Professional Documents
Culture Documents
DEMOKRASI
Oleh :
KELOMPOK V:
PARASIAN SITINJAK (4172121029)
RIKARDO SITOHANG (4172121030)
SABRIANTO HUTABARAT (4171121031)
STEVEN A. S. TELAUMBANUA (4173321053)
JURUSAN FISIKA
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS NEGERI MEDAN
MEDAN
2018
KATA PENGANTAR
Puji syukur kita ucapkan kehadirat Tuhan Yang Maha Kuasa dimana atas
berkat rahmat dan hidayah-Nya sehingga makalah Pendidikan Kewarganegaraan
tentang Demokrasi ini dapat terselesaikan. Penulisan menyusun makalah ini
dimaksudkan untuk menyelesaikan tugas mata kuliah Pendidikan
Kewarganegaraan.
Kami tidak lupa berterima kasih pada semua pihak yang telah mendukung
penulis dalam menyusun Makalah ini, terutama kepada Dosen mata kuliah
Termodinamika maupun bagi saudara/i sekalian yang ikut ambil bagian dalam
penyusunan Makalah ini.
Kami menyadari bahwa sebagai manusia, penulis juga pasti tidak luput
dari kesalahan dalam hal penyusunan makalah termodinamika ini baik dalam isi
yang terlampir maupun dalam hal kesalahan dalam pengetikan sehingga kritik dan
saran pembaca sangat dibutuhkan dalam memperbaiki Makalah ini.
Mudah-mudahan makalah ini dapat memenuhi harapan sebagai
pemenuhan tugas dalam mata kuliah Pendidikan Kewarganegaraan. Akhir kata,
kami mengucapkan Terima Kasih.
Kelompok 5
BAB I
PENDAHULUAN
1.1.Latar Belakang
Demokrasi adalah bentuk atau mekanisme sistem pemerintahan suatu negara
sebagai upaya mewujudkan kedaulatan rakyat (kekuasaan warganegara) atas
negara untuk dijalankan oleh pemerintah negara tersebut. Hasil Penelitian
menyatakan “mungkin untuk pertama kali dalam sejarah, demokrasi dinyatakan
sebagai nama yang paling baik dan wajar untuk semua sistem organisasi politik
dan sosial yang di perjuangan oleh para pendukungnya yang berpengaruh”
(UNESCO 1949).
Hampir semua negara di dunian menyakini demokrasi sebagai “tolok ukur tak
terbantah dari ke absahan politik.” Kenyakina bahwa kehendak rakyat adalah
dasar utama kewenangan pemerintah menjadi basis bagi tegak kokohnya sistem
politik demokrasi. Hal itu menunjukan bahwa rakyat di letakkan pada posisi
penting walau pun secara operasional implikasinya di berbagai negara tidak selalu
sama. Tidak ada negara yang ingin dikatakan sebagai negara yang tidak
demokratis atau negara otoriter.
Di Indonesia demokrasi dari masa ke masa mengalami perkembangan baik
pada saat revolusi, orde Lama, orde baru, reformasi hingga sekarang. Di setiap
perkembangan demokrasi di Indonesia terdapat pedoman dan aturan yang
berbeda-beda sesuai dengan keinginan atau tujuan yang hendak dicapai dari
pemerintahan yang berkuasa saat itu. Dalam Pelaksanaan demokrasi di Indonesia
terkadang mengalami kegagalan, salah satunya disebabkan karena
ketidakkonsistenannya penguasa sehingga peraturan yang dibuat hanya
menguntungkan golongan tertentu.
