You are on page 1of 35

KATA PENGANTAR

Dengan menyebut nama Allah SWT yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang, Penulis
panjatkan puja dan puji syukur atas kehadirat-Nya, yang telah melimpahkan rahmat, hidayah,
dan inayah-Nya kepada Penulis, sehingga Penulis dapat menyelesaikan makalah tentang “Berat
Bayi Lahir Rendah”.
Makalah ini telah Penulis susun dengan maksimal dan mendapatkan bantuan dari berbagai
pihak sehingga dapat memperlancar pembuatan makalah ini. Untuk itu Penulis menyampaikan
banyak terima kasih kepada semua pihak yang telah berkontribusi dalam pembuatan makalah ini.
Terlepas dari semua itu, Penulis menyadari sepenuhnya bahwa masih ada kekurangan baik
dari segi susunan kalimat maupun tata bahasanya. Oleh karena itu dengan tangan terbuka Penulis
menerima segala saran dan kritik dari Pembaca agar Penulis dapat memperbaiki makalah ini.
Akhir kata Penulis berharap semoga makalah tentang “Berat Bayi Lahir Rendah” dapat
memberikan informasi terhadap Pembaca.

Yogyakarta, 10 Juli 2018

Penyusun Kelompok 1

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR .................................................................................................. i


DAFTAR ISI ................................................................................................................. ii
BAB I PENDAHULUAN ............................................................................................. 1
A. LATAR BELAKANG ....................................................................................... 1
B. RUMUSAN MASALAH ................................................................................... 1
C. TUJUAN ........................................................................................................... 2
BAB II TINJAUAN PUSTAKA ................................................................................. 3
A. PENGERTIAN BBLR ....................................................................................... 3
B. KLASIFIKASI BBLR ....................................................................................... 4
C. ETIOLOGI BBLR ............................................................................................. 5
D. MANIFESTASI BBLR ...................................................................................... 7
E. PATOFISIOLOGI BBLR .................................................................................. 9
F. MASALAH YANG TERJADI PADA MASA JANGKA PENDEK BBLR .... 11
G. MASALAH YANG TERJADI PADA MASA JANGKA PANJANG BBLR .. 15
H. PENATALAKSANAAN BAYI BBLR ............................................................. 15
I. MAKANAN BAYI BBLR ................................................................................ 17
J. PEMERIKSAAN PENUNJANG BAYI BBLR ................................................ 19
K. UPAYA MENURUNKAN KASUS BBLR ...................................................... 20
L. ASUHAN KEPERAWATAN BBLR ................................................................ 22
BAB III TINJAUAN KASUS ...................................................................................... 24
A. DATA FOKUS .................................................................................................. 24
B. ANALISA DATA .............................................................................................. 25
C. DIAGNOSA KEPERAWATAN ....................................................................... 26
D. PERENCANAAN KEPERAWATAN .............................................................. 26
BAB III PENUTUP ...................................................................................................... 32
A. KESIMPULAN .................................................................................................. 32
DAFTAR PUSTAKA ................................................................................................... iii

ii
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Berat badan lahir rendah (BBLR) merupakan bayi (neonatus) yang lahir dengan
memilik berat badan kurang dari 2500 gram atau sampai dengan 2499 gram. Dalam
penentuan bayi dengan berat badan lahir rendah terdapat beberapa istilah yang perlu
diketahui seperti prematuritas muri dan dismatur, istilah prematuritas murni atau dikenal
dengan nama premature ini mempunyai maksud bahwa neonatus dengan usia kehamilan
yang kurang dari 37 minggu dan mempunyai berat badan sesuai dengan berat badan
untuk masa kehamilan atau dapat dikenal dengan nama neonatus kurang bulan sesuai
dengan masa kehamilan. Bayi prematuritas murni ini memiliki cirri di antaranya: berat
badan kurang dari 2500 gram, panjang badan kurang dari 45 cm, lingkar kepala kurang
dari 33 cm, dan lingkar dada kurang dari 33 cm, masa gestasinya kurang dari 37 minggu,
kulit tipis dan transparan, kepala lebih besar daripada badan, lanugo banyak terutama
pada dahi, pelipis, telinga, dan lengan, lemak subkutan kurang, ubun-ubun dan sutura
lebar, labio minora belum tertutup oleh labia mayora (pada wanita) dan pada laki-laki
testis belum turun, tulang rawan dan daun telinga imatur, bayi kecil, posisi masih posisi
fetal, pergerakan kurag dan lemah, tangisan lemah, pernapasan belum teratur dan sering
mengalami serangan apnea, reflek tonus leher lemah, reflek menghisap, dan menelan
serta reflek batuk belum sempurna.
Sedangkan dismaturitas merupakan bayi yang lahir dengan berat bdan kurang
dari berat badan seharusnya untuk masa kehamilan, dikatakan dismatur apabila bayi
memiliki cirri pada preterm seperti pada prematuritas, term dan post term akan dijumpai
kulit berlubang verniks kaseosa tipis atau tidak ada, kulit pucat atau bernoda mekonium,
kering keriput tipis, jaringan lemak di bawah kulit tipis, bayi tampak gesit, aktif dan kuat,
tali pusat berwarna kuning kehijauan.

B. Rumusan Masalah
1. Apa pengertian dari BBLR?
2. Apa saja klasifikasi dari BBLR?

1
3. Bagaimana etiologi dari BBLR?
4. Apa saja manifestasi klinis dari BBLR?
5. Bagaimana patofisiologi dari BBLR?
6. Apa saja masalah yang terjadi pada masa jangka pendek BBLR?
7. Apa saja masalah yang terjadi pasa masa jangka panjang BBLR?
8. Bagaimana penatalaksaan bayi BBLR?
9. Apa saja makanan untuk bayi BBLR?
10. Pemeriksaan Penunjang pada BBLR
11. Bagaimana upaya menurunkan kasus BBLR?
12. Bagaimana asuhan pada BBLR?

C. Tujuan
Tujuan penyusunan makalah ini adalah untuk memberikan pengetahuan dapat
memberikan informasi dan pemahaman mengenai BBLR (Bayi Baru Lahir Rendah)

2
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Pengertian Berat Badan Lahir Rendah (BBLR)


Definisi dari bayi berat badan lahir rendah menurut Saputra (2014),
bayi berat lahir rendah ialah berat badan bayi yang lahir kurang dari 2500
gram tanpa memandang masa gestasi atau usia kehamilan. Berdasarkan
Ikatan Dokter Indonesia / IDI (2014), BBLR yaitu bayi berat lahir kurang
dari 2500 gram tanpa maemandang masa gestasi dengan catatan berat lahir
adalah berat bayi yang ditimbang dalam satu jam setelah lahir. Menurut
Hasan & Alatas (2005), bayi yang berat badan saat lahir kurang dari 2500
gram dengan batas maksimal 2499 gram.
Bayi berat lahir rendah (BBLR) adalah bayi dengan berat badan lahir
kurang dari 2500 gram tanpa memandang usia gestasi. Berat saat lahir
adalah berat bayi yang ditimbang dalam 1 jam setelah lahir (Manuaba et al.,
2007; Damanik, 2008). Acuan lain dalam pengukuran BBLR juga terdapat
pada Pedoman Pemantauan Wilayah Setempat (PWS) gizi. Dalam pedoman
tersebut bayi berat lahir rendah (BBLR) adalah bayi yang lahir dengan berat
kurang dari 2500 gram diukur pada saat lahir atau sampai hari ke tujuh
setelah lahir (Putra, 2012).
Bayi berat lahir rendah (BBLR) adalah bayi dengan berat lahir
kurang dari 2500 gram tanpa memandang usia gestasi. BBLR dapat
terjadi pada bayi kurang bulan (< 37 minggu) atau pada bayi cukup bulan
(intrauterine growth restriction) (Pudjiadi, dkk., 2010).
Bayi berat badan lahir rendah (BBLR) merupakan bayi yang lahir
dengan berat badan kurang dari 2.500 gram saat lahir. Bayi BBLR
sebagian besar dikarenakan retardasi pertumbuhan intrauterin (IUGR)
dengan usia kehamilan kurang dari 37 minggu. Bayi BBLR memiliki
risiko empat kali lipat lebih tinggi dari kematian neonatal dari pada bayi
yang berat badan lahir 2.500-3.499 gram (Muthayya, 2009)

