You are on page 1of 13

BAB I

PENDAULUAN

A. Latar belakang

Pelaksanaan monitoring dan evaluasi (monev) yang diselenggarakan tahun

dimaksudkan sebagai suatu kegiatan penilaian dan observasi antara peraturan yang telah

ditetapkan, serta untuk memastikan dan mengendalikan keserasian pelaksanaan program

dan kegiatan dengan perencanaan yang telah ditetapkan dalam Rencana.

Prosedur analisis kebijakan dari rekomendasi memungkinkan analis

menghasilkan tentang serangkaian aksi dimasa mendatang untuk menghasilkan

konsekuensi yang berharga bagi individu, kelompok, atau masyarakat seluruhnya.

Prosedur rekomendasi meliputi transformasi informasi mengenai aksi-aksi kebijakan

yang akan menghasilkan keluaran yang bernilai.

Dalam pelaksanaan monev ini terbagi menjadi 3 (tiga) kategori. Kategori tersebut

adalah pembinaan, pengendalian, dan pengawasan. Penetapan kategori ini didasarkan

atas kondisi laporan hasil proses belajar mengajar yang disampaikan kepada pemerintah,

dimana dari analisis laporan tersebut dapat diketahui program studi mana yang aktif,

tidak lengkap, tidak aktif. Setiap program studi akan diberikan instrument monev sesuai

dengan kategori yang telah ditetapkan dan hasilnya akan dievaluasi melalui penilaian

kualitas program yang dilakukan dengan metode yang sesuai untuk meningkatkan

kualitas operasional program dan kegiatan yang berkontribusi penting

Oleh sebab itu pelaksanaan monev dilakukan secara terintegratif dengan

menyusun rencana sasaran, mendesain instrumen evaluasi, melakukan observasi di

lapangan, kemudian menganalisis hasilnya, sehingga hasilnya diharapkan dapat memberi

gambaran tentang cerminan terhadap output kualitas operasional program, kegiatan, dan

layanan, tetapi sekaligus juga untuk mengetahui apakah indikator keberhasilan program
dan kegiatan sesuai dengan hasil yang diharapkan (outcome), termasuk evaluasi terhadap

kinerja perguruan tinggi swasta dalam menyelenggarakan proses pendidikan, apakah

telah sesuai dengan peraturan yang ditetapkan.

B. Rumusan Masalah

1. Apa yang dimaksud Monitoring Perencanaan ?

2. Bagaimana langkah-langkah dari monitoring ?

3. Apa yang dimaksud Evaluasi Perencanaan ?

4. Apa Syarat - syarat umum yang harus dipenuhi dalam mengadakan kegiatan evaluasi?

5. Rekomendasi dalam analisis kebijakan ?


BAB II

PEMBAHASAN

A. Pengertian monitoring

Monitoring adalah pemantauan yang dapat dijelaskan sebagai kesadaran

(awareness) tentang apa yang ingin diketahui, pemantauan berkadar tingkat tinggi

dilakukan agar dapat membuat pengukuran melalui waktu yang menunjukkan pergerakan

ke arah tujuan atau menjauh dari itu.

Definisi dan Konsep Dasar Monitoring Merupakan fungsi manajemen yang

dilakukan pada saat suatu kegiatan sedang berlangsung apabila dilakukan oleh pimpinan

maka mengandung fungsi pengendalian. Mencakup antara lain :

(a) penelusuran pelaksanaan kegiatan dan keluarannya (outputs)

(b) pelaporan tentang kemajuan

(c) identifikasi masalah-masalah pengelolaan dan pelaksanaan.

B. Langkah-langkah dalam Monitoring

Sebagai contoh : Untuk setiap program pembangunan, monitoring dapat berupa

pelaporan setiap enam bulan tentang kegiatan yang telah dilakukan dan/atau keluaran

(outputs) yang telah dicapai dalam hal seperti imunisasi, perbaikan sekolah, pengadaan

sistem air bersih.

