You are on page 1of 17

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Encephalitis adalah infeksi yang mengenai CNS yang disebabkan oleh


virus atau mikroorganisme lain yang non-purulen (+) (Pedoman diagnosis
dan terapi, 1994).

Encephalitis adalah radang jaringan otak yang dapat disebabkan oleh


bakteri cacing, protozoa, jamur, ricketsia atau virus (Kapita selekta
kedokteran jilid 2, 2000).

Ensefalitis adalah infeksi yang mengenai system saraf pusat (SSP)


yang disebabkan oleh virus atau mikroorganisme lain yang non
purulen,Penyebab tersering dari ensefalitis adalah virus kemudian herpes
simpleks, arbovirus, dan jarang disebabkan oleh enterovirus, mumps, dan
adenovirus.Ensefalitis bias juga terjadi pascainfeksi campak, influenza,
varicella, dan pascavaksinasi pertusis

Klasifikasi ensefalitis didasarkan pada factor penyebabnya,Ensefalitis


supuratif akut dengan bakteri penyebab ensefalitis adalah
staphylococcusaureus,streptococcus,E.Colli,Mycobacterium,danT.Pallidum.s
edangkan ensefalitis virus penyebab adalah virus RNA (Virus Parotis), virus
morbili, virus rabies, virus rubella, virus dengue, virus polio, cockscakie A
dan B, herpes zoster, herpes simpleks, dan varicella.

1
1.2 Rumusan Masalah

1. Apa definisi dari Ensefalitis?

2. Apa saja etiologi ensefaliti?

3. Sebutkan Manifestasi ensefalitis?

4. Bagaimana patofisiologi Ensefalitis?

5. Jelaskan WOC Ensefalitis?

6. Apa saja Komplikasi dari Ensefalitis?

7. Jelaskan Pemeriksaan penunjang Ensefalitis?

8. Bagaimana Penatalaksanaan Ensefalitis?

9. Jelaskan Asuhan Keperawatan Ensefalitis?

1.3 Tujuan

1. Mengetahui definisi dari Ensefalitis

2. Mengetahui etiologi ensefaliti

3. Mengetahui Manifestasi ensefalitis

4. Mengetahui patofisiologi Ensefalitis

5. Mengetahui WOC Ensefalitis

6. Mengetahui Komplikasi dari Ensefalitis

7. Mengetahui Pemeriksaan penunjang Ensefalitis

8. Mengetahui Penatalaksanaan Ensefalitis

9. Mengetahui Asuhan Keperawatan Ensefalitis

2
BAB II
PEMBAHASAN
2.1DEFINISI
Encephalitis adalah infeksi yang mengenai CNS yang disebabkan
oleh virus atau mikroorganisme lain yang non-purulen (+) (Pedoman
diagnosis dan terapi, 1994). Encephalitis adalah radang jaringan otak yang
dapat disebabkan oleh bakteri cacing, protozoa, jamur, ricketsia atau virus
(Kapita selekta kedokteran jilid 2, 2000).Ensefalitis adalah infeksi yang
mengenai system saraf pusat (SSP) yang disebabkan oleh virus atau
mikroorganisme lain yang non purulen,Penyebab tersering dari ensefalitis
adalah virus kemudian herpes simpleks, arbovirus, dan jarang disebabkan
oleh enterovirus, mumps, dan adenovirus.Ensefalitis bias juga terjadi
pascainfeksi campak, influenza, varicella, dan pascavaksinasi pertusis.
2.3 ETIOLOGI
Berbagai macam mikroorganisme dapat menimbulkan Ensefalitis,
misalnya bakteria, protozoa, cacing, jamur, spirochaeta, dan virus. Bakteri
penyebab Ensefalitis adalah Staphylococcus aureus, streptokok, E. Coli, M.
Tuberculosa dan T. Pallidum. Encephalitis bakterial akut sering disebut
encephalitis supuratif akut (Mansjoer, 2000). Penyebab lain adalah keracunan
arsenik dan reaksi toksin dari thypoid fever, campak dan chicken pox/cacar
air. Penyebab encephalitis yang terpenting dan tersering ialah virus. Infeksi
dapat terjadi karena virus langsung menyerang otak, atau reaksi radang akut
infeksi sistemik atau vaksinasi terdahulu.
Klasifikasi encephalitis berdasar jenis virus serta epidemiologinya
ialah:
Infeksi virus yang bersifat endemik
Golongan enterovirus : Poliomyelitis, virus Coxsackie, virus ECHO.
Golongan virus Arbo : Western equine encephalitis, St. Louis
encephalitis, Eastern equine encephalitis, Japanese B encephalitis, Russian
spring summer encephalitis, Murray valley encephalitis.

