Professional Documents
Culture Documents
2.1. Bunyi
2.1.1 Defenisi Bunyi
Bunyi atau suara di defenisikan sebagai serangkaian gelombang yang merambat dari
suara sumber getar sebagai akibat perubahan kerapatan dan juga tekanan udara (J.F.Gabriel,
1996). Defenisi lain suara adalah sensasi yang dihasilkan apabila getaran longitudinal
molekul-molekul dari lingkungan luar, yaitu pemadatan dan perenggangan dari molekul-
molekul yang silih berganti, mengenai membran timpani. Pola dari gerakan ini
digambarkan sebagai perubahan-perubahan tekanan pada membran timpani tiap unit waktu
merupakan sederatan gelombang dan gerakan ini dalam lingkungan sekitar kita umumnya
dinamakan gelombang suara. Bunyi merupakan perubahan tekanan dalam udara yang
Terdiri dari daun telinga dan liang telinga (audiotory canal), dibatasi oleh membran
timpani. Telinga bagian luar berfungsi sebagai mikrofon yaitu menampung gelombang
suara dan menyebabkan membran timpani bergetar. Semakin tinggi frekuensi getaran
meneruskan getaran yang telah diperbesar ke oval window yang bersifat fleksibel. Oval
Yang juga disebut cochlea dan berbentuk rumah siput. Cochlea mengandung cairan,
di dalamnya terdapat membran basiler dan organ corti yang terdiri dari sel-sel rambut
yang merupakan reseptor pendengaran. Getaran dari oval window akan diteruskan oleh
cairan dalam cochlea, mengantarkan membran basiler. Getaran ini merupakan implus
bagi organ corti yang selanjutnya diteruskan ke otak melalui syaraf pendengar (Buchari,
2007).
Kebisingan adalah bunyi yang tidak diinginkan dari usaha atau kegiatan dalam
tingkat dan waktu tertentu yang dapat menimbulkan gangguan kesehatan manusia dan
suara atau bunyi yang tidak dikehandaki atau dapat diartikan pula sebebagai suara yang
Bunyi dinyatakan sebagai sensasi pendengaran yang lewat telinga dan timbul karena
penyimpangan tekanan udara. Penyimpangan ini biasanya disebabkan oleh beberapa benda
yang bergetar, misalnya dawai gitar yang dipetik atau garpu tala yang dipukul. Sewaktu
fluktuasi tekana udara ini membentur gendang pendengaran(membran timpani) dari telinga
tersebut. Getaran ini melalui saluran dan proses tertentu akan sampai diotak kita dimana hal
Pada kondisi atau aktifitas tertentu, misalnya saat seseoarang berpindah dari satu
lokasi ke lokasi lain dengan perbedaan tingkat ketinggian lokasi cukup besar dalam waktu
relatif singkat, akan timbul perbedaan tekanan udara antara bagian depan dan belakang
gendang telinga. Akibatnya gendang telinga tidak dapat bergetar secara efisien, dan sudah
Suara bising akan dapat terjadi apabila ada 3 (tiga) hal yaitu : sumber bising,
media/udara, dan penerima. Dari sumber bising, suara akan merambat melalui udara dalam
tidak akan terjadi tanpa adanya media/udara. Pengurangan kebisingan dapat dilakukan
dengan jalan penggunaan isolasi/isolator antara sumber dan penerima (Doelle, 1993).
Telinga manusia hanya mampu menangkap suara yang ukuran intensitasnya bekisar
antara 20-20.000Hz dan dengan frekuensi suara sekitar 80 dB (batas aman) (Chandra,
2007). Lebar responden telinga manusia diantara 0 dB-140 dB yang dapat didengar. Dan
batas intensitas suara tertinggi adalah 140 dB dimana untuk mendengarkan suara itu sudah
timbul perasaan sakit pada alat pendengaran (Doelle, 1993). Pajanan terhadap suara atau
bunyi yang melampaui batas aman di atas dalam waktu yang lama dapat menyebabkan
Kebisingan tetap (steady noise) dibedakan menjadi dua, yaitu : (Tambunan, 2005)
c. Kebisingan dengan frekuensi terputus dan broad band noise sama-sama digolongkan
sebagai kebisingan tetap (steady noise). Perbedaannya adalah broad band noise terjadi
Kebisingan tidak tetap (non steady noise) dibedakan menjadi tiga, yaitu :
b. Intermitten noise
c. Impulsive noise
telinga) dalam waktu relative singkat, misalnya suara ledakan senjata api dan alat-alat
sejenisnya.