Demokrasi sebagai sebuah konsep yang mengalami perkembangan sejarah
yang amat kompleks itu dipahami dalam perspektif sosiologis. Di samping
persoalan-persoalan yang menyangkut struktur dan budaya, demokrasi sering
mendapatkan interpretasi yang bersifat lokal dan partikular yang tidak jarang
malah menyingkirkan elemen-elemen yang bersifat universal. Praktek demokrasi
Orde Baru diangkat sebagai kasus dan sekaligus pijakan untuk melihat
kemungkinan mengembangkan sebuah wacana dan praktek demokrasi yang lebih
sejati di Indonesia. Pemahaman demokrasi sebagai sebuah proses, di samping
mengisyaratkan pentingnya usaha untuk membangun lembaga-lembaga politik
juga mengabarkan pentingnya masyarakat pada umumnya dan elit politik pada
khususnya mengembangkan kesadaran-kesadaran politik yang memungkinkan
interaksi di antara elemen-elemen demokrasi berlangsung secara konstruktif.
Awal mula berkembangnya gagasan dan konsep demokrasi di Indonesia tidak
dapat dilepaskan dengan perkembangan situasi sosial politik masa kolonial pada
tahun-tahun pertama abad 20 yang ditandai dengan beberapa perkembangan
penting: Pertama, mulai terbuka terhadap arus informasi politik di tingkat global.
Kedua, migrasi para para aktifis politik berhaluan radikal Belanda, umumnya
mereka adalah para buangan politik, ke Hindia Belanda. Di wilayah yang baru ini
mereka banyak memperkenalkan ide-ide dan gagasan politik modern kepada para
pemuda bumiputera Ketiga, transformasi pendidikan di kalangan masyarakat
pribumi
1.2.Rumusan Masalah
1. Apa pengertia dari demokrasi?
2. Bagaimana proses perkembangan demokrasi di Indonesia?
3. Bagaimana sejarah perkembangan demokrasi di Indonesia?
BAB II
PEMBAHASAN
2.1.Pengertian Demokrasi
Istilah demokrasi berasal dari Yunani Kuno yang diutarakan di Athena kuno
pada abad ke-5 SM. Negara tersebut biasanya dianggap sebagai contoh awal dari
sebuah sistem yang berhubungan dengan hukum demokrasi modern. Namun, arti
dari istilah ini telah berubah sejalan dengan waktu, dan definisi modern telah
berevolusi sejak abad ke-18, bersamaan dengan perkembangan sistem demokrasi
di banyak negara.
Kata demokrasi berasal dari dua kata, yaitu demos yang berarti rakyat, dan
kratos/cratein yang berarti pemerintahan, sehingga dapat diartikan sebagai
pemerintahan rakyat, atau yang lebih kita kenal sebagai pemerintahan dari rakyat,
oleh rakyat dan untuk rakyat. Konsep demokrasi menjadi sebuah kata kunci
tersendiri dalam bidang ilmu politik. Hal ini menjadi wajar, sebab demokrasi saat
ini disebut-sebut sebagai indikator perkembangan politik suatu negara.
Demokrasi menempati posisi vital dalam kaitannya pembagian kekuasaan
dalam suatu negara (umumnya berdasarkan konsep dan prinsip trias politica)
dengan kekuasaan negara yang diperoleh dari rakyat juga harus digunakan untuk
kesejahteraan dan kemakmuran rakyat.
Prinsip semacam trias politica ini menjadi sangat penting untuk
diperhitungkan ketika fakta-fakta sejarah mencatat kekuasaan pemerintah
(eksekutif) yang begitu besar ternyata tidak mampu untuk membentuk masyarakat
yang adil dan beradab, bahkan kekuasaan absolut pemerintah seringkali
menimbulkan pelanggaran terhadap hak-hak asasi manusia.
Demikian pula kekuasaan berlebihan di lembaga negara yang lain, misalnya
kekuasaan berlebihan dari lembaga legislatif menentukan sendiri anggaran untuk
gaji dan tunjangan anggota-anggotanya tanpa mempedulikan aspirasi rakyat, tidak
akan membawa kebaikan untuk rakyat.
Dalam setiap pembicaraan tentang demokrasi sering muncul istilah kebebasan.
