Professional Documents
Culture Documents
Puji syukur kami panjatkan kepada Allah SWT atas segala karunia
yang telah diberikan kepada penyusun, sehingga buku pedoman
penggunaan obat narkotika dan pisikotropika Puskesmas Sukaratu dapat
selesai di susun.
Buku pedoman ini merupakan panduan kerja bagi semua pihak yang
terkait dengan peresepan dan penggunaan obat narkotika dan pisikotropika
di Puskesmas Sukaratu. Tidak lupa penyusun menyampaikan terimakasih
atas bantuan semua pihak yang telah membantu dan menyelsaikan pedoman
penggunaan obat narkotika dan pisikotropika di Puskesmas Sukaratu.
1
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR
DAFTAR ISI
BAB I PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
B. TUJUAN PEDOMAN
C. SASARAN PEDOMAN
D. RUANG LINGKUP PEDOMAN
E. BATAS OPRASIONAL
BAB II STANDARNKETENAGAAN
A. DENAH RUANGAN
B. STANDAR FASILITAS
A. LINGKUP KEGIATAN
B. METODE
C. LANGKAH KEGIATAN
BAB V LOGISTIK
BAB IX PENUTUP
2
BAB I
PENDAHULUAN
3
3. dokter/ dokter gigi
4. Paramedis yang diberi kewenangan
5. Staf farmasi
1.4 Ruang Lingkup
1.4.1 Administrasi dan pengelolaan
Administrasi adalah rangkaian aktivitas pencatatan, pelaporan,
pengarsipan dalam rangka penatalaksanaan pelayanan kefarmasian yang
tertib baik untuk sediaan farmasi dan perbekalankesehatan maupun
pengelolaan resep supaya lebih mudah dimonitor dan di evaluasi.
Administrasi untuk sediaan farmasi dan perbekalan kesehatan meliputi
semua tahap pengelolaan dan pelayanan kefarmasian meliputi:
- Perencanaan
- Permintaan obat ke dinas kesehatan
- Penerimaan
- Penyimpanan menggunakan kartu stok atau computer
- Pendistribusian dan pelaporan menggunakan LPLPO
Administrasi untuk resep meliputi pencatatan jumlah resep
berdasarkan pasien, penyimpanan bendel resep harian secara
teratur selama 5 tahun dan pemusnahan resep dilengkapi berita
acara pemusnahan termasuk juga untuk kesalahan pengobatan
(medication error), monitoring efek samping obat (MESO) dan
medication record.
Pelayanan diselenggarakan dan diatur demi berlangsungnya pelayanan
farmasi yang efisien dan bermutu, berdasarkan fasilitas yang ada dan standar
pelayanan keprofesian yang universal.
1. Adanya bagan organisasi yang menggambarkan uraian tugas,
fungsi, wewenang dan tanggung jawab serta hubungan koordinasi
di dalam maupun di luar pelayanan farmasi yang ditetapkan oleh
pimpinan puskesmas.
2. Bagan organisasi dan pembagian tugas dapat direvisi kembali dan
diubah bila terdapat hal :
a. Perubahan pola kepegawaian
b. Perubahan standar pelayanan farmasi
c. Perubahan peran puskesmas
d. Penambahan atau pengurangan pelayanan
3. Kepala pelayanan farmasi terlibat dalam perencanaan menejemen
dan penentuan anggaran serta penggunaan sumber daya.
4
4. Unit pelayanan farmasi menyelenggarakan rapat pertemuan untuk
membicarakan masalah-masalah dalam peningkatan pelayanan
farmasi. Hasil pertemuan tersebut disebarluaskan, dicatat dan
disimpan.
5. Adanya komunikasi yang tetap dengan dokter dan para medis,
serta selalu berpartisipasi dalam rapat yang membahas masalah
perawatan dan farmasi.
6. Dokumentasi yang rapih dan rinci dari pelayanan farmasi dan
dilakukan evaluasi terhadappelayanan farmasi setiap tahun.
7. Kepala Unit Pelayanan Farmasi harus terlibat langsung dalam
perumusan segala keputusan yang berhubungan dengan
pelayanan farmasi dan penggunaan obat.