3
Infeksi virus yang bersiat sporadik : rabies, Herpes simpleks, Herpes
zoster, Limfogranuloma, Mumps, Lymphocytic choriomeningitis, dan jenis
lain yang dianggap disebabkan oleh virus tetapi belum jelas.
Encephalitis pasca-infeksi : pasca-morbili, pasca-varisela, pasca-
rubela, pasca-vaksinia, pasca-mononukleosis infeksius, dan jenis-jenis lain
yang mengikuti infeksi traktus respiratorius yang tidak spesifik.(Robin cit.
Hassan, 1997).

2.4 MANIFESTASI
1 Onset mendadak atau bertahap adalah
1) Malaise
2) Demam
3) Sakit kepala, pusing
4) Apatis
5) Leher kaku
6) Mual dan muntah
7) Ataksia
8) Tremor, hiperaktivitas.
9) Kesuliatan bicara
2 Dalam kasus yang berat:
1) Demam tinggi
2) Pingsan
3) Disorientasi, kekejangan
4) Kejang, koma (dapat melanjutkan sampai mati)
5) Okular palsi
6) Kelumpuhan
2.5 PATOFISIOLOGI
Virus masuk ketubuh klien melalui kulit,saluran nafas,dan saluran
cerna.setelah masuk kedalam tubuh virus akan menyebar keseluruh tubuh
dengan beberapa caraa :
Lokal : virus alirannya terbatas menginfeksi selaput lendir permukaan
atau organ tertentu

4
Penyebaran hematogen priimer : virus masuk kedalam darah kemudian
menyebar ke organ dan berkembangbiak di organ tersebut.
Penyebaran melalui saraf-saraf : virus berkembang biak didalam
sellaput lendir dan menyebar melalui sistem persarafan.
Setelah terjadi penyebaran di otak menjadi manifestasi klinis
ensefalitis,masa pradromal berlangsung 1-4 hari di tandai dengan demam,
sakit kepala, pusing, muntah, nyeri tenggorokan, malaise, nyeri ekstremitas
dan pucat. suhu badan meningkat,fotofobia,sakit kepala,muntah-muntah,
letargi, kadang disertai dengan kaku kuduk apabila infeksi mengenai
meningen. pada anak tampak gelisa kadang disertai perubahan tingkah laku.
dapat disertai gangguan penglihatan, pendengaran, bicara, serta kejang. gejala
ini berupa gelisah, rewel,perubahan prilaku,gangguan kesadaran, kejang,
kadang-kadang disertai tanda neurologis fokal berupa
afasia,hemmiparesis,hemiplegia,ataksia,dan paralisis saraf otak.