3
B. Klasifikasi BBLR
Ada beberapa cara dalam mengelompokkan bayi BBLR, yaitu:
1. Menurut harapan hidupnya:
a. Berat bayi lahir rendah (BBLR) atau low birth weight (LBW) dengan
berat lahir 1500 – 2499 gram.
b. Berat bayi lahir sangat rendah (BBLSR) atau very low birth weight
(VLBW) dengan berat badan lahir 1000 – 1499 gram.
c. Berat bayi lahir ekstrem rendah (BBLER) atau extremely low birth
weight (ELBW) dengan berat badan lahir < 1000 gram (Meadow &
Newell, 2005
2. Menurut masa gestasinya:
a. Prematuritas murni/Sesuai Masa Kehamilan (SMK)
Bayi dengan masa kehamilan kurang dari 37 minggu dan
berat badan sesuai dengan berat badan untuk usia kehamilan. Kepala
relatif lebih besar dari badannya, kulit tipis, transparan, lemak
subkutan kurang, tangisnya lemah dan jarang.
Penyebabnya :
 Berat badan ibu yang rendah, ibu hamil yang masih remaja, kehamilan
kembar
 Pernah melahirkan bayi prematur sebelumnya
 Servikal imkompetence (mulut rahim yang lemah hingga tak mampu
menahan berat bayi dalam rahim)
 Perdarahan sebelum atau saat persalinan (antepartum hemorrhage)
 Ibu hamil yang sedang sakit
 Kebanyakan tidak diketahui penyebabnya
b. Dismaturitas/Kecil Masa Kehamilan (KMK)
Bayi dengan berat badan kurang dari berat badan yang
seharusnya untuk usia kehamilan, hal tersebut menunjukkan bayi
mengalami retardasi pertumbuhan intrauterin (Surasmi et al., 2003;
Syafrudin & Hamidah, 2009; Rukmono, 2013).
Penyebabnya :

4
 ibu hamil yang kurang nutrisi,
 ibu memiliki hipertensi, preklamsia, atau anemia
 kehamilan kembar, kehamilan lewat waktu
 malaria kronik, penyakit kronik
 ibu hamil merokok

C. Etiologi BBLR
Penyebab terjadinya bayi BBLR secara umum bersifat multifaktorial sehingga
kadang mengalami kesulitan untuk melakukan tindakan pencegahan. Namun, penyebab
terbanyak terjadinya bayi BBLR adalah kelahiran prematur. Semakin muda usia
kehamilan semakin besar risiko jangka pendek dan jangka panjang dapat terjadi.
Berikut adalah faktor-faktor yang berhubungan dengan bayi BBLR secara umum
yaitu sebagai berikut:
1. Faktor ibu:
a. Penyakit
 Mengalami komplikasi kehamilan, seperti anemia sel berat, perdarahan
antepartum, hipertensi, preklamsia berat, eklamsia, impeksi selama
kehamilan (infeksi kandung kemih dan ginjal).
 Menderita penyakit sperti malaria, infeeksi menular seksual, HIV/AIDS,
malaria, TORCH.
b. Ibu
 Angka kejadian prematurritas tertinggi adalah kehamilan pada usia < 20
tahun atau lebih dari 35 tahun
 Kehamilan ganda (multi grapida)
 Jarak kelahiran yang terlalu dekat atau pendek (kurang dari 1 tahun)
 Mempunyai riwayat BBLR sebelumnya
c. Keadaan sosial ekonomi
 Kejadian tertinggi terdapat pada golongan sosial golongan ekonomi rendah
 Mengajarkan aktifitas fisik beberapa jam tanpa istirahat
 Keadaan gizi yang kurang baik
 Pengawasan antenatal yang kurang
5
 Kejadian prematurritas pada bayi yang lahir dari perkawinan yang tidak sah,
yang ternyata lebih tinggi bila dibandingkan dengan bayi yang lahir dari
perkawinan yang sah
d. Sebab lain
 Ibu perokok
Kebiasaan merokok yang tidak dapat dihentikan dan ekstrim telah banyak
memakan korban baik perokok aktif muapun perokok aktif maupun perokok
pasif. Kebiasaan ini akan lebih berakibat buruk bila terjadi pada ibu yang
sedang menyusui karena akan mengganggu kesehatan ibu dan anak
 Ibu peminum alkhol
Hasil penelitian membuktikan bahwa mengonsumsi minuman beralkohol
dalam jumlah tertentu dapat menyebabkan kecacatan pada bayi. Meski
begitu, belum ada penelitian yang berhasil membuktikan apakah
mengonsumsi sedikit minuman keras juga berdampak sama pada janin.
 Ibu pencandu obat narkotik
Kehamilan merupakan satu proses luar biasa, dimana ibu bertanggung jawab
untuk melindungi si calon bayi dari segala bentuk ancaman seperti narkotik.
Penyebab banyaknya pemakai tersebut antara lain kurangnya pengetahuan
calon ibu akan dampak pemakaian narkoba tersebut yang juga berakibat
fatal terhadap janin serta kemudahan untuk mendapatkannya (Arif, dkk,
2009)
 Penggunaan obat anti metabolik
2. Factor janin:
a. Kelainan kromosom (trisomy autosomal)
Kelainan kromosom adalah untaian material genetik yang terdapat
didalam setiap sel makhluk hidup.
b. Infeksi janin kronik (inklusi sitomegali, rubela bawaan)
c. Disawtonomia familial
d. Radiasi
e. Kehamilan ganda/kembar (gemeli)

