You are on page 1of 7

LAPORAN PRAKTIKUM

ILMU TANAH HUTAN


ACARA VI
CIRI KIMIA TANAH

Disusun oleh :
Nama : Eris Supriatna
NIM : 18/427412/KT/08724
Co-Ass : Katrin Nastiti
Shift : Rabu, 15.00

LABORATORIUM FISIOLOGI DAN TANAH HUTAN


DEPARTEMEN SILVIKULTUR
FAKULTAS KEHUTANAN
UNIVERSITAS GADJAH MADA
YOGYAKARTA
2018
ACARA VI
CIRI KIMIA TANAH

I. TUJUAN
Tujuan dari praktikum ini adalah:
1. Agar mahasiswa dapat mengetahui metode selidik cepat kualitatif terhadap macam-
macam tanah
2. Agar mahasiswa terampil menguji tanah dengan metode selidik cepat kualitatif di
laboratorium
3. Agar mahasiswa dapat membandingkan sifat-sifat utama tanah dari contoh-contoh
tanah
4. Agar mahasiswa dapat memperkirakan proses-proses pedogenesa yang mungkin
terjadi dari sifat-sifat yang diuji.

II. DASAR TEORI


Bahan induk tanah dapat berasal dari batuan atau longgokan biomassa mati
sebagai bahan mentah. Yang berasal dari batuan akan menghasilkan tanah mineral,
sedang yang berasal dari longgokan biomassa mati akan menghasilkan tanah organik.
Bahan penyusun tanah organik dirajai oleh bahan organik dengan campuran bahan
mineral berupa endapan aluvial. Sifat bahan mentah dan bahan induk berpengaruh atas
laju dan jalan pembentukan tanah, seberapa jauh pembentukan tanah dapat maju, dan
seberapa luas faktor-faktor lain dapat berpengaruh. Sifat-sifat tersebut ialah susunan
kimia, sifat fisik dan sifat permukaan. Dalam hal bahan mentah dan bahan induk mineral
sifat-sifat yang berpengaruh termasuk pula susunan mineral, dan dalam hal bahan mentah
dan bahan induk organik sifat-sifat yang berpengaruh termasuk pula susunan jaringan.
Sifat fisik berkenaan dengan struktur dan granularitas. Sifat permukaan berkenaan dengan
kemudahan kelangsungan reaksi antarmuka (interface). (Tejoyuwono Notohadiprawiro.
2006)
Warna tanah dipengaruhi oleh beberapa faktor, antara lain bahan organik yang
menyebabkan warna gelap atau hitam, kandungan mineral primer fraksi ringan seperti
kuarsa dan plagioklas yang memberikan warna putih keabuan, serta oksida besi seperti
goethit dan hematit yang memberikan warna kecoklatan hingga merah. Makin coklat
warna tanah umumnya makin tinggi kandungan goethit, dan makin merah warna tanah
makin tinggi kandungan hematit (Eswaran dan Sys 1970; Allen dan Hajek 1989;
Schwertmann dan Taylor 1989).
Tanah Ultisol mempunyai tingkat perkembangan yang cukup lanjut, dicirikan
oleh penampang tanah yang dalam, kenaikan fraksi liat seiring dengan kedalaman tanah,
reaksi tanah masam, dan kejenuhan basa rendah. Pada umumnya tanah ini mempunyai
potensi keracunan Al dan miskin kandungan bahan organik. Tanah ini juga miskin
kandungan hara terutama P dan kation-kation dapat ditukar seperti Ca, Mg, Na, dan K,
kadar Al tinggi, kapasitas tukar kation rendah, dan peka terhadap erosi (Sri Adiningsih
dan Mulyadi 1993).
Unsur-unsur hara esensial adalah unsur yang sangat diperlukan bagi tanaman, dan
fungsinya bagi tanaman tidak dapat digantikan oleh unsur lain, sehingga bila tidak
terdapat dalam jumlah yang cukup didalam tanah, tanaman tidak dapat tumbuh dengan
