You are on page 1of 26

LAPORAN TETAP

PRAKTIKUM BIOKIMIA 1

I. Nomor Percobaan : 1 (Satu)


II. Nama Percobaan : Reaksi Uji Terhadap Asam Amino

III. Tujuan Percobaan


Tujuan utama praktikum ini untuk mengetahui uji positif dan negatif terhadap asam
amino dari protein.
IV. Landasan Teori
Protein merupakan polimer dari sekitar asam amino yang berlainan
disambungkan dengan ikatan peptida. Karena keragaman rantai samping yang
terbentuk jika asam-asam amino tersebut disambung-sambungkan, protein yang
berbeda dapat mempunyai sifat kimia yang berbeda dan struktur sekunder dan
tersier yang sangat berbeda. Asam amino dikelompokkan berdasarkan sifat kimia
rantai sampingnya (Krull dan Wall,1969). Rantai samping dapat bersifat polar atau
nonpolar. Kandungan bagian asam amino polar yang tinggi dalam protein
meningkatkan kelarutannya dalam air. Asam amino asam dapat pula terdapat dalam
protein dalam bentuk amidanya, glutamina dan asparagina. Hal ini meningkatkan
kandungan nitrogen dari protein. Gugus hidroksil dalam rantai samping dapat
terlibat dalam pembentukan ikatan ester dengan asam fosfat dan fosfat. Asam
amino belerang dapat membentuk ikatan sambung silang disulfida antara rantai
peptida yang bertetangga atau antara bagian yang berlainan dalam rantai yang
sama. Prolina dan hidroksiprolina memaksakan pembatasan struktur yang
bermakna terhadap geometri rantai peptida.
Molekul protein tersusun dari sejumlah asam amino sebagai bahan dasar
yang saling berkaitan satu sama lain. Ternyata ada 24 jenis rantai cabang R yang
berbeda ukuran, bentuk, muatan, dan reaktivitasnya. Rantai cabang R dapat berupa
atom H pada glisin, metil pada alanin, atau berupa gugus lainnya, baik gugus
alifatik, hidroksil, maupun aromatik. Molekul protein sendiri merupakan rantai
panjang yang tersusun oleh matarantai asam-asam amino. Asam amino adalah
senyawa yang memiliki satu atau lebih gugus karboksil (-COOH) dan satu atau
lebih gugus amino (-NH2) yang salah satunya terletak pada atom C tepat sebelah

Page | 1
gugus karboksil (atau atom C alfa). Asam-asam amino yang berbeda-beda (ada 20
jenis asam amino dalam protein alamiah) bersambung melalui ikatan peptida yaitu
ikatan antara gugus karboksil suatu asam amino dengan gugus amino dari asam
amino yang di sampingnya.
Fungsi suatu protein selain sebagai bahan makanan tergantung sepenuhnya
pada strukutur tiga dimensionalnya. Pada suatu protein dapat ditambahkan
beberapa zat yang dapat merubah struktur sekunder, tersier, dan kuartener dari
protein tersaebut. Sebagai contoh: konsentrasi ion yang tinggi dapat mematahkan
ikatan S-S diantara cystein. Meskipun zat ini tidak berubah untuk memecahkan
ikatan peptida, sehingga struktur primernya tidak berpengaruh, tetapi perlakuan ini
dapat merusak sifat protein yang menyebabkan protein tersebut tidak berfungsi
semestinya. Protein tersebut mengalami proses denaturasi. Sebagai contoh apabila
lisozim di denaturasikan maka protein tersebut tidak dapat lagi merubah
polisakarida seperti biasa. Denaturasi suatu enzim menyebabkan enzim itu tidak
dapat berfungsi lagi (Winarno, 1991). Asam amino merupakan satuan penyusun
protein. Berdasarkan rumus bangunnya asam amino dapat dipandang sebagai
turunan asam karboksilat, yang satu atom hidrogennya digantikan oleh gugus
amino (-NH2). Pada umumnya gugus itu terikat pada atom C alfa, dengan bangun
molekul umum sebagai berikut :
R – CH2 – CH2 – CH – COOH
NH2

Asam amino dapat pula terdapat dalam protein. Semua asam amino (20)
yang ditemukan pada protein mempunyai ciri yang sama, gugus karboksil dan
gugus amino diikat pada atom karbon yang sama. Masing-masing berbeda satu
dengan yang lainnya pada rantai sampingnya, atau gugus R, yang bervariasi dalam
struktur, ukuran muatan listrik dan kelarutan di dalam air. Ke-20 asam amino pada
protein seringkali dipandang sebagai asam amino baku, utama, atau normal, untuk
membedakan molekul-molekul ini dari jenis-jenis asam amino lain yang ada pada
organisme hidup, tetapi tidak terdapat di dalam protein. Asam amino baku dapat
dinyatakan dengan singkatan tiga huruf atau lambang satu huruf yang digunakan
secara ringkas untuk menunjukkan komposisi dan urutan asam amino di dalam
rantai polipeptida.