6
kehamilan ganda merupakan dimana terdapata dua atau lebih embrio
atau janin sekaligus, kehamilan ganda terjadi apabila dua atau lebih
ovum dilepaskan dan dibuahi atau bila satu ovum yang dibuahi
membelah secara dini hingga membentuk dua embrio yang sama pada
stadium massa sel dalam atau lebih awal (Taufan, 2012).
f. Aplasia pankreas
3. Faktor plasenta:
a. Berat plasenta berkurang atau berrongga atau keduanya (hidramnion)
Hidraamnion dianggap sebagai kehamilan resiko tinggi karena dapat
membahayakan ibu dan anak, pada hidramnion menyebabkan uterus regang
sehingga dapat menyebabkan partus prematur. Kondisi ini biasanya terjadi pada
kehamilan ganda (Cunningham, 2005)
b. Luas permukaan berkurang
c. Plasentitis vilus ( bakteri, virus dan parasit)
d. Infark
e. Tumor (korioangioma,mola hidatidosa)
f. Plasenta yang lepas
g. Sindrom plasenta yng lepas
h. Sindrom tranfusi bayi kembar ( sindrom para biotik)
4. Faktor lingkungan:
a. Bertempat didataran tinggi
seperti pegunungan dan udara yang tercemar bahan polutan. Hal tersebut dapat
menyebabkan rendahnya kadar oksigen sehigga suplai oksigen terhadap janin
menjadi terganggu. Ibu yang tempat tinggalnya di dataran tinggi beresiko untuk
mengalami hipoksia janin yang menyebabkan asfiksia neonatorum
b. Terkena radiasi
c. Terpapar zat beracun

D. Manifestasi Klinis BBLR


Secara umum, gambaran klinis dari bayi BBLR adalah sebagai berikut:
1. Berat kurang dari 2500 gram

7
2. Panjang kurang dari 45 cm
3. Lingkar dada kurang dari 30 cm
4. Lingkar kepala kurang dari 33 cm
5. Umur kehaamilan lurang dari 37 minggu
6. Kepala lebih besar
7. Kulit tipi, transparan, rambut lanugo banyak, lemak kurang
8. Otot hipotonik lemah
9. Pernafasan tidak teratur dapat terjadi apneu
10. Ekstremitas : paha abduksi, sendi lutut/ kaki fleksi-lurus
11. Kepala tidak mampu tegak
12. Pernafasan 40-50 kali/menit
13. Nadi 100-140 kali/menit

BBLR menunjukkan belum sempurnanya fungsi organ tubuh dengan keadaannya lemah,
yaitu sebagai berikut:

1. Tanda-tanda bayi kurang bulan (KB)


a. Kulit tipis dan mengkilap
b. Tulang rawan telinga sangat lunak, karena belum terbentuk dengan sempurna
c. Lanugo (rambut halus/lembut) masih banyak ditemukan terutama pada punggung
d. Jaringan payudara belum terlihat, putting masih berupa titik
e. Pada bayi perempuan, labia mayora belum menutupi labia minora
f. Pada bayi laki-laki, skrotum belum banyak lipatan, testis kadang belum turun
g. Rajah telapak tangan kurang dari 1/3 bagian atau belum terbentuk
h. Kadang disertai dengan pernapasan yang tidak teratur
i. Aktivitas dan tangisannya lemah
j. Reflek mengisap dan menelan tidak efektif atau lemah
2. Tanda-tanda bayi kecil untuk masa kehamilamn (KMK)
a. Umur bayi dapat cukup, kurang atau lebih bulan, tetapi beratnya kurang dari 2500
gram
b. Gerakannya cukup aktif, tangisan cukup kuat
c. Kulit keriput, lemak bawah kulit tipis

8
d. Bila kurang bulan, jaringan payudara kecil, putting kecil. Bila cukup bulan,
payudara dan putting sesuai masa kehamilan
e. Bayi perempuan bila cukup bulan labia mayora menutupi labia minora
f. Bagi laki-laki testis mungkin telah turun
g. Rajah telapak kaki lebih dari 1/3 bagian
h. Menghisap cukuo kuat

E. Patofisiologi BBLR
Temperatur dalam kandungan 37°C sehingga bayi lahir dalam ruangan
suhu temperatur ruangan 28-32°C. Perubahan temperatur ini perlu
diperhitungkan pada BBLR karena belum bisa mempertahankan suhu
normal yang disebabkan :
a. Tipis pusat pengaturan suhu badan masih dalam perkembangan
b. Intake cairan dan kalori kurang dari kebutuhan
c. Cadangan energi sangat kurang
d. Luas permukaan tubuh relativ luas sehingga risiko kehilangan panas lebih
besar
e. Jaringan lemak subkutan lebih tipis sehingga kehilangan panas lebih besar
f. BBLR sering terjadi penurunan berat badan di sebabkan: malas minum
dan pencernaan masih lemah
g. BBLR rentan infeksi sehingga terjadi sindrom gawat nafas, hipotermi,
hipoglikemia, hipokalsemia, dan hiperbilirubin (Sudarti, 2013)

9
Prematuritas Dismaturitas

Factor gabungan:
Factor ibu: umur (20 th), Factor plasenta: penyakit Factor janian: pertukaran zat antara
paritas,ras,infertibilitas. vaskuler,kehamilan kromoson, ibu dan janin
Riwayat kehamilan tak ganda , malformasi, TORCH
baik rahim abnormal, dll tumor Retardasi pertumbuha
inta utrerin

Dinding otot rahim Bayi lahir Berat badan < 2500


bagian bawah premature gram
rahim lemah (BBLR/BBSLR)

Jaringan lemak subkutan prematuritas


lebih tipis

Kehilangan panas melalui Penurunan Fungsi organ


kulit daya tahan belum baik

Resiko infeksi Paru otak


Resiko
ketidakseimbangan
suhu tubuh
Vasikuler paru Imuturitas
imatur sentrum2 vital

Ketidakefektifan Reflek menelan


pola napas belum
sempurna

Ketidakseimbangan
nutrisi kurang dari
kebutuhan tubuh

10
F. Masalah jangka pendek yang terjadi pada BBLR
Pada bayi BBLR banyak sekali risiko terjadi permasalahan pada sistem tubuh,
oleh karena kondisi tubuh yang tidak stabil. Kematian perinatal pada bayi BBLR adalah 8
kali lebih besar dari bayi normal. Prognosis akan lebih buruk bila berat badan semakin
rendah, kematian sering disebabkan karena komplikasi neonatal seperti asfiksia, aspirasi,
pneumonia, perdarahan intra kranial, hipoglikemia. Bila hidup akan dijumpai kerusakan
saraf, gangguan bicara, tingkat kecerdasan rendah. Prognosis ini juga tergantung dari
keadaan sosial ekonomi, pendidikan orang tua dan perawatan pada saat hamil, persalinan
dan postnatal. Pengaturan suhu lingkungan, resusitasi, makanan, pencegahan infeksi,
mengatasi pernapasan, asfiksia, hiperbilirubiinemia, hipoglikemia, dan lain-lain.
Di bawah ini adalah risiko permasalahan yang sering terjadi pada bayi BBBLR
dan memerlukan perawatan khusus. Pada bayi prematur dengan BBLR, ada beberapa
risiko permasalahan yang mungkin timbul :
a. Gangguan metabolic
1. Hipotermia
Terjadi karena hanya sedikitnya lemak tubuh dan sistem pengaturan suhu tubuh
pada bayi baru lahir belum matang. Adapun ciri-ciri bayi BBLR yang
mengalami hipotermia adalah sebagai berikut :
 Suhu tubuh < 32° C
 Mengantuk dan sukar dibangunkan
 Menangis sangat lemah
 Seluruh tubuh dingin
 Pernafasan lambat
 Pernapasan tidak teratur
 Bunyi jantung lambat
 Mengeras kaku (sklerema)
 Tidak mau menetek, sehingga berisiko dehidrasi.
2. Hipoglikemia
Gula darah berfungsi sebagai makanan otak dan membawa oksigen ke otak. Jika
asupan glukosa ini kurang, akibatnya sel-sel syaraf di otak mati dan
mempengaruhi kecerdasan bayi kelak

