU UTAMA
TAMBAHAN
SIFAT FISIK
Natrium Natrium
Air Asam Klorida
Clorida Carbonat
Fasa Padat Cair Padat Cair
Rumus Molekul NaCl H 2O Na2CO3 HCl
Berat Molekul 58,45 18,0153 106 36,5
(g/mol)
Titik Lebur, 1 atm 800,4 0 8510 −27,32 (larutan 38%)
0
( C)
Titik Didih, 1 atm 1413 100 - 110 (larutan 20,2%)
(0C)
Densitas (g/ml) 1,13 0.998 2,533 1,18
Kapasitas Panas 1,8063 4184 4,3350 -
(cal/mol ⁰C)
Panas Penguapan 40.810 40.7 kJ/mol 7.000 -
cal/mol cal/mol
Entalpi - –286.0 - -
Pembentukan
Standar (kJ/mol)
Tabel 2.1 sifat fisik bahan baku
b. Sifat Kimia
Ion lain yang terbentuk adalah ion klorida, Cl−. Asam klorida
oleh karenanya dapat digunakan untuk membuat garam klorida,
seperti natrium klorida. Asam klorida adalah asam kuat karena ia
berdisosiasi penuh dalam air
Natrium Karbonat (Na2CO3)
CO2 murni dapat diperoleh dari melakukan pemanasan natrium
bikarbonat pada persamaan berikut:
2 NaHCO3 Na2CO3 + CO2 + H2O
Sifat-Sifat NaOH
Berikut adalah sifat-sifat fisik dari kaustik soda atau NaOH
a. Sifat fisik
Natrium Hidroksida
Nama Sistematis Natrium Hidroksida
Nama lain Soda kaustik
Sifat
Rumus molekul NaOH
Massa molar 39,9971 g/mol
Penampilan zat padat putih
Densitas 2,1 g/cm³, padat
Titik leleh 318°C (591 K)
Titik didih 1390°C (1663 K)
Kelarutan dalam air 111 g/100 ml (20°C)
Kebasaan (pKb) -2,43
Tabel 2.2 sifat fisik NaOH
2. Reaksi Elektrolisa
Proses Elektrolisis dengan Sel Membran
2) Pengendapan Pengotor
Larutan garam dari tangki pencampur memasuki tangki pengendap
untuk diendapkan pengotornya, diantaranya CaSO4,
MgSO4, CaCl2, MgCl2 menggunakan Na2CO3 dan NaOH dengan
reaksi sebagai berikut:
CaSO4 + Na2CO3 → CaCO3↓ + Na2SO4
MgSO4 + 2NaOH → Mg(OH)2 ↓+ Na2SO4
CaCl2 + Na2SO4 → CaSO4↓ + 2NaCl
MgCl2 + 2NaOH → Mg(OH)2↓ + 2NaCl
CaCl2 + Na2CO3 → CaCO3 ↓ + 2NaCl
Reagen dan pengotor bereaksi membentuk endapan dan dikeluarkan
dari dasar tangki. Pemberian reagen dilakukan dengan kadar berlebih
untuk mendapatkan hasil yang optimum. Sekitar 60% dari pengotor
yang mengendap keluar dari bagian bawah tangki
pengendap, sedangkan larutan lainya keluar dari bagian atas clarifier
menuju ke filter.
3) Penyaringan (Filtrasi)
Endapan yang masih tersisa seluruhnya difilter dalam filter press.
4) Penukaran Ion
Selama proses sedimentasi tidak semua ion bereaksi dengan reagen
dan dan akan terdapat ion-ion yang tidak diinginkan sehingga
diperlukan perlakuan lebih lanjut agar NaCl yang akan di elekrolisis
terbebas dari pengotor ‘impuritis’. Karena itu digunakan resin untuk
mengikat ion-ion tersebut.
Larutan NaCl dilewatkan pada resin. Resin yang mengikat kation
disebut resin kation dan resin yang mengikat anion disebut resin anion.