1. Langkah Pertama Rencana monitoring sebaiknya mencakup langkah-langkah sebagai

berikut: Langkah 1: Tentukan kegiatan dan keluaran utama yang harus dimonitor

Untuk sektor kesehatan, misalnya, monitoring dapat difokuskan pada hal-hal seperti

prasarana yang telah ditingkatkan, di mana peningkatan prasarana itu dilakukan, klien

mana saja yang menerima pelayanan dan untuk apa, dan/atau obat gratis apa yang

telah disediakan, untuk siapa dan untuk penyakit apa saja. Yang perlu kita ingat
adalah jangan berusaha untuk memonitor segala aspek. Yang penting, kita memonitor

apa yang telah dilakukan, keluaran apa yang dihasilkan, di mana, kapan, oleh siapa,

dan untuk siapa. Kemudian, hasil monitoring itu dibandingkan dengan rencana

semula, selisih antara rencana dan hasil monitoring dibuat laporannya, dan kemudian

sejauh mungkin faktor-faktor penyebab perbedaan itu diidentifikasi. Tata cara

penyimpanan data juga penting untuk mempermudah penyusunan laporan yang akurat

dan tepat waktu. Sedapat mungkin sumber data yang telah dikumpulkan secara rutin

dimanfaatkan. Ciptakan format pelaporan yang tidak terlalu rumit, dengan sebagian

hasilnya disajikan secara visual/grafik.

2. Rencana Monitoring Langkah 2 : Tentukan pihak mana yang akan melakukan

monitoring, dan kapan. Sebaiknya pihak yang melakukan monitoring yang dimaksud

di sini bukan pihak pengelola program langsung, untuk menjaga independensi.

Dengan menganut asas partisipatif, wakil-wakil penerima manfaat program/kegiatan

sedapat mungkin bersama-sama melakukan monitoring. Mengenai frekuensi, hal ini

sebaiknya dilakukan paling tidak setiap enam bulan sekali untuk sebuah program

jangka menengah atau jangka panjang.

3. Rencana Monitoring Langkah 3: Tentukan siapa saja yang akan menerima laporan

hasil monitoring. Sebaiknya laporan hasil monitoring disebarkan tidak hanya pada

pihak-pihak pemerintah (eksekutif dan legislatif), tetapi juga pada pihak pelaksana

(misalnya: rumah sakit, kontraktor), instansi pemerintah pusat serta wakil-wakil

kelompok penerima manfaat, dan juga OMS untuk meminta umpan balik. Buatlah

pertemuan berkala untuk meninjau kembali tingkat kemajuan serta memutuskan

apakah rencana implementasi perlu disesuaikan.

Monitoring akan memberikan informasi tentang status dan kecenderungan

bahwa pengukuran dan evaluasi yang diselesaikan berulang dari waktu ke waktu,
pemantauan umumnya dilakukan untuk tujuan tertentu. Monitoring menyediakan data

dasar untuk menjawab permasalahan, sedangkan evaluasi adalah memposisikan data-data

tersebut agar dapat digunakan dan diharapkan memberikan nilai tambah. Evaluasi adalah

mempelajari kejadian, memberikan solusi untuk suatu masalah, rekomendasi yang harus

dibuat, menyarankan perbaikan. Namun tanpa monitoring, evaluasi tidak dapat dilakukan

karena tidak memiliki data dasar untuk dilakukan analisis, dan dikhawatirkan akan

mengakibatkan spekulasi, oleh karena itu Monitoring dan Evaluasi harus berjalan seiring

C. Pengertian Evaluasi

Evaluasi berasal dari kata evaluation yang artinya suatu upaya untuk menentukan

nilai atau jumlah. Kata - kata yang terkandung didalam defenisi tersebut pun

menunjukkan bahwa kegiatan evaluasi harus dilakukan secara hati - hati, bertanggung

jawab, menggunakan strategi, dan dapat dipertanggung jawabkan. Evaluasi dilaksanakan

untuk menyediakan informasi tentang baik atau buruknya proses dan hasil kegiatan.

Evaluasi lebih luas ruang lingkupnya dari pada penilaian, sedangkan penilaian lebih

terfokus pada aspek tertentu saja yang merupakan bagian dari lingkup tersebut.

Suchman dalam Arikunto dan Jabar memandang, “evaluasi sebagai sebuah proses

menentukan hasil yang telah dicapai beberapa kegiatan yang direncanakan untuk

mendukung tercapainya tujuan”. Defenisi lain dikemukakan oleh Stutflebeam dalam

Arikunto dan Jabar mengatakan bahwa, “evaluasi merupakan proses penggambaran,

pencarian dan pemberian informasi yang sangat bermanfaat bagi pengambil keputusan

dalam menentukan alternatife keputusan”.