11
3. Hiperglikemia
Hiperglikemia sering merupakan masalah pada bayi yang sangat amat prematur
yang mendapat cairan glukosa berlebihan secara intravena tetapi mungkin juga
terjadi pada bayi BBLR lainnya.
4. Masalah pemberian ASI
Masalah pemberian ASI pada BBLR terjadi karena ukuran tubuh bayi dengan
BBLR kecil, kurang energi, lemah, lambungnya kecil dan tidak dapat mengisap.
Bayi dengan BBLR sering mendapatkan ASI dengan bantuan, membutuhkan
pemberian ASI dalam jumlah yang lebih sedikit tetapi sering. Bayi BBLR
dengan kehamilan kurang dari 35 minggu dan berat lahir kurang dari 2000 gram
umumnya bisa langsung menetek.
b. Gangguan imunittas
1. Gangguan imunologik
Daya tahan tubuh terhadap infeksi bekurang karena rendahnya kadar ig G,
maupun gamma globulin. Bayi prematur relative belum sanggup membentuk
antibodi dan daya fagositosis serta reaksi terhadap infeksi belum baik. Karena
sistem kekebalan tubuh bayi BBLR belum matang. Bayi juga dapat terkena
infeksi saat di jalan lahir atau tertular infeksi ibu melalui plasenta.
2. Kejang saat dilahirkan
Biasanya bayi akan dipantau 1 kali 24 jam untuk dicari penyebabnya. Misal
apakah karena infeksi sebelum lahir (prenatal), perdarahan intrakrania, atau
karena vitamin B6 yang dikomsumsi ibu. Selain itu bayi akan dijaga jalan
nafasnya agar tetap dalam kondisi bebas.
3. Ikterus (kadar bilirubin yang tinggi)
Ikterus adalah menjadi kuningnya warna kulit, selaput lender dan berbagai
jaringan oleh zat warna empedu. Ikterus neonatal adalah suatu gejala yang
sering ditemukan pada bayi baru lahir.Bayi BBLR menjadi kuning lebih awal
dan lebih lama daripada bayi yang cukup berat badannya.

12
c. Gangguan pernapasan
1. Sindroma gangguan pernapasan
Sindroma gangguan pernapasan pada bayi BBLR adalah perkembangan imatur
pada sistem pernapasan atau tidak adekuatnya jumlah surfaktan pada paru-paru.
Secara garis besar, penyebab sesak napas pada neonatus dapat dibagi yaitu:
kelainan medik HMD, sindroma aspirasi meconium, pneumonia atau kasus
bedah choana atresia, fistula trachea oesophagus, empisema lobaris kongenital.
Sedangkan gangguan napas yang sering terjadi pada bayi BBLR dapat
mengalami ganggun pernapasan oleh karena bayi menelan air ketuban sehingga
masuk ke dalam paru-paru dan kemudian mengganggu pernapasannya.
2. Asfiksia
Bayi BBLR bisa kurang, cukup atau lebih bulan, semuanya berdampak pada
proses adaptasi pernapasan waktu lahir sehingga mengalami asfiksia lahir. Bayi
BBLR membutuhkan kecepatan dan keterampilan resusitasi.
3. Apneu periodic (henti napas)
Kerap terjadi pada bayi BBLR karena prematuritas. Organ paruparu dan
susunan saraf pusat yang belum sempurna mengakibatkan kadang-kadang bayi
berhenti bernapas. Hal ini tentu memerlukan pemantauan dengan seksama
4. Paru belum berkembang
Sehingga menyebabkan bayi seak napas (asfiksia). Pada bayi BBLR baik
kurang, cukup atau lebih bulan, semuanya berdampak pada proses adaptasi
pernapasan waktu lahir sehingga mengalami asfiksia lahir. Bayi BBLR
membutuhkan kecepatan dan keterampilan resusitasi
d. Gangguan system peredaran darah
1. Masalah perdarahan
Perdarahan pada neonatus mungkin dapat disebabkan karena kekurangan faktor
pembekuan darah dan faktor fungsi pembekuan darah abnormal atau
menurun.Sebagai tindakan pencegahan terhadap perdarahan otak dan saluran
cerna pada bayi BBLR, dapat diberikan injeksi vitamin K.

13
2. Anemia
Anemia fisiologik pada bayi BBLR disebabkan oleh supresi eritropoesis pasca
lahir, persediaan besi janin yang sedikit, serta bertambah besarnya volume darah
sebagai akibat pertumbuhan yang relative lebih cepat. Oleh karena itu, anemia
pada bayi BBLR terjadi lebih dini.
3. Kejang
Suatu kondisi apabila ditemukan adanya tremor yng disertai adanya penurunan
kesadaran, terjadi gerakan yang tidak terkendali pada mulut, mata, atau anggota
gerak lain, atau terjadi mulut mencucu, terjadi kekakuan seluruh tubuh tanpa
adanya rangsangan.
e. Gangguan cairan dan elektrolit
1. Gangguan eliminasi
Kerja ginjal masih belum matang.Kemampuan mengatur pembuangan sisa
metebolisme dan air masih belum sempurna. Ginjal yang imatur baik secara
anatomis maupun fungsinya. produksi urine yang sedikit, urea clearene yang
renda, tidak sanggup mengurangi kelebihan air tubuh dan elektrolit dari badan
dengan akibat mudah terjadi edema dan asidosis metabolik.
2. Distensi abdomen
Yaitu kelainan yang berkaitan dengan usus bayi. Distensi abdomen akibat dari
motilitas usus berkurang, volume lambung berkurang, sehingga waktu
pengosongan lambung bertambah, daya untuk mencernakan dan mengabsorbsi
lemak, laktosa, vitamin yang larut dalam lemak dan beberapa mineral tertentu
berkurang. Kerja dari sfingter kardioesofagus yang belum sempurna
memudahkan terjadinya regurgitasi isi lambung ke esophagus dan mudah terjadi
aspirasi.
3. Gangguan pencernaan
Saluran pencernaan pada bayi BBLR belum berfungsi sempurna sehingga
penyerapan makanan dengan lemah atau kurang baik. Aktifitas otot pencernaan
masih belum sempurna, sehingga pengosongan lambung berkurang. Bayi BBLR
mudah kembung, hal ini disebabkan oleh karena stenosis anorektal, atresia
ileum, peritonitis meconium, dan mega colon.

14
G. Masalah jangka panjang pada BBLR
a. Masalah psikis
Masalah jangka panjang yang mungkin timbul pada bayi-bayi dengan berat badan
lahir rendah (BBLR) antara lain adalah sebagai berikut :
1. Gangguan perkembangan dan pertumbuhan
Pada bayi BBLR, pertumbuhan dan perkembangan lebih lambat berkaitan
dengan maturitas otak.
2. Gangguan bicara dan komunikasi
Penelitian longitudional menunjukkan perbedaan kecepatan bicara yang
menarik antara BBLR dan berat lahir normal (BLN). Pada bayi BBLR
kemampuan bicaranya akan terlambat dibandingkan BLN sampai usia 6 tahun.
b. Masalah fisik
1. Penyakit paru kronis
Keadaan ini dapat disebabkan karena infeksi, kebiasaan ibu merokok selama
kehamilan, dan radiasi udara di lingkungan.
2. Gangguan penglihatan dan pendengaran
Sering dikeluhkan gangguan penglihatan meskipun telah diberikan oksigen
terapi terkendali.Biasanya gangguan penglihatan ini menyerang bayi BBLR
dengan BB < 1500 gram dan masa gestasi < 30 minggu.Bayi biasa mengalami
kebutaan.
3. Kelainan bawaan
Kelainan bawaan adalah suatu kelainan pada struktur, fungsi maupun
metabolism tubuh yang ditemukan pada bayi ketika dia dilahirkan. Cacat
bawaan lebih sering di temukan pada bayi BBLR daripada bayi lahir hidup
lainnya. Sekitar 3-4 % bayi baru lahir memiliki kelainan bawaan yang berat.