1.4.2 Staf dan Pimpinan
Pelayanan faarmasi diatur dan dikelola demi terciptanya tujuan
pelayanan.
1. Unit pelayanan Farmasi puskesmas dipimpin oleh apoteker.
2. Pelayanan farmasi diselenggarakan dan dikelola oleh apoteker
yang mempunyai pengalaman minimal dua tahun di bagian farmasi
puskesmas.
3. Apoteker telah terdaftar di Depkes dan mempunyai surat ijin kerja.
4. Pada pelaksanaanya apoteker dibantu oleh tenaga teknis
kefarmsian dan staf farmasi yang sudah dapatkan pelatihan.
5. Kepala Unit pelayanan Farmasi bertanggung jawab terhadap aspek
hukum dan peraturan-peraturan farmasi baik terhadap pengawasan
distribusi maupun administrasi barang farmasi.
6. Adanya uraian tugas (job description) bagi staf dan pimpinan
farmasi.
7. Penilain terhadap staf harus dilakukan berdasarkan tugas yang
terkait dengan pekerjaan fungsional yang diberikan dan juga pada
penampilan kerja yang dihasilkan dalam meningkatkan mutu
pelayanan.
1.4.3 Fasilitas dan Peralatan
Harus tersedia ruangan, peralatan dan fasilitas lain yang dapat
mendukung administrasi, profesionalisme dan fungsi teknik pelayanan
farmasi, sehingga menjamin terselenggaranya pelayanan farmasi yang
fungsional, profesional dan etis.
a. Tersedianya fasilitas penyimpanan barang faramasi yang menjamin
semua barang farmasi tetap dalam kondisi yang baik dan dapat
5
dipertanggung jawabkan sesuai dengan spesifikasi masing-masing
barang farmasi dan sesuai dengan peraturan.
b. Tersedianya fasilitas untuk pendistribusian obat
c. Tersedianya fasilitas pemberian informasi obat
d. Tersedianya fasilitas untuk penyimpanan arsip resep
e. Ruang perawatan harus memiliki tempat penyimpanan obat yang
baik sesuai dengan peraturan dan tata cara penyimpanan yang
baik.
f. Obat yang bersifat adiksi disimpan sedemikian rupa demi menjamin
keamanan setiap staf.
1.4.4 Kebijakan dan Prosedur
Semua kebijakan dan prosedur yang ada harus tertulis dan
dicantumkan tanggal dikeluarkanya peraturan tersebut. Peraturan dan
prosedur yang ada harus mencerminkan standar pelayanan farmasi mutakhir
yang sesuai dengan peraturan dan tujuan dari pada pelayanan farmasi itu
sendiri.
1. Kriteria kebijakan dan prosedur dibuat oleh kepala unit pelayanan
farmasi
2. Obat hanya dapat diberikan setelah dapat kesepakatan dari dokter,
paramedis, bidan, dan apoteker. Kebijakan dan prosedur yang
tertulis harus mencantumkan beberapa hal berikut:
a. Macam obat yang dapat diberikan oleh perawat atas perintah
dokter.
b. Label obat yang memadai
c. Daftar obat yang memadai
d. Pencatatan dalam rekam medik pasien beserta dosis obat yang
diberikan.
e. Pengadaan dan penggunaan obat di puskesmas.
f. Pelayanan perbekalan farmasi untuk pasien rawat inap dan
rawat jalan.
g. Pengelolaan perbekalan farmasi yang meliputi perencanaan,
pengadaan, penerimaan, penyimpanan, pendistribusian dan
penyerahan.
h. Pencatatan, pelaporan dan pengarsipan mengenai pemakaian
oabat dan efek samping oabat bagi pasien rawat inap dan rawat
jalan serta pencatatan penggunaan obat yang salah dan atau
dikeluhkan pasien.
