Professional Documents
Culture Documents
oleh
Prof. Dr. Ir. Umar Santoso, M.Sc.
Ir. Sudarmanto, MS.
Dr. Ir. Sri Naruki, MS.
Dwi Larasatie Nur Fibri, STP., M.Sc.
Pertemuan ke-:
1. PENDAHULUAN
2. SAMPLING DAN PENANGANAN SAMPEL
3. PENANGANAN DAN EVALUASI DATA ANALISIS
4. KOMPOSISI PROKSIMAT
5. LIPIDA
6. PROTEIN
7. CONTOH SOAL UJIAN SISIPAN
8. PROTEIN (LANJUTAN)
9. ABU DAN MINERAL
10. KARBOHIDRAT
11. KARBOHIDRAT (LANJUTAN)
12. SENYAWA-SENYAWA FENOLIK DAN TANNIN
13. KAFEIN, HCN
14. SULFIT
15. CONTOH SOAL UJIAN AKHIR
Analisis Pangan dan Hasil Pertanian I merupakan salah satu mata kuliah wajib dalam
kurikulum program studi strata 1 Teknologi Pangan dan Hasil Pertanian. Mata kuliah
ini mempunyai 3 SKS (satuan kredit semester), diberikan bagi mahasiswa semester
ke-empat. Isi mata kuliah ini berupa bahasan tentang sampling dan penanganan
sample, evaluasi data analisis, analisis proksimat, prinsip-prinsip yang mendasari
penentuan kadar air, abu, protein, lipida, karbohidrat, serta komponen-komponen
minor bahan pangan/ hasil pertanian termasuk vitamin, mineral, total fenolat dan
tannin, serta , senyawa-senyawa toksik (asam sianida, dan residu sulfit).
Tujuan
Setelah selesai mengikuti keseluruhan materi kuliah ini diharapkan mahasiswa
mampu menjelaskan tentang prinsip-prinsip analisis kimia bahan pangan meliputi
analisis proksimat (air, abu, protein, lipida, karbohidrat) dan analisis komponen-
komponen minor meliputi vitamin, mineral, total fenolat dan tannin, senyawa-
senyawa toksik (asam sianida dan residu sulfit).
Untuk mendapatkan pemahaman yang lebih baik maka buku bahan ajar ini dapat
dipelajari dengan cara sebagai berikut.
Membaca bahan ajar ini dengan seksama dan memahami alur logika serta
menghubungkan dengan materi kuliah Kimia Pangan dan Hasil Pertanian
sesuai komponen kimia yang dibahas.
Membuat catatan-catatan ringkas untuk membantu memudahkan mengingat
materi.
Mengerjakan pertanyaan atau contoh-contoh soal yang ada.
Jika mendapatkan kesulitan untuk memahami suatu pokok atau sub-pokok
bahasan jangan segan-segan menanyakan kepada teman yang sekiranya sudah
faham atau menanyakan langsung kepada dosen pengampu.
PENDAHULUAN
Sampel:
- Bahan padat (solid)
- Cair
- Gas
1) Menentukan masalah
2) Memperoleh sampel yang representatif
3) Menyiapkan sampel
4) Melaksanakan pemisahan kimia seperlunya
5) Melaksanakan pengukuran, dan
6) Melakukan penghitungan hasil dan penyajian data
Menentukan problem
Sebelum seorang merencanakan suatu prosedur analisa, harus mengetahui informasi
yang diperlukan, dan tipe sampel apa yang akan dianalisa. Ini menentukan:
Bagaimana sampel harus diperoleh
Seberapa banyak sampel yang diperlukan
Seberapa sensitif metode yang harus digunakan
Seberapa tinggi ke-akurat-an atau ketepatan yang dikehendaki
Pemisahan yang bagaimana yang dikehendaki untuk menghilangkan senyawa-
senyawa pengganggu (interference).
Apabila pengukuran yang diperlukan telah diketahui, metode analitik yang digunakan
akan tergantung beberapa faktor: a.l.
skill yang ada
fasilitas
peralatan-peralatan yang tersedia
sensitivitas dan presisi yang diinginkan
biaya yang ada, dan
kecapatan analisa yang diinginkan
Contoh: Dalam analisa protein biji-bijian, perlu diambil sedikit sampel dari tiap
karung (tergantung jumlah bahan yang ada), kemudian digabungkan untuk
memperoleh gross sample. Gross sample harus dikecilkan ukurannya untuk
mendapatkan laboratory sample (beberapa puluh atau ratus gram), dari sini akan
diambil beberapa gram atau miligram untuk dianalisa (sebagai analysis sample).