H. Penatalaksanaan umum pada bayi BBLR


a. Mempertahankan suhu tubuh bayi
Bayi prematur akan cepat mengalami kehilangan panas badan dan menjadi
hipotermia, karena pusat pengaturan panas badan belum berfungsi dengan baik,
metabolismenya rendah, dan permukaan badan relatif luas. Oleh karena itu, bayi

15
prematur harus dirawat didalam inkubator sehingga panas badannya mendekati
dalam rahim. Bila belum memiliki inkubator, bayi prematur dapat dibungkus
dengan kain dan disampingnya ditaruh botol yang berisi air panas atau
menggunakan metode kangguru yaitu perawatan bayi baru lahir seperti bayi
kangguru dalam kantong ibunya
b. Pengaturan dan pengawasan intake cairan nutrisi
Pengaturan dan pengawasan intek nutrisi dalam hal ini adalah menentukan pilihan
susu, cara pemberiaan dan jadwal pemberian yang sesuai dengan kebutuhan bayi
BBLR. ASI (air susu ibu) merupakan pilihan pertama jika bayi mampu mengisap.
ASI merupakan makanan yang paling utama, sehingga asi adalah pilihan yang harus
didahulukan untuk diberikan. ASI juga dapat dikeluarkan dan diberikan pada bayi
yang tidak cukup mengisap. Bila faktor mengisapnya kurang maka ASI dapat
diperas dan diminumkan dengan sendok dengan perlahan-lahan atau dengan
memasang sonde ke lambung. Permulaan ciran yang diberikan sekitar 200 cc/kg
berat badan per hari.
c. Pencegahan infeksi
Infeksi adalah masuknya bibit penyakit atau kuman kedalam tubuh khususnya
mikroba. Bayi BBLR sangat mudah mendapat infeksi. Infeksi terutama disebabkan
oleh nosokomial. Rentan terhadap infeksi ini disebabkan oleh kadar imonogobulin
Bayi BBLR tidak boleh kontak dengan penderita infeksi dalam bentuk apapun.
Digunakan masker dan baju khusus dalam penanganan bayi, perawat luka tali pusat,
perawatan mata, hidung, kulit, tindakan aseptis dan antiseptik alat-alat yang
digunakan, isolasi pasien, jumlah pasien dibatasi, rasio perawat pasien ideal,
mengatur kunjungan, menghindari perawatan yang terlalu lama, mencegah
timbulnya asfiksia dan pemberian antibiotik yang tepat. Bayi prematur mudah
sekali terken infeksi, karena daya tahan tubuh yang masih lemah, kemampuan
leukosit masih kurang, dan pembentukan antibody belum sempurna. Oleh karena
itu, upaya preventiv dapat dilakukan sejak pengawasan antenatal sehingga tidak
terjadi persalinan prematuritas/ BBLR

16
d. Penimbangan berat badan
Perbuahan berat badan mencerminkan kondisi gizi atau nutrisi bayi dan erat
kaitannya dengan daya tahan tubuh, oleh sebab itu penimbangan berat badan harus
dilakukan dengan ketat.
e. Pemberian oksigen
Ekspensi paru yang buruk merupakan masalah serius bagi bayi preterm BBLR,
akibat tidak adanya alveoli dan surfaktan. Konsentrasi O2 yang di berikan sekitar
30-35% dengan menggunakan head box, konsentrasi O2 yang tinggi dalam masa
yang panjang akan menyebabkan kerusakan pada jaringan retina bayi yang dapat
menimbulkan kebutaan.
f. Pengawasan jalan nafas
Terhambatnya jalan nafas dapat menimbulkan asfiksia, hipoksia, dan akhirnya
kematian. Selain itu BBLR tidak dapat beradaptasi dengan asfiksia yang terjadi
selama proses kelahiran sehingga dapat lahir dengan asfiksia perinatal. Dalm
kondisi seperti ini diperlukan pembersihan jalan napas segera setelah lahir (aspirasi
lendir), dibaringkan pada posisi miring, merangsang pernapasan dengan
menepuk atau menjentik tumit (Proverawati, dkk, 2010).

I. Makanan bayi BBLR


a. Air susu ibu (ASI)
ASI adalah makanan terbaik bagi bayi, begitupun bagi bayi dengan BBLR, bayi-bayi
kecil biasanya belum mampu mengisap dengan baik karena itu pemberian minumnya
berupa ASI atau susu formula khusus untuk BBLR. Bila ASI ibu belum keluar
dilakukan melalui pipa lambung dan diberikan secara bertahap sampai jumlah
kebutuhannya terpenuhi. Yang perlu diperhatikan tentang aktivitas menyusui pada
kasus-kasus bayi yang lahir prematur ataupun yang memiliki berat badan yang rendah
adalah kondisi si bayi tersebut, apakah harus dipisahkan terlebih dahulu oleh ibunya
atau tidak (Proverawati, dkk.2010).
b. Makanan pertama
Prinsip utama pemberian makanan pada bayi prematur adalah sedikit demi sedikit,
secara perlahan dan hati-hati. Pemberian makanan ini berupa glukosa, ASI akan

17
mengurangi risiko hipoglikemia, dehidrasi dan hiperbilirubinemia. Bayi dengan
sindrom gawat napas atau penyakit berat lainnya harus mendapat kalori dan
pemberian makanan, elektrolit dan cairan melalui pembuluh darah karena pada
keadaan demikian makanan melalui mulut memudahkan terjadinya aspirasi. Bayi
yang daya isapnya kuat dan tanpa sakit berat dapat dicoba minum melalui mulut.
Umumnya bayi dengan BB kurang dari 1500 gram dan kebanyakan juga yang lebih
besar memerlukan minum pertama dengan pipa lambung karena belum adanya
koordinasi antara gerakan mengisap dan menelan.
c. Pemberian minum bagi BBLR
Pemberian minum bagi bayi berat lahir rendah (BBLR) menurut berat badan lahir dan
keadaan bayi adalah sebagai berikut :
1. Berat lahir 1750-2500 gram
a. Bayi sehat
Ingat bahwa bayi kecil lebih mudah merasa letih dan malas minum, anjurkan
bayi menyusu lebih sering (contoh: setiap 2 jam) bila perlu. Pantau pemberian
minum dan kenaikan berat badan untuk menilai efektifitas menyusui. Apabila
bayi kurang dapat mengisap, tambahkan ASI peras dengan menggunakan
salah satu alternative cara pemberian minum.
b. Bayi sakit
Apabila bayi dapat minum per oral dan tidak memerlukan cairan intravena,
berikan minum seperti pada bayi sehat. Apabila bayi memerlukan cairan
intravena :
 Berikan cairan intravena hanya selama 24 jam pertama
 Mulai berikan minum per oral pada hari ke-2 atau segera setelah bayi
stabil. Anjurkan pemberian ASI apabila ibu ada dan bayi menunjukkan
tanda-tanda siap untuk menyusu.
2. Berat lahir 1250-1499 gram
a. Bayi sehat
 Beri minum 8 kali dalam waktu 24 jam (contoh:setiap 3 jam) . Apabila
bayi telah mendapatkan minum 160 ml /kgBB per hari tetapi masih
tampak lapar, beri tambahan ASI setiapkali minum