6
i. Pengawasan mutu pelayanan dan pengendalian perbekalan
farmasi.
j. Pemberian informasi oleh apoteker kepada pasien maupun
keluarga pasien dalam hal penyimpanan obat serta sebagai
aspek pengetahuan tentang obat demi meningkatkan derajat
kepatuhan dalam penggunaan obat.
k. Prosedur penarikan/penghapusan obat.
l. Pengaturan persediaan dan pesanan
m. Penyebaran informasi mengenai obat yang bermanfaat kepada
staf.
n. Masalah penyimpanan obat yang sesuai dengan peraturan/
undang-undang.
o. Pengamanan pelayanan farmasi dan penyimpanan obat harus
terjamin.
3. Harus ada sisitem yang mendokumentasikan penggunaan obat
yang salah dan atau mengatasi masalah obat.
4. Kebijakan dan prosedur harus dilakukan secara konsisten.
7
1. Susunan Tim formularium puskesmas serta kegiatan yang
dilakukan bagi tiap puskesmas dapat bervariasi sesuai dengan
kondisi puskesmas setempat. Tim formularium puskesmas
terdiri dari dokter, apoteker, bidan, dan perawat.
2. Tim formularium puskesmas harus mengadakan rapat secara
teratur, sedikitnya 6 (enam) bulan sekali.
3. Membina hubungan kerja dengan tenaga kesehatan lainya di
dalam puskesmas yang sasarannya berhubungan dengan
penggunaan obat.
c. Fungsi dan Ruang Lingkup
1. Mengembangkan formularium di puskesmas dan merevisinya.
Pemilihan obat untuk dimasukan dalam formularium harus
didasarkan pada evaluasi secara subjektif terhadap efek terapi,
keamanan serta harus meminimalkan duplikasi dalam tipe obat,
kelompok dan produk obat yang sama.
2. Tim formularium puskesmas harus mengevaluasi untuk
menyetujui atau menolak produk obat baru atau dosis obat yang
diusulkan oleh anggota staf medis.
3. Membantu unut pelayanan farmasi dalam mengembangkan
tinjauan terhadap kebijakan-kebijakan dan peraturan-peraturan
mengenai penggunaan obat di puskesmas sesuai peraturan
yang berlaku. Melakukan tinjauan terhadap penggunaan obat di
puskesmas dengan mengkaji medical record dibandingkan
dengan standar diagnosa dan terapi. Tinjauan ini dimaksudkan
secara terus menerus pengunaan obat secara rasional.
4. Mengumpulkan dan meninjau laporan mengenai efek samping
obat.
5. Menyebarluaskan ilmu pengetahuan yang menyangkut obat
pepada sstaf medis dan perawat.
d. Kewajiban Time Formularium puskesmas
1. Mengkoordinir pembuatan pedoman diagnosis dan terapi,
formularium puskesmas, pedoman penggunaan antibiotika dan
lain-lain.
2. Memberikan rekomendasi pada pimpinan puskesmas dalam
mencapai budaya pengelolaan dan penggunaan obat secara
rasional.
3. Pengelolaan dan penggunaan obat terhadap pihak-pihak yang
terkait.
8
4. Melaksanakan pengkajian pengelolaan dan penggunaan obat
dan memberikan umpan balik atas hasil pengkajian tersebut.