Pengecilan ukuran sampel ini dapat dilakukan berbagai cara misalnya dengan
mengambil bagian-bagiannya kemudian mencampur, dalam beberapa tahap, demikian
juga dengan menggiling dan mengayak untuk mendapatkan bubuk yang seragam
untuk dianalisis.
Istilah : Gross Sample, Sample lab., Aliquot (Analysis Sample).
Sample laboratorium yang kering digiling dengan Sample Mill , dan diayak 35 mesh.
Untuk bahan-bahan biologis biasanya perlu penanganan khusus. Sampel darah untuk
analisa gula darah, harus mengalami perlakuan pemisahan dari plasma dan serumnya.
Stabilitas sampel harus dipertimbangkan. Glukosa dalam darah tidak stabil maka
kadang dalam sample ditambahkan NaF sebagai pengawet. Bahan pengawet yang
digunakan tentu saja harus yang tidak mempengaruhi analisa.
Untuk sample bahan biologis- perlu dijaga supaya bahan tidak mengalami
perubahan atau kontaminasi.
Analisa:
Destruktif
Non-destruktif
Konstituen bahan pangan/ hsl. pertanian secara garis besar dibagi dua yaitu: bahan
organik dan bahan anorganik.
Bahan-bahan organik yang akan dianalisa konstituen anorganiknya, perlu dilakukan
pengabuan kering (dry ashing).
Cara lain, bahan organik dilakukan digesti basah (wet digestion) dengan memanaskan
menggunakan asam-asam pengoksidasi. Asam nitrat atau sulfat atau kombinasinya.
Untuk memisahlan protein dapat dilakukan dengan presipitasi menggunakan berbagai
reagensia dan menyaring atau sentrifugasi, sehingga diperoleh protein-free filtrate
(PFF).
Melakukan pengukuran
Metode yang digunakan untuk pengukuran kuantitatif tergantung sejumlah faktor:
Yang utama tergantung jumlah senyawa yang akan dianalisa, akurasi, dan presisi
yang dikehendaki. Faktor-faktor yang harus dipertimbangkan adalah derajad
Selektivitas (selectivity)
Sensitivitas (sensitivity)
Akurasi (accuracy)
presisi (precision)
Beaya (cost)
Kecepatan (rapidity)
Teknik instrumental.
Analisis instrumental umumnya berdasarkan sifat fisik sample, misalnya sifat
elektrik, absorpsi radiasi elektromagnetik. Misalnya spektrophotometri, fluorometri,
dengan alat NMR (Nuclear Magnetic Resonance), AAS (Atomic Absorbance
Spectrophotometer), dll.
Instrumen adalah lebih selektif dan sensitif daripada gravimetri dan volumetri;
tapi mungkin kurang presisi.
Istilah Spesifik & Selektif
Reaksi atau test spesifik adalah reaksi yang terjadi hanya dengan zat yang dituju,
sedangkan reaksi selektif adalah reaksi yang dapat terjadi dengan zat-zat lain tetapi
menunjukkan derajad preferensi untuk zat yang dituju.
Sedikit reaksi-reaksi yang spesifik tetapi banyak yang menunjukkan selektif. Yang
spesifik misalnya pada analisa menggunakan enzim.
Continous Sampling
Dilakukan dengan alat (mekanis)
Bisa bentuk liquid atau solid
Human bias lebih rendah dari pada manual sampling.
Pengecilan Ukuran
Jika ukuran partikel atau massa sample terlalu besar untuk analisis, maka
harus dilakukan pengecilan ukuran.
Untuk mendapatkan jumlah yg lebih kecil , sample dihamparkan pada suatu
permukaan (mis.kain lebar), kmd dibagi menjadi empat. Kedua bagian
perempat yang bersebarangan digabung. Jika masih terlalu besar, dibagi
empat lagi, digabung lagi, dmk seterusnya sampai didapat sample laboratory
yg representative.
Untuk sample liquid yg homogen, bs dilakukan dg menuang ke dalam 4 botol
Penggilingan (Grinding)
Penting untuk preparasi sample.