Page | 2
Struktur asam amino yang terdapat dalam protein ditemukan dalam bentuk
ionik. Warna hitam menunjukkan bagian yang umum pada semua asam  -amino
pada protein (kecuali prolin). Asam amino satu dengan yang lainnya akan
bersambung membenrtuk struktur primer protein oleh ikatan peptida. Susunan asam
amino menentukan sifat struktur sekunder dan tersier. Hal ini akan mempengaruhi
secara bermakna sifat-sifat fungsiu protein makanan dan perilakuknya selama
pemrosesan. Dari 20 asam amino, hanya 8 asam amino yang merupakan asam
amino esensial yang terdapat dalam protein dan ketersediaannya menentukan
kualitas gizi protein. Pada umumnya, kualitas protein hewan lebih tinggi daripada
kualitas protein tumbuhan. Protein tumbuhan dapat ditingkatkan mutu gizinya
dengan pencampuran secara bijaksana atau dengan modifikasi genetik melalui
persilangan.
Hampir semua asam amino baku, kecuali satu mempunyai atom karbon
 karbon, yang mengikat empat gugus substituen yang berbeda, yakni,
asimetrik,
gugus karboksil, gugus amino, gugus R, dan atom Hidrogen. Atom  karbon
asimetrik karenanya, merupakan pusat khiral. Seperti yang telah diketahui,
senyawa dengan pusat khiral terdapat dua bentuk isomer yang berbeda, yang
bersifat identik dalam semua sifat kimia dan fisiknya, kecuali satu, yakni arah
perputaran sinar terpolarisasi didalam polarimeter. Kesemua dari 20 asam amino
yang diperoleh dari hidrolisa protein dengan kondisi yang cukup ringan, bersifat
optik aktif; yakni senyawa-senyawa ini dapat memutar sinar bidang polarisasi
meuju ke suatu arah atau kebalikannya. Karena susunan tetrahedral ikatan valensi
disekitar atom  karbon pada asam amino, keempat gugus substituen yang
berbeda ini dapat menempati dua susunan yang berbeda dalam ruang, yang
merupakan bayanngan cermin yang tidak saling menutupi sesamanya. Kedua
bentuk ini dinamakan isomer optik, enensiomer, atau stereoisomer. Dan bila protein
dilarutkan ke dalam larutan asam atau basa kuat, maka unit pembangun asam
amino dibebaskan dari ikatan kovalen yang menghubungkan molekul-molekul ini
menjadi rantai. Asam amino yang bebas yang terbentuk merupakan molekul yang
relatif kecil, dan struktur masing-masing telah diketahui.
Klasifikasi asam amino
Cara yang digunakan untuk mengklasifikasikan asam amino ada beberapa.
Misalnya cara yang mendasar pada jumlah gugus karbonil dan gugus asam amino

Page | 3
yang dikandung senyawa itu. Cara lain ialah yang mendasar pada sifat gugus R.
Pemilahan asam amino yang demikian itu erat hubungannya dengan struktur
konfigurasi protein. Sebagai contoh : protein yang sebagian besar tediri dari glisin ,
dengan gugus R adalah H, maka protein tadi struktur konfigurasinya sangat
sederhana. Bentuknya kan sangat berbeda andai kata protein tadi tersusun oleh
asam amino yang mengandung R bermuatan. Gugus R yang bermuatan tadi dalam
rantai polipeptida akan saling menolak atau mengikat sehingga rantai tadi melipat
dan cenderung membentuk melipat globula.
Struktur ke-20 asam amino dibagi menjadi 4 golongan, yaitu: (1) golongan dengan
gugus R nonpolar atau hidrofobik, (2) golongan dengan gugus R polar, tetapi tidak
bermuatan, (3) golongan dengan gugus R bermuatan negatif, (4) golongan dengan
gugus R bermuatan positif.

Delapan Asam Amino Mempunyai Gugus Nonpolar


Gugus R di dalam golongan ini merupakan hidrokarbon. Lima asam amino
dengan gugus R alifatik (alanin, valin, leusin, isoleusin, dan prolin), dua dengan
lingkaran aromatik (fenilalanin dan triptofan), dan satu yang mengandung sulfur
(metionin). Kelarutan asam amino golongan ini kurang bila dibandingkan dengan
golongan asam amino yang mempunyai gugus polar yang tidak bermuatan. Hal itu
disebabkan oleh gugus R yang tidak polar. Hidrofobik adalah sifat golongan ini.
Hidrofobik ada;ah sifat fobi terhadap air dan bilamana asam amino itu terdapat
pada rantai polimer protein maka asam tersebut cenderung malipat dalam gumpalan
protein itu.

Golongan Asam Amino Mempunyai Gugus Polar Tidak Bermuatan


Gugus R dari asam amino polar lebih larut dalam air, atau lebih hidrofilik,
dibandingkan dengan asam amino nonpolar, karena golongan ini mengandung
gugus fungsionil yang membentuk ikatan hidrogen dengan air. Golongan ini
meliputi glisin, serin, treonin, sistein, tirosin, asparagin, dan glutamin. Polaritas
yang dimaksud disebabkan karena gugus OH pada serin, treonin, tirosin, gugs –SH
pada sistein dan gugus –NH2 pada asparagin dan glutamin. Mereka dapat ikat-
mengikat dengan air (atau zat pelarut polar lainnya) melalui ikatan jembatan
hidrogen, inilah yang menyebabkan sifat larut dari asam amino golongan ini.

Page | 4
Golongan Asam Amino yang Mempunyai Gugus R yang Bermuatan Negatif
(Asam)
Golongan asam amino ini mengandung gugus R yang bermuatan total
negatif pada pH 7,0. asam amino ini meliputi asam aspartat dan asam glutamat,
yang masing-masing memiliki tambahan gugus karboksil.

Golongan Asam Amino yang Mempunyai Gugus R Bermuatan Positif (Basa)


Golongan asam amino ini mempunyai gugus R dengan muatan total positif
pada pH 7,0. asam amino ini meliputi lisin, arginin, dan histidin.