Kebebasan dan demokrasi sering dipakai secara timbal balik, tetapi keduanya
tidak sama. Memang dalam demokrasi terkandung kebebasan, tetapi kebebasan
itu tidaklah absolut, melainkan memiliki keterbatasan. Demokrasi sesungguhnya
adalah seperangkat gagasan dan prinsip tentang kebebasan, tetapi mencakup
seperangkat praktik dan prosedur terbentuk melalui sejarah panjang dan sering
berliku-liku, sehingga demokrasi sering disebut suatu pelembagaan dai kebebasan.
2.2.Bentuk Demokrasi
Menurut Budi Juliardi (2016: 88-89) menjelaskan seacara teoritis demokrasi
yang dianut oleh Negara-negara si dunia terbagi menjadi:
1. Demokrasi langsung (direct democracy), yaitu paham demokrasi yang
mengikutsertakan warga negaranya dalam permusyawaratan untuk mengambil
keputusan kebijakan umum dan undang-undang.
2. Demokrasi tidak langsung (indirect democracy), yaitu paham demokrasi yang
dilaksanakan melalui system perwakilan yang biasanya dilakukan melalui
pemilihan umum.
Dalam hubungannya dengan implementasi kedalam system pemerintahan
melahirkan banyak sekali system pemerintahan yag beramacam-macam, seperti
demokrasi dengan sistem presidensisl, demokrasi dengan sistem parlementer, dan
demokrasi dengan sistem referendum. Demokrasi dengan sistem presidensisla
menyejajarkan antara parlemen dan presiden dengan memberi dua kedudukan
keapada presiden yaitu sebagi kepala Negara dan kepala pemerintahan. Demokasi
dengan sistem parlementer meletakkan meletakkan pemerintah (kepala
pemeeintahan) dipimpin oleh perdana menteri dan kepala Negara bisa dipimpin
oleh presiden, raja, ratu, kaisar, dan sebagainya yang menjadi simbol kedaulatan
dan persatuan. Demokrasi dengan sistem referendum meletakkan pemerintah
sebagai bagian (badan kerja) dari parlemen. Dibeberapa Negara ada yang
menggunakan sistem campuran dari parlementer dan presidensial.
2.3.Prinsip-prinsip Demokrasi
Menurut Ranney ada empat prinsip yang terkait dengan pemeintahan
demokrrasi yaitu:
1. Kedaulatan rakyat
2. Persamaan politik
3. Konsulttasi pada rakyat
4. Aturan mayoritas
Sementara dalam konteks deokrasi di Indonesia mengetengahkan sepuluh pilar
deokrasi yang dipesankan oleh para pembentuk Negara (founding father)
sebagaiana diletakkan dala UUD 1945 sebagai beikut:
No Pilar Penejelasan
1 Demokrasi berdasarkan Esensinya adalah sebuah sistem serta perilaku dalam
Ketuhanan Yang Maha menyelenggaraka kenegaraan RI haruslah taat, konsisten,
Esa atau sesuia dengan nilai-nilai dan kaida-kaidah darsar
Ketuhanan Yang Maa Esa
2 Deokrasi dan kecerdasan Demokrasi harus dirancang dan dilaksanakan oleh
segenap rakyat dengan pengertian-pengertiannya yang
jelas, Dimana rakyat sendiri turiut terlibat langsung
meruuskna substansinya. Nilai-nilai dan kaidah-kaida
dasar eerlukan pengelolaan secara seksama. Rujukan
yang mengenai kehidupan bernegara dan berbangsa tidak
diaksudkan untuk diperlakukan hanya sebagi kumpulan
dogma-dogma saja, melainkan harus ditata dengan
menggunakan akal budi dan akal pikiran yang sehat.
Pengelolaan itu harus dilakuakan dengan cerdas.