Banyak macam alat mengecilkan ukuran dan menghomogenkan/
menyeragamkan.
Untuk menghomogenkan sample yg berair (moist), gunakan blender, meat
mincer, tissue grinder dll.
Untuk dry sample mortar, mill.
Yg perlu diperhatikan:
- waktu menggiling, hindari timbulnya panas.
- hindari kontak langsung dg logam yg kemungkinan akan menkontaminasi pd
sample.
Untuk sample kering, ukuran partikel untuk analisis k. air, protein dan abu
adalah 20 mesh,
Untuk lipid dan karbohidrat 40 mesh.
Inaktivasi Enzim
Bahan2 pangan sering mengandung enzim yg dapat mendegradasi komponen2
yg akan dianalisis.
Karena itu, perlu dikendalikan/ diinaktivasi, sesuai dg jenis bahannya.
Mis, dg perlakuan panas, dengan pembekuan suhu -20 atau -30oC, atau
dengan pengaturan pH.
PENDAHULUAN
Deskripsi singkat : Dalam Bab II ini dibahas tentang tentang perlunya ulangan
analisis, akurasi dan presisi hasil analisis, sumber-sumber kesalahan analisis,
pelaporan hasil, dan Uji Q untuk penolakan data ulangan analisis.
Jumlah pengukuran yang diperlukan tergantung pada akurasi yang dikehendaki dan
pada reproducibility metode yang diketahui.
PRESISI VS AKURASI
Presisi: adalah derajad kesesuaian antar hasil ulangan.
Akurasi: adalah derajad kesesuaian antara rata-rata nilai terukur dengan nilai yang
benar (atau yang dianggap benar).
Significant figures
Angka signifikan
Pembulatan angka
7,437 menjadi 7,44
7,475 7,48
7,665 7,66
Blanko reagensia
Suatu ulangan yang tidak menggunakan sample tetapi menggunakan semua
reagensia (termasuk air) yang jumlahnya sama. (untuk pengendalian).
2.4. Kesalahan determinate (sistematik)
Q = a/w
w
a
x x x x x
Contoh:
Data analisis Cl dalam sample, 4 ulangan
n %Cl
1 56.46
2 56.77 ← dicurigai
3 56.50
4 56.47s
Data analisis Fe dalam darah tikus, 5 ulangan
n mg Fe3+/100mL
1 4.20
2 4.28
3 4.45 ← dicurigai
4 4.17
5 4.30
n Q
3 0.94
4 0.76
5 0.64
6 0.56
7 0.51
8 0.47
9 0.44
10 0.41
~ 0.00
56.77 – 56.50
Q Hitung = ---------------- = 0.87
56.77 – 56.46
------
Bagian 3. STOIKIOMETRI
gram
mole = ------------------------------
Berat Formula (g/mol)
milligrams
Millimole = --------------------------------
Berat Formula (mg/mmol)
KONSENTRASI
Molaritas
Normalitas:
Berat ekivalen (atau jumlah unit yang bereaksi) tergantung reaksi kimia. Ini
dapat bervariasi paling sering pada reaksi redoks, bila didapat produk-produk
berlainan.
Berat (g)
Angka equivalen (eq) = -------------- = normalitas (eq/L) x volume (L)
BE (g/eq)
Berat (mg)
meq = -------------- = normalitas (meq/mL) x volume (mL)
BE (mg/meq)
Molalitas
Untuk menyatakan konsentrasi digunakan juga molalitas (m). Suatu larutan satu-
molal berarti larutan yang mengandung satu mole per 1000gram pelarut. Ini berguna
untuk pengukuran fisikokimia sifat-sifat koligatif zat (titik beku, penurunan vapor
pressure, dan takanan osmotik. Konsentrasi molal tidak tergantung suhu (tidak seperti
halnya molar dan normalitas, karena volume pelarut tergantung suhu).
Densitas
Jika berat jenis (specific gravity) diacu ke air suhu 20°C, maka densitas sama
dengan berat jenis x 0.99823.