Asam amino dapat membentuk ester, bila direaksikan dengan alkohol degan
bantuan katalisator asam. Ester ini mudah menguiap yang selanjutnya dapat
dipisahkan dengan jalan penyulingan bertingkat. Bila asam amino direaksikan
dengan asam nitrit , timbullah gas N2 yang berasal dari gugus NH2. Untuk
mengetahui adanya jenis asam amino terminal pada suatu rantai polipeptida, maka
protein direaksikan dengan dinitrofluorobenzena. Persenyawaan ini setelah
dihidrolisis menghasilkan turunan dinitrofluorobenzena dan sisa peptida.
Sebagian besar molekul protein menampakkan aktivitas biologiknya pada
kisaran pH dan suhu tertentu. Pada pH dan suhu yang tinggi maka protein globular
mengalami fisik yang dinamakan Denaturasi. Salah satu sifat yang tampak adalah
kelarutannya yang menurun. Pembentukan gumpalan putih pada bagian telur yang
putih merupakan salah satu contoh terdenaturasi.Struktur primer protein diatas
tidak mengalami perubahan. Secara umum denaturasi adalah peristiwa
penyimpangan dari sifat alamiah senyawa bersangkutan, dalam hal ini adalah
protein.

Reaksi Uji Asam Amino


Reaksi Milon
Reaksi milon adalah larutan merkuro dan merkuri nitrat dalam asam nitrat. Apabila
pereaksi ini ditambahkan pada larutan protein, akan menghasilkan endapan puih
yang dapat berubah menjadi merah oleh pemanasan. Pada dasarnya reaksi ini
positif untuk fenol-fenol, karena terbentuknya senyawa merkuri dengan gugus

Page | 5
hidroksifenil yang berwarna. Protein yang mengandung tirosin akan menghasilkan
hasil positif.
Reaksi Ninhidrin
Reaksi ninhidrin dapat dipakai untuk penentuan kuantitatif asam amino. Dengan
memanaskan campuran asam amino dan ninhidrin, terjadilah larutan berwarna ungu
yang identitasnya dapat ditentukan dengan cara spektrofotometri. Semua asam
amino dan peptida yang mengandung gugus  amino bebas memberikan reaksi
ninhidrin yang positif. Prolin dan hidroksiprolin yang gugus aminonya tersubstitusi,
memberikan hasil reaksi lain yang berwarna kuning.
Reaksi Hopkins-Cole
Reagen yang digunakan dalam uji hopkins-Cole mengandung asam glioksilat
(CHO.COOH). Karena triptofan berkondensasi dengan aldehid dalam suasana asam
sulfat dan membentuk kompleks berwarna. Pereaksi ini dibuat dari asam oksalat
dengan serbuk magnesium dalam air

COOH serbuk COOH

COOH Mg COOH

Setelah dicampur dengan pereaksi Hopkins-Cole. Asam sulfat dituangkan perlahan-


lahan sehingga membentuk lapisan dibawah larutan protein. Beberapa saat
kemudian akan terjadi cincin ungu pada batas antara kedua lapisan tersebut. Pada
dasarnya reaksi ini memberi hasil positif khas untuk gugus indol dalam protein.

V. Alat dan Bahan


Alat :
1. Tabung Reaksi
2. Rak tabung reaksi
3. Beker gelas
4. Bunsen
5. Penjepit tabung
6. Pipet Tetes
7. Gelas ukur
8. Batang pengaduk

Page | 6
Bahan
1. Reagen Millon
2. Reagen Hopkins-cole
3. H2SO4 18M
4. Larutan Ninhidrin 0,1%
5. Larutan Protein

VI. Cara Kerja


1. Uji Millon
Tambahkan 5 tetes reagen millon kedalam 3 ml larutan protein, panaskan
campuran baik-baik. Jika reagen yang digunakan terlalu banyak, maka warna akan
hilang pada pemanasan.

2. Uji Hopkins-Cole
Ke dalam 2 ml larutan protein tambahkan 2 ml reagen Hopkins-Cole. Tambahkan
sedikit demi sedikit kira-kira sebanyak 5 ml H2SO4 pekat melalui sisi tabung. Amati
warna yang terbentuk pada pertemuan kedua cairan. Jika perlu perlahan-lahan
tabung tersebut, sampai terbentuk cincin berwarna

3. Uji Ninhidrin
Tambahkan 0,5 ml larutan ninhidrin 0,1% kedalam 3 ml larutan protein.
Panaskan hingga mendidih.

VII. Hasil Pengamatan

a. Uji Millon
No Nama Uji Hasil Pengamatan Kesimpulan

Page | 7
1. Tyrosin 1% Tyrosin 1%(tidak bewarna) + Reaksi positif, karena tyrosin
reagen millon (tidak bewarna) mengandung gugus
 larutan tak bewarna  hidroksifenil.
larutan bewarna merah dan
terdapat endapan merah.

Tyrosin 2% Tidak dilakukan Tidak dilakukan

Tyrosin 3% Tyrosin 3%(tidak bewarna) + Reaksi positif, karena tyrosin


reagen millon (tidak bewarna) mengandung gugus
 larutan tak bewarna  hidroksifenil.
larutan bewarna merah dan
terdapat endapan merah.

Tyrosin 4% Tyrosin 4%(tidak bewarna) + Reaksi positif, karena tyrosin


reagen millon (tidak bewarna) mengandung gugus
 larutan tak bewarna  hidroksifenil.
larutan bewarna merah dan
terdapat endapan merah.

Tyrosin 5% Tyrosin 5%(tidak bewarna) + Reaksi positif, karena tyrosin


reagen millon (tidak bewarna) mengandung gugus
 larutan tidak bewarna  hidroksifenil.
larutan bewarna merah dan
terdapat endapan merah.