Reaksi penukaran ion yang terjadi adalah:
Resin kation : R-H + A- → R-A + H+
Resin anion : R-OH – B+ → R-B + OH-
Proses diatas terjadi secara reversible sehingga bila resin sudah
jenuh, atau tidak bisa menangkap atau mengikat ion mineral
positif/negative, bisa diregenerasi kembali. Regenerasi dilakukan
dengan mereaksikan kembali resin dengan asam-basa yaitu NaOH dan
H2SO4 sehingga ion mineral positif yang sudah terikat di resin akan
terlepas lagi. Reaksi regenerasi sebagai berikut:
2(R-A) + H2SO4 → 2(R-H) + A2SO4
2R-B + NaOH → R-OH + NaB
2. Proses Utama
Prosen utama merupakan tahapan inti dari industri soda kaustik ini.
Proses ini terdiri dari pengasaman dan elektrolisis.
1) Penambahan HCl (Pengasaman)
Penambahan HCl dilakukan untuk mengurangi terjadinya
pembentukan chlorate pada sel elektrolisa, larutan masuk anoda
diasamkan hingga pH 4.
2) Elektrolisa
Larutan yang keluar dari resin penukar ion sebelum memasuki sel
elektrolisa akan dipanaskan terlebih dahulu. Proses elektrolisa
menggunakan titanium sebagai sel anoda dan nikel sebagai sel katoda
yang dialiri arus DC (direct current) sebagai sumber energi.
Pada anoda feed masuk adalah larutan garam, ion Cl- pada NaCl
teroksidasi dan membuntuk Cl2 sedangkan ion Na+ kehilangan
pasangan dan bergerak menuju katoda. Pada katoda feed masuk
adalah H2O dan NaOH recycle, ion H+ dari H2O tereduksi menjadi H2
sehingga ion OH- kehilangan pasangan. Ion Na+ dan OH- ini
selanjutnya bertemu dan membentuk NaOH. Dihasilkan larutan NaOH
yang dihasilkan 32%.
Reaksi yang terjadi adalah sebagai berikut :
- Anode
Ionisasi : NaCl Na+ + Cl-
2Cl- Cl2 (g) + 2e-
- Katode
Ionisasi : H2O H+ + OH-
2 H+ + 2 e– H2 (g)
garam
lar garam
pemurnian
biasa
pemurnian dengan
penukar ion
Proses ini dilakukan untuk megolah Cl2 berfasa gas menjadi Cl2 yang
berfasa cair. Proses tersebut terdiri dari:
1) Pendinginan
Gas Cl2 keluar dari bagian atas anoda masih mengandung H2O yang
terikut dan sedikit O2 untuk mendapatkan Cl2 liquid dengan kemurnian 99,65%
kandungan air harus dihilangkan terlebih dahulu. Dimana Gas Cl2 didinginkan
menggunakan brine hingga suhunya mencapai 10oC pada suhu ini campuran
gas Cl2 telah berada pada dua fase. Campuran gas-liquid ini kemudian
dipisahkan dalam flash separator, produk atas dari flash separator berupas gas
yang memiliki kandungan Cl2 sekitar 99,65.
2) Pengeringan
Pada elektrolisa ini terjadi reaksi samping. Reaksi samping yang terjadi
yaitu pembentukan Chlorate (NaClO3) reaksi pembentukan chlorate :
Reaksi samping lain yang terjadi adalah sebagian dari H2O di anoda juga
teroksidasi dengan reaksi:
Reaksi ini menghasilkan gas O2 yang akan keluar dari bagian atas anoda,
dan ion H+ yang akan menuju ke katoda, kemudian ion H+ bereaksi dengan
OH- manjadi H2O (back mixing).
Pengotor yang tidak dikehendaki dalam kaustik 50% adalah besi klorida,
NaCl, dan NaClO3. Penyingkiran besi-besi biasanya dilakukan dengan
mengolah kaustik itu dengan 1% berat serbuk kalsium karbonat dan menyaring
campuran yang dihasilkan. Klorida dan klorat dikeluarkan dengan meneteskan
kaustik 50% itu ke dalam kolom larutan ammonia 50%. Pengolahan ini
menghasilkan kaustik yang hampir bebas sama sekali dari klorida dan klorat
GAMBAR 2.3 Block diagram pembuatan NaOH
6. Neraca Massa
BAB 3
KESIMPULAN