Densitas = BJ x 0.99823
Pengenceran:
Analisis volumetrik:
Perhitungan stoikiometrik
Prinsip titrasi
Larutan standard
Standar primer
Titrasi balik (Back-titration): yang dititrasi adalah sisa yang tdk bereaksi.
eq meq
N = -------- = -------------
L mL
Pada argentometri
BA Cl
g Cl- = g AgCl x ------------ (g Cl/g AgCl)
BM AgCl
GRAVIMETRI
ASAM – BASA
IODOMETRY
REDOKS TITRATION
Sumber: Christian, 1994. ANALYTICAL CHEMISTRY. John Wiley & Sons, Inc.
BAB III . Air dan Total Padatan
PENDAHULUAN
Deskripsi singkat: Dalam Bab III ini dibahas tentang tentang
keberadaan air dalam bahan pangan dan pentingnya diketahui kadar air dan
total padatan, dan tentang metode-metode penentuan kadar air.
Relevansi: Air dalam bahan pangan menentukan mutu dan daya awet bahan
pangan. Dalam industri pangan dan perdagangan maka kadar air perlu
diketahui karena menentukan mutu dan nilai ekonomi bahan pangan karena
berhubungan dengan total padatan yang ada.
Learning Outcomes : Setelah mengikuti kuliah ini diharapkan mahasiswa
mampu menjelaskan tentang pengaruh kadar air terhadap sifat dan daya awet
bahan pangan, menjelaskan tentang perlunya diketahui kadar air, dan metode-
metode penentuan kadar air.
Analisis Proksimat
Adalah penentuan persentase komponen-komponen utama (y.i., air, lemak
kasar, protein kasar, abu, dan karbohidrat) bahan pangan.
I. Penentuan k. air
1. Metode Gravimetri:
Air oven method
Vacuum oven method
2. Metode distilasi
3. Lyophilization (Freeze drying)
4. Metode Fischer (Kimia)
Analisis Proksimat
Adalah penentuan persentase-persentase komponen-komponen utama (y.i., air,
lipida, protein, abu, dan karbohidrat) bahan pangan.
Penentuan k. air
1. Metode thermogravimetri:
a. Air oven method
b. Vaccum oven
2. Metode distilasi
3. Lyophilization (Freeze drying)
4. IR moisture tester
5. Metode Fischer
AIR
Pendahuluan
Penentuan kadar air merupakan analisis paling penting dan paling luas
dilakukan dalam pengolahan dan pengujian pangan. Karena jumlah bahan kering
(dry matter) dalam pangan adalah kebalikan dari jumlah air yang dikandung, maka
kadar air secara langsung bekaitan dengan kepentingan ekonomi baik bagi pengolah
(produsen) maupun konsumen. Kepentingannya yang lain lebih besar adalah :
- Pengaruh kadar air terhadap stabilitas dan kualitas pangan.
Biji-bijian yang mengandung kadar air tinggi sangat mudah rusak oleh jamur,
pemanasan, serangga, dan perkecambahan. Laju pencoklatan sayur dan buah yang
dikeringkan dan absorpsi oksigen oleh bubuk telur makin meningkat dengan makin
tingginya kadar air.
Penentuan kadar air sangat penting dalam banyak masalah industri, mis. dalam
evaluasi materials’ balance atau kehilangan-kehilangan selama pengolahan. Kita
harus tahu kandungan air (dan kadang juga distribusi air) untuk pengolahan optimum,
mis., dalam penggilingan serealia, pencampuran adonan sampai konsistensi tertentu,
dan produksi roti dengan daya awet dan tekstur tinggi.
Kadar air harus diketahui dalam penentuan nilai gizi pangan, untuk memenuhi
standard komposisi dan peraturan-peraturan pangan. Kepentingan yang lain adalah
bahwa kadar air diperlukan untuk penentuan mengetahui pengolahan terhadap
komposisi kimia yang sering dinyatakan pada dasar dry matter.
Klasifikasi tersebut tidak mutlak. Istilah air bebas, terabsorpsi, dan terikat itu relatif.
METODE PENGERINGAN
Melibatkan metode thermal drying.
Bahan dikeringkan pada kondisi tertentu dan perngurangan berat dianggap sebagai
pengukuran kandungan air dalam sample.
Idealnya: pengurangan air hanya berasal dari penguapan air saja.
Akurasi penentuan kadar air dipengaruhi:
Suhu pengeringan
Suhu dan RH ruang pengeringan
Ke-vakuman dalam ruang
Kedalaman dan ukuran partikel sample
Konstruksi oven
Jumlah dan posisi sample dalam ruang, serta
Permukaan bahan dan laju difusi uap air.