5
2.6 WOC

6
2.7 Komplikasi
Komplikasi pada ensefalitis berupa
1.Retardasi mental
Adalah keadaan dengan tingkat kecerdasan yang dibawah rata_rata atau
kurangnya kemampuan mental dan keterampilan yang diperlukan dalam
menjalankan kehidupannya sehari-hari
2.Halusinasi
Merupakan terjadinta persepsi dalam kondisi sadar tanpa adanya rangsang
nyata terhadap indra.
3.Sulit tidur
Karena banyak fikiran
4.Epilepsi
Suatu gangguan pada sistem saraf otak manusia karena terjadinya aktivitas
berlebihan dari sekelompok sel neuron pada otak sehingga menyebabkan
berbagai reaksi pada tubuh manusia mulai dari bengong, sesaat, kesemutan,
gangguan kesadaran, kejang-kejang, dan kontraksi otot.
5.Enuresis
Merupakan keluarnya kencing yang sering terjadi pada anak-anak umumnya
pada malam hari.
2.8 PEMERIKSAAN PENUNJANG
1. Lumbal fungsi (pemeriksaan CSS )
a.cairan warna jernih
b.glukosa normal
c. leukosit meningkat
d. tekanan intra kranial
2. kultur darah /hidung /tenggorokan/urin
a.sukar oleh karena uremia berlangsung singkat
b. dapat membantu mengidentifikasikan daerah pusat infeksi dan penyebab
infeksi.
3. CT scan /MRI
Membantu melokalisasi lesi, melihat ukuran /letak ventrikel, hematom, daerah
cerebral, hemoragic, atau tumor .

7
2.9 Penatalaksanaan Medis
Isolasi Isolasi bertujuan mengurangi stimuli/rangsangan dari luar dan sebagai
tindakan pencegahan.
Terapi antimikroba, sesuai hasil kultur Obat yang mungkin dianjurkan
oleh dokter :
Ampicillin : 200 mg/kgBB/24 jam, dibagi 4 dosis
Kemicetin : 100 mg/kgBB/24 jam, dibagi 4 dosis
Bila encephalitis disebabkan oleh virus (HSV), agen antiviral acyclovir secara
signifikan dapat menurunkan mortalitas dan morbiditas HSV encephalitis.
Acyclovir diberikan secara intravena dengan dosis 30 mg/kgBB per hari dan
dilanjutkan selama 10-14 hari untuk mencegah kekambuhan (Victor, 2001).
Untuk kemungkinan infeksi sekunder diberikan antibiotika secara
polifragmasi.
Mengurangi meningkatnya tekanan intracranial, manajemen edema otak
1.Mempertahankan hidrasi, monitor balans cairan; jenis dan jumlah cairan
yang diberikan tergantung keadaan anak.
2. Glukosa 20%, 10 ml intravena beberapa kali sehari disuntikkan dalam pipa
giving set untuk menghilangkan edema otak.
3. Kortikosteroid intramuscular atau intravena dapat juga digunakan untuk
menghilangkan edema otak.
Mengontrol kejang Obat antikonvulsif diberikan segera untuk membe-
rantas kejang. Obat yang diberikan ialah valium dan atau luminal.
Valium dapat diberikan dengan dosis 0,3-0,5 mg/kgBB/kali
Bila 15 menit belum teratasi/kejang lagi bia diulang dengan dosis yang sama
Jika sudah diberikan 2 kali dan 15 menit lagi masih kejang, berikan valium
drip dengan dosis 5 mg/kgBB/24 jam.
Mempertahankan ventilasi Bebaskan jalan nafas, berikan O2 sesuai
kebutuhan (2-3l/menit).