Sumber bising adalah suatu hal yang tidak dapat diragukan lagi sebagai asal atau
aktivitas yang menghasilkan suara bising yang merusak pendengaran baik bersifat
sementara ataupun permanen. Sumber bising utama dalam pengendalian bising lingkungan
a. Bising interior, berasal dari manusia, alat-alat rumah tangga, mesin gudang dan aktifitas
b. Bising luar, bising yang dikategorikan berasal dari aktifitas diluar ruangan seperti
transportasi udara, termasuk bus, mobil, sepeda motor, transportasi air, kereta api dan
pesawat terbang dan bising yang berasal dari industri. Untuk bising transportasi yang
paling penting diketahui bahwa makin besar kendaraan akan semakin keras suara bising
2. Noisemeter, alat ini mengambil suara dalam sebuah mikrofon dan memindahkan
sebagai aliran listrik yang hampir sama dengan kebisingan yang ditangkap.
3. The Equivalent Continous Level, alat ini digunakan untuk menganalisa suatu kebisingan
5. Sound Level Meter, Alat ini digunakan untuk mengukur kebisingan antara 30-130 dB
dan dari frekuensi 20-20.000 Hz. Sound Level Meter terdiri dari mikrofon, amplifier,
dan sirkuit attenuator dan beberapa alat lain. Sound Level Meter dilengkapi dengan
rentang skala pembobotan yang melingkupi frekuensi suara rendah dan frekuensi suara
tinggi yang masih dapat diterima oleh telinga manusia normal. Sementara itu skala B, C
Pengawasan kebisingan berpedoman pada nilai ambang batas (NAB) seperti pada
Dengan adanya pemaparan 8 jam tiap hari, batas suara yang masih diperbolehkan
adalah 85 dB A.
rata nilai modus dari tingkat kebisingan pada siang hari, petang hari dan malam hari. Siang
hari adalah waktu yang digunakan oleh kebanyakan orang untuk bekerja dan berpergian.
Petang hari adalah waktu yang digunakan oleh kebannyakan orang untuk istirahat di rumah
tetapi belum tidur. Malam hari adalah waktu yang digunakan kebanyakan orang untuk
tidur.
Pembagian waktu pagi, siang dan malam hari disesuaikan dengan kegiatan
kehidupan masyarakat setempat. Biasanya pagi hari adalah pukul 06.00 - 09.00, siang hari
adalah pukul 14.00 – 17.00 dan malam hari adalah pukul 17.00 – 22.00 (Kep MENLH No :
Kep-48/MENLH/11/1996).
Mula-mula telinga akan merasa terganggu oleh kebisingan tersebut, tetapi lama-
kelamaan telinga tidak merasa terganggu lagi karena suara terasa tidak begitu keras seperti
kembali seperti semula. Keadaan ini berlangsung beberapa menit sampai beberapa jam
sementara ini mula-mula terjadi pada frekuensi 4000 Hz, tetapi bila pemaparan berlangsung
lama maka kenaikan nilai ambang pendengaran sementara akan menyebar pada frekuensi
sekitarnya. Makin tinggi intensitas dan lama waktu pemaparan makin besar perubahan nilai
Kenaikan terjadi setelah seseorang cukup lama terpapar kebisingan, terutama terjadi
pada frekuensi 4000 Hz. Gangguan ini paling banyak ditemukan dan bersifat permanen,
tidak dapat disembuhkan. Kenaikan ambang pendengaran yang menetap dapat terjadi
setelah 3,5 sampai 20 tahun terjadi pemaparan, ada yang mengatakan baru setelah 10-15
audiogram.