AIR-OVEN METHODS
Vacuum-Oven Methods
Biasanya pengeringan sampai berat konstan pada tekanan di bawah 50 (sekitar
25) mm Hg. Perlu waktu agak lebih lama (16jam). Suhu 98-102°C).
Metode distilasi
Menggunakan cairan yang immiscible dengan air.
Biasanya xylene, toluene.
Metode kimiawi
Titrasi Karl Fischer
Digunakan untuk sampel yang dapat menimbulkan hasil error jika dipanaskan atau
dikenakan vakum. Digunakan untuk bahan-bahan dengan kadar air relatif sangat
rendah, kopi, kakao sangrai dll.
Dasar Reaksi (Bunsen, 1853):
dan
C5H5N.SO3 + CH3OH C5H5N(H)SO4CH3
Untuk tiap mole air, dibutuhkan 1 mol iodine, 1 mol SO2, 3 mol piridin dan 1 mol
metanol. Dalam praktek, digunakan SO2, piridin dan metanol berlebihan, dan
kekuatan reagen tergantung konsentrasi iodine. Untuk pekerjaan analisa umumnya,
digunakan suatu larutan metanol mengandung komponen lain dalam rasio 1 iodine, 3
SO2, 10 piridin, dan pada konsentrasi ekuivalen sekitar 3.5 mg air/mL.
Dalam titrasi dengan reagen Karl Fischer, iodine dan SO2 ditambahkan dalam
bentuk yang sesuai pada bahan pangan. Iodine yang berlebihan yang tidak dapat
bereaksi dengan air ada dalam bentuk bebas. Jumlah yang diperlukan untuk titrasi
dapat ditentukan secara visual, sampai berwarna coklat-kekuningan (mahagony).
Penambahan beberapa tetes methylene blue ke dalam sistem memberikan endpoint
biru. Reagensia dan labu titrasi serta buret harus terlindung dari uap air udara
atmosfir. fotometrik.
_____________________________________________________________
KADAR AIR
(Moisture)
1. Air bebas.
2. Air yang terserap (teradsorpsi) pada permukaan koloid makromolekular (pati,
pektin, selulosa, protein).
3. Air terikat (bound water).
Vacuum-Oven method
Alat-alat:
1. Gunakan cawan aluminium 15mm x 55mm (D), dengan penutup.
2. Desicator dengan dessicant (CaO kering) di dalamnya.
3. Vacuum oven dengan suatu pompa yang mampu memberikan tekanan 25mmHg.
Alat monitor suhu diletakkan dekat sample. Hanya udara kering yang boleh lewat
pada waktu penggembosan vakum, untuk ini diberikan botol berisi H2SO4 yang dapat
mengeringkan udara.
Cara:
Keringkan cawan dan timbang. Timbang 0.1g sample (tepung). Keringkan
pada suhu 100°C dengan tekanan 25mmHg sampai berat konstant. Gemboskan
tekanan dengan udara kering yang masuk. Pindahkan segera ke desiccator. Setelah
suhunya mencapai suhu kamar, timbang.
Metode distilasi
Digunakan untuk bahan-bahan yang berkadar air rendah dan mengandung
senyawa-senyawa mudah menguap. Cara ini menggunakan pelarut yang immicsible
dengan air. Pelarut yang digunakan misalnya toluene dan xylene, yang memiliki titik
didih sedikit lebih tinggi dari pada air. Toluene : t.d. 110.7°C, dengan berat jenis 0.89.
Cara:
Pasanglah rangkaian alat distilasi untuk peneraan kadar air, dengan penampung
distilat Bidwel-Sterling.
Timbang 2-5g sampel dalam labu, tambahkan batu-didih, Tambahkan secukupnya
toluene sampai sample terendam. Hubungkan labu dengan tangan tabung Bidwel-
Sterling. Kucurkan toluene melalui condenser sampai tabung penambung terpenuhi.
Panaskan labu sampai mendidih dan distilasikan secara lambat (2 tetes/detik), sampai
most water tertampung dalam penampung Bidwel-Sterling. Tingkatkan laju distilasi 4
tetes/detik sampai tak ada air yang menetes (yakinkan). Baca banyaknya air dalam
penampung.