2. Prolin 1% Prolin 1%(tidak bewarna) + Reaksi negatif, karena prolin


reagen millon (tidak bewarna) tidak mengandung gugus
 larutan tidak bewarna  hidroksifenil.
larutan tidak bewarna.

Prolin 2% Prolin 2%(tidak bewarna) + Reaksi negatif, karena prolin


reagen millon (tidak bewarna) tidak mengandung gugus
 larutan tidak bewarna  hidroksifenil.
larutan tidak bewarna.

Prolin 3% Prolin 3%(tidak bewarna) + Reaksi negatif, karena prolin


reagen millon (tidak bewarna) tidak mengandung gugus
 larutan tidak bewarna  hidroksifenil.
larutan tidak bewarna.

3. Alanin 1% Alanin 1%(tidak bewarna) + Reaksi negatif, karena alanine

Page | 8
reagen millon (tidak bewarna) tidak mengandung gugus
 larutan tidak bewarna  hidroksifenil.
larutan tidak bewarna.

Alanin 2% Alanin 2%(tidak bewarna) + Reaksi negatif, karena alanin


reagen millon (tidak bewarna) tidak mengandung gugus
 larutan tidak bewarna  hidroksifenil.
larutan tidak bewarna.

Alanin 3% Alanin 3%(tidak bewarna) + Reaksi negatif, karena alanin


reagen millon (tidak bewarna) tidak mengandung gugus
 larutan tidak bewarna  hidroksifenil.
larutan tidak bewarna.

4. Kuning telur larutan kuning telur 1%(tidak Reaksi positif, kuning telur
1% bewarna) + reagen millon (tidak mengandung tyrosin yang
bewarna)  larutan tidak mempunyai gugus
bewarna  larutan tidak hidroksifenil, ditandai dengan
bewarna, terdapat endapan terbentuk endapan merah
merah bata bata.

Kuning telur larutan kuning telur 2%(tidak Reaksi positif, kuning telur
2% bewarna) + reagen millon (tidak mengandung tyrosin yang
bewarna)  larutan tidak mempunyai gugus
bewarna larutan tidak hidroksifenil, ditandai dengan
bewarna, terdapat endapan terbentuk endapan merah
merah bata bata.

Kuning telur larutan kuning telur 3%(tidak Reaksi positif, kuning telur
3% bewarna) + reagen millon (tidak mengandung tyrosin yang
bewarna)  larutan tidak mempunyai gugus
bewarna  larutan tidak hidroksifenil, ditandai dengan
bewarna, terdapat endapan terbentuk endapan merah
merah bata bata.

Kuning telur larutan kuning telur 4%(tidak Reaksi positif, karena kuning
4% bewarna) + reagen millon (tidak telur mengandung tyrosin
bewarna)  larutan tidak yang mempunyai gugus
bewarna  larutan tidak hidroksifenil , ditandai
bewarna, terdapat endapan dengan terbentuk endapan
merah bata merah bata.

Kuning telur larutan kuning telur 5%(tidak Reaksi positif, karena kuning
5% bewarna) + reagen millon (tidak telur mengandung tyrosin
bewarna)  larutan tidak yang mempunyai gugus
bewarna  larutan tidak hidroksifenil, ditandai dengan

Page | 9
bewarna, terdapat endapan terbentuk endapan merah
merah bata bata.

5. Glysin 1% Glysin 1%(tidak bewarna) + Reaksi negatif, karena glysin


reagen millon (tidak bewarna) tidak mengandung gugus
 larutan tidak bewarna  hidroksifenil.
larutan tidak bewarna.

Glysin 2% Glysin 1%(tidak bewarna) + Reaksi negatif, karena glysin


reagen millon (tidak bewarna) tidak mengandung gugus
 larutan tidak bewarna  hidroksifenil.
larutan tidak bewarna.

Glysin 3% Glysin 1%(tidak bewarna) + Reaksi negatif, karena glysin


reagen millon (tidak bewarna) tidak mengandung gugus
 larutan tidak bewarna  hidroksifenil.
larutan tidak bewarna.

6. Tryptofan 1 % Tryptofan 1%(tidak bewarna) + Reaksi negatif, karena


reagen millon (tidak bewarna) tryptofan tidak mengandung
 larutan kuning terdapat gugus hidroksifenil.
gumpalan-gumpalan  larutan
kuning bening dan terdapat
endapan coklat muda sedikit
Tryptofan 2 % Tryptofan 2%(tidak bewarna) + Reaksi negatif, karena
reagen millon (tidak bewarna) tryptofan tidak mengandung
 larutan kuning terdapat gugus hidroksifenil.
gumpalan-gumpalan  larutan
kuning bening dan terdapat
endapan coklat muda sedikit
Tryptofan 3 % Tryptofan 3%(tidak bewarna) + Reaksi negatif, tryptofan
reagen millon (tidak bewarna) tidak mengandung gugus
 larutan kuning terdapat hidroksifenil.
gumpalan-gumpalan  larutan
kuning bening dan terdapat
endapan coklat muda sedikit
Tryptofan 4 % Tryptofan 4%(tidak bewarna) + Reaksi negatif, tryptofan
reagen millon (tidak bewarna) tidak mengandung gugus
 larutan kuning terdapat hidroksifenil.
gumpalan-gumpalan  larutan
kuning bening dan terdapat
endapan coklat muda sedikit
Tryptofan 5 % Tryptofan 5%(tidak bewarna) + Reaksi negatif, karena
reagen millon (tidak bewarna) tryptofan tidak mengandung
 larutan kuning terdapat gugus hidroksifenil.
gumpalan-gumpalan  larutan

Page | 10
kuning bening dan terdapat
endapan coklat muda sedikit
7. Putih telur 1% larutan putih telur 1%(tidak Reaksi positif, karena putih
bewarna) + reagen millon (tidak telur mengandung tyrosin
bewarna)  larutan sedikt yang mempunyai gugus
menggumpal tidak bewarna hidroksifenil, ditandai dengan
larutan tidak bewarna, terbentuk endapan merah
terdapat endapan merah bata bata.