e. Tugas apoteker dalam Tim formularium puskesmas
1. Menjadi salah seorang anggota panitia
2. Menerapkan jadwal pertemuan
3. Mengajukan acara yang akan di bahas dalam pertemuan
4. Menyiapkan dan memberikan semua informasi yang di
butuhkan untuk pembahasan dalam pertemuan
5. Semua hasil keputusan dalam pertemuan dan melaporkan
kepada pimpinan puskesmas
6. Menyebarluaskan keputusan-keputusan yang sudah di sepakati
dalam pertemuan
7. Melaksanakan keputusan-keputusan yang sudah disepakati
dalam pertemuan
8. Menunjang pembuatan pedoman diagnosis dan terapi,
pedoman penggunaan antibiotika dan pedoman penggunaan
obat dalam kelas terapi lain
9. Membuat formularium puskesmas berdasarkan hasil
kesepakatan Tim formularium puskesmas
10. Pendidikan dan pelatihan
11. Melaksanakan pengkajian dan pengawasan obat
12. Melaksanakan umpan balik hasil pengkajian pengelola dan
penggunaan obat pada pihak terkait
f. Formularium puskesmas
1. Formularium adalah himpunan obat yang diterima/disetujui oleh
Tim formularium puskesmas untuk digunakan di puskesmas
dan dapat di revisi pada setiap batas waktu yang ditentukan
Komposisi Formularium :
1) Halaman judul
2) Daftar nama anggota Tim formularium puskesmas
3) Daftar isi
4) Informasi mengenai kebijakan dan prosedur di bidang obat
5) Produk obat yang diterima untuk digunakan
6) Lampiran Sistem yang dipakai adalah suatu sistem dimana
prosesnya tetap berjalan terus, dalm arti kata bahwa
sementara Formularium itu digunakan oleh staf medis, di
lain pihak Tim formularium puskesmas mengadakan
evaluasi dan menentukan pilihan terhadap produk obat yang
9
ada di pasaran, dengan lebih mempertimbangkan
kesejahteraan pasien.
g. Pedoman Penggunaan Formularium
1. Pedoman penggunaan yang digunakan akan memberikan
petunjuk kepada dokter, tenaga kefarmasian, perawat serta
petugas administrasi di puskesmas dalam menerapkan system
formularium Meliputi :
a. Membuat kesepakatan antara staf medis dari berbagai
disiplin ilmu dengan Tim formularium puskesmas dalam
menentukan kerangka mengenai tujuan, organisasi, fungsi
dan ruang lingkup. Staf medis harus mendukung Sistem
Formularium puskesmas
b. Staf medis harus dapat menyesuaikan sisitem yang berlaku
dengan kebutuhan tiap-tiap institusi
1.5.3 Standar Prosedur Oprasional (SOP)
Standar Prosedur Oprasional adalah kumpulan instruksi, langkah-
langkah yang telah dibakukan untuk menyesuaikan proses kerja rutin
tertentu.
1.5.4 Ruangan
Luas ruangan setiap kegiatan cukup menampung peralatan yang
dipergunakan, aktifitas dan jumlah petugas yang berhubungan dengan
spesimen/pasien untuk kebutuhan pelayanan resep. Semua ruangan harus
mempunyai tata ruang yang baik sesuai alur pelayanan dan memperoleh
sinar matahari/cahaya dalam jumlah yang cukup.
1.5.5 Peralatan Farmasi
Untuk pelayanan farmasi harus dilengkapi dengan semua peralatan
yang diperlukan sesuai dengan layanan yang disediakan sekalipun tidak
digunakan secara rutin. Pada saat unit alat maupun saat kerja rutin, peralatan
harus diperhatikan menunjukan kemampuan atau memenuhi kinerja yang
dipersyaratkan dan harus memenuhi spesifikasi yang sesuai untuk
pemeriksaan bersangkutan.
1.5.6 Pemantapan Mutu (quality assurance)
Farmasi kesehatan adalah semua kegiatan yang ditujukan untuk
menjamin ketelitian dan ketepatan hasil pelayanan resep. Pemantapan Mutu
Internal (Internal Quality Control) adalah kegiatan pencegahan dan
pengawasan yang dilaksanakan oleh masing-masing petugas farmasi secar
terus menerus agar tidak terjadi atau mengurangi kejadian
error/penyimpangan sehingga diperoleh hasil pemeriksaan yang tepat.
10
1.5.7 Kesehatan dan Keselamatan Kerja di unit pelayanan farmasi
Kesehatan dan Keselamatan Kerja (K3) unit pelayanan farmasi
merupakan bagian dari pengelolaan farmasi secara keseluruhan. Farmasi
melakukan sebagai tindakan dan kegiatan terutama berhubungan dengan
pelayanan pasien. Untuk mengurangi bahaya yang terjadi, perlu adanya
kebijakan yang ketat. Petugas harus memahami keamanan farmasi dan
tingkatanya, mempunyai sikap dan kemampuan untuk melakukan
pengamanan sehubungan dengan pekerjaannya sesuai SOP, serta
mengontrol secara penyiapan obat menurut standar pelayanan resep yang
benar.