CARA:
Timbang 3.0g sample bubuk masukkan dalam labu 50ml bertutup. Tambahkan 20ml
N,N-dimetilformamida. Tutup bagian atas dan di-seal. Tempatkan dalam oven 90°C 1
jam, goyang-goyang 10 mnt. Dinginkan sampi 25°C. Tempatkan supernatan dalam
labu sentrifugasi bertutup dan kemudian disentrifugasi untuk menghilangkan bagian-
bagian kecil yang tak digunakan. Tempatkan 100ml formamida ke dalam labu 250-
ml, titrasilah sampai titik akhir reagen Karl Fischer. Tambahkan 15mL supernatan
dari sample ke dalam labu 250-ml yang sama, titrasilah sampai titik-akhir. Tentukan
blanko dimetil formamida (15ml). Hitung persentase air dalam sample:
%H2O = {[(mgH2O dalam 15ml supernatan – mg H2O dalam 15ml blanko (20/15)] :
mg sample} x 100
BAB IV . Lipida
PENDAHULUAN
Deskripsi singkat: Dalam Bab IV ini dibahas tentang kandungan lipida
dalam bahan pangan, kimia lipida, metode-metode analisis kuatitatif lemak
kasar, karakteristik alami lemak/ minyak meliputi angka saponifikasi, angka
iodine, dan komposisi asam- asam lemak, dan metode-metode penentuan
parameter-parameter tingkat kerusakan lemak/ minyak seperti angka asam,
angka peroksida, angka anisidine, angka karbonil, totox value,
Learning outcomes :
Bahan : Nielson, 2010, Food Analysis, hal. 113-130, dan hal. . 239-246.
LIPIDA
1. PENGERTIAN
2. PENAMAAN/ KLASIFIKASI
3. PROSEDUR UMUM EKSTRAKSI LIPIDA
a. Penyiapan sample
b. Pelarut (Solvent)
c. Pemurnian
d. Alat-alat
4. Penentuan lipida total (metode Soxhlet, Mojonnier,
Babcock, Folch)
5. FRAKSIONASI LIPIDA
a. Kromatografi kolom
b. Kromatografi lapis tipis (TLC)
c. Kromatografi gas (GC) untuk komp. asam2 lemak
6. METODE-METODE PENGUJIAN KIMIAWI
a. Penentuan ketidakjenuhan
b. Angka saponifikasi
7. STABILITAS LEMAK dan RANCIDITY
a. Angka asam dan %ALB
b. Deteksi produk oksidasi: Angka peroksida
c. Uji stabilitas lemak: Oven Schaal Method dan AOM
d. Nilai TBA
________________________________________________
LIPIDA
1. Metode Soxhlet
Prinsip: minyak/ lemak diekstrak dengan eter (dietil eter atau petroleum eter)
dalam alat soxhlet, kemudian pelarut diuapkan sehingga didapatkan lemak/minyak
yang banyaknya dapat ditentukan secara gravimetri.
2. Metode Babcock
Prinsip : Sample berlemak/ minyak dicerna (digest) dengan asam sulfat pekat
panas, maka protein akan mengendap dan kemudian larut, sehingga lemak akan
terpisah dari fase berair dan berada di bagian atas, banyak minyak dapat diukur pada
botol yang mempunyai skala volume. Metode ini digunakan untuk penentuan secara
cepat untuk sampel-sample berupa ikan, produk susu dan lain-lainnya (untuk
menentukan lemak kasar).
3. Metode Mojonnier
Prinsip : Minyak/ lemak dibebaskan dari sample dengan perlakuan
menggunakan ammonium hidroksida dan etanol, kemudian dilarutkan dalam
campuran dietil- dan petroleum eter. Lapisan eter didekantasi, dimasukkan dalam
cawan aluminium, eter kemudian dievaporasi, cawan berisi minyak ditimbang,
sehingga banyaknya minyak dapat diketahui.
4. Metode Folch
Prinsip : Sample – biasanya bahan-bahan jaringan hewan, dihancurkan
(dikecilkan ukurannya) kemudian diekstrak dengan pelarut berupa campuran
Chloroform : Methanol (2/1). Ekstrak berupa lipida dapat diketahui banyaknya secara
gravimetri.
1. Uji Kreist
Pembentukan warna merah jika lemak yang teroksidasi direaksikan dengan
asam klorida pekat dan larutan floroglusinol dalam eter.
