You are on page 1of 1

PAKAIAN

Pakaiannya compang-camping, rambutnya kusut masai. Ia berada di tengah tafakur yang dalam sehingga
ia tidak memperhatikan Musa yang telah menunggunya cukup lama. Akhirnya, gembala itu mengangkat
kepalanya dan melihat kepada sang Nabi. Musa as berkata, “Aku punya pesan penting untukmu. Tuhan
telah berfirman kepadaku, bahwa tidak diperlukan kata-kata yang indah bila kita ingin berbicara kepada-
Nya. Kamu bebas berbicara kepada-Nya dengan cara apa pun yang kamu sukai, dengan kata-kata apa
pun yang kamu pilih.

Karena apa yang aku duga sebagai kekafiranmu ternyata adalah ungkapan dari keimanan dan kecintaan
yang menyelamatkan dunia.” Sang gembala hanya menjawab sederhana, “Aku sudah melewati tahap
kata-kata dan kalimat. Hatiku sekarang dipenuhi dengan kehadiran-Nya.

Aku tak dapat menjelaskan keadaanku padamu dan kata-kata pun tak dapat melukiskan pengalaman
ruhani yang ada dalam hatiku.” Kemudian ia bangkit dan meninggalkan Musa as. Nabi Musa as menatap
gembala itu sampai ia tak kelihatan lagi. Setelah itu Musa as kembali berjalan ke kota terdekat,
merenungkan pelajaran berharga yang didapatnya dari seorang gembala sederhana yang tidak
berpendidikan.

Cerita di atas melukiskan kepada kita bahwa ada sekelompok orang yang mengambil cinta sebagai
agamanya. Kalau seseorang telah meledakkan kecintaannya kepada Tuhan, dia tidak lagi dapat
menemukan kata-kata yang tepat untuk melukiskan seluruh kecintaannya kepada Allah SWT. Di dalam
cinta, kata-kata menjadi tidak punya makna.

Dari kisah ini juga kita belajar bahwa untuk dapat mendekati Allah swt, tidak diperlukan kecerdasan
yang tinggi atau ilmu yang sangat mendalam. Salah satu cara utama untuk mendekati Tuhan adalah hati
yang bersih dan tulus. Tidak jarang pengetahuan

You might also like