3 Deokrasi yang Deokrasi menurut UUD 1945 ialah deokrasi yang
berkedaulatan rakyat berkedaulatan rakyat, yaitu kekuasaan tertingi ada di
tangan rakyat. Secara prinsip rakyatlah yang memiiki
atau memegang kedaulatna itu. Keudian kedaulatan itu
dilaksanakan menurut Undang-Undang Dasar
4 Deokrasi dengan rule of Negara adalah organisasi kekuasaan, artinya organisasi
law yang memiliki kekuasaan dan dapat menggunakan
kekuasaan itu dengan paksa. Dala Negara hukum, negara
dan hukum itu merupakan kesatuan konsep yang integral
dan tidak dapat dipisah-pisahkan
5 Demokrasi dengan Deokrasi dikuatkan dengan pebagian kekuasaan Negara
pembagian kekuasaan dan diserahkan dan diserahkan kepada badan-badan
negara Negara yang bertanggunjawab menurut undang-unfang
dasar
6 Demokrasi dengan hak Demokrasi menurut Undang-Undang Dasar 1945
asasi manusia mengakui hak asasi manusia yang tujuannya bukan saja
menghormati hak-hak asasi, melainkan untuk
meningkatkan amrtabat dan derajat manusia seutuhnya.
Hak asasi manusia bersuber opada sifat hakikat manusia
yang seutuhnya yang diberikan oleh Tuhan Yang Maha
Esa. Hak asasi manusia bukan diberikan oleh Negara
atau pemerintah. Hal ini tidaknboleh dirapas atau
diasingkan oleh Negara atau oleh siapapun.
7 Demokrasi dengan Lembaga peradilan merupakan lembaga tertinggi yang
peradilan yang merdeka menentukan kebenaran, keadilan, dan kepastian hukum.
Lembaga ini merupakan pelaksana kekeuasaan kehakian
yang merdeka (independent). Ia tidak boleh diintervensi
oleh kekuasaan apapun. Kekuasaan yang merdeka ini
memberikan kesempatan yang seluas-luasnya kepada
semua pihak yang berkepentiangan untuk mencari
menemukan hukum yang seadil-adolnya.
8 Deokrasi denga otonoi Otonomi adalah hak, wewenang, kewajiban daerah
daerah otonom untuk mengatur dan mengurus sendiri urusan
pemerintahan dan kepentingan masyarakat setempat
sesuai dengan peraturan dan perundang-undangan..
Kesatan Republik Indonesia diabgi atas daerah-daerah
provini dan daerah provinsi dibagi enjadi kabupaten dan
kota yang masing-masing mempunyai pemerintahan
daerah.
9 Demokrasi dengan Demokrasi bukan sekedar soal kebebasan dan hak, bukan
kemakmuran sekedar soal kewajiban dan tanggunghawab, bukan
sekedar soal mengorganisisr kedaulatan rakyat atau
pembagian kekuasaan. Demokrasi bukan sekedar
otonomi daeerah dan keadilan hukum. Sebeba bersaaan
dengan itu semua, demokrasi menurut UUD 1945
ternyata ditujukan untuk membangun Negara
berkemakmuran/kesejahtraan (Welfare State) oleh untuk
sebesar-besarnya rakyat Indonesia
10 Demokrasi yang Demokrrasi menurut UUD 1945 menggariskan keadilan
berkeadilan sosial sosial diantaera berbagai kelompok, golongan, dan
lapisan masyarakat. Keadilan sosial buka soal
kesamarataan dalam pemmbagian output materi dan
sistem kemasyarakatan. Keadilan sosial justru merujkuk
pada keadilan peertyauran dalam tatanan kemasyrakatan
yang tidak disikriminatif untuk memperoleh kesempatan
tempat tinggal, pendidikan, pekerjaan, politik, adinistrasi
pemerintah, layanan birokrasi, bisnis dan lain-lain.