Putih telur 2% larutan putih telur 2%(tidak Reaksi positif, karena putih
bewarna) + reagen millon (tidak telur mengandung tyrosin
bewarna)  larutan sedikt yang mempunyai gugus
menggumpal tidak bewarna hidroksifeni , ditandai dengan
larutan tidak bewarna, terbentuk endapan merah
terdapat endapan merah bata bata.

Putih telur 3% larutan putih telur 3%(tidak Reaksi positif, karena putih
bewarna) + reagen millon (tidak telur mengandung tyrosin
bewarna)  larutan sedikt yang mempunyai gugus
menggumpal tidak bewarna hidroksifenil, ditandai dengan
larutan tidak bewarna, terbentuk endapan merah
terdapat endapan merah bata bata.

Putih telur 4% larutan putih telur 4%(tidak Reaksi positif, karena putih
bewarna) + reagen millon (tidak telur mengandung tyrosin
bewarna)  larutan sedikt yang mempunyai gugus
menggumpal tidak bewarna hidroksifenil, ditandai dengan
larutan tidak bewarna, terbentuk endapan merah
terdapat endapan merah. bata.

Putih telur 5% larutan putih telur 5%(tidak Reaksi positif, karena putih
bewarna) + reagen millon (tidak telur mengandung tyrosin
bewarna)  larutan sedikt yang mempunyai gugus
menggumpal tidak bewarna hidroksifenil, ditandai dengan
larutan tidak bewarna, terbentuk endapan merah
terdapat endapan merah. bata.

8. Susu bubuk larutan susu bubuk 1%(putih) + Reaksi positif, karena susu
1% reagen millon (tidak bewarna) mengandung tyrosin yang
 larutan sedikt menggumpal mempunyai gugus
bewarna putih larutan tidak hidroksifenil, ditandai dengan
bewarna, terdapat endapan terbentuk endapan merah
merah. bata.

Susu bubuk larutan susu bubuk 2%(putih) + Reaksi positif, karena susu
reagen millon (tidak bewarna) mengandung tyrosin yang

Page | 11
2%  larutan sedikt menggumpal mempunyai gugus
bewarna putih larutan tidak hidroksifenil, ditandai dengan
bewarna, terdapat endapan terbentuk endapan merah
merah. bata.

Susu bubuk larutan susu bubuk 3%(putih) + Reaksi positif, susu


3% reagen millon (tidak bewarna) mengandung tyrosin yang
 larutan sedikt menggumpal mempunyai gugus
bewarna putih larutan tidak hidroksifenil, ditandai dengan
bewarna, terdapat endapan terbentuk endapan merah
merah. bata.

Susu bubuk larutan susu bubuk 4%(putih) + Reaksi positif, karena susu
4% reagen millon (tidak bewarna) mengandung tyrosin yang
 larutan sedikt menggumpal mempunyai gugus
bewarna putih larutan tidak hidroksifenil, ditandai dengan
bewarna, terdapat endapan terbentuk endapan merah
merah. bata.

Susu bubuk larutan susu bubuk 5%(putih) + Reaksi positif, karena susu
5% reagen millon (tidak bewarna) mengandung tyrosin yang
 larutan sedikt menggumpal mempunyai gugus
bewarna putih larutan tidak hidroksifenil, ditandai dengan
bewarna, terdapat endapan terbentuk endapan merah
merah. bata.

9. Susu cair 1% larutan susu cair 1%(putih) + Reaksi positif, karena susu
reagen millon (tidak bewarna) mengandung tyrosin yang
 larutan sedikit menggumpal mempunyai gugus
bewarna putih larutan tidak hidroksifenil, ditandai dengan
bewarna, terdapat endapan terbentuk endapan merah
merah. bata.

Susu cair 2% larutan susu cair 2%(putih) + Reaksi positif, karena susu
reagen millon (tidak bewarna) mengandung tyrosin yang
 larutan sedikit menggumpal mempunyai gugus
bewarna putih larutan tidak hidroksifenil, ditandai dengan
bewarna, terdapat endapan terbentuk endapan merah
merah. bata.

Susu cair 3% larutan susu cair 3%(putih) + Reaksi positif, karena susu
reagen millon (tidak bewarna) mengandung tyrosin yang
 larutan sedikit menggumpal mempunyai gugus
bewarna putih larutan tidak hidroksifenil, ditandai dengan
bewarna, terdapat endapan terbentuk endapan merah
merah. bata.

Susu cair 4% larutan susu cair 4%(putih) + Reaksi positif, karena susu
reagen millon (tidak bewarna) mengandung tyrosin yang

Page | 12
 larutan sedikt menggumpal mempunyai gugus
bewarna putih larutan tidak hidroksifenil, ditandai dengan
bewarna, terdapat endapan terbentuk endapan merah
merah. bata.