normal. Unsur-unsur hara esensial dapat berasal dari udara, air dan tanah. Jumlah unsur
hara esensial ada 17, yaitu : Unsur makro : C, H, O, N, P, K, Ca, M g, dan S. Unsur
mikro : Fe, Mn, B, Mo, Cu, Zn, Cl, dan Co. Unsur hara makro adalah unsur hara yang
dibutuhkan daalm jumlah banyak. Unsur hara mikro adalah unsur hara yang dibutuhkan
daalm jumlah sangat sedikit ( Agus et.al, 2008 ).
Bahan organik tanah regosol bergantung pada bahan induknya yaitu abu vulkan,
mergel atau napal dan pasir pantai. Akan tetapi biasanya tanah regosol miskin hydrogen.
Kandungan unsur hara tanah latosol pada umumnya rendah sampai sedang. Kandungan
bahan organik tanah mediteran umumnya rendah sampai sangat rendah. Pada horizon A
atau lapisan tanah atas mengandung paling tinggi 3 persen. Kandungan bahan organik
lapisan tanah atas tanah grumusol pada umumnya rendah, yaitu 1 - 3,5 persen. Kandungan
unsur hara tanah andosol adalah sedang sampai tinggi, yaitu antar 11-20 persen ( Bale,
1996 ).
Penentuan tingkat kesuburan pada lahan gambut dapat dilakukan dengan
melakukan analisis sifat kimia tanah. Analisis sifat kimia tanah tersebut meliputi
analisis kandungan unsur utama seperti N dan P, tingkat kemasaman (pH), kapasitas
tukar kation (KTK), kandungan bahan organik (C/N), kation basa (K, Ca, Mg, Na)
dan kandungan asam organik (Jumin, 1998).
Pembukaan lahan gambut dengan cara membuat saluran drainase akan
menyebabkan penurunan muka air tanah dan perubahan ekosistem. Perubahan
ekositem ini mengakibatkan perubahan karakteristik dan sifat fisik, kimia dan biologi
tanah (Sutarta et al., 2006).
III. ALAT DAN BAHAN
Bahan dan alat yang digunakan adalah:
1. Larutan H2O2 10%.
2. Larutan HCl 2N atau 10%.
3. Larutan K3Fe(CN)6 0,5%
4. Larutan KCNS 10%
5. Larutan a a dipiridil.
6. Larutan NaOH 40%.
7. Larutan H2O2 3%.
8. Soil Munsell Colour Chart.
9. Kertas HVS/Kertas saring.
10. Contoh tanah Regosol, Mediteran, Rendzina, dan Andosol.
IV. CARA KERJA
a) Penentuan bahan organic
1. Sebongkah tanah diambil kira-kira 5 gram
2. Tanah diratakan pada alas kertas
3. Tanah ditetesi dengan kamikalia H2O2 10%
4. Pembuihan pada tanah diamati
5. dan dicatat perbandingan banyaknya buih antar sampel.
b) Penentuan kapur (CaCO3)
1. Sebongkah tanah diambil kira-kira 5 gram
2. Tanah diratakan pada alas kertas
3. tanah ditetesi dengan kamikalia HCL 2N atau 10%
4. Percikan dan suara desis pada tanah yang ditetesi diamati
5. Perbandingan banyaknya percik dan kerasnya desis antara sampel contoh
tanah yang satu dengan yang lainnya dicatat dan tanda (+) diberi pada yang
memercik banyak dan bersuara desis. Sedangkan tanda (-) berarti
tidak dapat bereaksi.
c) Penentuan Ferro dan Ferri
1. Sebongkah tanah diambil kira-kira 5 gram
2. Tanah diratakan pada alas kertas
3. Tanah ditetesi dengan kamikalaHCL 2N kemudian dengan K3Fe(CN)6 0,5
% untuk menguji Ferro ( Fe2+) dan dengan KCNS 10 % untuk pengujian
Ferri ( Fe3+)
4. Diamati, warna pengujian ferro adalah biru, dan warna
pengujian ferri adalah merah.
5. Penafsiran hasil :