2.4.Demokrasi di Indonesia
Perlu dipahami bahwa demokrasi yang berjalan di Indonesia telah
menghasilkan sejumlah kemajuan berarti dari segi procedural. Pemilu legislatif,
pemillu presiden, hingga Pemilihan Kepala Daerah (Pilkada) dapat berlangsung
dengan bebas, transparan, demokratis, dan paling penting dalam suasana damai.
Check and balance di antara lembaga-lembaga eksekutif dengan legislatif juga
berlangsung sangat dinamis. Kebebasan berpendapat dan berserikat jauh lebih
baik dibanding masa orde baru. Hal paling mendasar adalah dibenahinya bebrapa
kelemahan dalam pasal-pasal UUD 1945 yang kemudian membuat wajah
konstitusi kita tampil berbeda dibanding pasal-pasal UUD 1945 sebelumnya.
Demokrasi Indonesia dikatakan demokrasi pancasila, dimana prinsip-prinsip
demokrasi yang dijalankan berdasarkan pada nilai-nilai Pancasila. Demokrasi
Pancasila dapat diartikan secara luas maupun sempit, sebagai berikut :
1. Secara luas demokrasi Pancasila berarti kedaulatan rakyat yang didasarkan
pada nilai-nilai Pancasila baik sebagai pedoman penyelenggaraan maupun
sebagai cita-cita.
2. Secara sempit demokrasi Pancasila berarti kedaulatan rakyat yang
dilaksanakan menurut hikmat kebijaksanaan dalam permusyawaratan
perwakilan.
Demokrasi Pancasila dalam arti luas adalah kedaulatan atau kekuasaan
tertinggi pada rakyat yang dalam penyelenggaraannya dijiwai oleh nilai-nilai
Pancasila. Nilai-nilai Pancasila yaitu nilai : Ketuhanan, Kemanusiaan, persatuan,
kerakyatan dan nilai keaadilan sangat mendukung demokrasi. Nilai-nilai Pancasila
menentang sistem otoriter atau kediktatoran.
Demokrasi Pancasila dalam arti sempit adalah berdasrkan sila keempat
Pancasila yaitu Kerakyatann yang dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan dalam
permusyawaratan perwakilan. Dengan demikian, demokrasi Pancasila dalam arti
sempit adalah masalah pengambilan keputusan yaitu pengambilan keputusan yang
dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan. Wujud dari pengambilan keputusan yang
dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan adalah dengan musywarah mufakat
(Dirjendikti, 2012:100).
Dalam sejarah ketatanegaraan Negara Republik Indonesia yang telah lebih
dari setengah abad, perkembangan demokrasi mengalami pasang surut. Praktik
demokrasi Indonesia berhubung dengan periodesasi demokrasi yang pernah dan
berlaku dan sejarah Indonesia. Miriam Budiardjo (2008: 127-128) menyatakan
bahwa dipandang dari sudut perkembangan sejarah demokrasi Indonesia sampai
masa orde baru, dapat dibagi dalam empat masa, yaitu :
1. Masa pertama Republik Indonesia (1945-1959) yang dinamakan masa
demokrasi konstitusional yang menonjolkan peranan parlemen dan partai-
partai karena itu dinamakan demokrasi parlementer.
2. Masa kedua Republik Indonesia (1959-1965) yaitu masa demokrasi terpimpin
yang banyak aspek menyimpang dari demokrasi konstitusional yang secara
formal merupakan landasannya dan menunjukkan beberapa aspek demokrasi
rakyat.
3. Masa ketiga Republik Indonesia (1965-1998) yaitu masa demokrasi Pancasila
yang merupakan demokrasi konstitusional yang emnonjolkan sistem
presidensil.
4. Masa keempat Republik Indonesia (1998-sekarang) yaitu masa reformasi yang
emnginginkan tegaknya demokrasi di Indonesia sebagai koreksi terhadap
praktik-praktik politik yang terjadi pada masa ketiga Republik Indonesia.