18
 lanjutkan pemberian minum menggunakan cangkir/ sendok
 apabila bayi telah mendapatkan minum baik menggunkan cangkir,
sendok, coba untuk menyusi langsung.
b. Bayi sakit
 Beri cairan intravena hanya selama 24 jam pertama
 Beri ASI peras melalui pipa lambung mulai hari ke-2 dan kurangi
jumlah cairan intravena secara perlahan.
 Beri minum 8 kali dalam 24 jam (setiap 3 jam). Apabila bayi telah
mendapatkan minum 160 ml/ kgBB per hari tetapi masih tampak lapar,
beri tambahan ASI setiap kali minum.
 Lanjutkan pemberian minum menggunakan cangkir/ sendok.
 Apabila bayi telah mendapatkan minum baik menggunakan cangkir/
sendok, coba untuk menyusui langsung (Proverawati, dkk, 2010).

J. Pemeriksaan Penunjang pada BBLR


1. Pemeriksaan jumlah sel darah putih, 18.000/mm3 netrofil meningkat sampai 23.000-
24.000/ mm3 , hari pertama setelah lahir (menurun bila ada sepsis)
2. Hematokrit : 43%-61% (peningkatan sampai 65% atau lebih menandakan polisitemia,
penurunan kadar menunjukkan anemia atau hemoragic prenatal/perinatal)
3. Dektrosik untuk menyatakan hipoglikemi, tetes glukosa pertama selama 4-6 jam
pertama setelah kelahiran rata-rata 40-50 mg/dl meningkat 60-70 mg/dl pada hari
ketiga
4. Analisis gas darah, untuk menentukan derajat keparahan distress pernapasan bila ada
5. Hemoglobin: 15-20 gr/dl (kadar lebih rendah berhubungan dengan anemia atau
hemolisis berlebih)
6. Bilirubin, mungkin meningkat pada polisetemia. 6 mg/dl pada hari pertama
kehidupan, 8 mg/dl 1-2 hari, dan 12 mgdl pada 3-5 hari
7. Elektrolit serum untuk mengkaji adanya hipokalsemia

19
K. Upaya Menurunkan terjadinya kasus bayi BBLR
1. Pencegahan kejadian BBLR
Sulit untuk menentukan tindakan pencegahan pada kasusu bayi BBLR, oleh karena
penyebabnya umumnya terjadinya kasus bayi BBLR yang bersifat multifaktorial.
Beberapa usaha yang dpat menurunkan prevalensi bayi BBLR di masyarakat, yaitu
melakukan beberapa upaya berikut :
a. Mendorong perawatan kesehatan remaja putri.
b. Mengusahakan semua ibu hamil mendapatkan perawatan antenatal yang
komperhensif
c. Memperbaiki status gizi ibu hamil, dengan mengkonsumsi makanan yang lebih
sering atau lebih banyak, dan lebih diutamakan makanan yang mengandung
uytilent yang memadai
d. Menghentikan kebiasaan merokok, menggunakan obat-obatan terlarang dan
alcohol padaa ibu hamil.
e. Meningkatkan pemeriksaan kehamiln secara berkala minimal 4 kali selama
kurun kehamilan dan dimulai sejak umur kehamilan muda.
f. Mengkonsumsi table zat gizi secara rutin sebanyak 1 tablet perhari
g. Penyuluhan kesehatan tentang pertumbuhan dan perkembangan janin dalam
rahim
h. Menganjurkan lebih banyak istirahat bila kehamilan mendekati arterm atau
istirahat baring bila terjadi keadaan yang menyimpang dari kehamilan normal
i. Hendaknya ibu merencanakan persalian pada kurun umum reproduksi sehat (20-
34 tahun)
j. Kurangi kegiatan yang melelahkan secara fisik semasa kehamilan
k. Konseling pada suami istri untuk mengusahakan agar jaga jarak antara
kehamilan paling sedikit 2 tahun
l. Meningkatkan penerimaan gerakan keluarga berencana (KB)
m. Meningkatkan gizi masyarakat sehingga dapat mencegah terjadinya persalinan
dengan BBLR
n. Memberikan program stimulasi pada BBLR lebih meningkatkan tingkat
perkembangan anak

20
2. Mengurangi risiko kelainan bawaan
Beberapa jenis kelainan bawaan memang tidak dapat dicegah, namun ada beberapa
hal yang dapat dilakukan untuk mengurangi risiko terjadinya kelainan bawaan
sebagai berikut:
a. Tidak merokok dan menghindari asap rokok
b. Menghindari alcohol
c. Menghindari obat-obatan terlarang
d. Memakan makanan yang bergizi dan mengkonsumsi vitamin prenatal
e. Melakukan olah raga dan istirahat yang cukup
f. Melakukan pemeriksaan prenatal secara rutin
g. Mengkonsumsi suplemen asam folat
h. Mejalani vaksisn sebagai perlindung terhadap infeksi

Beberapa infeksi selama kehamilan yang dapat menyebabkan sejumlah kelainan


bawaan:

 Sindroma rubella congenital ditandai dengan gangguan penglihatan atau


pendengaran, kelainan jantung, keterbelakangan mental dan cerebral palsy
 Infeksi toksoplasmosis pada ibu hamil bisa menyebabkan infeksi mata yang
bisa berakibat fatal, gangguan pendengaran, ketidakmampuan belajar,
pembesaran hati atau limpa, keterbelakangan mental dan cerebral palsy
 Infeksi virus herpes genitalis pada ibu hamil, jika ditularkan kepada bayinya
sebelum atau selama proses persalinan berlangsung, bisa menyebabkan
kerusakan otak, cerebral palsy, gangguan penglihatan atau pendengaran
serta kematian bayi
 Sindroma varicella congenital disebebkan oleh cacara air dan bisa
menyebabkan terbentuknya jaringan parut pada otot dan tulang, kenainan
bentuk dan kelumpuhan pada anggota gerak, kepala yang berukuran lebih
kecil dari normal, kebutaan, kejang dan keterbelakngan mental