1.5.8 Pencatatan dan Pelaporan
Pencatatan dan pelaporan kegiatan farmasi diperlukan dalam
perencanaan, pemantauan dan evaluasi serta pengmbilan keputusn untuk
peningkatan pelayanan farmasi. Untuk itu kegiatan ini harus dilakukan secara
cermat dan teliti, karena kesalahan dalam pencatatan dan pelaporan akan
mengakibatkan kesalah dalam memetapkan suatu tindakan.
11
BAB II
B. Distribusi Ketenagaan
Tenaga kefarmasian yang dibutuhkan dalam pelayanan ini adalah minimal 1
orang apoteker dan 2 orang Tenaga Teknis Kefarmasian
12
BAB III
BB A B
Pintu masuk
U Keterangan :
A : Sub Gudang Farmasi
B : Rak Obat
B T
13
A.2. Denah Unit Pelyanan Farmasi Dalam Gedung
C E D
C
B
I
C
A C
Pintu masuk
Pintu masuk
H G F
U
Keterangan:
A : Sub Unit Farmasi
B T
B : Meja Administrasi Pelayanan
Resep
S C : Rak Obat
D : Meja Racik
E : Dispenser
F : Lemari Pendingin
G : Lemari Dokumen
H : Lemari Narkotika-Pisikotropika
I : Sub Gudang Farmasi
A. Standar Fasilitas
Terdapat lemari penyimpanan khusus narkotika dan pisikotropika yang
dilengkapi kunci ganda dan kunci hanya dikendalikan oleh apoteker
dan tenaga teknis kefarmasian. Lemari penyimpanan khusus narkotika
dan pisikotropika di sertakan pelabelan obat narkotika-pisikotropika.
14
BAB IV
TATALAKSANA PELAYANAN
4.1 Pengadaan
Narkotika dan pisikotropika untuk kebutuhan puskesmas diperoleh dari
permintaan melalui LPLPO kepada Dinas kesehatan. Bukti pengadaan
ditelusuri melalui SBBK obat narkotika dan pisikotropika.
4.2 Penyimpanan dan Pelaporan
a. Obat Narkotika dan pisikotropika yang berada di Puskesmas
Sukaratu wajib di simpan secara khusus sesuai standar fasilitas.
b. Apoteker penanggung jawab wajib membuat, menyampaikan dan
menyimpan laporan berkala mengenai pemasukan dan atau
pengeluaran obat narkotika dan pisikotropika yang berada dalam
penguasaannya.
4.3 Cara Peresepan Obat Narkotika dan Pisikotropika
a. Ditulis oleh dokter/dokter gigi/paramedic yang diberi kewenangan.
b. Mencantumkan nama jelas dokter yang menulis resep
c. Ditulis tersendiri (terpisah)
d. Tidak boleh ada iterasi
e. Mencantumkan nama jelas dan alamat lengkap pasien
f. Signa (aturan pakai/dosis pemakaian) ditulis dengan jelas
g. Di tandatangani oleh dokter yang menulis resep (bukan paraf)
h. Apabila penulis tidak sesuai dengan ketentuan tersebut maka oabt
tidak dapat dilayani.
4.4 Penyerahan
a. Penyerahan obat narkotika dan pisikotropika hanya dapat dilakukan
oleh apoteker dan tenaga teknis kefarmasian di bawah pengawasan
apoteker.
b. Apoteker hanya dapat menyerahkan obat narkotika dan pisikotropika
kepada pasien berdasarkan resep dokter.
c. Penyerahan obat narkotika dan pisikotropika oleh dokter hanya dapat
dilaksanakan untuk menolong orang sakit dalam keadaan darurat
dengan memberikan obat narkotika dan pisikotropika melalui
suntikan.
d. Sebagai penandaan khusus, resep yang berisi obat narkotika harus
di beri garis berwarna merah dan untuk obat pisikotropika diberi garis
biru.