Susu cair 5% larutan susu cair 5%(putih) + Reaksi positif, karena susu
reagen millon (tidak bewarna) mengandung tyrosin yang
 larutan sedikt menggumpal mempunyai gugus
bewarna putih larutan tidak hidroksifenil, ditandai dengan
bewarna, terdapat endapan terbentuk endapan merah
merah. bata.

b. Uji Hopkins-Cole : PercobaanGagal


c. Uji Ninhidrin
No Nama Uji Hasil Pengamatan Kesimpulan
1. Prolin 1% Prolin 1%(tidak bewarna) + Reaksi negative, karena tidak
reagen ninhidrin (tidak bewarna)
mengandung gugus α amino
 larutan tidak bewarna 
larutan kuning bebas

Prolin 2% Prolin 2%(tidak bewarna) + Reaksi negative, karena tidak


reagen ninhidrin (tidak bewarna)
mengandung gugus α amino
 larutan tidak bewarna 
larutan kuning bebas
Prolin 3% . Prolin 3%(tidak bewarna) + Reaksi negative, karena tidak
reagen ninhidrin (tidak bewarna)
mengandung gugus α amino
 larutan tidak bewarna 
bebas
2. Alanin 1% Alanin 1%(tidak bewarna) + Reaksi positif, karena
reagen ninhidrin (tidak bewarna) mengandung gugus α amino
 larutan tidak bewarna  bebas
larutan bewarna ungu

Alanin 2% Alanin 2%(tidak bewarna) + Reaksi positif, karena


reagen ninhidrin(tidak bewarna) mengandung gugus α amino
 larutan tidak bewarna  bebas
larutan bewarna ungu

Alanin 3% Alanin 3%(tidak bewarna) + Reaksi positif, karena


reagen ninhidrin(tidak bewarna) mengandung gugus α amino
 larutan tidak bewarna  bebas
larutan bewarna ungu

Alanin 4% Alanin 4%(tidak bewarna) + Reaksi positif, karena


reagen ninhidrin(tidak bewarna) mengandung gugus α amino
 larutan tidak bewarna  bebas

Page | 13
larutan bewarna ungu

Alanin 5% Alanin 5%(tidak bewarna) + Reaksi positif, karena


reagen ninhidrin (tidak bewarna) mengandung gugus α amino
 larutan tidak bewarna  bebas
larutan bewarna ungu

3. Kuning telur larutan kuning telur 1%(tidak Reaksi positif, karena


1% bewarna) + reagen nihidrin(tidak mengandung gugus α amino
bewarna)  larutan bewarna bebas
keruh  larutan tidak bewarna
ungu

Kuning telur larutan kuning telur 2%(tidak Reaksi positif, karena


2% bewarna) + reagen nihidrin(tidak mengandung gugus α amino
bewarna)  larutan bewarna bebas
keruh  larutan tidak bewarna
ungu

Kuning telur larutan kuning telur 3%(tidak Reaksi positif, karena


3% bewarna) + reagen nihidrin(tidak mengandung gugus α amino
bewarna)  larutan bewarna bebas
keruh  larutan tidak bewarna
ungu

Kuning telur larutan kuning telur 4%(tidak Reaksi positif, karena


4% bewarna) + reagen nihidrin(tidak mengandung gugus α amino
bewarna)  larutan bewarna bebas
keruh  larutan tidak bewarna
ungu

Kuning telur larutan kuning telur 5%(tidak Reaksi positif, karena


5% bewarna) + reagen nihidrin(tidak mengandung gugus α amino
bewarna)  larutan bewarna bebas
keruh  larutan tidak bewarna
ungu

4. Glysin 1% Glysin 1%(tidak bewarna) + Reaksi positif, karena


reagen ninhidrin(tidak bewarna) mengandung gugus α amino
 larutan tidak bewarna  bebas
larutan bewarna ungu

Glysin 2% Glysin 2%(tidak bewarna) + Reaksi positif, karena

Page | 14
reagen ninhidrin(tidak bewarna) mengandung gugus α amino
 larutan tidak bewarna  bebas
larutan bewarna ungu

Glysin 3% Glysin 3%(tidak bewarna) + Reaksi positif, karena


reagen ninhidrin(tidak bewarna) mengandung gugus α amino
 larutan tidak bewarna  bebas
larutan bewarna ungu

Glysin 4% Glysin 4%(tidak bewarna) + Reaksi positif, karena


reagen ninhidrin(tidak bewarna) mengandung gugus α amino
 larutan tidak bewarna  bebas
larutan bewarna ungu

Glysin 5% Glysin 5%(tidak bewarna) + Reaksi positif, karena


reagen ninhidrin(tidak bewarna) mengandung gugus α amino
 larutan tidak bewarna  bebas
larutan bewarna ungu

5. Tryptofan 1 % Tryptofan 1%(tidak bewarna) + Reaksi positif, karena


reagen ninhidrin (tidak bewarna) mengandung gugus α amino
 larutan tidak bewarna  bebas
larutan bewarna ungu
Tryptofan 2 % Tryptofan 2%(tidak bewarna) + Reaksi positif, karena
reagen ninhidrin (tidak bewarna) mengandung gugus α amino
 larutan tidak bewarna  bebas
larutan bewarna ungu
Tryptofan 3 % Tryptofan 3%(tidak bewarna) + Reaksi positif, karena
reagen ninhidrin(tidak bewarna) mengandung gugus α amino
 larutan tidak bewarna  bebas
larutan bewarna ungu
Tryptofan 4 % Tryptofan 4%(tidak bewarna) + Reaksi positif, karena
reagen ninhidrin(tidak bewarna) mengandung gugus α amino
 larutan tidak bewarna  bebas
larutan bewarna ungu
Tryptofan 5 % Tryptofan 5%(tidak bewarna) + Reaksi positif, karena
reagen ninhidrin (tidak bewarna) mengandung gugus α amino
 larutan tidak bewarna  bebas
larutan bewarna ungu
6. Putih telur 1% larutan putih telur 1%(tidak Reaksi positif, karena
bewarna) + reagen ninhidrin mengandung gugus α amino
(tidak bewarna)  larutan tidak bebas
bewarna larutan bewarna
ungu

