Professional Documents
Culture Documents
Perjalanan spiritual dalam bentuk laku prihatin, mempunyai target membentuk hawa nafsu
positif atau nafsul muthmainnah. Karena si nafs atau hawa tersebut telah stabil dalam koridor
rumus Tuhan (qodrat atau qudrah diri) atau dalam bahasa sansekerta lazimnya disebut
sebagai swadharma. Roh yang berada pada tataran pencapaian ini, dalam bahasa Ibrani, ruh
disebut sebagaisyekinah yang diturunkan ke dalam kalbu dan berhasil merebut (amr) kebaikan
(ma’ruf). Jika hawa tidak berdaya karena kuatnya arus nafsu negatif yang dimasukkan jasad lewat
pintu panca indera, maka kepribadian manusia dikuasai oleh “milisi” kekuatan batin yang
oleh Freud diberi nama ego. Ego cenderung berkiblat pada jasad (duniawi). Maka sudah menjadi
tugas hawa (id) untuk membangkang dari keinginan ego agar supaya membelot kepada
kekuatan hawa positif (super ego). Hasilnya maka manusia dapat dikendalikan sesuai dengan
kodrat dirinya sebagai khalifah Tuhan. Jadilah manusia yang tetap berada pada orbitNya
(qodrat/rumus Tuhan), yakni apa yang dimaksud menjadi titah jalma menungsa kang
sejati, yaiku nggayuh kasampurnaning gesang, (untuk meraih) sastra jendra hayuningrat
pangruwating diyu.
Sangat terasa bahwa Tuhan sungguh lebih dari Maha Adil, setiap manusia tanpa kecuali
dapat menemukan Tuhan melalui pintu nafs, jiwa, atau hawanya masing-masing, karena Tuhan
telah membekali jiwa manusia akan kemampuan menangkap sinyal-sinyal suci dari Hyang
Mahasuci. Sinyal suci yang diletakkan di dalam rahsa sejati (sirullah) dan roh sejati (ruhullah).
Sudah merupakan rumus (Tuhan), apabila seseorang dapat meraih dharma-nya ataukodrat-dirinya
sebagai makhluk ciptaan Tuhan, maka kehidupannya akan selalu menemui kemudahan.
Sebaliknya hawa nafsu negatif (setan) senantiasa menggoda hawa/nafs manusia agar supaya
hawanya berkiblat kepada unsur bumi.