8
2.10 ASUHAN KEPERAWATAN
3.1.PENGKAJIAN
1. Anamnesis
Keluhan utama yang sering menjadi alasan klien atau orang tua
membawa anaknya untuk meminta pertolongan kesehaan adalah kejang
disertai penurunan tingkat kesadaran.
2.Riwayat penyakit saat ini
Factor riwayat penyakit sangat penting diketahui karena untuk
mengetahui jenis kuman penyebab. Di sini harus ditanya dengan jelas
tentang gejala yang timbul seperti kapan mulai serangan , sembuh, atau
bertambah buruk. Pada pengkajian klien ensefalitis biasanya didapatkan
keluhan yang berhubungan dengan akibat dari infeksi peningkatan
TIK. Keluhan gejala awal yang sering adalah sakit kepala dan
demam. Sakit kepala disebabkan ensefalitis yang berat dan sebagai akibat
iritasi selaput otak. Demam umumnya ada dan tetap tinggi selama
perjalanan penyakit.
3. Keluhan utama
Merupakan kebutuhan yang mendorong penderita untuk masuk RS.
keluhan utama pada penderita encephalitis yaitu sakit kepala, kaku kuduk,
gangguan kesadaran, demam dan kejang.
4.Riwayat penyakit sekarang
Merupakan kebutuhan yang mendorong penderita untuk masuk RS.
keluhan utama pada penderita encephalitis yaitu sakit kepala, kaku kuduk,
gangguan kesadaran, demam dan kejang.
Merupakan riwayat klien saat ini yang meliputi keluhan, sifat dan
hebatnya keluhan, mulai timbul atau kekambuhan dari penyakit yang pernah
dialami sebelumnya. Biasanya pada masa prodromal berlangsung antara 1-4
hari ditandai dengan demam, sakit kepala, pusing, muntah, nyeri
tenggorokan, malaise, nyeri ekstrimitas dan pucat. Kemudian diikuti tanda
ensefalitis yang berat ringannya tergantung dari distribusi dan luas lesi pada
neuron. Gejala terebut berupa gelisah, irritable, screaning attack, perubahan
perilaku, gangguan kesadaran dan kejang kadang-kadang disertai tanda

9
neurologis fokal berupa afasia, hemiparesis, hemiplegia, ataksia dan paralisi
saraf otak.
5. Riwayat kehamilan dan kelahiran
Dalam riwayat prenatal perlu diketahui penyakit apa saja yang
pernah diderita oleh ibu terutama penyakit infeksi. Riwayat natal perlu
diketahui apakah bayi lahi rdalam usia kehamilan aterm atau tidak karena
mempengaruhi system kekebalan terhadap penyakit pada anak. Trauma
persalinan juga mempengaruhi timbulnya penyakit contohnya aspirasi
ketuban untuk anak.Riwayat post natal diperlukan untuk mengetahui
keadaan anak setelah lahir.Contoh : BBLR, apgar score, yang mempe-
ngaruhi pertumbuhan dan perkembangan selanjutnya.
6. Riwayat penyakit yang lalu
Kontak atau hubungan dengan kasus-kasus meningitis akan
meningkatkan kemungkinan terjdinya peradangan atau infeksi pada jaringan
otak (J.G. Chusid, 1993). Imunisasi perlu dikaji untuk mengetahui
bagaimana kekebalan tubuh anak. Alergi pada anak perlu diketahui untuk
dihindarkan karena dapat memperburuk keadaan.
7. Riwayat kesehatan keluarga
Merupakan gambaran kesehatan keluarga, apakah ada kaitannya
dengan penyakit yang dideritanya. Pada keadaan ini status kesehatan
keluarga perlu diketahui, apakah ada anggota keluarga yang menderita
penyakit menular yang ada hubungannya dengan penyakit yang dialami oleh
klien (Soemarno marram, 1983).

8. Riwayat social
Lingkungan dan keluarga anak sangat mendukung terhdap
pertumbuhan dan perkembangan anak. Perjalanan klinik dari penyakit sehi-
ngga mengganggu status mental, perilaku dan kepribadian. Perawat dituntut
mengkaji status klien ataukeluarga agar dapat memprioritaskan maslaah
keperawatnnya.(Ignatavicius dan Bayne, 1991).

10
9.Kebutuhan dasar (aktfitas sehari-hari).