Senyawa yang berperan dalam pembentukan warna merah adalah epihydrin
aldehyde (2,3-epoxy-propionaldehyde).
2. Uji asam tiobarbiturat (TBA)
Malonaldehida dengan asam tiobarbiturat (2-thiobarbituric acid) membentuk
warna merah jika dipanaskan dalam suasana asam.
3. Angka peroksida
Senyawa-senyawa peroksida ditentukan dengan mereaksikan lemak yang
telah teroksidasi dengan larutan KI, kemudian I2 yang ditimbulkan dititrasi
dengan natrium tiosulfat menggunakan amilum sebagai indikator.
ANALISIS
Untuk analisa sifat fisik maupun sifat kimia lemak, umumnya lemak yang berbentuk
padat perlu dicairkan dulu dan bila minyak itu keruh perlu disaring.
2. Berat jenis
Dengan piknometer
R = R1 + K (T1 – T)
4. Titik leleh
Salah satu cara adalah dengan metode pipa kapiler.
1. Nilai saponifikasi atau angka sapomifikasi (SV, saponification value) dan ekivalen
saponifikasi (S.E, saponification equivalent)
a. Metode Hanus
b. Metode Wijs
Untuk minyak murni nilai iodin (angka iodin) teoretis dapat dihitung sbb.:
Angka Asam
FFA : persentase berat asam lemak tertentu (yang dominan) terhadap minyak/ lemak.
BM NaOH = 40
KOH = 56.1
Palmitat =…
PENDAHULUAN
Deskripsi singkat: Dalam Bab V ini dibahas tentang keberadaan /
kimiawi protein dalam bahan pangan, analisis kuantitatif protein dengan
penentuan %N total, penentuan protein speketrofotometri, dan tentang analsis
komposisi asam-asam amino.
Learning outcomes :
Setelah mengikuti kuliah ini diharapkan mahasiswa mampu menjelaskan
tentang kandungan keberadaan / kimiawi protein dalam bahan pangan,
metode-metode analisis kuantitatif protein dengan penentuan %N total,
penentuan protein speketrofotometri, dan tentang analsis komposisi asam-
asam amino.
3. Catatan:
1. K2SO4 atau Na2SO4 ditambahkan untuk meningkatkan titik didih
2. HgO sbg katalisator, tp skrg dihindari krn bila dibuang kelimbah
akan berbahaya
3. Se meningkatkan disgesti lebih cepaat
4. K2S atau natrium thiosulfat untuk mngendapkan Hg, sebelum
destilasi, krn Hg dgn NH3 membentuk kompleks yg mengganggu,
distilasi mjd tidak sempurna n berpengaruh terhadap nilai total N.
KANDUNGAN PROTEIN
Beras, protein: 7,1% wb
Kedelai 36, 5% wb
Tahu 15,8% wb
Daging sapi 18, 5% wb
Susu segar :3,3% wb
Apel: 0,2% wb
STANDAR PANGAN DAN KEAMANAN SUSU
Komposisi susu segar (%)
Total padatan lemak protein laktosa(special KH di susu) abu
Sapi 12.6 3.8 3.35 4.75 0.70
total padatan non lemak : 8,8 parameter kualitas susu segar adalah total
lemaknya (minimal 3,25) dan total padatan non fat minimal (8,25). kl
kadar air terlalu tinggi ada bahaya pemalsuan.
Tahap
1. Buat kurva standar dengan lar. BSA (protein larut air dr serumnya si
sapi). Gradient konsentrasi : 20, 40, 60, 80, 100
Dan 120 mikro g/ ml (12 mg/100ml)(120mg/L)
2. Sampel direaksikan dg reagen lowry -- direduksi dg reagen folin
biru spektro plot absorbansi dg kurva standar konsentrasi.
B. Spektrofotometer
Biuret
Lowry
Braford
langsungs
C. Lain2
BAB VI . Karbohidrat
PENDAHULUAN
Deskripsi singkat: Dalam Bab VI ini dibahas tentang kandungan
karbohidrat dalam bahan pangan, kimia karbohidrat, metode-metode
analisis kuatitatif gula reduksi, analisis pati dan amilosa, serta analisis
serat pangan.
PENDAHULUAN
Deskripsi singkat: Dalam Bab VII ini dibahas tentang kandungan
abu (ash) dalam bahan pangan dan metode-metode penentuannya, dan
tentang analisis mineral.