setelah istirahat beberapa jam (1-2 jam). Bising dengan intensitas tinggi dalam waktu yang
cukup lama (10-15 tahun) akan menyebabkan robeknya sel-sel rambut organ corti sampai
terjadi destruksi total organ corti. Proses ini belum jelas terjadinya, tetapi mungkin karena
rangsangan bunyi yang berlebihan dalam waktu lama dapat mengakibatkan perubahan
3000-6000 Hz dan kerusakan alat corti untuk reseptor bunyi yang terberat terjadi pada
frekuensi 4000 Hz (4 K notch). Ini merupakan proses yang lambat dan tersembunyi,
sehingga pada tahap awal tidak disadari oleh para pekerja. Hal ini hanya dapat dibuktikan
yang cukup lama, akhirnya pengaruh penurunan pendengaran akan menyabar ke frekuensi
percakapan (500-2000 Hz). Pada saat itu pekerja mulai merasakan ketulian karena tidak
Secara umum efek kebisingan terhadap pendengaran dapat dibagi atas 2 kategori
Seseorang yang pertama sekali terpapar suara bising akan mengalami berbagai
perubahan, yang mula-mula tampak adalah ambang pendengaran bertambah tinggi pada
frekuensi tinggi. Pada gambaran audiometri tampak sebagai “notch” yang curam pada
Pada tingkat awal terjadi pergeseran ambang pendengaran yang bersifat sementara,
yang disebut juga NITTS. Apabila beristirahat diluar lingkungan bising biasanya
suara bising, dan hal ini disebut dengan “occupational hearing loss” atau kehilangan
Dikatakan bahwa untuk merubah NITTS menjadi NIPTS diperlukan waktu bekerja
dilingkungan bising selama 10-15 tahun, tetapi hal ini bergantung juga kepada :
dan menyebar ke frekuensi sekitarnya. NIPTS mula-mula tanpa keluhan, tetapi apabila
sudah menyebar sampai ke frekuensi yang lebih rendah (2000 Hz dan 3000 Hz) keluhan
akan timbul. Pada mulanya seseorang akan mengalami kesulitan untuk mengadakan
pembicaraan di tempat yang ramai, tetapi bila sudah menyebar ke frekuensi yang lebih
rendah maka akan timbul kesulitan untuk mendengar suara yang sangat lemah. Notch
bermula pada frekuensi 3000-6000 Hz, dan setelah beberapa waktu gambaran audiogram
menjadi datar pada frekuensi yang lebih tinggi. Kehilangan pendengaran pada frekuensi
4000 Hz akan terus bertambah dan menetap setelah 10 tahun dan kemudian
pembicaraan.
No Gradasi Parameter
1 Norma Tidak mengalami kesulitan dalam percakapan biasa (6 m)
2 Sedang Kesulitan dalam percakapan sehari-hari mulai jarak > 1,5 m
3 Menengah Kesulitan dalam percakapan keras mulai jarak > 1,5 m
2.3.8.1.Ketulian
discrimination) dan fungsi sosial. Gangguan pada frekuensi tinggi dapat menyebabkan
kesulitan dalam menerima dan membedakan bunyi konsonan. Bunyi dengan nada tinggi,
seperti suara bayi menangis atau deringan telepon dapat tidak didengar sama sekali.
Ketulian biasanya bilateral. Selain itu tinitus merupakan gejala yang sering dikeluhkan dan
gambaran ketulian pada tuli akibat bising (noise induced hearing loss) adalah :
a. Bersifat sensorineural
c. Jarang menyebabkan tuli derajat sangat berat (profound hearing loss) derajat
d. Apabila paparan bising dihentikan, tidak dijumpai lagi penurunan pendengaran yang
signifikan.
e. Kerusakan telinga dalam mula-mula terjadi pada frekuensi 3000, 4000 dan 6000 Hz,
dimana kerusakan yang paling berat terjadi pada frekuensi 4000 Hz.
f. Dengan paparan bising yang konstan, ketulian pada frekuensi 3000, 4000 dan 6000
mempunyai pengaruh non auditory seperti pengaruh terhadap komunikasi bicara, gangguan
konsentrasi, gangguan tidur sampai memicu stress akibat gangguan pendengaran yang
terjadi.
2.3.8.2.Tinitus
mendengarkan bunyi tanpa ada rangsangan bunyi dari luar. Keluhan ini dapat berupa bunyi
a. Tinitus obyektif, bila suara tersebut dapat juga didengar oleh pemeriksa atau dengan
b. Tinitus subjektif, bila suara tersebut hanya didengar oleh pasien sendiri, jenis ini
sering terjadi. Tinitus subjektif bersifat nonvibratorik, disebabkan oleh proses iritatif
atau perubahan degeneratif traktus auditorius mulai dari sel-sel rambut getar koklea
Pada tinitus terjadi aktifitas elektrik pada area auditorius yang menimbulkan
perasaan adanya bunyi, namun implus yang ada bukan berasal dari bunyi eksternal yang
ditransformasikan, melainkan berasal dari sumber implus abnormal di dalam tubuh pasien
sendiri.
Implus abnormal itu dapat ditimbulkan oleh berbagai kelainan telinga. Tinitus dapat
terjadi dalam berbagai intensitas. Tinitus dengan nada rendah, seperti bergemuruh atau nada
tinggi, seperti berdengung. Tinitus dapat terus menerus atau hilang timbul terdengar.