Pengertian evaluasi lebih dipertegas lagi oleh Sudjana dalam Dimyati dan

Mudjiono, “ dengan batasan sebagai proses memberikan atau menentukan nilai kepada

objek tertentu berdasarkan suatu kriteria tertentu”. Lebih lanjut Arifin mengatakan,

“evaluasi adalah suatu proses bukan suatu hasil ( produk ). Hasil yang diperoleh dari
kegiatan evaluasi adalah kualitas sesuatu, baik yang menyangkut tentang nilai atau arti,

sedangkan kegiatan untuk sampai pada pemberian nilai dan arti itu adalah evaluasi”. Hal

yang senada juga disampaikan oleh Purwanto,

Kegiatan evaluasi merupakan proses yang sistematis. Evaluasi merupakan

kegiatan yang terencanadan dilakuakan secara berkesinambungan. Evaluasi bukan hanya

merupakan kegiatan akhir atau penutup dari suatu program tertentu, melainkan

merupakan kegiatan yang dilakukan pada permulaan, selama program berlangsung dan

pada akhir program setelah program itu selesai.

D. Syarat - syarat umum yang harus dipenuhi dalam mengadakan kegiatan evaluasi

1. Kesahihan

Kesahihan menggantikan kata validitas ( validity ) yang dapat diartikan sebagai

ketepatan evaluasi mengevaluasi apa yang seharusnya di evaluasi. untuk memperoleh

hasil evaluasi yang sahih, dibutuhkaninsturmen yang memiliki / memenuhi syarat -

syarat kesahihan suatu instrumental evaluasi. Kesahihan instrument evaluasi diperoleh

melalui hasil pemikiran dan hasil pengalaman.

2. Keterandalan

Keterandalan evaluasi berhubungan dengan masalah kepercayaan, yakni tingkat

kepercayaan bahwa suatu instrument evaluasi mampu memberikan hasil yang tepat.

Gronlund dalam Dimyati dan Mudjiono mengemukakan bahwa, “keterandalan

menunjukkan kepada konsistensi ( keajegan ) pengukuran yakni bagaimana keajegan

skor tes atau hasil evaluasi lain yang berasal dari pengukuran yang satu ke

pengukuran yang lain”. Dengan kata lain, keterandalan dapat kita artikan sebagai

tingakat kepercayaan keajegan hasil evaluasi yang diperoleh dari suatu instrument

evaluasi.
3. Kepraktisan

Kepraktisan evaluasi dapat diartikan sebagai kemudahan-kemudahan yang ada

pada instrument evaluasi baik dalam mempersiapkan, menggunakan,

menginterpretasi/ memperoleh hasil, maupun kemudahan dalam menyimpanya.

Sementara menurut Arikunto dan Jabar evaluasi memiliki cirri - ciri dan

persyaratan sebagai berikut :

1. Proses kegiatan penelitian tidak menyimpang dari kaidah-kaidah yang berlaku bagi

penelitian pada umumnya.

2. Dalam melaksanakan evaluasi, peneliti harus berpikir secara sistematis yaitu

memandang program yang diteliti sebagai sebuah kesatuan yang terdiri dari

beberapa komponen atau unsur yang saling berkaitan satu sama lain dalam

menunjang kinerja dari objek yang dievaluasi.

3. Agar dapat mengetahui secar rinci kondisi dari objek yang dievaluasi, perlu adanya

identifikasi komponen yang berkedudukan sebagai faktor penentu bagi

keberhasilan program.

4. Menggunakan standar, Kiteria, atau tolak ukur sebagai perbandingan dalam

menentukan kondisi nyata dari data yang diperoleh dan untuk mengambil

kesimpulan.

5. Kesimpulan atau hasil penelitian digunakan sebagai masukan atau rekomendasi

bagi sebuah kebijakan atau rencana program yang telah ditentukan.

6. Agar informasi yang diperoleh dapat menggambarkan kondisi nyata secara rinci

untuk mengetahui bagian mana dari program yang belum terlaksana, maka perlu

ada identifikasi komponen yang dilanjutkan dengan identifikasi subkomponen,

sampai pada indikator dari program evaluasi.


7. Standar, kriteria, atau tolak ukur diterapkan pada indicator, yaitu bagian yang

paling kecil dari program agar dapat dengan cermat diketahui letak kelemahan dari

proses kegiatan.

8. Dari hasil penelitian harus dapat disusun sebuah rekomendasi secara rinci dan

akurat sehingga dapat ditentukan tindak lanjut secara tepat.

E. Kedudukan Evaluasi Dalam Proses Pendidikan

Pada proses pendidikan evaluasi dilakukan untuk mengetahui keefektifan

pembelajaran dan pembentukan kompetensi yang dilakukan, serta untuk mengetahui

apakah kompetensi dasar dan tujuan-tujuan yangtelah dirumuskan dapat dicapai oleh

peserta didik melalui pembelajaran.