15
e. Sub unit farmasi hanya boleh melayani resep narkotika dan
pisikotropika dari resep asli dan resep narkotika dan pisikotropika di
pisahkan dari resep lainnya.
f. Pasien yang menerima obat narkotika dan pisikotropika harus
ditanyakan nomor telfon dan alamat lengkap.
4.5 Pelaporan
Pelaporan penggunaan obat narkotika dan pisikotropika dilakukan setiap
bulan ke Dinas kesehatan.
4.6 Pemantauan
Pemantauan terhadap obat narkotika dan pisikotropika yang dilakukan
meliputi pemantauan stok harian, pasien yang mendapatkan resep obat
narkotika dan pisikotropika berulang kali dan masa kadaluarsa obat.
4.7 Pemusnahan
Obat narkotika dan pisikotropika yang telah kadaluarsa/rusak tidak
dimusnahkan di puskesmas tetapi dikembalikan ke Dinas kesehatan dengan
berita acara pengembalian.
METODE
Obat narkotika dan pisikotropika penggunaan dan pendistribusiannya
menggunakan system peresepan sehingga pengawasan dan
pengendaliannya dapat lebih efektif.
LANGKAH KEGIATAN
a. Penggunaan obat narkotika dan pisikotropika
1. Peresepan obat narkotika hanya boleh ditulis oleh dokter/dokter gigi
atau petugas yang di beri kewenangan.
2. Petugas penulis resep mencantumkan TANDA TANGAN penulis
resep tiap R/ obat narkotika dan pisikotropika dan menuliskan nama
dan alamat pasien yang LENGKAP
3. Petugas penulis resep memastikan resep yang ditulis jelas baik jenis,
jumlah dan cara penggunaannya
4. Petugas penulis resep memastikan resep narkotika dan pisikotropika
yang di tulis tidak di ulang tanpa resep dokter
16
2. Petugas apotik memberikan penandaan khusus yaitu resep
pisikotropika diberi garis berwarna biru dan resep narkotika diberi
garis berwarna merah
3. Petugas memisahkan resep narkotika dan pisikotropika dengan resep
lainnya
4. Petugas apotik membuat laporan pengeluaran narkotika dan
pisikotropika tiap bulannya
5. Petugas memastikan resep narkotika dan pisikotropika yang ditulis
tidak bersigna m.i (mihipsi) artinya untuk di pakai sendiri dan bersigna
u.c (usus cognitus) yang berarti pemakain diketahui
17
BAB V
LOGISTIK
18
BAB VI
KESELAMATAN PASIEN
6.1 Pengertian
Keselamatan pasien (patient safety) puskesmas adalah suatu sistem
dimana puskesmas membuat asuhan pasien lebih aman. Sistem tersebut
meliputi: assesmen risiko, identifikasi dan pengelolaan hal yang berhubungan
dengan risiko pasien, pelaporan dan analisis insiden, kemampuan belajar dari
insiden dan tindak lanjutnya serta implementasi solusi untuk meminimalkan
timbulnya risiko. Sistem tersebut diharapkan dapat mencegah terjadinya
cedera yang disebabkan oleh kesalahan akibat melaksanakan suatu tindakan
atau tidak melakukan yang seharusnya dilakukan.
6.2 Tujuan
Untuk memperbaiki keamanan obat yang perlu diwaspadai
19
BAB VII
KESELAMATAN KERJA
20
Sedangkan lingkungan kerja yang tak mendukung merupakan
beban tambahn bagi pekerja tersebut.
c. Kondisi lingkungan kerja lingkungan kegiatan untuk pelayanan
farmasi puskesmas dapat mempengaruhi kesehatan kerja
dalam bentuk:
1) Kecelakaan kerja dilingkungan unit pelayanan farmasi
seperti terpeleset, tersengat listrik, terjepit pintu
2) Di tangga : terpeleset, tersandung, terjatuh
3) Di gudang : terpeleset, tersandung, terjatuh, kejatuhan
barang
4) Di ruang pelayanan : terpeleset, tersandung, terjatug,
tersengat listrik
5) Di ruang produksi : luka bakar, ledakan,kebakaran
21
BAB VIII
PENGENDALIAN MUTU
22
BAB IX
PENUTUP
23