Manfaat: mahasiswa memahami tentang kandungan abu (ash)
dalam bahan pangan, perlunya dilakukan analisis, dan metode-
metode penentuannya, dan tentang analisis mineral.
Learning outcomes :
Bahan : Nielson, 2010, Food Analysis, hal. 103-112 dan hal . 189-203..
*NaCl
*Kalium
*Calsium
*Fosfor
*Magnesium
*Sulfur
*Besi
*Iodium
*Zink
*Flour
Ulasan:
1. Jenis dan jumlah mineral pada bahan pangan sangat beragam
sesuai dengan jenis dan sumber bahan.
2. Ketersediaan mineral dalam bahan pangan dipengaruhi oleh
kondisi mineral suatu bahan pangan serta perlakuan pada
proses penanganan maupun pengolahan.
3. Beberapa mineral seperti timah hitam,cadmium, raksa dan
alumunium bersifat toksik
4. Baik mineral makro maupun mikro mempunyai sifat
fungsional yang sangat dibutuhkan bagi tubuh dan defisiensi
dari mineral-mineral tersebut dapat memberikan pengaruh
yang nyata terhadap kesehatan dan pertumbuhan.
1. Pengabuan Kering
Sampel ditempatkan dalam suatu cawan pengabuan yang terbuat dari kuarsa,
porselen, besi, dsb tergantung pada jenis bahan. Cawn porselen paling umum
digunakan.
Prinsip
Abu dalam bahan ditetapkan dengan menimbang residu hasil pembakaran
komponen bahan organik pada sushu sekitar 550 derajad Celsius.
Peralatan
Tanur pengabuan (furnace), cawan bertutup, desikator, penjepit cawan, pemanas
dan neraca analitik.
Prosedur Kerja
Cawan pengabuan dipersiapkan dengan cara dibakar di dalam tanur pada suhu
100-105 derajad Celcius, didinginkan dalam desikator selama 15 menit dan
ditimbang. Sebanyak 5-10 g sampel dibakar diatas pembakar burner dengan api
sedang untuk menguapkan sebanyak mungkin zat organik yang ada. Cawan
dipindahkan ke dalam tanur dan dipanaskan pada suhu 300 derajad Celcius hingga
550 derajad Celcius selama 5 – 7 jam. Selanjutnya tanir dimatikan. Cawan diambil
dan ditimbang.
Perhitungan
2. Pengabuan Basah
Prinsip
Abu sampel diperoleh dengan cara mengksidasi komponen organik menggunakan
kombinasi asam nitrat (HNO3) dan asam sulfat (H2SO4)
Prosedur kerja
Sejumlah sampel yang mengandung 5-10 g padatan dimasukkan ke dalam labu
kejdahl. Ke dalam lanu ditambahn 10 ml H2SO4, 10 ml HNO3, dan batu didih.
Labu dipanaskan perlahan-lahan sampai berwarna gelap, selama pemanasan harus
menghindari pemebntukan buih yang berlebihan. Ke dalam labu ditambahkan
HNO3, dipanskan 5-10encerkan menit, ditambah 10 ml akuades, dipanaskan
sampai berasap. Larutan didinginkan kembali dan ditambah 5 ml akuades,
dipanaskan sampai berasap. Sampel didinginkan dan diencerkan sampai volume
tertentu. Sampel ini siap dianalisis kadar mineralnya.
Prinsip
Total abu yang diperoleh dilarutkan dengan sejumlah ir kemudian dilewatkan pada
kertas saring bebas abu. Abu yang tertinggal pada kertas saring adalah abu yang tidak
larut.
Prosedur Kerja
Pengabuan
Abu total dalam cawan ditimbang kemudian ditambah 10 ml air distilat.
Cawan ditutup dan dipanaskan sampai hampur mendidih. Sampel dilewatkan pada
kertas saring bebas abu sambil dibilas dengan air disilat panas beberapa kali. Kertas
saring dikeringkan dan diabukan kembali. Hasil pengabuan ditimbang dan hasil
penimbangan dinyatakan sebagai abu tidak larut.
Perthitungan
%ATL = W3 x 100 / W1
Kadar abu larut air:
%AL = W2 – W3 x 100 / W1
Keterangan:
W1 = berat sampel awal
W2 = berat abu total
W3= berat abu tidak larut air