Perkembangan Demokrasi di Indonesia
A. Masa Demokrasi Liberal
Momentum historis perkembangan demokrasi setelah kemerdekaan di tandai
dengan keluarnya Maklumat No. X pada 3 November 1945 yang ditandatangani
oleh Hatta. Dalam maklumat ini dinyatakan perlunya berdirinya partai-partai
politik sebagai bagian dari demokrasi, serta rencana pemerintah
menyelenggarakan pemilu pada Januari 1946. Maklumat Hatta berdampak sangat
luas, melegitimasi partai-partai politik yang telah terbentuk sebelumnya dan
mendorong terus lahirnya partai-partai politik baru.
Pada tahun 1953 Kabinet Wilopo berhasil menyelesaikan regulasi pemilu
dengan ditetapkannya UU No. 7 tahun 1953 Pemilu. Pemilu multipartai secara
nasional disepakati dilaksanakan pada 29 September 1955 (untuk pemilhan
parlemen) dan 15 Desember 1955 (untuk pemilihan anggota konstituante). Pemilu
pertama nasional di Indonesia ini dinilai berbagai kalangan sebagai proses politik
yang mendekati kriteria demokratis, sebab selain jumlah parpol tidak dibatasi,
berlangsung dengan langsung umum bebas rahasia (luber), serta mencerminkan
pluralisme dan representativ.
Fragmentasi politik yang kuat berdampak kepada ketidakefektifan kinerja
parlemen hasil pemilu 1955 dan pemerintahan yang dibentuknya. Parlemen baru
ini tidak mampu memberikan terobosan bagi pembentukan pemerintahan yang
kuat dan stabil, tetapi justru mengulangi kembali fenomena politik sebelumnya,
yakni gonta-ganti pemerintahan dalam waktu yang relatif pendek.
Ketidakefektifan kinerja parlemen memperkencang serangan-serangan yang
mendelegitimasi parlemen dan partai-partai politik pada umumnya. Banyak
kritikan dan kecaman muncul, bahkan tidak hanya dilontarkan tokoh-tokoh anti
demokrasi. Hatta dan Syahrir menuduh para politisi dan pimpinan partai-partai
politik sebagai orang yang memperjuangkan kepentingannya sendiri dan
keuntungan kelompoknya, bukan mengedepankan kepentingan rakyat. Namun
begitu, mereka tidak menjadikan demokrasi parlementer sebagai biang keladi
kebobrokan dan kemandegan politik. Hal ini berbeda dengan Soekarno yang
menempatkan demokrasi parlementer atau demokrasi liberal sebagai sasaran
tembak. Soekarno lebih mengkritik pada sistemnya. Kebobrokan demokrasi
liberal yang sedang diterapkan, dalam penilaian Soekarno, merupakan penyebab
utama kekisruhan politik. Maka, yang paling mendesak untuk keluar dari krisis
politik tersebut adalah mengubur demokrasi liberal yang dalam pandangannya
tidak cocok untuk dipraktikkan di Indonesia. Akhirnya, Soekarno menyatakan
demokrasi parlementer tidak dapat digunakan untuk revolusi.
.
BAB III
PENUTUP
3.1.Kesimpulan
Dari penjelasan panjang di atas, kami dapat menyimpulkan bahwa pada
dasarnya demokrasi di Indonesia sampai saat ini belum berjalan sesuai dengan apa
yang diinginkan masyarakat. Demokrasi seakan dikekang oleh keinginan-
keinginan para elit politik yang “bermain” atas nama seluruh rakyat. Namun
kenyataannya, mereka justru menyengsarakan rakyat demi kepentingan pribadi
dan golongannya.
Untuk itu peran masyakat sipil (civil society) sangat dibutuhkan, dalam
memperbaiki proses demokrasi di Indonesia. Masyarakat harus ikut mengawasi
jalannya proses demokrasi, agar hak-hak rakyat tidak terabaikan oleh para
pemimpin bangsa dan elit politik.
DAFTAR PUSTAKA