Proses pendidikan yang merupakan transformasi kebudayaan dan peradaban

menurut Dimyati dan Mudjiono memiliki unsure - unsur meliputi :

1. Pendidikdan personalnya,

2. Isi Pendidikan,

3. Teknik,

4. Sistem Evaluasi

5. Sarana Pendidikan, dan

6. Sistem administrasi.

F. Rekomendasi Dalam Analisis Kebijakan

Merekomendasikan suatu tindakan (aksi-aksi) kebijakan khusus diperlukan

adanya informasi tentang konsekuensi-konsekuensi di masa depan setelah dilakukannya

berbagai alternatif tindakan. Untuk membuat rekomendasi kita harus menentukan

alternatif mana yang paling baik. Oleh karena itu, prosedur analisis kebijakan dari

rekomendasi terkait dengan persoalan etika dan moral. Aksi-aksi dalam rekomendasi

kebijakan ,antara lain :


1. Advokasi ganda merupakan pendekatan untuk melakukan perbandingan secara

sistematis dan penilaian secara kritis terhadap sejumlah peluang pemecahan, bukan

sebagai cara untuk mempertahankan suatu posisi atau pendapat secara membabi buta.

2. Model pilihan yang sederhana mengandung dua elemen utama, yaitu premis fakta dan

premis nilai.

3. Model pilihan komplek didasarkan banyak asumsi-asumsi, yaitu banyaknya pembuat

kebijakan, ketidakpastian atau resiko, dan akibat yang terus berkembang sejalan

dengan berjalannya waktu

G. Kriteria untuk Rekomendasi Kebijakan

Beberapa tipe pilihan raional dapat diletakkan sebagai kriteria keputusan yang

digunakan untuk menyarankan pemecahan masalah kebijakan. Dengan kriteria keputusan

yang dimaksudkan secara eksplisit sebagai nilai-nilai yang digunakan melandasi

rekomendasi untuk tindakan. Tipe utama kriteria keputusan ada 6, yaitu :

1. Efektifitas (effectiviness) berkenaan dengan apakah suatu alternatif mencapai

hasil(akibat) yang diharapkan, atau mencapai tujuan dari diadakannya tindakan.

2. Efesiensi (effeciency) berkenaan dengan jumlah usaha yang diperlukan untuk

menghasilkan tingkat efektifitas tertentu.

3. Kecukupan (adequacy) berkenaan dengan seberapa jauh suatu tingkat efektifitas

memuaskan kebutuhan, nilai, atau kesempatan yang menumbuhkan adanya masalah.

4. Kriteria kesamaan (aquity) berhubungan erat dengan rasionalitas legal dan sosial dan

menunjuk pada distribusi akibat dan usaha antara kelompok-kelompok yang berbeda.

5. Reponsivitas (responsiveness) berkenaan dengan seberapa jauh suatu kebijakan dapat

memuaskan kebutuhan, prefensi, atau nilai kelompok-kelompok masyarakat tertentu.

6. Kriteria kelayakan (appropriateness) biasanya bersifat terbuka,karena pendefinisi

kriteria ini dimaksudkan untuk menjangkau keluar kriteria yang sudah ada.
H. Pendekatan-pendekatan untuk Rekomendasi

Dalam rekomendasi ini terdapat dua pendekatan utama untuk rekomendasi dalam

analisis kebijakan publik, yaitu :

1. Analisis biaya manfaat adalah suatu pendekatan untuk rekomendasi kebijakan yang

memungkinkan analis membandingkan dan menganjurkan suatu kebijakan dengan

cara menghitung total biaya dan total keuntungan dalam bentuk uang.

2. Analisis biaya efektivitas adalah suatu pendekatan untuk rekomendasi kebijakan yang

memungkinkan analisis untuk membandingkan dan memberikan anjuran kebijakan

dengan mengkuantifikasi total biaya dan akibat. Biaya dapat diukur dengan uang

sementara efektivitas diukur dalam satuan barang, pelayanan atau beberapa satuan

nilai akibat lainnya.

I. Metode untuk Rekomendasi

Terdapat beberapa metode yang digunakan untuk pembuatan rekomendasi dengan

analisis biaya manfaat dan biaya efektivitas antara lain :

1. Pemetaan sasaran adalah teknik yang digunakan untuk menyusun tujuan, sasaran,

dan hubungannya dengan alternatif kebijakan.