 Hanya timbul warna merah : suasana oksidatif (oksik) mutlak
(O3)
 Merah nyata disertai hijau : suasana oksik kuat (O2)
 Merah nyata disertai biru :suasana oksik sedang (O1) atau
reduktif (anoksik) sedang (R1)
 Biru nyata disertai merah jambu : suasana anoksik kuat (R1)
 Hanya timbul warna biru nyata : suasana anoksik mutlak (R3)
Catatan :
Larutan K3Fe(CN)6 0,5% berwarna kuning sehingga warna kuning saja
bukan warna reaksi ferro. Reaksi ferro lemah menimbulkan warna hijau
karena biru campur kuning jadi hijau.
d) Pengamatan Gleisasi
1. Langkah 1 & 2 masih sama seperti di atas
2. Tanah ditetesi dengan kamikala HCL 2N atau 10 %, kemudian dengan
alfa alfa dipiridil.
3. Diamati warna merah di sebalik kertas yang berisi tanah teruji.
4. Dicatat perbandingan intensitas warna merah antara sampel yang satu
dengan yang lainnya. Yang kuat diberi tanda positif (+), dan yang tidak
bereaksi diberi tanda negative ( - ).
Keterangan :
Alfa-alfa dipiridil adalah zat beracun, maka harus dijaga jangan sampai terhisap
atau terkena kulit.
e) Pengamatan Si
1. Langkah 1 & 2 juga tetep masih sama
2. Kemudian tanah ditetesi dengan kamikala NaOH 40 %
3. Diamati percikan pada tanah
4. Dicatat perbandingan banyaknya percik antara sampel contoh tanah yang
satu dengan yang lainnya. Yang kuat diberi tanda (+) lebih banyak, dan
yang tidak bereaksi diberi tanda negatif (-).
f) Penentuan Mn
1. Langkah 1 & 2 diulangi lagi
2. Tanah ditetesi dengan kamikala H2O2 3 %
3. Diamati percikan pada tanah
4. Dicatat perbandingan banyaknya percik antara sampel contoh tanah yang
satu dengan yang lainnya. Yang kuat diberi tanda (+) lebih banyak, dan
yang tidak bereaksi diberi tanda negatif (-).
g) Penentuan warna tanah
1. Diamati sebongkah tanah lembab.
2. Tanah dibandingkan dengan warna tanah pada Soil Munsell Colour Chart.
3. Dicatat sebutan dan nilai warna kuantitatifnya ( Hue, Value,
dan Chromanya)
4. Apabila ada bercak tanah maka dicari matrik (utama) dahulu baru warna
bercaknya.
1. Agus, C., et. al. 2008. Petunjuk Praktikum Ilmu Tanah. Laboratorium Ilmu
Tanah Hutan Jurusan Budidaya Hutan UGM. Yogyakarta
2. Bale, Anwar. 1996. Petunjuk Praktikum Ilmu Tanah Hutan. Fakultas Kehutanan.
Universitas Gadjah Mada. Yogyakarta.
3. Eswaran, H. and C. Sys. 1970. An evaluation of the free iron in tropical andesitic
soil. Pedologie 20: 62−65.
4. Jumin, H. B. 1998 Agronomi. Raja Grafindo Persada. Jakarta.
5. Repro: Ilmu Tanah Universitas Gadjah Mada (2006) TANAH DAN
LINGKUNGAN1 Tejoyuwono Notohadiprawiro
6. Sri Adiningsih, J. dan Mulyadi. 1993. Alternatif teknik rehabilitasi dan
pemanfaatan lahan alang-alang. hlm. 29−50. Dalam S. Sukmana, Suwardjo, J. Sri
Adiningsih, H. Subagjo, H. Suhardjo, Y. Prawirasumantri (Ed.). Pemanfaatan
lahan alang-alang untuk usaha tani berkelanjutan. Prosiding Seminar Lahan
Alang-alang, Bogor, Desember 1992. Pusat Penelitian Tanah dan Agroklimat.
Badan Litbang Pertanian.
7. Sutarta, E. S. Siregar, H. H. Harahap, I. Y. Sugiyono. & Rahutomo, S. 2006.
Potensi Lahan untuk Kelapa Sawit di Indonesia. Pusat Penelitian Kelapa Sawit,
Medan.

You might also like