21
L. Asuhan Pada BBLR
a. pengkajian
pengkajian dilakukan dari ujung kaki hingga ujung rambut, meliputi semua system
pada bayi. Pengkajian diawali dari anamnesis dan pemeriksaan fisik. Lakukan
pemeriksaan dengan teliti, semua aspek berikut:
1. Kulit keriput, tipis, penuh lanugo pada dahi, pelipis, telinga dan lengan, lemak
jaringan sedikit (tipis).
2. Kuku jari tangan dan kaki belum mencapai ujung jari
3. Pada bayi laki-laki testis belum turun.
4. Pada bayi perempuan labia mayora lebih menonjol.
5. Gerakan bayi pasif dan tangis hanya merintih, walaupun lapar bayi tidak
menangis, bayi lebih banyak tidur dan lebih malas.
6. Suhu tubuh mudah untuk menjadi hipotermi.
7. Umur kehamilan sama dengan atau kurang dari 37 minggu.
8. Berat badan sama dengan atau kurang dari 2.500 gram,
9. Panjang badan sama dengan atau kurang dari 46 cm, lingkar kepala sama dengan
atau kurang dari 33 cm, lingkar dada sama dengan atau kurang dari 30 cm.
10. Rambut lunugo masih banyak.
11. Jaringan lemak subkutan tipis atau kurang.
12. Tulang rawan daun telinga belum sempurna pertumbuhannya.
13. Tumit mengkilap, telapak kaki halus.
14. Genetalia belum sempurna, labia minora belum tertutup oleh labia mayora,
klitoris menonjol (pada bayi perempuan). Testis belum turun ke dalam skrotum,
pigmentassi dan rugue pada skrotum kurang (pada bayi laki-laki).
15. Tonus otot lemah sehingga bayi kurang efektif dan pergerakkannya lemah.
16. Fungsi syraf yang belum atau tidak efektif dan tangisnya lemah.
17. Jaringan kelenjar mammae masih kurang akibat pertumbuhan otot dan jaringan
lemak masih kurang.
18. Verniks kaseosa tidak ada atau sedikit bila ada.

22
Pemeriksaan
i. Fisik
Bayi kecil, pergerakan kurang dan lemah, BB<2500 gr, tangis lemah
Kulit dan Kelamin
Kulit tipis, transparan, genetalia belum sempurna
Lingkaran lengan atas bayi kurang dari 9 cm. ( diukur pada pertengahan lengan
atas ). Tubuhnya kurang berisi, ototnya lembek ddan kulitnya mungkin keriput
atau tipis.
ii. Syaraf
Reflek menghisap, menelan buruk
Reflek batuk belum sempurna
iii. Musculoskeletal
Otot hipotonik, tungkai abduksi, sendi lutut dan kaki fleksi
iv. Sistem pernapasan
Nafas belum teratur, apnea, frekuensi nafas bervariasi

Sebelum bayi lahir

1. Pada anamnesis sering dijumpai adanya riwayat abortus, partus premature dan
lahir mati
2. Pembesaran uterus tidak sesuai tuanya kehamilan
3. Pergerakan janin yang pertama terjadi lebih lambat, gerakan janin lebih lambat
walaupun kehamilannya sudah agak lanjut
4. Pertambahan berat badan ibu lambat dan tidak sesuai menurut yang seharusnya
5. Sering dijumpai kehamilan dengan oligradramnion gravidarum atau perdarahan
anterpartum

Setelah bayi lahir

1. Bayi dengan retadasi pertumbuhan intra uterin


2. Bayi premature yang lahir sebelum kehamilan 37 minggu
3. Bayi small for date sama dengan bayi dengan retardasi pertumbuhan intrauterine
4. Bayi premature kurang sempurna pertumbuhan alat-alat dalam tubuh nya.

23
BAB III
TINJAUAN KASUS
Bayi laki-laki dilahirkan dengan BB 2000 gram dan PB 35 cm, pada usia kehamilan 32
minggu. Ibu mengalami KPD, usia 43 tahuan dan mengalami gizi kurang. Hasil
pemeriksaan fisik didapati: kulit tipis dan berkeriput, penuh lanugo di dahi, pelipis,
lengan, suhu tubuh bayi : 36˚c, detak jantung 130x/menit, pernapasan 55x/menit.
Pemeriksaan rooting dan sucking reflex masih lemah. Saat ini bayi berada di incubator.
Sesekali tampak orang tua menengok bayi dari luar jendela dan menangis. Ibu
mengatakan khawatir dengan kondisi bayinya saat ini.

A. DATA FOKUS

DO (Data Objektif)

 Lahir dengan BB 2000 gram


 Panjang badan 35 cm
 Kulit tampak tipis dan berkeriput
 Tampak terdapat lanungo di dahi, pelipis, lengan
 Suhu tubuh bayi 36˚c
 Detak jantung 130x/menit
 Pernapasan 55x/menit
 tampak orang tua menengok bayi dari luar jendela dan menangis
 ibu mengalami KPD pada usia kehamilan 32 minggu

DS (Data Subjektif)

 ibu mengatakan khawatir dengan kondisi bayinya saat ini


 ibu mengatakan mengalami kurang gizi
 pasien mengatakan kaya merasa ada rembesan

24
B. ANALISIS DATA
No Sysmtom Etiologi Problem
1.  Kulit tampak tipis dan Imaturitas neurologis Ketidakefektifan
berkeriput pola napas (00032)
 Tampak terdapat lanungo
di dahi, pelipis, lengan
 Detak jantung 130x/menit
 Pernapasan 55x/menit
2.  pasien mengatakan kaya ketuban pecah dini Resiko infeksi
merasa ada rembesan
 Ibu mengalami KPD pada
usia 43 tahun

3.  Pasien mengatakan saat kurang asupan Ketidakseimbangan


hamil kurang makanan nutrisi kurang dari
mengkonsumsi makanan kebutuhan tubuh
yang bergizi
 Bayi : 2000 gram
 PB : 35 cm
 pasien mengalami gizi
yang kurang
4.  Suhu : 36 derajat celsius gangguan yang Resiko
 Bayi berada di inkubator mempengaruhi ketidakseimbangan
 Ibu pasien mengatakan regulasi suhu suhu tubuh
khawatir dengan kondisi
bayinya saat ini

25
C. DIAGNOSA KEPERAWATAN

1. Ketidakefektifan pola napas berhubungan dengan Imaturitas neurologis ditandai dengan :

 Kulit tampak tipis dan berkeriput


 Tampak terdapat lanungo di dahi, pelipis, lengan
 Detak jantung 130x/menit
 Pernapasan 55x/menit

2. Resiko infeksi berhubungan dengan ketuban pecah dini ditandai dengan :

 pasien mengatakan kaya merasa ada rembesan


 Ibu mengalami KPD pada usia 43 tahun

3. Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan kurang asupan
makanan ditandai dengan :

 Pasien mengatakan saat hamil kurang mengkonsumsi makanan yang bergizi


 BB Bayi : 2000 gram
 PB : 35 cm
 pasien mengalami gizi yang kurang

4. Resiko ketidakseimbangan suhu tubuh berhubungan gangguan yang mempengaruhi regulasi


suhu ditandai dengan :

 Suhu : 36 derajat celsius


 Bayi berada di inkubator
 Ibu pasien mengatakan khawatir dengan kondisi bayinya saat ini

D. PERENCANAAN KEPERAWATAN

NO PRIORITAS NOC NIC


DIAGNOSA
1. Ketidakefektifan pola Respiratory status : ventilation Infection control (kontrol innfeksi)
napas berhubungan - Menunjukan jalan nafas - Pertahankan jalan nafas