Tinitus biasanya dihubungkan dengan tuli sensorineural dan dapat juga terjadi
karena gangguan konduksi. Tinitus yang disebabkan oleh gangguan konduksi, biasanya
berupa bunyi dengan nada rendah. Jika disertai dengan inflamasi, bunyi dengung ini terasa
Tinitus dengan nada rendah dan terdapat gangguan konduksi, biasanya terjadi pada
sumbatan liang telinga karena serumen atau tumor, tuba katar, otitis media, otosklerosis,
dan lain-lain.
merupakan gejala dini yang penting pada tumor glomus jugulare. Tinitus objektif sering
ditimbulkan oleh gangguan vaskuler. Bunyinya seirama dengan denyut nadi, misalnya pada
objektif, seperti tuba eustachius terbuka, sehingga ketika bernafas membran timpani
bergerak dan terrjadi tinitus. Kejang klonus muskulus tensor timpani dan muskulus
tumour), maka suara aliran darah akan mengakibatkan tinitus juga. Pada tuli sensorineural,
biasanya timbul tinitus subjektif nada tinggi (sekitar 4000 Hz). Pada intoksikasi obat seperti
Pada hipertensi endolimfatik seperti penyakit meniere dapat terjadi tinitus pada nada
rendah dan tinggi, sehingga terdengar bergemuruh atau berdengung. Ganguan ini disertai
Gangguan vaskuler koklea terminalis yang terjadi pada pasien yang stres akibat
saat hamil dapat juga timbul tinitus atau gangguan tersebut akan hilang bila keadaannya
2.3.8.3.Vertigo
Vertigo atau yang disebut juga dizziness, giddiness, dan lightheadedness adalah
adanya sensasi gerakan atau rasa gerak dari tubuh atau lingkungan sekitarnya dengan gejala
lain yang timbul, terutama dari jaringan otonomik yang disebabkan oleh gangguan alat
Vertigo adalah perasaan seolah-olah penderita bergerak atau berputar, atau seolah-
olah benda di sekitar penderita bergerak atau berputar, yang biasanya disertai dengan mual
dan kehilangan keseimbangan. Hal ini bisa berlangsung beberapa menit, sampai beberapa
jam, bahkan hari. Penderita vertigo merasa lebih baik jika berbaring diam, namun demikian
serangan vertigo bisa terus berlanjut meskipun penderita tidak bergerak sama sekali.
1. Pusing
4. Mual
5. Keringat dingin
6. Pucat
7. Muntah
9. Nistagmus
garis besar, vertigo ada dua, yaitu vertigo perifer dan vertigo sentral.
a. Vertigo Perifer
b. Vertigo Sentral
1. Vertigo perifer beronset akut (waktunya singkat atau serangannya cepat terjadi),
sedangkan vertigo sentral beronset kronis atau perlahan (gradual). Dengan kata lain,
neoplasma.
3. Intensitas vertigo perifer sedang hingga berat, sedangkan vertigo sentral ringan
hingga sedang.
4. Mual (nausea) dan muntah (vomiting) umumnya terjadi pada vertigo perifer dan
7. Tinitus (telinga berdenging) sering kali menyertai vertigo perifer. Pada vertigo
8. Pada vertigo perifer tidak ada defisit neurologis. Defisit neurologis umumnya
pada tingkat kebisingan tertentu dan berapa lama pekerja terpapar terhadap kebisingan
a. Gangguan
gangguan bergantung pada jenis dan intensitas suara kebisingan. Pada umumnya
kebisingan bernada tinggi sangat mengganggu, apalagi yang terputus-putus atau yang
datangnya secara tiba-tiba dan tidak terduga. Pengaruh kebisingan akan sangat teras apabila
harus dilakukan dengan cara berteriak. Gangguan komunikasi semacam itu dapat
Pengaruh pada komunikasi percakapan dapat dipastikan dengan cara mengukur rata-
rata intensitas oktaf-oktaf diantara 600-1200; 1200-1400; dan 2400-4800 Hz. Nilai yang
suara yang bernada tinggi, karena dapat menimbulkan reaksi psikologis dan kelelahan. Pada
mungkin.
d. Reaksi masyarakat
pengaruhnya pasti sangat besar. Masyarakat sekitarpun pasti mengajukan protes dan
Telah diuraikan sebelumnya bahwa lingkungan dan kondisi kerja yang tidak sehat
merupakan beban tambahan kerja bagi karyawan atau tenaga kerja. Sebaliknya lingkungan
yang higienis disamping tidak menjadi beban tambahan, juga meningkatkan gairah dan
dikeluarkan sumbernya
e. Melindungi ruang tempat manusia atau makhluk lainnya berada dari suara
20-25 dB. Tetapi penggunaan tutup telinga ini pada umumnya tidak disenangi oleh pekerja,
mereka agar menyadari pentingnya tutup telinga bagi kesehatannya, dan akhirnya mau
Kebisingan - Ketulian
≤ 85 dB - Tinitus
≥ 85 dB - Vertigo
Karekteristik :
- Penggunaan
APD
- Lama bekerja
- Usia