Pada penderita ensepalitis sering terjadi gangguan pada kebiasaan


sehari-hari antara lain : gangguan pemenuahan kebutuhan nutrisi karena
mual muntah, hipermetabolik akibat proses infeksi dan peningkatan tekanan
intrakranial. Pola istirahat pada penderita sering kejang, hal ini sangat
mempengaruhi penderita. Pola kebersihan diri harus dilakukan di atas
tempat tidur karena penderita lemah atau tidak sadar dan cenderung
tergantung pada orang lain perilaku bermain perlu diketahui jika ada
perubahan untuk mengetahui akispitalisasi pada anak.
10. Pengkajian psiko-sosial-spiritual
Pengkajian psikologis klien ensefalitis meliputi beberapa penilaian yang
memungkinkan perawat untuk memperoleh persepsi yang jelas mengenai
satatus emos,kognitif , daan perilaku klien . pengkajian mekanisme koping
yang digunakan klien juga penting untuk menilai respon emosi klien
terhadap penyakit yang dideritanya dan perubahan peran klien dalam
keluarga dan masyarakat serta respon atau pengaaruhnya dalam kehidupan
sehari – hari baik dalam keluarga ataupun masyarakat.apakah ada dampak
yang timbul pada klien , yaitu timbul ketakutan akan kecacatan , rasa cemas
dan rasa ketidakmampuan untuk melakukan aktivitaas secara optimal dan
pandangan terhadap dirinya yang salah .pengkajian mengenai mekanisme
koping yang sadar biasa digunakan klien selama masa steres meliputi
kemampuan klien untuk mendiskusikan maslah kesehatan saat ini yang telah
dikeatahui dan oerubahan perilaku akbat stress,Karena klien harus
melayani rawat inap maka apakah keadaan ini memberidampak pada status
ekonomi klien , karena biaya perawatan dan pengobatan memerluukan dana
yang tidak sedikit . perawat juga memasukan pengkajian terhadap fungsi
neurologis dengan dampak gangguan neurologis yang akan terjadi pada
gaya hidup klien .perspektif keperawatan dalam mengkaji terdiri dari dua
masalah , yaitu keterbatasan yang di akibatkan oleh defisit neurologis dalam
hubungannya dengan peran sosial klien dan rencana pelayanan yang akan

11
mendukung adaptasi pada gangguan neurologis didalam sistem dukungan
individu.
3.2. Diagnosis Keperawatan
1. Resiko tinggi gangguan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh yang
berhubungan dengan ketidak mampuan menelan , keadaan hiper-metabolik.
2. Resiko tinggi cedera yang berhubungan denga kejang perubahan
statusmental, dan penurunan tingkat kesadaran.
3. Nyeri berhubungan dengan adanya iritasi lapisan otak.
3.3. INTERVENSI
1. Resiko tinggi gangguan nutrisi : kurang dari kebutuhan yang berhubungan
dengan ketidakmampuan menelan , keadaan hiper-metabolik.
Tujuan : kebutuhan nutrisi klien terpenuhi dalam waktu 5 x 24 jam .
Kriteria hasil : Turgor baik,asupan dapat masuk sesuaia dengan kebutuhan ,
terdapat kemampuan menelan ,sonde dilepas,berat badan meningkat 1kg,hb
dan albumin dalam batas normal.
Intervensi Rasional

1. Kaji kemampuan pasien untuk Faktor ini menentukan pemilihan


mengunyah dan menelan. terhadap jenis makanan.

2. Auskultasi bising usus, catat Fungsi saluran pencernaan


adanya penurunan/ hilangnya biasanya tetap baik pada kasus
suara yang hiperaktif. cidera kepala, jadi bising usus
membantu dalam menentukan
respon untuk makanan.

Mengevaluasi keefektifan atau


3. Timbang berat badan sesuai
kebutuhan mengubah pemberian
indikasi. Auskultasi bising usus,
nutrisi.
catat adanya penurunan/
hilangnya suara yang hiperaktif

12
Meningkatkan proses pencernaan
dan dapat meningkatkan
kerjasama pasien saat makan.
4. Berikan makanan dalam jumlah
kecil dan dalam waktu yang
sering dengan teratur.
Sosialisasi waktu makan dengan
orang terdekat atau teman dapat
meningklatkan pemasukan dan
5. Tingkatkan kenyamanan, menormalkan fungsi makan.
lingkungan yang santai termasuk
sosialisasi saat makan. Anjurkan
orang terdekat untuk membawa
makanan yang disukai pasien.

Sosialisasi waktu makan dengan


orang terdekat atau teman dapat
meningklatkan pemasukan dan
6. Kolaborasi dengan ahli gizi.
menormalkan fungsi makan.