26
dengan Imaturitas yang paten ( klien tidak yang paten
neurologis ditandai dengan merasa tercekik, irama - Atur peralatan oksigenasi
: nafas, frekuensi nafas - Monitor aliran oksigen
 Kulit tampak tipis dalam rentang normal, - Pertahankan posisi pasien
dan berkeriput tidak ada suara nafas - Observasi adanya tanda-
 Tampak terdapat abnormal tanda hipoventilasi
lanungo di dahi, - TTV dalam rentang - Monitor apaka adanya
pelipis, lengan normal (tekanan darah, kecemasan pasirn terhadap
 Detak jantung nadi ,RR) oksigrnasi
130x/menit - - Monitor TD, nadi, suhu,RR

 Pernapasan - Monitor Vs saat pasien

55x/menit berbaring, duduk dan


berdiri
- Monitor kualitas dari nadi
- Monitor frekuensi irama

DEFINISI: dan pernafasan

Inspirasi dan / ekspirasi - Monitor suara paru

yang tidak memberi - Monitor pada pernafasan

ventilasi abnormal
- Monitor suhu,warna dan
kelembaban kulit
- Monitor sianosis perifer
- Monitor adanya cushing
triad (tekanan nadi yang
melebar, bradikardi,
peningkatan sistolik)
- Identifikasi penyebab dari
perubahan vital sign
2. Resiko infeksi Knoewlodge: Infection control Infection control (kontrol innfeksi)
berhubungan dengan - Klien bebas dari tanda - Cuci tangan sebelum dan
ketuban pecah dini dan gejala infeksi sesudah tindakan

27
ditandai dengan : - Mendeskripsikan proses keperawatan
 pasien mengatakan penularan serta - Ganti letak IV perifer dan
kaya merasa ada penatalaksanaannya line central dan dressing
rembesan - Menunjukkan sesuai dengan petunjuk
 Ibu mengalami kemampuan untuk umum
KPD pada usia 43 mencegah timbulnya - Tingkatkan intake nutrisi
tahun infeksi - Berikan terapi antibiotik
- Jumlah leukosit dalam bila perlu infection
DEFINISI: batas normal protection (proteksi
Mengalami peningkatan Menunjukkan perilaku terhadap infeksi)
resiko terserang organisme hidup sehat - Monitor tanda dan gejala
patogenik sistemik dan lokal
- Monitor kerentanan
terhadap infeksi
- Batasi pengunjung
- Pertahankan teknik asepsis
pada pasien ysng beresiko
- Dorong maasukan cairan
- Dorong istirahat
- Intruksikan pasien untuk
meminum antibiotik sesuai
resep
- Ajarkan pasien dan keluarga
untuk mengenali tanda dan
gejala infeksi
- Ajarkan cara menghindari
infeksi
- Laporakan kecurigaan
infeksi
- Laporakan kultur positif
3. Ketidakseimbangan nutrisi Status Nutrisi : Nutrision Management :

28
kurang dari kebutuhan - Adanya peningkatan berat - Kaji apakah adanya alergi
tubuh berhubungan badan yang sesuai dengan pada makanan
dengan kurang asupan tujuan - Kolaborasi dengan ahli gizi
makanan ditandai dengan : - Berat badan sesuai untuk menentukan jumlah
 Pasien mengatakan dengan tinggi badan kalori dan nutrsi yang
saat hamil kurang - Mampu mengidentifikasi dibutuhkan pasien
mengkonsumsi kebutuhan nutrisi - Anjurkan pasien untuk
makanan yang - Tidak ada tanda-tanda meningkatkan intke Fe
bergizi malnutrisi - Anjurkan pasien untuk
 BB Bayi : 2000 - Menunjukan peningkatan meningkatakan protein dan
gram fungsi pengecapan dari viamin c
 PB : 35 cm menelan - Yakinkan diet yang

 pasien mengalami - Tidak terjadi penurunan dimakan mengandung serat

gizi yang kurang berat badan untuk mencegah konstipasi


- Berikan makanan ysng

DEFINISI: terpilih ( sudah

Asupan nutrisi kurang dikonsultasikan dengan ahli

memenuhi kebutuhan gizi)

metabolik - Monitor jumlah nutrisi dan


kandungan kalori
- Beerikan informasi tentang
kebutuhan nutrisi
- Kaji kemampuan pasien
untuk mndapatkan nutrisi
yang dibutuhkan
- BB pasien dalam batas
normal
- Monitor jika ada penurunan
berat badan
- Jadwalkan pengobatan dan
tindakan tidak selama jam

29
makan
- Monitor kulit kering dan
perubahan pigmentasi
- Monitor turgor kulit
- Monitor kadar albuminn,
total protein, Hb, dan kadar
Ht
- Monitor pertumbuhan dan
perkembangan
- Monitor kalori dan intake
nutrisi
- Monitor pucat,
kemerahan,dan kekeringan
jaringan konjungtiva
- Catat jika lidah berwarna
magenta sclelet
-
4. Resiko Termoregulasi : Temperature regulation
ketidakseimbangan suhu - Suhu kulit normal (pengaturan suhu) : Newborn care :
tubuh berhubungan - Suhu badan 36 -37 derajat - Pengaturan suhu mencapai
gangguan yang celsius atau mempertahankan suhu
mempengaruhi regulasi - TTV dalam bats normal tubuhdalam range normal
suhu ditandai dengan : - Hidrasi adekuat - Pantau suhu bayi BBLR
 Suhu : 36 derajat sampai stabil
celsius - Pantau tekanan darah, nadi
 Bayi berada di suhu, RR
inkubator - Pantau warna dan suhu kulit
 Ibu pasien - Pantau dan laporkan tanda
mengatakan dan gejala jika terjadi
khawatir dengan hipertermi dan hipotermi
kondisi bayinya - Tingkatkan keadekuatan

30
saat ini masukan cairan dan nutrisi
- Pertahankan panas suhu
bayi
DEFINISI :
Beresiko mengalami
kegagalan
mempertahankan suhu
tubuh dalam kisaran
normal

31
BAB IV

PENUTUP

A. Kesimpulan
Masa neonatus dan beberapa minggu sesudahnya masih merupakan masa yang
rawan karena disamping kekebalan yang masih kurang juga gejala penyakit spesifik.
Pada periode-periode tersebut tidak dapat dibedakan dengan penyakit lain sehingga sulit
dideteksi pada usia minggu-minggu pertama kelainan yang timbul banyak yang berkaitan
dengan masa kehamilan atau proses persalinan sehingga perlu penanganan segera dan
khusus
Bayi baru lahir dengan berat balir rendah (BBLR) ,merupakan salah satu factor
resiko yang mempunyai konstribusi terhadap kematian bayi. Khususnya pada masa
perinatal, selain itu bayi berat lahir rendah dapat mengalami gangguan mental dan fisik
pada usia tumbuh kembang selanjutnya, sehingga membutuhkan biaya perawatan yang
tionggi seperti diletakkan dalam incubator.

32
DAFTAR PUSTAKA

A.Aziz Alimun Hidayat. 2005. Pengantar Ilmu Keperawatan Anak: buku 1. Jakarta: Salemba
Medika

Atikaah Proverawati, SKM, MPH dan Cahyo Ismawati S, S. Keo., Ns. Juni 2010. Berat Badan
Lahir Rendah (BBLR). Yogyakarta: Nuha medika

Miyatani, S. ST., M. Biomed. 2009. Asuhan Keperawatan Maternitas. Jakarta: Salemba


Medika.

iii

You might also like