Putih telur 2% larutan putih telur 2%(tidak Reaksi positif, karena


bewarna) + reagen ninhidrin mengandung gugus α amino
(tidak bewarna)  larutan tidak bebas
bewarna larutan bewarna

Page | 15
ungu

Putih telur 3% larutan putih telur 3%(tidak Reaksi positif, karena


bewarna) + reagen ninhidrin mengandung gugus α amino
(tidak bewarna)  larutan tidak bebas
bewarna larutan bewarna
ungu

Putih telur 4% larutan putih telur 4%(tidak Reaksi positif, karena


bewarna) + reagen ninhidrin mengandung gugus α amino
(tidak bewarna)  larutan tidak bebas
bewarna larutan bewarna
ungu

Putih telur 5% larutan putih telur 5%(tidak Reaksi positif, karena


bewarna) + reagen ninhidrin mengandung gugus α amino
(tidak bewarna)  larutan tidak bebas
bewarna larutan bewarna
ungu

7. Susu bubuk larutan susu bubuk 1%(putih) + Reaksi positif, karena


1% reagen ninhidrin (tidak bewarna) mengandung gugus α amino
 larutan bewarna bebas
putihlarutan bewarna ungu

Susu bubuk larutan susu bubuk 2%(putih) + Reaksi positif, karena


reagen ninhidrin (tidak bewarna) mengandung gugus α amino
2%  larutan bewarna bebas
putihlarutan bewarna ungu

Susu bubuk larutan susu bubuk 3%(putih) + Reaksi positif, karena


3% reagen ninhidrin (tidak bewarna) mengandung gugus α amino
 larutan bewarna bebas
putihlarutan bewarna ungu

Susu bubuk larutan susu bubuk 4%(putih) + Reaksi positif, karena


4% reagen ninhidrin (tidak bewarna) mengandung gugus α amino
 larutan bewarna bebas
putihlarutan bewarna ungu

Susu bubuk larutan susu bubuk 5%(putih) + Reaksi positif, karena


5% reagen ninhidrin (tidak bewarna) mengandung gugus α amino
 larutan bewarna bebas
putihlarutan bewarna ungu

8. Susu cair 1% larutan susu cair 1%(putih) + Reaksi positif, karena

Page | 16
reagen ninhidrin (tidak bewarna) mengandung gugus α amino
 larutan bewarna putih bebas
larutan bewarna ungu

Susu cair 2% larutan susu cair 2%(putih) + Reaksi positif, karena


reagen ninhidrin (tidak bewarna) mengandung gugus α amino
 larutan bewarna putih bebas
larutan bewarna ungu

Susu cair 3% larutan susu cair 3%(putih) + Reaksi positif, karena


reagen ninhidrin (tidak bewarna) mengandung gugus α amino
 larutan bewarna putih bebas
larutan bewarna ungu

Susu cair 4% larutan susu cair 4%(putih) + Reaksi positif, karena


reagen ninhidrin (tidak bewarna) mengandung gugus α amino
 larutan bewarna putih bebas
larutan bewarna ungu

Susu cair 5% larutan susu cair 5%(putih) + Reaksi positif, karena


reagen ninhidrin (tidak bewarna) mengandung gugus α amino
 larutan bewarna putih bebas
larutan bewarna ungu

9. Tyrosin Tidak dilakukan Tidak dilakukan

VIII. Persamaan Reaksi


 Uji Millon
a. Alanin

b. Glysin

Page | 17
c. Prolin

d. Triptofan

e. Tyrosin

NO2
COO - COOH
H2 conc. -H2O H2
+H OH + Hg22+ + HNO
3N C C + HgO
+H N C C OH
H 3 3
H

Tyrosine Nitrated Tyrosine

 Reagen Hopkins Cole


a. Alanin

b. Glysin

c. Prolin

Page | 18
d. Triptofan
O

OH
+ COO-
I
NH2
NH COO-

tryptofan

OH

NH2
CH3

cicin ungu

e. Tyrosin

HO O

H2N OH

 Reagen Ninhidrin

a. Glisin

O
H2N
OH

Glysin

Page | 19
b. Tryptophan
O

OH
NH2
NH

T ry p to p h a n (T r p )

c. Alanin

Page | 20
O
H3 C
OH
NH2

A la n in e (A la )

d. Prolin

O
H
N
OH

P ro lin e (P r o )