2.Resiko tinggi cedera yang berhubungan denga kejang perubahan


statusmental, dan penurunan tingkat kesadaran.
Tujuan: dalam waktu 3x24 jam perawatan klien bebas dari cedera yang disebab
kan oleh kejang dan penurunan kesadaran
kriteria hasil : klien tidak mengalami cedera apabila kejang berulang.
Intervensi Rasional

13
1. Berikan pengamanan Melindungi pasien jika terjadi
pada pasien dengan kejang, pengganjal mulut agar lidah
memberi bantalan, tidak tergigit
penghalang, tempat tidur,
tettap terpasang dan
berikan pengganjal pada
mulut, agar jalan nafas
tetap bebas.
2. Persiapkan lingkungan Melindungi klien bila kejang terjadi
yang aman seperti
batasan ranjang papan
pengaman dan alat
suction.

3. Monitor kejang pada Gambaran iritabilitas system saraf


tangan ,kaki,mulut dan pusat memerlukan evaluasi yang
otot – otot muka sesuai dengan interveensi yang
lainnnya tepat untuk mencegah terjadinya
komplikasi

4. Kolaborasi pemberian Untuk mencegah atau mengurangi


terapi diazepam kejang
,fenobarbibal Catatan : fenobarbital dapat
menyebabkan depresi pernapasan
dan sedasi

3. Nyeri berhubungan dengan adanya iritasi lapisan otak.


Tujuan: dalam waktu 3x24 jam keluhan nyeri berkurang /rasa sakit terkendali.
Kriteria hasil : Klien dapat tidur dengan tenang,wajah rileks,dan klien
memverbalisasikan penurunan ras sakit.
Intervensi Rasional
1. Kaji intensitas nyeri Untuk menentukan tindakan yang

14
akan dilakukakan kemudian
2. Lakukan penatalaksanaan nyeri Membantu menurunkan
dengan metode distraksi dan (memutuskan) stimulasi sensasi
relaksasi nafas dalam nyeri

3. Mampu mengenali nyeri (skala, Evaluasi pengalamanan nyeri masa


intensitas,frekuensi dan tanda lampau dan kaji kultur yang
nyeri) mempengarihi responyeri

4. Kolaborasi pemberian analgesic Evaluasi pengalamanan nyeri masa


lampau dan kaji kultur yang
mempengarihi responyeri.
Catatan : Narkotika merupakan
kontraindikasi karena berdampak
pada status neurologi sehingga
sukar untuk dikaji

15
BAB III
PENUTUP
4.1 Kesimpulan
Encephalitis adalah infeksi yang mengenai CNS yang disebabkan oleh
virus atau mikroorganisme lain yang non-purulen (+) (Pedoman diagnosis
dan terapi, 1994).

Klasifikasi ensefalitis didasarkan pada factor penyebabnya,Ensefalitis


supuratif akut dengan bakteri penyebab ensefalitis adalah
staphylococcusaureus,streptococcus,E.Colli,Mycobacterium,danT.Pallidum.

4.2 Saran
Jagalah kebersihan diri dan lingkungan terhindar dari penyakir ense-
falitis. Dan segera periksa ke pihak medis jika terjadi tanda dan gejala pada
materi diatas.

16
DAFTAR PUSTAKA

Laboratorium UPF Ilmu Kesehatan Anak, Pedoman Diagnosis dan Terapi,


Fakultas Kedokteran UNAIR Surabaya, 1998

Ngastiyah, Perawatan Anak Sakit, Penerbit Buku Kedokteran EGC, Jakarta, 1997.

Rahman M, Petunjuk Tentang Penyakit, Pemeriksaan Fisik dan Laboratorium,


Kelompok Minat Penulisan Ilmiah Kedokteran Salemba, Jakarta, 1986.

Sacharian, Rosa M, Prinsip Keperawatan Pediatrik, Edisi 2 Penerbit Buku


Kedokteran EGC, Jakarta ,1993.

Sutjinigsih (1995), Tumbuh kembang Anak, Penerbit EGC, Jakarta.

17

You might also like