2. Klarifikasi nilai adalah prosedur untuk mengidentifikasikan premis nilai atas dasar

seleksi terhadap sasaran kebijakan.

3. Kritik nilai adalah serangkaian prosedur untuk menguji mana yang lebih

meyakinkan antara argumen-argumen yang saling berlawanan dalam suatu debat

mengenai tujuan kebijakan.

4. Perumusan elemen biaya adalah suatu prosedur untuk mengklarifikasikan dan

mendeskripsikan semua biaya yang akan dikeluarkan dengan ditetapkan dan

dilaksanakannya program.
5. Estimasi biaya adalah prosedur untuk menyediakan informasi tentang nilai uang

masing-masing komponen dari struktur elemen biaya.

6. Harga bayangan suatu prosedur untuk membuat keputusan subjektif tentang nilai

uang dari manfaat dan biaya ketika harga pasar tidak dapat dipercaya atau tidak

tersedia.

7. Pemetaan hambatan adalah suatu prosedur untuk mengidentifikasi keterbatasan dan

hambatan yang menghadang jalan untuk mencapai sasaran kebijakan dan program.

8. Internalisasi biaya adalah prosedur untuk memasukkan semua biaya luar yang

relevan kedalam struktur elemen biaya internal.

9. Diskonting adalah prosedur untuk memperkirakan nilai saat ini dari biaya dan

manfaat yang akan diperoleh pada masa mendatang.

10. Analisis sentivitas adalah suatu prosedur untuk mengetahui sensitivitas hasil

analisis biaya manfaat atau biaya efektivitas terhadap asumsi-asumsi alternatif

tentang kemungkinan tingkat biaya benar-benar terjadi.

11. Analisis fortiori adalah prosdur yang digunakan untuk membandingkan dua atau

lebih alternatif dengan cara memecahkan ketidakpastian untuk menyetujui suatu

alternatif yang secara intutif lebih disukai tetapi setelah analisis pendahuluan

diketahui lebih lemah dibandingkan alternatif lain.

12. Analisi plausabilitas adalah prosedur untuk menguji rekomendasi yang menentang

pernyataan yang berlawanan.


BAB III

KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

Monitoring perencanaan adalah adalah pemantauan yang dapat dijelaskan

sebagai kesadaran (awareness) tentang apa yang ingin diketahui, pemantauan berkadar

tingkat tinggi dilakukan agar dapat membuat pengukuran melalui waktu yang

menunjukkan pergerakan ke arah tujuan atau menjauh dari itu.

Evaluasi perencanaan artinya suatu upaya untuk menentukan nilai atau jumlah.

Kata - kata yang terkandung didalam defenisi tersebut pun menunjukkan bahwa

kegiatan evaluasi harus dilakukan secara hati - hati, bertanggung jawab, menggunakan

strategi, dan dapat dipertanggung jawabkan.

Merekomendasikan suatu tindakan (aksi-aksi) kebijakan khusus diperlukan

adanya informasi tentang konsekuensi-konsekuensi di masa depan setelah

dilakukannya berbagai alternatif tindakan. Untuk membuat rekomendasi kita harus

menentukan alternatif mana yang paling baik.

B. Saran

Sebaiknya pelaksanaan monev dilakukan secara terintegratif dengan menyusun

rencana sasaran, mendesain instrumen evaluasi, melakukan observasi di lapangan,

kemudian menganalisis hasilnya, sehingga hasilnya diharapkan dapat memberi

gambaran tentang cerminan terhadap output kualitas operasional program, kegiatan,

dan layanan.
DAFTAR PUSTAKA

Dimyati dan Mudjiono, 2006, Belajar dan Pembelajaran, Rineka Cipta, Jakarta.

Arifin, Zainal, 2010, Evaluasi Pembelajaran Prinsip,Teknik,Prosedur, Remaja Rosdakarya,

Bandung.

Arikunto, Suharsimi dan Jabar, Safruddin Abdul, 2010,Evaluasi Progaram Pendidikan

Pedoman Praktis Bagi Mahasiswa dan Praktisi pendidikan, Bumi Aksara, Jakarta.

Arifin, Zainal, 2010, Evaluasi Pembelajaran Prinsip,Teknik,Prosedur, Remaja Rosdakarya,

Bandung.

Dimyati dan Mudjiono, 2006, Belajar dan Pembelajaran, Rineka Cipta, Jakarta.

Purwanto, Ngalim, 2010, Prinsip-Prinsip dan Teknik Evaluasi Pengajaran,Remaja

Rosdakarya, Bandung

You might also like