IX. Pembahasan

Page | 21
Pada percobaan ini, uji gugus fungsi terhadap asam amino dengan mereaksi
kannya menggunakan reagen millon, reagen hopkins-cole, dan reagen ninhidrin.
Asam amino yang diuji ada 5 asam amino yang terdiri dari glisin, alanin, tryptopan,
tyrosin dan prolin. Kemudian larutan kuning telur, putih telur dan susu.
Percobaan pertama dilakukan dengan menggunakan uji millon. Pada
pengujian asam amino dengan reagen millon, albumin dan tyrosin menghasilkan
reaksi positif yang ditunjukkan dengan adanya endapan berwarna merah setelah
campuran asam amino dan reagen dipanaskan. Albumin menunjukkan endapan
putih yang kemudian setelah dipanaskan endapannya berubah menjadi endapan
berwarna merah. Ini menandakan bahwa albumin mengandung asam amino tyrosin
yang juga menghasilkan reaksi positif. Endapan putih pada albumin yang terbentuk
setelah penambahan reagen Millon pada larutan protein tersebut berasal dari
endapan merkuri, dimana pada awalnya Hg yang terlarut di dalam HNO 3
teroksidasi menjadi Hg+. Ion Hg + ini selanjutnya membentuk garam dengan gugus
karboksil dari tirosin. Asam amino yang beraksi positif ini disebabkan karena asam
amino tersebut mengandung gugus hidroksifenil dari reaksi senyawa merkuri
reagen millon. Sedangkan alanin, glisin, triptofan, dan prolin bereaksi negatif yang
ditandakan dengan campuran masing-masing asam amino tetap tak berwarna dan
tidak terdapat endapan. Terkecuali triptofan, menghasilkan campuran berwarna
cokelat muda dan terdapat endapan cokelat muda
Pada percobaan berikutnya tentang uji asam amino terhadap hopkins-cole.
Percobaan yang kami lakukan gagal, hal ini disebabkan kami dalam pembuatan
reagen Hopkins-cole
Pada pengujian asam amino dengan reagen ninhidrin, hasil akhir yang
menunjukkan reaksinya positif ditandai dengan campuran ninhidrin yang
berlebihan setelah dipanaskan menghasilkan warna ungu. Dari asam amino alanin,
valin, glysin, albumin, triptofan, tyrosin, prolin,dan susu, hanya prolin yang
menghasilkan reaksi negatif dengan tanda tidak berubah warna menjadi ungu.
Semua asam amino dan peptida yang mengandung gugus amino bebas
memberikan reaksi ninhidrin yang positif. Semakin pekat warna ungu yang
dihasilkan maka akan semakin besar konsentrasinya dikarenakan intensitas warna
yang dihasilkan. Prolin tidak dapat menghasilkan reaksi positif dikarenakan

Page | 22
molekulnya terjadi substitusi gugus amino yang menyebabkan prolin berwarna
kuning setelah dipanaskan dengan reagen ninhidrin.

X. Kesimpulan
Dari percobaan yang telah dilakukan dapat disimpulkan bahwa:
1. Pada uji Millon, reaksi positif jika terbentuk endapan merah bata setelah
campuran asam amino dan reagen dipanaskan.
2. Reaksi positif pada uji millon ditunjukkan oleh albumin, tyrosin, dan susu
sedangkan reaksi negatif ditunjukkan oleh tryptofan.
3. Asam amino bereaksi positif disebabkan karena asam amino tersebut
mengandung gugus hidroksifenil
4. Uji Ninhidrin merupakan uji warna pada protein dengan membentuk larutan
berwarna ungu akibat adanya gugus amino bebas
5. Pada uji ninhidrin, semua asam amino yang diujikan menghasilkan reaksi
positif kecuali Prolin.
6. Semua asam amino dan peptida yang mengandung gugus amino bebas
memberikan reaksi ninhidrin yang positif

XI. Jawaban Pertanyaan

Uji millon
1. Apa yang terjadi jika garam merkuri ditambahkan kedalam protein ?
2. Mengapa larutan albumin terkoagulasi ?
3. Larutan mana yang memberikan uji negatif? Mengapa?
Jawab:
1. Akan membentuk endapan putih yaitu endapan merkuri, dimana pada awalnya
Hg yang terlarut di dalam HNO3 teroksidasi menjadi Hg+. Ion Hg +
ini
selanjutnya membentuk garam dengan gugus karboksil pada larutan protein
yang mengandung asam amino tirosin.
Ketika dipanaskan endapan putih tersebut berubah menjadi endapan merah.
Endapan yang terbentuk berupa garam kompleks dari tirosin yang ternitrasi.
Hal ini terjadi karena asam nitrat yang semula berfungsi sebagai pelarut
mengoksidasi Hg + menjadi Hg2+. Bersamaan dengan hal tersebut, asam amino

Page | 23
tirosin ternitrasi. Kemudian terjadi reaksi pembentukan HgO yang berwarna
merah.
2. Karena larutan albumin dilakukan pemanasan yang membuat albumin ini
terdenaturasi (terjadi perubah struktur protein tanpa menyebabkan pemutusan
atau kerusakan lipatan antar asam amino)
3. Larutan yang memberikan uji negative adalah larutan glisin, triptofan, alanin,
prolin. Karena tidak menghasilkan endapan yang berwarna merah yang
bertanda bahwa asam amino tersebut tidak mengandung gugus hidroksifenil.

Uji ninhidrin
1. Warna apa yang terbentuk ?
2. Gugus apa yang memberikan uji positif ?
Jawab:
1. Warna ungu
2. asam α-amino dan peptida yang memiliki gugus α-amino bebas.

XII. Gambar alat


Tabung reaksi Pipet Tetes

Page | 24
Rak tabung reaksi Penjepit kayu

Gelas Ukur Bunsen

Botol aquades

DAFTAR PUSTAKA

Anonim. 2011. Uji Kualitatif Protein dan Asam Amino.


http://www.faperta.ugm.ac.id/newbie/.../PengantarBiokim.ppt. Diakses tanggal 18
Maret 2013
Anonim. 2011. Asam Amino dan Protein. http://www.docstoc.com/docs/25972440/Uji-
Kualitatif-Protein-dan-Asam-Amino. Diakses tanggal 27 Febuari 2012.
Fessenden, JR & Fessenden, JS. 1986. Kimia Organik Jilid 2 Edisi Ketiga. Jakarta:
Erlangga.

Page | 25
Lehninger, Albert L. 1982. Dasar-dasar Biokimia Jilid 1. Jakarta: Erlangga.
Poedjiadi, A. 1994. Dasar-dasar Biokimia. Jakarta: UI-Press.

Page | 26

You might also like